LAPORAN KASUS Skizoafektif
July 12, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download LAPORAN KASUS Skizoafektif...
Description
LAPORAN KASUS F25.2 SKIZOAFEKTIF TIPE CAMPURAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Tanggal lahir
: Nn. NO
: 1 Oktober 1996
Umur
: 17 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SMA kelas 2
Pekerjaan
:-
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Lampung
Alamat
: Jl. Merdeka no 3XX RT 001 RW 003 Kel. Pasar Madang, Kec. Kota Agung, Kab. Tanggamus, Lampung Timur
Status pernikahan
: Belum Menikah
Nomor CM
: 0241XX
Tanggal Pemeriksaan
: 2 Mei 2014. Pukul 12.45 WIB
B. ANAMNESIS PSIKIATRI (Allo-Autoanamnesa) I. RIWAYAT PENYAKIT a. Keluhan Utama
Sulit tidur, berbicara banyak, dan tiba-tiba menangis. b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSJ dengan kedua orang tuanya, tetangga dan bibinya sekitar sepuluh hari yang lalu. Menurut keluarganya pasien dibawa ke RSJ karena sebulan belakangan ini pasien sering marah-marah, berbicara sendiri tanpa lawan bicara yang jelas. Pasien terlihat sering tertawa tanpa sebab yang jelas. Keluarga menceritakan saat pasien mengamuk pernah sampai
memecahkan kaca rumah. Keluarga juga mengatakan pasien sering terlihat bernyanyi, meringis tertawa dan menangis sendiri. Pasien juga mengatakan bahwa ia selalu merasa tidak diperhatikan oleh kedua orang tuanya, tidak dibiayai sekolahnya sehingga pasien merasas tidak percaya diri. Pasien mengatakan pasien dituduh hamil oleh teman-temannya disekolah, padahal pasien mengaku belum pernah melakukan hubungan badan dengan siapapun. Pasien juga mengatakan sering mendengar suara orang-orang disekitarnya dan merasa curiga seperti membicarakan tentang kejelekannya. Pasien mengatakan pernah mimpi berjalan di jembatan Shiratal Mustakin Mustakin dan orang yang dineraka meminta pertolongan pasien, karena menurut pasien hanya pasian yang dapat menolong mereka keluar dari neraka tersebut. Dikarenakan kondisi pasien yang mudah tersinggung, mudah marah, mengamuk, berbicara sendiri, merasa curiga terhadap orang lain dan keluarga serta upaya tindakan pasien yang mencoba untuk melukai diri sendiri (memecahkan kaca rumah dengan menggunakan tangan), akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa dan merawat pasien di RSJ.
c. Riwayat Penyakit Sebelumnya a. Riwayat Penyakit Jiwa Sebelumnya
Pasien dan keluarga pasien mengaku keluhan dan yang disertai marahmarah untuk pertama kalinya pada 1 bulan lalu. Dan belum pernah menjalani pengobatan dari RSJ.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat dan keluhan penyakit fisik yang terkait dengan penyakit sekarang tidak ada. c. Riwayat Penggunaan Zat Adiktif
Pasien dan keluarga menyangkal penggunaan zat psikoaktif, merokok, dan minuman beralkohol.
II. RIWAYAT PRAMORBID a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Menurut keluarga, pasien lahir normal, cukup bulan, dibantu oleh bidan, tidak ada kecacatan ketika lahir. b. Riwayat Bayi dan Balita
Menurut ayah pasien, pasien diberi ASI dan susu formula selama 2 tahun dan perkembangan pasien saat bayi dan balita sesuai dengan bayi dan balita seusianya. c. Riwayat Anak dan Remaja
Menurut keluarga, pasien merupakan anak aktif bergerak, banyak biacara, terkadang suka mengurungi diri. Jika ada masalah, ia menceritakan kepada hamper semua anggota keluarga. Pasien lebih sering berada dirumah daripada bermain dengan teman-temannya.
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
Pasien hanya sampai kelas II SMA. Ia menempuh SD dalam kurun waktu 6 tahun, SMP dalam kurun waktu 3 tahun, dan SMA dalam 2 tahun dalam suatu pondok pesantren di daerah Tangerang Banten Jawa Barat. Keluarga mengatakan bahwa pasien memiliki cukup banyak teman dan bermain serta belajar sama seperti anak-anak lainnya. Keluarga juga mengatakan bahwa walaupun pasien biasa-biasa saja dalam hal belajar namun pasien mampu mengikuti pelajaran dengan baik. Keluhan guru terhadap pasien dalam proses belajar disangkal oleh keluarga.
IV. RIWAYAT PERKAWINAN
Pasien belum menikah.
V. RIWAYAT PEKERJAAN
Pasien masih menjalani pendidikan SMA kelas II belum pernah bekerja. Namun pasien membantu ibunya dirumah dan membantu mengasuh adikadiknya. VI. RIWAYAT KEHIDUPAN KELUARGA
Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Sejak lahir hingga remaja, ia dirawat dan diasuh oleh kedua orang tuanya. Ia hidup dalam keluarga yang memiliki status ekonomi menengah kebawah, ayahnya merupakan nelayan dan ibunya berjualan bakso didepan rumahnya. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tua namun lebih dominan ke ayahnya, dan pasien perhatian dengan adik-adiknya.
Skema Pohon Keluarga
Keterangan:
= Laki-Laki
= Pasien = Perempuan
VII. SITUASI SITUASI SEKARANG
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya bersama keempat adiknya. VIII. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANYA
Pasien kadang merasa dirinya sakit tapi juga merasa bahwa dirinya tidak apaapa. C. STATUS MENTAL I. Deskripsi Umum
a. Penampilan Seorang perempuan terlihat lebih muda dari usianya memakai seragam RSJ Provinsi Lampung, baju kaos merah polos dan celana olahraga orange bermotif dua garis merah di sisi luar kanan-kiri celama, perawakan kecil dengan berat badan cukup, kulit kuning kecoklatan, rambut keriting sebahu dikuncir tampak kering dan tidak tersisir rapi, kuku pendek dan cukup bersih. b. Kesadaran : Jernih c. Perilaku dan aktivitas psikomotor Pasien berbicara spontan, banyak, lancar, volume fluktuatif. Kontak mata baik, sesekali pasien menggerakkan organ motoriknya seperti kepala untuk menoleh orang disekitarnya dan mengajak bicara, sesekali pasien berdiri, sesekali pasien ingin sujud, dan terkadang pasien merubah posisi arah badannya. Pasien juga mengeluarkan air mata dan volume suara meninggi jika perasaannya sedih. Tiba-tiba setelah itu pasien tidak menangis lagi dan d an dapat menceritakan hal-hal lainnya dengan suasana perasaan yang berbeda. Pasien juga sering memegang kedua dahinya dan mengerutkan dahi jika merasa
terganggu
dengan
suara/perilaku
pasien
lainnya
dibangsal.
Terkadang pasien memegang tangan pemeriksa memohon dipulangkan dari RSJ. Namun pasien dengan kooperatif mengikuti perintah dari pemeriksa,
misalnya untuk tidak menangis, tidak duduk dilantai, tidak berdiri dan lainnya. d. Pembicaraan : Spontan, banyak, lancar, mendominasi, ”fly of idea”, idea”, intonasi sedang, volume fluktuatif, amplitudo jelas, kualitas cukup, kuantitas cukup namun sesekali terdapat inkoherensi. e. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
II. Keadaan Afektif
a. Mood
: fluktuatif
b. Afek
: luas
c. Keserasian
: inappropriate
III. Fungsi Intelektual (Kognitif) a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : kurang sesuai
dengan taraf pendidikan pasien b. Daya konsentrasi : kurang c. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik d. Daya ingat : Jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, dan jangka segera baik. e. Pikiran abstrak : sedikit terganggu
IV. Gangguan Persepsi :
a. Halusinasi
: terdapat halusinasi auditorik
b. Ilusi
: Tidak ada
c. Depersonalisasi
: Tidak ada
Derealisasi
: Tidak ada
V. Proses Berpikir : a. Arus pikiran :
1. Produktivitas
: Cukup
2. Kontinuitas
: flight of idea, idea, namun sesekali ditemukan
inkoherensi 3. Hendaya berbahasa
: Tidak ditemukan
b. Isi pikiran Waham (+) :
1. Kebesaran 2. Kejar VI. Daya Nilai
a. Norma sosial
: Tidak terganggu
b. Uji daya nilai
: Tidak terganggu
c. Penilaian realitas
: Tidak terganggu
VII. Tilikan Tilikan
Tilikan1. Penyangkalan penuh terhadap gangguan dialaminya. VIII. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tanda-tanda vital: TD = 120/80 mmHg
N
= 88 x/menit
P
= 20 x/menit
S
= 36,4°C
b. Pemeriksaan Fisik
Mata
: Tidak ditemukan kelainan
Hidung
: Tidak ditemukan kelainan
Telinga
: Tidak ditemukan kelainan
Paru
: Tidak ditemukan kelainan
Jantung
: Tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Tidak ditemukan kelainan
c. Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 23 April 2014 Hemoglobin
: 14,0 g/dl
Hematokrit
: 39%
LED 1 jam
:-
Leukosit
: 8200 sel/mm
GDS
:-
Protein total SGPT/SGOT
:: 23/31 U/l
Ureum
:-
Kolesterol total
:-
Asam urat
:-
Trigliserida
:-
E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien Nn. NO, 17 tahun, SMA, Islam, suku Lampung, beralamat di Tanggamus, Lampung Timur, pelajar, telah dilakukan auto-alloanamnesa pada tanggal 2 Mei 2014 pukul 12.45 WIB. Pasien terlihat sesuai dengan usianya, cara berpakaian rapi dan perawatan diri terkesan baik. Pasien dibawa dengan keluhan sebulan belakangan ini pasien sering marah-marah, berbicara sendiri tanpa lawan bicara yang jelas. Pasien terlihat sering tertawa tanpa sebab yang jelas. Keluarga menceritakan saat pasien mengamuk pernah sampai memecahkan kaca rumah. Keluarga juga mengatakan pasien sering terlihat bernyanyi, meringis tertawa tertawa dan menangis sendiri.
Saat wawancara pasien kontak mata baik dan pasien cukup tenang. Pembicaraan spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup, kualitas cukup, kuantitas cukup namun sesekali terdapat inkoherensi dan peningkatan aktivitas motorik. Sikap pasien kooperatif. Pasien menjalani pendidikan hingga kelas II SMA namun tidak melanjutkan dikarenakan pasien merasa tidak dibiayai oleh orang tuanya. Saat SD pasien tidak pernah ada masalah baik dalam akademik maupun sosial. Menurut pengakuan keluarga pasien memiliki cukup banyak teman. Pada pasien daya konsentrasinya kurang baik, namun saat wawancara berlangsung memori segera, jangka pendek, menengah dan panjang cukup baik. Orientasi tempat, waktu dan orang baik.
F. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna serta menimbulkan suatu distress ( penderitaan penderitaan)) dan disability (hendaya (hendaya)) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.
a. Aksis I
Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak pernah ada riwayat penggunaan
zat
psikoaktif.
Hal
ini
dapat
menjadi
dasar
untuk
menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien dan keluarga. Pada pasien didapatkan halusinasi auditorik dan halusinasi visual yang menetap, dan gangguan afektif sama-sama menonjol dalam pada saat yang bersamaan (simultaneously) (simultaneously) terdapat terdapat tipe manik dan tipe depresif yakni pasien tiba-tiba menangis setelah menceritakan kejadian yang menyenangkan. Semua
gejala tersebut sudah dialami sejak 1 tahun SMRS. Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita skizoafektif tipe campuran (F25.2).
b. Aksis II Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada pasien hanya didapatkan tumbuh
kembang saat masa kanak-kanak baik, pasien mampu menyelesaikan pendidikan sampai tamat SD. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70)
Selain itu pada pasien tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian. Maka dapat disimpulkan tidak ada diagnosis. c. Aksis III
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Oleh karena itu aksis III tidak ada diagnosis. d. Aksis IV
Pada pasien memiliki masalah dalam hal perekonomian yang mengakibatkan adanya kesulitan pada pasien yang ingin melanjutkan pendidikannya, sehingga pasien merasa tidak berguna dan memalukan orang tua. Pasien juga mendapatkan perkataan yang mengejek pasien oleh lingkungan temannya sehingga pasien tidak percaya diri dan teringat selalu perkataan temantemannya. e. Aksis V
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan skala GAF (Global ( Global Assessment of Functioning ). ). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik). GAF tertinggi selama satu tahun terakhir adalah 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang).
G. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: F 25.2 Skizoafektif Tipe Campuran
Aksis II : Kesan ciri kepribadian paranoid
Aksis III : Tidak ada
IV : ekonomi keluarga dan psikososial Aksis IV
Aksis V : GAF 70 – 61 61 (saat ini)
GAF 60 – 51 51 (HLPY) H. DAFTAR PROBLEM
a. Organobiologik: Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter. b. Psikologik: Ditemukan hendaya dalam menilai realita berupa halusinasi auditorik dan visual serta waham kebesaran, dan waham kejar sehingga pasien membutuhkan psikoterapi. c. Sosiologik: Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial pasien butuh sosioterapi. I. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
: Bonam
b. Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
c. Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
J. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka : Stelazin tab 3 x 5 mg Trihexipenidil 2 x 2 mg
b. Psikoterapi Supportif
Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega.
Konseling : memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan
memahami kondisinya lebih baik dan menganjurkan untuk berobat teratur.
Sosioterapi : memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar
pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang kondusif. kondusif. K. PEMBAHASAN/TINJAUAN PUSTAKA
a. Apakah diagnosa sudah tepat? Menurut kami diagnosa pada kasus ini sudah tepat karena: Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan mood depresi dan tanda-tanda mania seperti banyak bicara, meningkatkan aktivitas motoric yang bermakna serta menimbulkan suatu distress ( penderitaan penderitaan)) dan disability (hendaya ( hendaya)) dalam pendidikan dan kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa. Aksis I
Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak pernah ada riwayat penggunaan
zat
psikoaktif.
Hal
ini
dapat
menjadi
dasar
untuk
menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien dan keluarga. Pada pasien didapatkan halusinasi auditorik dan halusinasi visual yang menetap, dan gangguan afektif sama-sama menonjol dalam pada saat yang bersamaan (simultaneously) (simultaneously) terdapat terdapat tipe manik dan tipe depresif yakni pasien tiba-tiba menangis setelah menceritakan kejadian yang menyenangkan. Semua gejala tersebut sudah dialami sejak 1 tahun SMRS. Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita skizoafektif tipe campuran (F25.2).
Aksis II
Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada pasien hanya didapatkan tumbuh kembang saat masa kanak-kanak baik, pasien mampu menyelesaikan pendidikan sampai tamat SD. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70) Selain itu pada pasien tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian. Maka dapat disimpulkan tidak ada diagnosis. Aksis III
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Oleh karena itu aksis III tidak ada diagnosis. Aksis IV
Pada pasien memiliki masalah dalam hal perekonomian yang mengakibatkan adanya kesulitan pada pasien yang ingin melanjutkan pendidikannya, sehingga pasien merasa tidak berguna dan memalukan orang tua. Pasien juga mendapatkan perkataan yang mengejek pasien oleh lingkungan temannya sehingga pasien tidak percaya diri dan teringat selalu perkataan temantemannya. (Masalah ekonomi keluarga dan psikososial) Aksis V
Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan skala GAF (Global ( Global Assessment of Functioning ). ). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik). Hal ini ditandai dengan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri disertai gejala psikotik yang ringan. GAF tertinggi selama satu tahun terakhir adalah 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang).Hal ini ditandai dengan pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri namun sesekali ia butuh bantuan dari keluarga disertai gejala psikotik yang cukup sedang.
b. Apakah rencana terapi sudah tepat? Menurut kami rencana terapi pada kasus ini sudah tepat karena pemberian obat berdasarkan keluhan dan gejala psikotik yang didapatkan (gejala positif lebih terlihat). Oleh karena itu kami memilih antipsikotik tipikal Stelazine 3 x 5 mg dengan dosis anjuran 10-15 mg/hari. Selain itu diberikan obat antikolinergik trihexypenidil 2 x 2 mg, sebagai profilaksis terjadinya efek samping dari obat typikal tersebut. Seabaiknya untuk pengobatan skizofren ini dilakukan pengobatan single therapy dahulu, obat antikolinergik dapat diberikan pada pasien jika sudah menunjukkan tanda-tanda adanya gejala ekstrapiramidal. Selain Stelazin, dapat diberikan pula Haloperidol dengan telah memastikan terlebih dahulu bahwa fungsi ginjal dalam keadaan normal.
c. Apakah prognosa sudah tepat? Prognosis mendukung kearah lebih baik:
Pasien termotivasi untuk sembuh;
Keluarga mendukung pasien untuk sembuh;
Hal yang mendukung kearah lebih buruk:
Faktor ekonomi yang mempengaruhi pengobatan pasien;
Perjalanan penyakit yang sudah berlangsung buruk
AUTOANAMNESIS
Dilakukan pada tanggal 28 April 2014 pukul 12.30 WIB. Selamat siang mbak, perkenalkan saya dokter muda Cyntia yang bertugas di ruangan ini, sekarang saya akan memeriksa perkembangan mbak sambil bertanya-tanya sedikit ya. 1. Dengan mbak siapa? Jawab : Laura 2. Umur mbak berapa? Jawab : 23 tahun 3. Alamat sekarang dimana? Jawab : Sukadana, Lampung Timur 4. Mbak sudah makan tadi, makan dengan apa? Jawab :Makan pake telor dan sayur dok 5. Apakah mbak tahu, sekarang mbak ada dimana? Jawab : di RS jiwa dok 6. Siapa yang membawa bapak ke RS? Jawab :orang tua saya sama adek-adek saya 7. Kenapa mbak dibawa kesini ? Jawab : marah-marah dengan orang tua,mengamuk di rumah, membanting kulkas dan rak piring. 8. Mengapa mbak marah-marah dengan orang tua dan mengamuk di rumah ? Jawab : karena saya kesal dengan orang tua yang sudah tidak peduli dengan saya. 9. Mbak sudah menikah ? Jawab : saya sudah menikah tahun 2012 kemudian saya punya anak 1 lalu saya bercerai dengan suami saya tahun 2013. 10. Kenapa mbak bercerai dengan suami mbak ? Jawab : karena saya merasa dibohongi oleh suami saya yang sudah berusia 50 tahun. Menurut dia, kalau saya menikah dengan dia saya bisa jauh lebih tenang.
11. Mbak merasa dibohongi seperti apa oleh suami mbak? Jawab : karena saya sudah 8 tahun merasa diabaikan oleh keluarga. Keluarga tidak peduli lagi dengan saya dan saya merasa tidak nyaman lagi di lingkungan sekitar. Untuk itu saya memutuskan untuk mencari rumah teman saya agar terasa nyaman. Lalu saat ke rumah teman saya, saya ketemu dengan paman teman saya yang bekerja sebagai orang pintar, lalu saya bercerita segala permasalahn saya dan dia menawarkan jika ingin sembuh harus menikah dengannya. Kemudian saya pergi ke Riau untuk mencari pekerjaan dan ketenangan, tetapi karena saya merasa tidak nyaman lalu saya menerima tawaran untuk menikah dengan suami saya supaya saya sembuh, tetapi setelah menikah, saya merasa bukannya sembuh dan malah terasa tambah tertekan. Untuk itu saya nenutuskan untuk bercerai. Orang tua saya tidak tau saya telah menikah.
12. Lalu anak mbak sekarang ada dimana ? Jawab : saya titipkan dengan saudara karena kalau saya dekat dengannya, saya rasanya ingin menginjak anak saya tersebut. 13. Sebenarnya yang membuat mbak merasa tidak nyaman itu apa? Jawab :saya dari SMP sudah diperlakukan keras dengan orang tua saya. Saya merasa orang tua saya tidak perduli, cuek dan tidak menghargai saya. Adik-adik saya dirumah juga berperilaku sama. Saya merasa sendiri dan merasa sangat tidak nyaman. 14. Apa sebelumnya mbak pernah dirawat di RSJ ? Jawab : saya pernah dirawat di RSJ Palembang 1 minggu tahun 2013 karena saya ingin mengamuk dan ingin menginjak anak saya. Lalu saya pulang paksa karena tidak ada biaya oleh suami dan saya kembali ke rumah. Setelah itu saya ingin selalu mengamuk. 15. Mbak merasa mendengar suara bisikan tidak ? Jawab: ya ada dok saya merasa sering ada yang mengatakan saya tidak berguna dan dulu sempat saya mendengar bisikan untuk menginjak anak saya karena merasa anak saya ketika sudah besar akan membuat saya susah.
16. Mbak pernah mencoba untuk bunuh diri ? Jawab :saya pernah beberapa kali mencoba untuk bunuh diri karena ada yang menyuruh saya untuk bunuh diri. 17. Apa mbak merasa terancam sekarang ? Jawab :iya saya merasa seperti diguna-guna, disantet, diteluh oleh teman lakilaki saya saat SMA dulu. Mungkin juga dengan orang tua saya karena orang tua jadi berubah terutama bapak saya yang dulunya perhatian jadi tidak peduli. 18. Apa di keluarga ada yang mengalami sakit seperti mbak ? Jawab : dulu ibu saya pernah seperti saya suka mengamuk-ngamuk serta menempelkan gosokan ke tangan saya. 19. Kalau melihat bayang bayangan pernah? Jawab: oh iya dok pernah, saya seperti sering melihat pocong 20. Maaf sebelumnya apakah mbak pernah memakai obat-obatan terlarang seperti ganja, merokok, minum alkohol ? Jawab : sumpah demi tuhan tidak pernah dok. 21. Sekarang yang mbak rasakan seperti apa ? Jawab : saya sekarang merasa seperti dikejar-kejar perasaan bersalah, saya sekarang menjadi takut dengan orang-orang yang dekat dengan saya karena saya ingat dengan perlakuan orang tua dan orang-orang di sekitar saya yang sudah jahat kepada saya. Saya mudah tersinggung jika ada orang yang tidak menanggapi ketika saya berbicara karena saya takut diabaikan, dicuekin. 22. Baik mbak terima kasih , besok kita ngobrol ngobrol lagi ya. Jawab : baik dok terima kasih ya
View more...
Comments