Laporan Kasus Rds bblr

December 19, 2017 | Author: khansahaura | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

kepaniteraan anak...

Description

BAB I LAPORAN KASUS

I.1. Identitas Pasien A. Identitas Pasien Nama

: By. Ny. Wanggis

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tempat & tanggal Lahir : Soreang, 21 September 2014 Umur

: 4 hari

Suku

: Sunda

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

B. Pemeriksaan Fisik Tanggal

: 25 September 2014

Umur

: 4 hari

Berat Badan

: 1700 gram

Panjang Badan

: 44 cm

Tanda Vital

: Kesadaran

: Kompos mentis

Denyut jantung

: 130 kali/menit

Frekuensi Nafas

: 60 kali/menit

Suhu Tubuh

: 36,8 oC

CRT

: 3”

Kulit

: kemerahan, sianosis (-), ikterik (+) Kremer II

Jaringan subkutis

: Ada

Kepala

: Bentuk Sefal Hematom

: mesosefali : (-)

Kaput suksadeneum : (-) Rambut

: Hitam

Mata

: Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), perdarahan sub konjungtiva (-/-)

Telinga

: Simetris, recoil cepat kembali.

Hidung

: Pernafasan cuping hidung (-), septum deviasi (-)

Mulut

: Simetris, sianosis (-), mukosa bibir basah, celah bibir (-), celah palatum (-)

Leher

: Tortikolis (-), kaku kuduk (-)

Toraks

: Bentuk simetris, retraksi ringan (+)

Payudara

: Teraba bantalan areola mamae 1-2 mm

Jantung

: Normal, reguler

Paru

: Suara nafas bronkovesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

: Supel, H/L/M tak teraba, bising usus (+) normal

Genitalia

: Perempuan

Anus

: (+), mekonium (+)

Ekstremitas

: Atas

: akral hangat, edem (-/-)

Bawah : akral hangat, edem (-/-) Tulang belakang

: Deformitas (-), spina bifida (-), skoliosis (-)

Tanda-tanda fraktur

: Tidak ada

Tanda kelainan bawaan

: Tidak ada

I.2. Dari Rekam Medik Didapatkan Bayi lahir tanggal 21 September 2014 jam 18.25 WIB Anamnesis Riwayat Penyakit Sekarang : Bayi lahir tidak menangis, grunting (+), retraksi suprasternal (+), lemah (+), PCH (+), warna air ketuban meconium hijau , riwayat kelahiran kepala spontan dengan meconial staining. Riwayat Persalinan Kehamilan Kehamilan ke 1 (ini)

Tanggal/ tahun kelahi-ran 31 Maret/ 2013

Jenis Persali Nan

JK

BBL

Hidup/M ati

Penyakit Waktu Hamil

Spontan

P

1700

Hidup

-

Keadaan Persalinan Sekarang Diagnosis Ibu

: G1P0A0

Jenis persalinan

: Spontan dipimpin oleh bidan

Kelahiran

: Tunggal

Letak/presentasi bayi

: Kepala

Kondisi saat lahir

: Hidup

Kondisi air ketuban

: hijau pekat berbau

Volume air ketuban

: Tak dilakukan pengukuran

Keadaan Bayi Saat Lahir Penilaian bayi dengan skor Apgar

Tanda

0

1

2

Penilaian menit ke 1 5

Frekuensi Jantung

tidak ada

< 100

>100

2

2

Usaha bernafas

Tidak Ada

Lambat

menangis kuat

2

2

Tonus otot

Lumpuh

Ekstremitas fleksi sedikit

Gerakan Aktif

0

1

Refleks terhadap rangsangan

Tidak Bereaksi

Gerakan Sedikit

Reaksi Melawan

1

1

Biru /Pucat

Tubuh kemerahan, tangan dan kaki biru

Kemerah-an

1

2

Warna

Penilaian 1 menit sesudah lahir lengkap Penilaian 5 menit sesudah lahir A. Riwayat Resusitasi Tindakan/ventilasi : Perangsangan Pemberian 02 dengan tekanan tidak langsung Medikasi pada bayi : -

Infus D10% 100 + 8 cc CaCl2

-

Ampicilin 2 x 100 mg

-

Genta 1 x 6 mg

-

Aminofilin 3 x 4 mg

-

Pasang OGT dekompresi

-

Cek DR + GDS

-

Thorax foto

B. Antropometri Berat badan lahir

: 1700 gram

Panjang badan lahir

: 44 cm

I.3. RESUME Nama

: By. Ny. Wanggis

Jenis Kelamin

: Perempuan

BB/PB/LK

: 1700 gram/ 44 cm/ tidak diukur

TL/JL/CL

: 21 September 2014 / 18.25 WIB / Spontan

Pemeriksaan Fisik

:



Denyut Jantung

: 130 kali/ menit



Frekuensi Napas

: 55 kali/ menit



Suhu tubuh

: 36,80C



CRT

: 60 – 80 x/menit 2. Retraksi : Retraksi : cekungan atau tarikan interkostal atau dibawah sternum (substernal) selama inspirasi 3. Pernafasan cuping hidung : kembang kempis lubang hidung selama inspirasi. 4. Merintih atau grunting : terdengan merintih atau menangis saat inspirasi 5. Sianosis : sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir (berbeda dengan biru lebam atau warna membran mukosa. Sianosis sentral tidak pernah normal, selalu memerlukan perhatian dan tindakan segera. Mungkin mencerminkan abnormalitas jantung, hematologik atau pernapasan yang harus dilakukan tindakan segera. 6. Apneu atau henti nafas 7. Bila takipneu, retraksi, cuping hidung, dan grunting menetap pada beberapa jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan napas 2. Permasalahan apa saja yang dapat ditemui pada bayi berat lahir rendah dan neonatus kurang bulan ?  Ketidakstabilan bayi kurang bulan memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh karena : a. peningkatan kehilangan panas b. berkurangnya lemak subkutan c. rasio daerah permukaan terhadap berat badan yang tinggi d. berkurangnya produksi panas karena tidak memakai lemak coklat dan ketidakmampuan untuk menggigil  Kesulitan bernafas a. defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat pernafasan b. resiko aspirasi karena refleks tersedak dan batuk yang buruk, pengisapan dan penelanan yang tidak terkoordinasi c. thorax yang dapat menekuk da otor pernafasan yang lemah d. pernafasan periodik dan apneu  Berbagai masalah gastrointestinal dan nutrisi a. refleks hisap dan menelan yang buruk b. penurunan motilitas usus c. penundaan pengosongan lambung

d. penurunan pencernaan dan absorpsi berbagai vitamin yang larut dalam lemak e. defisiensi enzim laktase pada brush border usus f. menurunnya simpanan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh g. meningkatnya resiko NEC  Ketidakmatangan hepar a. konjugasi dan ekskresi bilirubin yang terganggu b. defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K  Permasalahan hematologi a. anemia b. hiperbilirubinemia, terutama indirek c. koagulasi intravaskuler menyebar (DIC) d. penyakit perdarahan pada neonatus (HDN) 3. Bagaimana penatalaksanaan bayi dengan berat lahir rendah ? Bayi dengan Berat Lahir 1750-2499 gram Bayi dengan berat lahir > 2250 gram umumnya cukup kuat untuk mulai minum sesudah dilahirkan. Jaga bayi tetap hangat dan kontrol infeksi, tidak ada perawatan khusus. Sebagian bayi dengan berat lahir 1750 – 2250 gram mungkin perlu perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum dan kehangatan, terutama jika kontak kulit-ke-kulit dapat dijaga. Pemberian Minum Mulailah memberikan ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi mampu mengisap. Bayi yang dapat mengisap harus diberi ASI. Bayi yang tidak bisa menyusu harus diberi ASI perah dengan cangkir dan sendok. Ketika bayi mengisap dari puting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi pemberian minum melalui sendok dan cangkir. Periksalah bayi sekurangnya dua kali sehari untuk menilai kemampuan minum, asupan cairan, adanya suatu TANDA BAHAYA atau tanda-tanda adanya infeksi bakteri berat. Jika terdapat salah satu tanda ini, lakukan pemantauan ketat di tempat perawatan bayi baru lahir seperti yang dilakukan pada Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR). Risiko merawat anak di rumah sakit (misalnya mendapat infeksi nosokomial), harus seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari perawatan yang lebih baik. Bayi dengan Berat Lahir di bawah 1750 gram Bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu, hipoksemia, sepsis, intoleransi minum dan enterokolitis nekrotikan. Semakin kecil bayi semakin tinggi risiko. Semua Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) harus dikirim ke Perawatan Khusus atau Unit Neonatal.

Tatalaksana 

Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu tanda hipoksemia.

Suhu 

Lakukanlah perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau beri pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika staf telah berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak ada penghangat bertenaga listrik, botol air panas yang dibungkus dengan handuk bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh sekitar 36,5 – 37,5º C dengan kaki tetap hangat dan berwarna kemerahan.

Cairan dan pemberian minum 

Jika mungkin berikan cairan IV 60 mL/kg/hari selama hari pertama kehidupan. Sebaiknya gunakanpaediatric (100 mL) intravenous burette: dengan 60 tetes = 1 mL sehingga, 1 tetes per menit = 1 mL per jam. Jika bayi sehat dan aktif, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung, tergantung berat badan



Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa. Lakukan perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV dapat akurat karena kelebihan cairan dapat berakibat fatal.



Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang. Bayi mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.



Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2, pada bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum dimulai jika perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising usus, telah keluar mekonium dan tidak terdapat apnu.



Gunakan tabel minum.



Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya.



Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari.



Pemberian susu dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2 jam melalui pipa lambung. Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan cangkir dan sendok atau pipet steril. Gunakan hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2-4 mL dapat diterima tanpa muntah, distensi perut atau retensi lambung lebih dari setengah yang diminum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1-2 mL per minum setiap hari. Kurangi atau

hentikan minum jika terdapat tanda-tanda toleransi yang buruk. Jika target pemberian minum dapat dicapai dalam 5-7 hari pertama, tetesan IV dapat dilepas untuk menghindari infeksi. 

Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga 150-180 mL/kg/hari (minum 19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan 28-34 mL untuk bayi 1.5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung kembali volume minum berdasarkan berat badan terakhir.

Antibiotik dan Sepsis 

Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil (mendekati 1 kg).



Jika terdapat salah satu TANDA BAHAYA atau tanda lain infeksi bakteri berat mulailah pemberian antibiotik.

Apnu 

Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan resusitasi dengan balon dan sungkup.



Jika bayi mengalami episode apnu lebih dari sekali dan atau sampai membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau aminofilin.



Kafein lebih dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/kg oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit). Dosis rumatan sesuai anjuran (lihat dosis obat untuk bayi baru lahir).



Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara oral atau IV selama 15-30 menit. Dosis rumatan sesuai anjuran.



Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus digunakan.

Pemulangan dan pemantauan BBLR BBLR dapat dipulangkan apabila : 

Tidak terdapat TANDA BAHAYA atau tanda infeksi berat.



Berat badan bertambah hanya dengan ASI.



Suhu tubuh bertahan pada kisaran normal (36-37ºC) dengan pakaian terbuka.



Ibu yakin dan mampu merawatnya.

BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir dan jika ada dosis kedua pada saat akan dipulangkan.

Konseling pada saat BBLR pulang Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai: 

pemberian ASI eksklusif



menjaga bayi tetap hangat



tanda bahaya untuk mencari pertolongan

Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai 2,5 kg. 4. Mengapa aspirasi mekonium dapat menyebabkan gawat nafas dan bagaimana cara menegakkan diagnosa ? Mekonium adalah kotoran intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna hijau gelap yang terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan skeresi usus (misalnya: cairan empedu) yang dikeluarkan pertama kali oleh bayi baru lahir.

Sindrom aspirasi meokinum seringkali merupakan tanda bahwa neonatus telah menderita asfiksia sebelum dan sesudah kelahiran. Gawat nafas ini disebabkan oleh apirasi mekonium oleh fetus dalam uterus atau oleh neonatus selama proses persalinan dan kelahiran. Mekonium yang terinflamasi dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas dan reaksi inflamasi intensif. Faktor yang mendorong pengeluaran mekonium intrauterin adalah sebagai berikut : -

Insufusiensi plasenta

-

Hipertensi maternal

-

Preeklamsia

-

Oligohidramnion

-

Pengguaan obat-obatan semasa kehamilan, terutama tembakau dan kokain

-

Infeksi maternal / korioamnionitis

-

Hipoksia fetus

Dalam rahim pengeluaran mekonium dihasilkan dari rangsangan saraf dari saluran gastrointestinal yang telah matang dan biasanya akibat dari stress hipoksia fetus. Begitu fetus mencapai aterm, traktus gastrointestinal menjadi matang, dan stimulasi vagus dari kompresi kepala atau saraf tulang belakang dapat menyebabkan peristaltik dan relaksasi sfingter anus menyebabkan keluarnya mekonium. Mekonium mengubah cairan amnion secara langsung, menurunkan aktivitas antibakteri dan selanjutnya meningkatkan resiko infeksi bakteri perinatal. Mekonium juga mengiritasi kulit

fetus, karena itu meningkatkan insidensi eritema toksikum. Namun, komplikasi paling berat dari pengeluaran mekonium intrauterin adalah aspirasi sebelum, selama, dan sesudah kelahiran. Aspirasi menyebabkan hipoksia melalui 4 efek mayor1 : obstruksi jalan nafas, disfungsi surfaktan, pneumonitis kimia, dan hipertensi pulmonal. a. Obstruksi Jalan Nafas Obstruksi jalan nafas total oleh mekonium menyebabkan atelektasis. Obstruksi parsial menyebabkan udara terperangkap dan hiperdistensi alveoli, umumnya dikenal dengan istilah ball-valve effect. Hiperdistensi alveoli terjadi dari ekspansi jalan nafas selama inhalasi dan kolaps jalan nafas sekitar mekonium yang mengeras pada jalan nafas, menyebabkan tahanan meningkat selama ekspirasi. Udara yang terperangkap (paru hiperinflasi) dapat pecah ke pleura (pnemotoraks), mediastinum (pneumomediastinum), atau pericardium (pneumoperikardium). b. Disfungsi Surfaktan Mekonium mendeaktivasi surfaktan dan dapat menghambat sintesis surfaktan. Beberapa komponen mekonium, terutama asam lemak bebas (misalnya : palmatic, stearic, oleic), memiliki tekanan permukaan yang lebih minimal dibanding surfaktan dan menyebabkan atelektasis luas. c. Pneumonitis Kimia Enzim, asam empedu, dan lemak pada mekonium mengiritasi saluran nafas dan parenkim, menyebabkan pelepasan sitokin (termasuk TNF, IL-6, IL-8, IL-13, IL-1AY) dan menyebabkan pneumonitis luas yang dapat dimulai dalam beberapa jam setelah aspirasi. Semua efek pulmonari ini dapat menghasilkan ventilation-perfusion (V/Q) mismatch. d. Hipertensi Pulmonal Persisten pada Bayi Baru Lahir (PPHN) Banyak bayi dengan sindrom aspirasi mekonium memiliki hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir (PPHN) sebagai akibat dari stress intrauterin kronik dan penebalan pembuluh darah pulmonal. PPHN kemudian menyebabkan hipoksemia yang sebabkan oleh sindrom aspirasi mekonium. Akhirnya, walaupun mekonium steril, kehadirannya pada saluran nafas dapat menjadi predisposisi terjadinya infeksi pulmonal pada bayi.

Patofisiologi pengeluaran mekonium dan sindrom aspirasi mekoium. Pembersihan mekonium dari saluran nafas yang tidak adekuat sebelum nafas pertama dan penggunaan ventilasi tekanan positif sebelum membersihkan jalan nafas dari mekonium meningkatkan kecenderungan neonatus mengalami sindrom aspirasi mekonium. Urin berwarna hijau dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan sindrom aspirasi mekonium kurang dari 24 jam setelah kelahiran. Pigmen mekonium dapat diserap oleh paru dan dieksresikan melalui urin. Diagnosis sindrom aspirasi mekonium membutuhkan adanya air ketuban atau neonatus bercampur mekonium, distress pernafasan, dan kelainan radiografi. Gejala distress pernafasan berat adalah sebagai berikut : -

Sianosis

-

End-expiratory grunting

-

Nafas cuping hidung

-

Retraksi interkosta

-

Takipnea

-

Barrel chest

-

Auskultasi ronki basah dan kering (pada beberapa kasus)

Kuku jari tangan, tali pusarm dan kulit berwarna kuning kehijauan dapat ditemukan. Pada manifestasi klinis didapatkan : - tercampurnya mekonium dalam cairan ketuban sebelum kelahiran - kontaminasi mekonium pada neonatus setelah lahir - jalan napas terhambat - gagal napas yang mengarah pada peningkatan diameter anteroposterior dada Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan mencakup : - analisa gas darah - pemeriksaan radiologis : pada rontgen dada akan memperlihatkan infiltrat bercak, garis kasar pada kedua bidang paru, diameter anteroposterior yang meningkat dan pemipihan diafragma. 5. Bagaimana penatalaksanaan mekonium aspirasi sindrom ? a. Pencegahan sindrom aspirasi mekonium : Pencegahan merupakan hal paling penting. Ahli obstetri harus memonitor status fetus dengan ketat untuk menidentifikasi adanya stress fetus. Ketika mekonium dideteksi, amnioinfusion dengan salin steril dan hangat bermanfaat untuk mengencerkan mekonium pada cairan amnion, karena itu meminimalkan keparahan aspirasi. Namun, temuan saat ini tidak mendukung amnioinfusion untuk mencegah sindrom aspirasi mekonium. Suatu studi menunjukkan bahwa amnioinfusion tidak menurunkan resiko sindrom aspirasi mekonium sedang atau berat atau sindrom aspirasi mekonium yang berhubungan denan kematian. Rekomendasi terbaru tidak lagi menyerankan intrapartum suction untuk bayi baru lahir dengan cairan amnion bercampur mekonium. Ketika terjadi aspirasi, intubasi dan penyedotan jalan nafas dapat membersihkan mekonium yang teraspirasi. Jangan melakukan teknik berikut untuk mencegah terjadinya aspirasi mekonium : -

Menekan dada bayi

-

Memasukkan jari pada mulut bayi

The American Academy of Pediatrics Neonatal Resuscitation Program Steering Committee and the American Heart Association telah mengembangkan pedoman tatalaksana

bayi yang terpapar dengan mekonium.Pedoman tersebut sedang terus direvisi. Pedoman saat ini adalah sebagai berikut : -

Jika bayi tidak bertenaga (upaya bernafas kurang, tonus otot yang lemah, dan/ atau detak jantung 100x/menit)  Jangan melakukan intubasi. Bersihkan sekret dan mekonium dari mulut dan hidung dengan bulb syringe atau large bore suction catheter.

-

Pada kedua kasus, setelah resusitasi awal hal yang perlu dilakukan berikutnya adalah mengeringkan, merangsang, memposisikan, dan memberikan oksigen.

Algoritma penatalaksanaan bayi yang lahir dengan cairan amnion bercampur mekonium. Perawatan selanjutnya dilakukan di ICU (NICU). 

Pertahankan suhu ruang yang optimal untuk meminimalkan konsumsi oksigen.



Diperlukan penanganan minimal karena bayi-bayi ini mudah mengalami agitasi. Agitasi meningkatkan right to left shunt, sehingga dapat menyebabkan hipoksia dan asidosis.



Sedasi seringkali dibutuhkan untuk menurunkan agitasi



Kateter arteri umbilikalis harus dipasang untuk memantau gas darah tanpa mengagitasi bayi.



Perawatan pernafasan kontinu. Terapi oksigen dengan hood atau tekanan positif penting dalam mempertahankan oksigenasi arteri yang adekuat. Ventilasi mekanik dibutuhkan pada sekitar 30% bayi dengan sindrom aspirasi mekonium. Hal ini meminimalkan tekanan rata-rata jalan nafas dan menggunakan waktu inspirasi sependek mungkin. Saturasi oksigen harus dipertahankan pada 90-95%.



Terapi surfaktan telah umum digunakan untuk menggantikan surfaktan yang tidak aktif dan sebagai deterjen untuk menghilangkan mekonium. Walaupun penggunaan surfaktan nampaknya tidak mempengaruhi tingkat kematian, ia dapat menurunkan keparahan penyakit (penggunaan oksigenasi membran ekstrakorporeal)k, dan menurunkan lama rawat inap.



Walaupun ventilasi konvensional umumnya digunakan, oscillation ventilation dan jet ventilation merupakan terapi alternatif yang efektif. Hipervetilasi untuk menginduksi hipokapnea dan mengkompensasi metabolik asidosis sudah bukan merupakan terapi utama untuk hipertensi pulmonal karena hipokarbia dapat menurunkan perfusi otak (PaCO2 < 30 mmHg). Alkalosis berkepanjangan menyebabkan kerusakan saraf, sehingga alkalosis harus dihindari pada pasien ini.



Terapi ventilator dengan tekanan rata-rata jalan nafas dan volum tidal yang minimal harus digunakan jika terdapat emfisema interstisial pulmonal atau pneumotoraks.



Pada hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir (PPHN), nitrit oksida inhalasi merupakan vasodilator paru pilihan. Oksigen juga merupakan vasodilator yang poten. Penghambat fosfodiesterase, termasuk sildenafil dan milirinone, digunakan sebagai terapi tambahan untuk PPHN.



Perhatikan tekanan volum darah sistemik dan tekanan darah sistemik. Ekspansi volum, terapi transfusi, dan vasopresor sistemik penting dalam mempertahankan tekanan darah sistemik lebih tinggi dari tekanan darah paru, karena itu menurunkan right-to-left shunt pada pasien dengan Patent Ductus Arteriosus (PDA).



Pastikan kapasitas pembawa oksigen adekuat dengan mempertahankan hemoglobin > 13g/dL.



Kortikosteroid tidak direkomendasikan. Tidak cukup bukti yang mendukung penggunaan steroid pada sindrom aspirasi mekonium.



Tidak terdapat studi yang menunjukkan bahwa profilaksis antibiotik menurunkan insidensi sepsis pada neonatus yang lahir melalui cairan amnion yng bercampur dengan mekonium.

Karena itu penggunaan antibiotik diberikan hanya pada pasien yang mengalami atau diduga mengalami infeksi. 

Walaupun Oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) efektif dalam penanganan sindrom aspirasi mekonium, ECMO berhubungan dengan hasil keadaan neurologis yan buruk.

Tatalaksana bayi yang lahir melalui cairan amnion bercampur mekonium. Walaupun penanganan air block syndrome (pneumotoraks atau pneumoperikardium) adalah dengan memasang drainase toraks, namun terpai dengan fibrin glue efektif pada kasus kebocoran udara yang persisten. Karena itu dapat dikonsultasikan pada bedah anak. Evaluasi oleh ahli jantung anak juga penting untuk penilaian ekokardiografi untuk menilai struktur jantung dan keparahan hipertensi pulmonal, dan right-to-left shunt. Evaluasi ahli neurologi juga penting apabila terdapat kasus ensealopati neonatorum atau kejang. Distress perinatal dan distress pernafasan berat menghalangi pemberian makan. Terapi cairan intravena dimulai dengan infus dekstrosa yang adekuat untuk mencegah hipoglikemia. Cairan intravena harus sedikit dibatasi (60-70 mL/kg/hari). Secara bertahap tambahkan elektrolit, protein,

lemak, dan vitamin untuk memastikan kebutuhan nutrisi adekuat dan mencegah defisiensi asam amino dan asam lemak esensial. Terapi surfaktan seringkali digunakan. Ekstrak paru alami diberikan untuk menggantikan surfaktan yang telah hilang. Surfaktan juga bekerja sebagai deterjen untuk memecah mekonium yang tersisa, sehingga menurunkan keparahan penyakit paru. Surfaktan digunakan pada pasien dengan sindrom aspirasi mekonium, namun, keefektifan, dosis, dan produk yang paling efektif belum ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Clark MB. Meconium Aspiration Syndrome. 2014 [diakses pada 2014 Sept 26 ]. Diaksses dari: http://emedicine.medscape.com/article/974110-overview Guideline Neonatal resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Kattwinkel J, Perlman JM, Aziz K, Colby C, Fairchild K, GallagherJ, Hazinski MF, Halamek LP, Kumar P, Little G, McGowan JE, Nightengale B, Ramirez MM, Ringer S, Simon WM, Weiner GM, Wyckoff M, ZaichkinJ. Circulation. 2010;122:S909 –S919. Kosim MS, Yunanto A & Dewi R Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012 Pelayanan Obstetri dan neonatal emergensi komprehensif. 2008. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Swarnam K, Soarisham AS, Sivanandan S. Advances in the Management of Meconium Aspiration Syndrome. International Journal of Pediatrics 2012; 2012:7 Vidyasagar, Bhat. Meconium aspiration syndrome. 2012 [diakses pada 2014 Sept 25]. Diakses dari : http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/1185/treatment/step-bystep.html World health organisation. Bayi berat lahir rendah. 2013. [diakses pada 25 september 2014]. Diakses dari : http://www.edukia.org/web/kbanak/4-10-bayi-berat-lahir-rendah-bblr/

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF