Laporan Kasus Tumor Mammae

April 22, 2017 | Author: Yasdika Imam | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Kasus Tumor Mammae...

Description

LAPORAN KASUS “TUMOR PAYUDARA”

Disusun oleh: Khoirunnisa

Pembimbing : dr. Andoko Budiwisesa Sp.B

STASE KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RSIJ CEMPAKA PUTIH FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis masih diberi kesehatan dan kelancaran dalam menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Tumor Payudara” ini. Penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Andoko Budiwsesa, Sp.B yang telah membimbing dalam pembuatan laporan kasus ini dan juga kepada seluruh tim yang memberikan dorongan baik moril maupun spiritual dalam proses penyusunan laporan kasus sehingga dapat berjalan dengan lancar. Laporan kasus ini disusun dari kasus pasien bedah, dan penyusunan tinjauan pustaka dari beberapa referensi antara lain textbook ilmu bedah, beberapa jurnal yang dibuat oleh dokter spesialis bedah. Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini.Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan pembuatan laporan kasus selanjutnya. Demikianlah , semoga penyusunan laporan kasus ini bermanfaat. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua perhatiannya.

Jakarta, Juli 2015

Penulis

2

BAB I KASUS

IDENTITAS PASIEN Nama

:Ny. SN

Usia

: 27 tahun

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Suku/Kebangsaan

: Sunda/Indonesia

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Alamat

: Utan kayu, Jakarta pusat

ANAMNESIS Keluhan Utama: Benjolan di payudara kiri sejak tahun 2010. Riwayat Penyakit Sekarang Terdapat benjolan pada payudara kiri, pasien pertama kali menyadarinya pada saat menyusui anak pertama. Ukurannya sebesar kacang kedelai. Ketika dipegang agak keras, bisa digerakkan, ukurannya sebesar kelereng, pasien tidak merasa nyeri, tidak ada kelainan pada kulit payudara, tidak ada cairan, darah, atau nanah yang keluar dari puting. Pasien tidak merasakan adanya benjolan diketiak maupun dilokasi lainnya. Tidak ada sesak dan tidak ada nyeri tulang, BAB lancar, BAK lancar.

1

Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya pasien tidak mengalami keluhan seperti ini. Riwayat Haid Pasien pertama kali mengalami menstruasi pada usia 14 tahun. Siklus 28 hari. Lama haid 7 hari. Haid pasien teratur, setiap siklus 28 hari. Saat haid tidak sakit dan hingga kini pasien masih mengalami haid. Riwayat Melahirkan Pasien menikah pada usia 20 tahun. Pasien memiliki 2 orang anak, anak pertama lahir pada tahun 2007, lahir spontan, dirumah, ditolong oleh paraji. Dan anak kedua lahir pada tahun 2011, lahir spontan, dirumah, ditolong oleh paraji. Riwayat Menyusui Anak pertama pasien diberikan ASI lengkap hingga 2 tahun, namun anak kedua tidak cukup ASI karena anak kedua menderita penyakit hati. Riwayat Pengobatan Pasien sudah tidak menggunakan KB sejak konsultasi ke dokter mengenai keluhan benjolan di payudara kirinya. Sebelumnya pasien menggunakan KB suntik setiap 1 bulan sekali. Pasien diberikan obat oleh dokter, saat pertama kali ditemukan benjolan

di

payudara kirinya. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada dari keluarga pasien dan orang tua pasien yang memiliki keluhan yang sama. Ibu pasien memiliki tekanan darah tinggi dan riwayat stroke. Riwayat Alergi Pasien menyangkal adanya alergi makanan, obat-obatan, dan suhu. Riwayat Psikososial Pasien mengaku sering makan berlemak. Tidak merokok dan meminum alkohol.

2

Riwayat Operasi dan Radiasi: Riwayat operasi dan radiasi disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK 





Keadaan Umum Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis Vital Sign BP : 120/70 mmHg HR : 68x/menit RR : 19x/menit Suhu : 36.3o C Status Generalis Kepala : Normochepal, rambut tebal, tidak mudah rontok Mata : - Diameter Pupil : 3 mm/3 mm  Refleks pupil : +/+, isokor  Konjungtiva : anemis -/ Sklera : ikterik -/Telinga : Sekret (-)/(-) Hidung : Pernapasan cuping hidung (-)/(-), secret (-)/(-) Mulut : Mukosa bibir lembab, tremor lidah (-), typhoid tongue (-) Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-), distensi vena jugularis (-) Thorax : Paru-paru  Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris, tidak ada luka bekas operasi  Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal fremitus sama simetris bilateral.  Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru  Auskultasi : vesikular (+/+) normal, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) Jantung  BJ I dan II murni regular  Murmur (-), gallops (-)

Abdomen

3

   

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

: distensi abdomen (-), luka bekas operasi (-) : Supel, Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), spleenomegali (-) : Timpani di seluruh kuadran abdomen : Bising usus (+) normal.

Ekstremitas atas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-) Ekstremitas bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-) 

Status Lokalis At regio mammae sinistra

 Inspeksi

: tampak benjolan di kuadran luar atas mammae (+),

nipple rectracted (-),

hiperemis (-)  palpasi : Teraba benjolan konsistensi keras, permukaan licin, terfiksir(+), ukuran kurang lebih d=6 cm, nyeri (+), niplle discharge (-) darah(-) At regio mammae dextra Tidak ditemukan adanya benjolan, retraksi putting, p’eau d orange(-), discharge (-), dimpling (-), perubahan warna kulit (-), venektasi (-)

At region Axilla Dextra dan Sinistra Tidak ditemukan adanya benjolan dan tidak ada pembesaran KGB.

At region Supraklavikula Dextra dan Sinistra Tidak ditemukan benjolan dantidak ada pembesaran KGB. Pemeriksaan Penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium HEMATOLOGI

HASIL

NILAI RU

4

Leukosit

9.06 ribu/uL

5-10 ribu/u

Hemoglobin

12.4 g/dL

12-14 g/dL

Hematokrit

37 %

37-47 %

Trombosit

278 ribu/uL

150-400 rib

Eritrosit

4.22 ribu/uL

3.80 - 5.20

HEMOSTASIS

HASIL

NILAI RU

Perdarahan

2.30 detik

1.00 – 3.00

Pembekuan

4.00 detik

4.00 – 6.00

SEROLOGI

HASIL

NILAI RUJU

HBsAg

Negatif

Negatif

FUNGSI GINJAL

HASIL

NILAI RUJU

Natrium

97 mEq/L

135 - 147

Kalium

4.7 mEq/L

3.5 – 5.0

Klorida

102 mEq/L

94 - 111

5

GLUKOSA DARAH

HASIL

NILAI RUJU

Glukosa darah sewaktu

97mg/dL

60-110 mg/dL

Diagnosis Banding :  Tumor Mammae Sinistra  Suspect Carsinoma Mammae Sinistra T2N0M0  Fibro Adenoma Mammae Sinistra

6

BAB II ANALISIS KASUS

Dalam kasus ini pasien merupakan seorang wanita berusia 27 tahun dengan keluhan terdapat benjolan yang dirasakan semakin lama semakin membesar. Dilihat dari jenis kelamin dan usia, pasien ini tergolong beresiko terkena kanker payudara. Berdasarkan tinjauan kepustakaan yang di dapat, diketahui bahwa wanita beresiko terkena kanker payudara 100 kali lebih sering dari laki-laki. Resiko terjadinya kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Dalam kasus ini, benjolan membesar, awal pertama kali pasien merasakan benjolan kecil sebesar biji kacang kedelai pada tahun 2010, dan semakin membesar hingga sekarang menjadi sebesar telur puyuh. Pasien periksa ke dokter umum dan mendapatkan terapi, namun tidak kunjung sembuh. Faktor risiko yang dialami oleh pasien adalah pasien pernah mendapat terapi hormonal yaitu berupa kontrasepsi suntik KB selama kurang lebih 3 tahun, di mana wanita yang pernah mendapat terapi hormonal beresiko 2,5 kali lebih besar daripada wanita yang tidak mendapat terapi hormonal. Faktor risiko lainnya adalah pasien sering memakan makanan yang mengandung banyak lemak. Dari pemeriksaan fisik ditemukan benjolan pada mammae sisnistra diameter 2 cm, terfiksir (+), nyeri (-), discharge(-) darah(-), berbau (-). Berdasakan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah Tumor Mammae Sinistra, diperlukan pemeriksaan patologi anatomi untuk menunjukkan menunjukkan apakah benjolan tersebut jinak atau ganas, pemeriksaan secara anamnesis ditemukan beberapa faktor risiko terkait pada karsinoma mammae, dan adanya benjolan yang semakin lama semakin.Penulis mengambil kesimpulan bahwa diagnosis pasien ini adalah Tumor Mammae Sinistra.

7

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Sejarah Penyakit Kanker mammae dengan sebab yang tidak jelas telah menarik perhatian ahli bedah selama berabad-abad. Meskipun telah dilakukan penelitian sejak beribu-ribu tahun yang lalu dan pengembangan penatalaksanaan sesuai dengan perkembangan zaman, kanker mammae tetap menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti oleh banyak orang khususnya kaum wanita.1 Bedah Papyrus Smith (3000-2500 SM) merupakan dokumen tertua yang merujuk tentang kanker mammae.Disebutkan bahwa tidak ada obat yang dapat menyembuhkan kanker mammae. Beberapa penelitian terus dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut sampai akhirnya pada abad ke 19, Moore dari Middlesex Hospital, London menyarankan pengangkatan seluruh payudara dan kelenjar limfe sekitar yang terlibat untuk menangani kanker mammae. Bukan hanya tindakan bedah yang dilakukan pada saat itu tetapi juga mulai dikembangkan radioterapi dan kemoterapi.1 Akhirnya sejak tahun 1970-an, didapat kemajuan besar dalam mengintegrasikan operasi, radioterapi dan kemoterapi untuk mengendalikan kanker mammae, meningkatkan

kelangsungan

hidup

penderita

dan

meningkatkan

peluang

mempertahankan payudara.1Hingga saat ini masih terus dilakukan penelitian-penelitian dan upaya-upaya untuk menangani kasus kanker mammae secara tepat sesuai dengan stadium kanker. Mengenai penyebab kanker mammae, pada tahun 1990, Marrie-Clare King melaporkan melalui sebuah penelitian bahwa faktor yang paling berperan dalam perkembangan kanker mammae adalah mutasi gen.3 Diperkirakan sebesar 5-10% kasuskanker mammae disebabkan oleh faktor herediter terutama pada wanita yang mengidap kanker mammae pada usia muda ( 5 cm tanpa mengenai

IIIA : T0 N2 M0

nodal dan belum bermetastasis. Kanker payudara >5 cm dengan

T1 N2 M0, T2 N2 M0

keterlibatan nodal atau sebagian

T3 N1 M0, T3 N2 M0

kanker dengan nodal aksila yang tidak dapat digerakkan,

IIIB : T4 anyN M0, anyT N3 M0

atau

keterlibatan

ipsilateral

internal mammae linfenodus, atau kanker yang mengenai kulit,

pectoral

dinding

dada,

dan

fiksasi

edema,

atau

gejala karsinoma inflammatory, jika Stage IV

metastasis

jauh

ditemukan. Kanker payudara

anyT anyN M1

metastasis

jauh

tidak dengan

(termasuk

ipsilateral supraclavikula limfe nodus)

American Joint Committee on Cancer Staging(Kelompok Stadium dan Angka Harapan Hidup)2 Stage I II III IV

Angka harapan hidup 5 tahun 92 % 87 % 75 % 13 %

3.9 Screening dan Deteksi Dini Mastektomi Profilaksis Prosedur ini dapat dilakukan pada wanita dengan resiko terkena kanker mammae yang sangat tinggi, tetapi walaupun sesudah dilakukan mastektomi total sebagai pencegahan tetapi tidak ada garansi bahwa tidak akan terjadi kanker mammae karena jaringan mammae masih bisa tersisa dalam tubuh.7 1. Mastektomi sederhana dan oprerasi rekontruksi 30

a. Pasien dengan penyakit jinak payudara dan riwayat kanker mammae bilateral atau premenopausal dikeluarga. b. Pasien dengan riwayat kanker mammae sebelumnya dan penyakit fibrokistik pada payudara c. Pasien dengan LCIS 2. Umur untuk Mastektomi profilaksis Umur tidak begitu ditentukan jika seseorang ingin melakukan mastektomi profilaksis karena beresiko tinggi terkena kanker mammae, tetapi disarankan setelah usia mencapai 30 tahun. Screening payudara masih contoversial, karena keuntungan mendeteksi dini lesi yang masih kecil belum ditetapkan. ACS sangat merekomendasikan deteksi dini kanker payudara dengan cara: 1. Memeriksa payudara sendiri (sadari) setiap bulan untuk semua wanita di atas 20 tahun dan postmenopause. Untuk wanita premenopause sebaiknya melakukan pemeriksaan sendiri 5 hari setelah akhir siklus menstruasi. 2. Pemeriksaan fisik oleh dokter setiap 3 tahun untuk wanita usia 20-40 tahun 3. Mammografi a. Melakukan mammografi tahunan dilakukan untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara pada wanita di atas 50 tahun b. ACS merekomendasikan mammogram sekali pada usia 35-39 tahun, mamogram tiap 1-2 tahun untuk wanita di atas usia 40 tahun dan setiap tahun untuk wanita berusia > 50 tahun.7 3.10

Terapi

Terapi pembedahan: 1. Sentinel Lymphe Node Dissection Metode ini akurat untuk wanita dengan dengan ukuran tumor T3N0 karena hapir 75% didapatkan metastasis ke kelenjar getah bening axilla pada pemeriksaan histologik. ASCO merekomendasikan Sentinel Lymphe Node Dissection dilakukan pada pasien stadium awal kanker mammae.7 2. Breast Conservation Therapy (BCT) BCT termasuk pada reseksi dari kanker primer regional dengan batas normal jaringan payudara, terapi radiasi adjuvant, dan penilaian status kelenjar getah bening regional. Biasanya BCT dilakukan pada kanker mammae stadium I dan II.2

31

-

Radical mastectomy : reseksi dari semua jaringan payudara, node axilla dan

-

m.pectoralis mayor & minor. Simple mastectomy : reseksi semua jaringan payudara Lumpectomy dan axillary node dissection : reseksi massa tanpa jaringan normal

dan dilakukan axillary node disection, kosmetika lebih baik.2 3. Rekonstruksi Payudara dan Dinding Dada Tujuannya adalah bedah rekonstruktif pasca mastektomy untuk penutupan luka dan rekonstruksi payudara.2

Terapi Non Bedah : 1. Terapi radiasi Digunakan pada semua stadium kanker payudara tergantung pada apakah pasien telah menjalani BCT atau mastektomi. Terapi radiasi adjuvant diberikan untuk mengurangi risiko kekambuhan lokal. Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb. :

-



Setelah tindakan operasi terbatas (BCS).



Tepi sayatan dekat ( T > = 2) / tidak bebas tumor.



Tumor sentral/medial.



KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler.

2. Kemoterapi Kemoterapi adjuvant Mengurangi kemungkinan kekambuhan dan kematian pada wanita usia ≤ 70 tahun dengan kanker payudara stadium I, IIA atau IIB. Kemoterapi adjuvant diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Obat yang diberikan adalah kombinasi siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil (CMF) selama 6 bulan pada perempuan usia pramenopause, sedangkan yang

-

pascamenopause diberikan terapi adjuvant hormonal berupa pil antiestrogen. Kemoterapi neoadjuvant Kemoterapi yang diberikan sebelum dilakukannya operasi. Terapi endokrin neoadjuvant Terapi paling banyak digunakan pada wanita usia lanjut yang dianggap kondisinya buruk untuk pembedahan ataupun kemoterapi. 32

3. Terapi hormonal Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh. Tamoxifen : - selektif reseptor estrogen yang memblok pengambilan estrogen oleh jaringan target. - Efek

samping

:

hot

flashes,

menstruasi

yang

tidak

teratur,

thromboemboli, meningkatkan resiko kanker endometrium. - Untuk lebih efektif kombinasikan tamoxifen dengan kemoterapi.2

33

DAFTAR PUSTAKA 1. Brunicardi, F. Charles, dkk. Oncology at Schwartz’s Principles of Surgery Eight Edition. Mc Graw Hill: United State of America. 2005. 2. Stead, Latha. G, dkk. The Breast at First Aid for The Surgery Clerkship. Mc Graw Hill. United State of America. 2003. 3. Jatoi, Ismail, dkk. Atlas of The Breast Surgery. Springer. New York. 2006. 4. Pass, Helen. A. Benign and Malignant Disease of The Breast at Surgery Basic Science and Clinical Evidence. Jeffrey A Norton Springer. New York. 2001. 5. Winer, Eric. P. Malignant Tumor of The Breast at Cancer Principles and Practice of Oncology. Lippincott Williams & Wilkins. United State of America. 2001. 6. Towsend, M. Jr, dkk. The Breast at Sabiston textbook of Surgery. Elsivier. United State of America. 2008. 7. Haskell, Charles M and Dennis A. Casciato. Breast Cancer at Manual of Clinical Oncology Fourth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. United State of America. 2000.

34

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF