Laporan Kasus Tumor Colon

August 25, 2018 | Author: Leni Yuliani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

erty...

Description

ILEUS OBSTRUKTIF

LAPORAN KASUS STASE BEDAH RSIJ PONDOK KOPI PEMBIMBING

Dr. H. Saleh Setiawan,Sp.B

IDENTITAS PASIEN Nama

: Ny. Ny. E

Umur

: 41 tahun

Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Tgl MRS

: Perempuan : Tambun Bekasi : Ibu rumah tangga : 28 Agustus 2014

IDENTITAS PASIEN Nama

: Ny. Ny. E

Umur

: 41 tahun

Jenis kelamin Alamat Pekerjaan Tgl MRS

: Perempuan : Tambun Bekasi : Ibu rumah tangga : 28 Agustus 2014

KELUHAN UTAMA

Nyeri perut hilangtimbul sejak 2 minggu

Riwayat Penyakit Sekarang Ny.E datang ke RS dengan keluhan nyeri perut hilang timbul sejak 2 minggu SMRS, nyeri terutama dirasakan di daerah ulu hati, nyeri perut disertai muntah-muntah, muntah awalnya berisi makanan hingga berubah menjadi cairan kuning lalu menjadi kehitaman, pasien muntah setiap kali makan dan minum, nafsu makan menurun, Pasien mengaku BAB nya terkadang mencret, terkadang keras berbentuk kecil-kecil dan bahkan beberapa hari setelah muntah pasien mengaku Sulit BAB dan kentut, BAB tidak berlendir dan darah, Pasien merasakan perutnya semakin membesar dan kembung, mual (+), Pasien tidak merasakan pusing (-), nyeri perut (-), Penurunan BB (-), BAK Tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengaku sejak 20 th lalu sering mengeluh sakit mag  Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.  Pasien tidak pernah menderita penyakit keganasan sebelumnya.  Hipertensi disangkal, Diabetes mellitus disangkal. 

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien. Riwayat penyakit keganasan di keluarga (+) Ca.Servik pada kakak kandung pasien, Hipertensi (-), Diabetes Mellitus (-).

Riwayat Pengobatan Sebelum dibawa ke RSIJ Pondok kopi pasien dibawa ke RS.Bekasi dan dirawat selama 2 hari namun tidak ada perubahan  Pasien tidak pernah minum obat dalam  jangka waktu waktu yang lama  Pasien menyangkal sering konsumsi  jamu-jamuan  jamu-jamuan dan obat-obatpeng obat-obatpenghilang hilang 

Riwayat Psikososial Pasien mengaku makan tidak teratur, merokok (-), pasien tinggal dilingkungan sawah

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum • Keadaan umum : • Kesadaran :

Vital Sign • TD 130/80 mmHg • HR 88x/menit • RR 24x/menit Suhu 36.8

tampak sakit sedang composmentis

Status Generalis 

KEPALA



MATA

: normochepal

Pupil bulat isokor, diameter 3mm/mm Refleks pupil +/+ Konjungtiva anemis -/Sklera ikterik -/

THT : dalam batas normal



LEHER : pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)

THORAX Inspeksi : normochest, pergerakan dada simetris, Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri tekan (-), vokal fremitus sama simetris dekstra sinistra. Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru Auskultasi Paru : vesikular (+/+) normal, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-), stridor (-/-) Jantung : BJ I dan II murni regular murmur (-), gallops (-)

ABDOMEN 

inspeksi

: cembung (+), distensi, scar luka operasi (-)



Auskultasi : bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)



palpasi

: (-) perut distensi tegang untuk dipalpasi



Perkusi

: hipertimpani seluruh kuadran abdomen

Tes Asites : EKSTREMITAS akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-)

Status Lokalis abdomen tampak abdomen distensi, bising usus (+) meningkat, metalic sound (+), hipertimpani seluruh kuadran abdomen

RECTALTOUCHE Tonus sfingter ani baik, rektum tidak colaps, permukaan mukosa licin tidak berbenjolbenjol (nodul), massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir (-), feses (-).

RESUME Wanita 41 tahun, Nyeri perut hilang timbul sejak 2 minggu SMRS, muntah berwarna kehitaman, tidak bisa BAB dan kentut, terkadang BAB cair, bentuk kecil-kecil, tidak berlendir dan darah, mual (+). Dari pemeriksaan TD 130/80 mmHg, HR 88x/menit, RR 24x/menit, Suhu 36.8oC. Perut cembung, Distensi abdomen (+), bising usus (+) meningkat, metalic sound (+), hipertimpani seluruh kuadran abdomen. Rectal touche didapatkan Tonus sfingter ani baik, rektum tidak colaps, permukaan mukosa kasar berbenjol-benjol, massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir (-), feses (-).

Pemeriksaan Penunjang Hasil Laboratorium (23 Agustus 2014)

Foto abdomen 3 posisi

ANALISA KASUS Dasar diagnosis ileus obstruktif e.c susp. tumor colorectal pada kasus ini adalah  tidak bisa BAB dan kentut  Nyeri perut hilang-timbul  BAB cair,  Distensi abdomen (+)  Bising usus (+) meningkat, metalic sound (+)  Hipertimpani seluruh kuadran abdomen  RT : Tonus sfingter ani baik, rektum tidak colaps, permukaan mukosa licin tidak berbenjol-benjol (nodul), massa (-), nyeri (-), darah (-), lendir (-), feses (-).

continue... Dx : Ileus Obstruktif e.c Susp. tumor colorectal Pemeriksaan penunjang : Kolonoskopi, CT Scan abdomen dengan kontras

Penatalaksanaan  Infus Kristaloid  Pasang NGT  Puasa  Pemberian antibiotik&anti nyeri  Intervensi operative

kontras

CT Scan Abdomen Tanpa kontras

TINJAUAN PUSTAKA

ILEUS OBSTRUKTIF

Klasifikasi Intraluminal (benda asing, batu empedu, atau mekonium)  Intramural (tumor, penyempitan, Crohn's disease, inflamasi disease)  Ekstrinsik (adhesi, hernia, atau carcinomatosis) 

Patogenesis Obstruksi

Peningkatan aktivitas intestinal –Motilitas akumulasi gas dan cairan intraluminal peningkatan tekanan intraluminal dan intramural

Penurunan aliran darah mukosa

Motilitas ↓

Distensi intestinal

Perfusi mikrovaskuler intestinal terganggu iskemia dan nekrosis

Manifestasi Klinis Nyeri kolik abdomen Nausea vomiting Kembung Tidak flatus dan susah BAB Diare Distensi abdomen

Pemeriksaan Penunjang 

Laboratorium awal obstruksi nilai laboratorium mungkin normal. Keadaan obstruksi terus berlangsung nilai-nilai laboratorium dapat menunjukkan tanda dehidrasi, WBC meningkat tanda adanya kemungkinan strangulasi



Foto abdomen 3 posisi air-fluids level, hearing bone, step ledder CT scan Abdomen dengan kontras

Komplikasi Dehidrasi  Perforasi dan iskemia intestinal  Peritonitis dan septikemia 

Tumor colorektal

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis



Midgut akan membentuk usus halus, kolon asenden, dan kolon transversum proksimal.



Hindgut akan berkembang menjadi kolon transversus distalis, kolon

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis



Usus besar (kolon & rektum) berjalan sepanjang katup ileosekal sampai ke anus.



Secara anatomis, dibagi menjadi kolon asendens, kolon transversum, kolon

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Suplai saraf kolorektal

Simpatis

T6 – T12

Parasimpatis

L1 – L3

Kolon asenden dan transversum

Kolon desenden dan rektum

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Suplai saraf kolorektum

N. Ganglion Simpatis

N. Preganglion parasimpatis

Pleksus pelvis

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Fisiologi Kolon 

 Absorpsi ◦



Setengah proksimal kolon dapat mengabsorpsi garam, air, dan vitamin (terutama vit. K) yang diproduksi oleh bakteri.

Penahan ◦

Setengah distal kolon berfungsi sebagai penahan feses sementara sampai di keluarkan

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Fisiologi Kolon 



Motilitas ◦

Gerakan retropulsif (kolon asenden)



Gerakan tonik (kolon desenden)



Gerakan retropulsif-tonik (peristaltik)

Proteksi ◦

Mukus dan ion bikarbonat melindungi dari asam yang diproduksi oleh bakteri. Ion bikarbonat dihasilkan oleh “chloride shift”, yaitu pertukaran dengan natrium.

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Rektum

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

  Adenokarsinoma

kolorektal merupakan keganasan yang paling umum ditemukan pada traktus GI.



Lebih dari 150.000 kasus baru di Amerika dan lebih dari 52.000 pasien meninggal tiap tahunnya, hal ini membuat kanker kolorektal menjadi pembunuh kedua pada penyakit kanker di Amerika. (American Cancer Society, 2009).



Insidensinya terbagi rata antara pria dan wanita dan tetap berada pada angka yang konstan

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Usia > 50 tahun (90% kasus)

Merokok

Kanker kolorektal

Faktor diet

Faktor herediter (20% kasus)

,

Embriologi

Gam Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Fotograf kolonoskopik

Gambaran histologis

Gambar sekuens

,

Embriologi

Gam Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Lokasi Kanker

,

Embriologi

Gam Manifestasi Klinis Gen

Adenomatous

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Kromosom

Kelas Gen

5q

Tumor

Polyposis Coli

suppressor

Fungsi

Keterangan

Adhesi dan komunikasi

Mutasi pada FAP, Gardner ’s

interseluler

dan Turcot’s syndrome.

Interaksi dan adhesi sel

Pertumbuhan tumor, invasi,

(APC) Deleted in

18q

Onkogen

Colorectal

dan metastasis

Carcinoma (DCC) P53

17p

Tumor

Transkripsi faktor untuk gen

>50% kanker kolon

suppressor

yang mencegah pertumbuhan

mempunyai mutasi p53

tumor K-ras

12p

Onkogen

Transduksi signal

50% kanker kolon mempunyai aktivitas K-ras

hMSH2, hMLH1,

2p

Mismatch

Memperbaiki kesalahan

HNPCC

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis



Perdarahan saat BAB, feses dapat berwana hitam, merah marun, ungu hitam, atau merah segar tergantung pada lokasi keganasan.



Konstipasi atau diare atau obstruksi, tergantung pada letak keganasan.



Nyeri abdomen



Gejala lain yang tidak umum: kelelahan, penurunan berat badan, demam, massa pada abdomen,

,

Embriologi

Manifestasi Klinis





 

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Pada pemeriksaan fisik, mungkin ditemukan perkusi yang timpani-hipertimpani, asites, dan distensi abdomen. Pada pemeriksaan colok dubur : Untuk mengetahui apakah ada massa dalam rectum. Adanya feces harus diperhatikan, apakah ada darah samar, sebab adanya darah dalam feces kemungkinan adanya lesi dari mukosa atau adanya intussusepsi. Jika ada obstruksi, maka patut dicurigai adanya keganasan kolon. Perforasi juga dapat ditemukan pada pasien

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

T1 – Menginvasi Submukosa

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Stadium T4

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Stadium N1 Dua gambaran stadium N1, yaitu metastastasis kelenjar limfonodus regional sebanyak 1-3 buah

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Stadium N2 Dua gambaran stadium N2, yaitu metastastasis kelenjar limfonodus regional sebanyak >4 buah

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Stadium N2 Dua gambaran stadium N2, yaitu metastastasis kelenjar

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Stadium M1 Metastasis jauh limfonodus nonregional

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Stadium

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Kedalaman

Status Limfonodus

Metastasis Jauh

Stadium 1

T1, T2

N0

M0

Stadium 2

T3, T4

N0

M0

Stadium 3

Seluruh T

Setiap N (Kecuali N0)

M0

Stadium 4

Seluruh T

Setiap N

M1

Stadium karsinoma kolorektal menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis



Hitung darah lengkap/Complete Blood Count (CBC) dapat menunjukkan adanya anemia.



Tes fungsi hepar dapat menunjukkan hasil yang abnormal jika sudah terjadi metastasis ke hepar.



Jika terjadi metastasis ke hepar maka kadar CEA juga akan ikut meningkat (normal: < 5 ng/mL), namun jika tidak ada metastasis,

,

Embriologi

Manifestasi Klinis



Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Kolonoskopi ◦





Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Mampu menilai ukuran tumor, namun tidak dengan kedalaman invasi tumor. Dapat juga sambil dilakukan biopsi dan kontrol perdarahan

Radiologi ◦



Foto polos toraks dilakukan jika adanya kemungkinan metastasis ke paru sekaligus menetukan status paru dan jantung CT-scan hanya dilakukan jika ditemukan SGOT/SGPT yang abnormal.

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

,

Embriologi

Manifestasi Klinis



Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Diagnosis Banding

Penatalaksa naan

Tujuan penatalaksanaan karsinoma kolon adalah untuk mengangkat tumor primer beserta dengan suplai limfovaskularnya. Karena pembuluh limfe pada kolon bersamaan dengan suplai arteri, panjang kolon yang direseksi bergantung pada pembuluh darah yang terlibat dalam menyuplai sel kanker 

,

Embriologi

Manifestasi Klinis



Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Diagnosis Banding

Penatalaksa naan

Eksisi polip seluruhnya.

Stadium I ◦



Temuan Lab.

Fisiologi Kolon

Stadium 0 ◦



Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Kolostomi segmental jika terdapat invasi limfovaskular dan diferensiasi sel yang luas. Jika tidak, cukup di eksisi.

Stadium I dan II ◦

Kebanyakan pasien pada karsinoma kolon stadium I dan II dapat disembuhkan dengan reseksi, namun ada beberap yang menggunakan terapi ajuvan.

,

Embriologi

Manifestasi Klinis



Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Stadium III ◦



Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Terapi ajuvan dengan 5-FU dan levamisole.

Stadium IV ◦

Terapi paliatif

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Kemoterapi Ajuvan 

 Mayo Clinic Bolus: 5-FU 425 mg/m 2 + leucovorin 20 mg/m 2 pada hari 1 – 5 tiap 4 minggu. Total 6 minggu.



 Roswell Park: 5-FU 500 mg/m 2 + leucovorin 500 mg/m2 per minggu untuk 6 minggu dengan 2 minggu waktu istirahat (tidak minum obat). Total 3 siklus.



Capecitabine: 2000 mg/m2 dalam dua dosis dua kali per hariselama 14 hari, 7 hari istirahat. Total 8 siklus.



 FOLFOX 4: Oxaliplatin 85 mg/m2 IV hari 1; leucovorin 200 mg/m2 IV; fluorouracil 400 mg/m 2 IV bolus, diikuti oleh fluorouracil 600 mg/m 2 untuk 22  jam selama hari ke-1 dan 2, diberika tiap 14 hari. Total 12 siklus.

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Terapi untuk Metastasis 

 Mayo Clinic Bolus: 5-FU 425 mg/m 2 + leucovorin 20 mg/m 2 pada hari 1 – 5 tiap 4 minggu.



 Roswell Park: 5-FU 500 mg/m2 + leucovorin 500 mg/m 2 per minggu selama 6 minggu dengan 2 minggu waktu istirahat.













 IFL (Saltz Regimen, Triple Therapy): CPT-11 100 – 125 mg/m2 IV tiap 90 min, 5-FU 500 mg/m 2, semua diberikan selama 4 minggu dan 2 minggu waktu istirahat.  FOLFOX 4: Oxaliplatin 85 mg/m 2 IV hari ke-1; leucovorin 200 mg/m 2 IV; fluorouracil 400 mg/m 2 IV bolus, diikuti oleh fluorouracil 600 mg/m 2 untuk 22 jam selama hari ke-1 dan 2 diberikan selama 14 hari.

 XELIRI: Irinotecan 200 – 250 mg/m2 day 1; capecitabine 750 – 1000 mg/m2 PO dua kali perhari hari ke-1 – 14, tiap 21 hari.  XELOX: Oxaliplatin 100 mg/m 2 hari ke- 1; capecitabine 750 – 1000 mg/m2 PO BID dua kali perhari hari ke-1 – 14, tiap 21 hari.  Bevacizumab: (Avastin) 5 mg/kg IV tiap 14 hari diselingi dengan 5-FU-based chemotherapy. Cetuximab: (Erbitux) 400 mg/m 2 loading dose mencapai 120 menit (minggu ke-1); 250 mg/m 2 selama 60 menit per minggu dosis maintenance, dengan irinotecan atau sebagai single agent pada pasien yang tintoleransi irinotecan.

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi Fisiologi Kolon

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Reseksi kanker kolorektal (lingkaran merah) berdasarkan letak tumor primer, suplai darah, dan drainase limfa.

,

Embriologi

Manifestasi Klinis



Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Follow up Setelah Reseksi ◦

Dalam 2 tahun pertama, cek tiap 3-4 bulan.



Dua tahun berikutnya, cek tiap 6 bulan



Yang dinilai adalah fungsi usus dan seksual





Cek endoskopi kembali 1 tahun setelah reseksi dan 3 tahun setelahnya. Kadar CEA juga dicek tiap 3-6 bulan dan CT-scan abdomen atau pelvis tiap 6-12 bulan

,

Embriologi

Manifestasi Klinis

Posisi, Vaskular, dan Inervasi

Temuan Lab.

Fisiologi

Insidensi

Faktor Risiko

Patogenesis

Imaging Studies

Pendekatan Diagnosis

Penatalaksa naan

Prognosis

Tabel stadium karsinoma kolorektal dan angka keselamatan selama 5 tahun

Screening Tipe Pasien

Tes Screening

Populasi umum

FOBT rutin dan sigmoidoskopi tiap 3-5 tahun atau konoskopi tiap 10 tahun mulai umur 50 tahun

Pasien dengan hubungan satu keluarga jauh yang mempunyai riwayat KKR atau polip ATAU pasien yang mempunyai hubungan keluarga inti dengan riwayat KKR

FOBT rutin dan sigmoidoskopi tiap 3-5 tahun atau konoskopi tiap 10 tahun mulai umur 50 tahun

Pasien dengan risiko moderat KKR

Polipelktomi; ulangi kolonoskopi tiap 3 tahun; jika normal, ulangi

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF