Laporan Kasus Parotitis pada anak
April 6, 2017 | Author: Silviana Sari | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Kasus Parotitis pada anak...
Description
BAB I STATUS PASIEN
1.
2.
Identitas Pasien a. Nama/Jenis Kelamin/Umur b. Pekerjaan/Pendidikan c. Alamat
: An. M.Fadhil/ laki-laki/ 3 tahun 11 bulan : Belum sekolah : RT 02 kel.Arab Melayu, Seberang Kota Jambi
Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga a. Status Perkawinan : Belum menikah b. Jumlah anak/saudara : pasien merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara c. Status ekonomi keluarga : Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan ayah Rp 2.500.000/bulan d. Kondisi Rumah Pasien tinggal di perkampungan arab melayu yang padat penduduk, di tepi sungai batang hari, kurang lebih berjarak ± 100 meter dari tepi sungai. Bangunan rumah : tinggal di rumah panggung semi permanen, dengan ukuran 10 x 6 meter mempunyai 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1 kamar mandi yang bergabung dengan rumah, dinding depan terbuat dari kayu dan berlantai papan, dengan sumber air bersih dan minum berasal
dari PDAM, ventilasi dan
pencahayaan cukup memadai, BAB di jamban leher angsa yang letaknya di dalam kamar mandi, penataan rumah cukup rapi dan bersih. Sampah rumah tangga dibuang di belakang rumah dan dibakar. Jarak antar rumah cukup berdekatan. -
Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien tinggal bersama ibu, ayah, 1 orang kakak, 1 orang adik, dan 1 orang neneknya. Ayah dan ibu sangat menyayangi pasien, begitu juga nenek pasien sangat sayang dan perhatian terhadap pasien. Hubungan ayah dan ibu pasien harmonis.
1
Pemeriksa bersama keluarga pasien pasien
Ruang tamu
Ruang tengah
Obat pasien
2
Kamar mandi
Dapur
Ruang makan
3. Aspek Psikologis di Keluarga - Hubungan dengan keluarga di antara mereka terjalin baik, terbukti dengan adanya komunikasi antar anggota keluarga, dimana ayah dan ibu pasien yang mengantar pasien berobat ke puskesmas. 4. Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan Utama
: Bengkak pada kedua pipi belakang sejak 1 hari yang lalu
Riwayat Perjalanan Penyakit: Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada pipi kiri belakang sejak 2 hari yang lalu. Bengkak pada pipi pasien terasa nyeri yang dirasakan sepanjang hari dan bertambah berat bila pasien membuka rahangnya dan mengunyah, nyeri agak berkurang bila pasien tidak berbicara, menutup mulut dan istirahat. 2 hari yang lalu, pasien juga mengeluh demam. Demam tidak disertai dengan menggigil dan berkeringat. Demam tidak terlalu tinggi, ibu pasien mengaku demamnya turun setelah diberi paracetamol (36,4 0 C). Ibu
3
pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang dari biasanya karena bengkak pada pipi kiri nya menyulitkan pasien untuk makan dan terasa nyeri saat mengunyah. Sementara ini pasien masih dapat makan dan minum, hanya saja kalau dipaksakan bahwa pasien mengalami muntah 1x, Hal seperti ini juga dialami oleh kakak kandung pasien dan sepupunya, ketika pasien bermain ke rumah sepupunya 2 hari yang lalu, sepulang dari sana pasien mengeluh demam kemudian disusul dengan bengkak pada kedua pipinya. mimisan (-), bercak-bercak kemerahan (-), minum baik. BAK (+). tidak ada gusi yang bengak atau gigi yang berlubang (-), dan pasien juga tidak mengalami trauma pada daerah yang bengkak. 5. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga Keluhan yang sama sebelumnya disangkal Batuk pilek sering Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (+), kakak kandung dan sepupu pasien juga mengalami bengkak pada kedua pipinya Riwayat asma (-) Riwayat alergi obat (-) 6. Riwayat Imunisasi Hepatitis B (+) BCG (+) DPT (+) 3x Polio (+)3x Campak (+) MMR (-) 7. Riwayat Persalinan Pasien lahir cukup bulan. Lahir spontan, ditolong oleh bidan. Anak lahir langsung menangis. Berat badan lahir 2900 gram, panjang badan 50 cm. 8.
Riwayat Gizi Anak mendapat ASI sampai usia 15 bulan dan diberi makanan nasi, lauk pauk, dan sayur-sayuran.
9.
Pemeriksaan fisik Tanda vital 1. Keadaan Umum 2. BB 3. TB 4. Kesadaran 5. Nadi
: tampak sakit sedang : 19 kg :: compos mentis : 84x/menit 4
6. Pernafasan 7. Suhu 8. TD
: 22x/menit : 36,4 0 C :-
Pemeriksaan Organ 1. Kepala Bentuk 2. Mata
: normocephal
Exopthalmus/enophtal: (-) Kelopak
: normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
3. Telinga 4. Hidung
Sklera
: ikterik (-/-)
Kornea
: normal
Pupil
: bulat, isokor, reflex cahaya +/+
Lensa
: jernih
: sekret (-/-), pendengaran menurun (-/-) : Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
deformitas hidung (-) 5. Mulut : Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-) 6. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-) 7. Thorak Jantung
: BJ I/II reguler normal, bising jantung (-)
Paru
: Vesikuler +/+, ronki (-/-),wheezing (-/-)
8. Abdomen : datar, Supel, Nyeri tekan (-), defense muscular (-) Bising usus + normal, timpani (+) 9. Ekstremitas : akral hangat, edema (-) 10. Kulit : turgor kulit baik. Hangat (+), CRT < 2 detik
Status lokalis: Regio angulus mandibula sinistra Terdapat massa dengan diameter sebesar ± 4-7 cm, bentuk bulat oval, konsistensi lunak, batas tegas, kemerahan (-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada pus. Nyeri tekan (+) 10. 11.
Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan Usulan pemeriksaan penunjang
5
Darah Rutin, pada infeksi virus biasnya akan menunjukkan lekopenia, tetapi jika terdapat infeksi sekunder dan parotitis supuratif yang disertai pus, maka didapatkan leukositosis. Kultur jaringan untuk menetukan penyebab infeksi dan respon keberhasilan pengobatan yang telah diberikan. FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) untuk membedakan adanya 12.
tumor parotis atau neoplasma. Diagnosis kerja Parotitis epidemika sinistra ec.infeksi Viral (B.26.9)
13.
Diagnosis banding Parotitis supuratif ec infeksi bakteri (B.26.7) Adenitis servikalis ( B.26.8) tumor parotis (C.77.0)
1.
Manajemen a. Promotif Menjelaskan
pada
pasien
mengenai
penyakitnya
dan
cara
penularannya. Menyarankan pasien untuk beristirahat. Menyarankan pasien makan makanan yang bergizi dan teratur Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat sembuh sendiri. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien akan pentingnya imunisasi MMR dimana imunisasi berperan untuk membentuk antibody dan kekebalan tubuh. b. Preventif Imunisasi MMR Hindari kontak dengan pasien parotitis Menjaga higienitas, dan kebersihan personal Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk menghindari droplet c. Kuratif Non Farmakologi Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang
bergizi dan beristirahat yang cukup Diet lunak 1.200kkal dan cairan yang cukup
6
Kompres dengan air dingin dan air hangat selang-seling pada parotitis
Farmakologi
Anti piretik-analgetik: Parasetamol syrup 120 mg/5 ml bila demam,
3 kali sehari @ 1 sendok teh diberikan selama 3 hari Roboransia : Vitamin C 3 x 25 mg, 3 kali ½ tablet selama 3 hari Anti histamine : Chlorpheniramin Maleat 3 x 2 mg, 3 kali ½ tablet
selama 3 hari Antiviral : asiklovir, akan diubah menjadi asiklovir monofosfat oleh kinidin kinase (virus) dan kemudian asiklovir monofosfat akan diubah menjadi asiklovir trifosfat oleh sel tubuh. Selanjutnya asiklovir trifosfat akan menghambat DNA-polymerase virus DNA sehingga replikasi virus terhambat. pada pasien ini tidak akan memberikan manfaat yang nyata karena penyakit ini bersifat selflimiting
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Olak Kemang dr. Silviana Sari G1A213028 STR 019/01/2015 Jl sehat no 01 RT 03
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Olak Kemang dr. Silviana Sari G1A213028 STR 019/01/2015 Jl sehat no 01 RT 03
Dokter :dr. Silviana Sari
Dokter :dr. Silviana Sari
SIP
: No. 266/SIK/2015 NO.I
SIP
22 April 2015
R/
: No. 266/SIK/2015 NO.2 22 April 2015
R/
7
Pro : An. M.F/ 3 tahun 11 bulan
Pro : An. M.F/ 3 tahun 11 bulan
Alamat : RT 02 Arab Melayu
Alamat : RT 02 Arab Melayu
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Olak Kemang dr. Silviana Sari G1A213028 STR 019/01/2015 Jl sehat no 01 RT 03 Dokter :dr. Silviana Sari SIP
: No. 266/SIK/2015 NO.3 22 April 2015
R/
Pro : An. M.F/ 3 tahun 11 bulan Alamat : RT 02 Arab Melayu
8
Obat tradisional Ramuan Daun Tapak Dara: 1 genggam daun tapak dara, ditumbuk halus lalu ditempelkan
pada
gondongan.
Penderita
penyakit
gondongan
sebaiknya
menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak. 5 gram adas, 10 gram kencur, 20 gram kunyit, 10 gram temu ireng, 20 gram temulawak, 10 gram Tapak Dara. Cara Membuat : Cuci bersih bahan.kemudian masukkan dalam panci enamel/kuali tanah takaran 3 gelas air. rebus jadikan 1/2 nya. Saring minum pagi dan malam hari. Jika pada jaman dahulu penderita gondongan diberikan blau (warna biru untuk mencuci pakaian), sebenarnya itu secara klinis tidak ada hubungannya. Kemungkinan besar hanya agar anak yang terkena penyakit Gondongan ini malu jika main keluar dengan wajah belepotan blau, sehingga harapannya anak tersebut istirahat dirumah yang cukup untuk membantu proses kesembuhan. d. Rehabilitatif Meningkatkan daya tahan tubuh. Mengatur pola makan dengan gizi seimbang Minum obat sesuai anjuran dan teratur. Jika sakit semakin bertambah berat, maka segera ke RS PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad fungtionam: dubia ad bonam Quo ad sanationam : dubia ad bonam
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).1,2,3 2.2. Epidemiologi Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.Virus menyebar melalui kontak langsung melalui droplet, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik pada komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat, yang hidup dalam rumah, perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah.terjadi pada anak berusia 5-9 tahun. terutama Ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin parotitis epidemika pada tahun 1968. Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan umur yang terkena 5-15 tahun. Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan diatas 40 tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah yang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian parotitis pada usia/dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun sebesar 70%-80%. Gender juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena parotitis dibandingkan perempuan.3,4 2.3. Etiologi
10
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus, yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.4,5,6 Virus mumps merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal yang termasuk dalam genus paramyxovirus, dan merupakan salah satu virus parainfluenza dengan manusia sebagai satu-satunya inang (host). Virus mumps mudah menular melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin.6 Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala prodromal berupa demam, nyeri kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang diikuti peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam waktu 48 jam dan dapat berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum sampai 3 hari setelah terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis.5,6 Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan (2) Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu < 4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. 2.4. Patogenesis Masa inkubasi 15 sampai 25 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel epithel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju ke kelenjar ludah dan parotis. Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan. Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari viremia awal. Viruria biasanya terjadi, dan disertai oleh gangguan ginjal.4 2.5. Gejala Klinis
11
Masa inkubasi berkisar antara 14 - 25 hari, dengan puncak pada 17 -18 hari dan rata-rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8 sampi 30 hari. Pada anak, manifestasi prodormal jarang tetapi mungkin bersama dengan demam, nyeri otot (terutama pada leher), nyeri kepala, anorexia, dan malaise. Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 – 39,50C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotitis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian bilateral. Pembengkakan tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini merupakan gejala khas untuk penyakit parotitis epidemika. Ciri khas lain adalah kelenjar parotitis membengkak sampai kebelakang. Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya puncaknya pada 1-3 hari dan pembengkakan menghilang dalam satu minggu setelah pembengkakan maksimal. Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga keatas dan keluar dari sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit di atas kelenjar yang membengakak tidak hangat atau eritem, berlawanan dengan tanda yang ditemukan pada parotitis bakteri. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 8-10 hari. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak sehari atau dua hari sebelum yang lain, tetapi lazimnya pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.7,8
2.6. Penegakan Diagnosis 1. Anamnesis Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadangdengan keluhan pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan perabaan , terlebih bila penderita makan atauminum sesuatu yang asam.7,8 2. Klinis
Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C Keluhan nyeri didaerah parotis satu
disertai pembesaran Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa
atau
dikedua
belah
fihak
malas.
12
Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa inkubasi
14-24 hari). Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif sampai
sakit berat. Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan mastoid).
2.7. Differensial Diagnosis
Parotitis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV, influenza, parainfluenza 1 dan
3 dan sitomegalovirus. Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik. Disebabkan oleh kelainan metabolik
dan nutrisi seperti diabetes mellitus, kwasiorkor, malnutrisi, obesitas dan sirosis. Pembesaran kelenjar parotis simptomatik Pembesaran kelenjar parotis akibat
operasi. Parotitis supuratif. Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar dari
duktus kelenjar. Penyebabnya dari otitis media atau mastoiditis. Parotitis berulang. Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi
mungkin bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram khas. Kalkulus salivarus. Menyumbat saluran parotis atau lebih sering saluran
sub mandibularis,menyebabkan pembengkakan intermitten. Limfo sarkoma atau tumor parotis. Adenitis servikal, disebabkan oleh streptokokus, difteria
bullneck,
mononukleosisinfeksiosa, cat-scrach disease, angina ludwig dan selulitis kanalis
auditorius eksterna. Reaksi obat. Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan pembengkakan parotid dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan. Parotitisiodium, biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi intravena. Obat antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan pembengkakan
parotis. Sindroma Sjorgen. Merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur lainnya yang seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling sering terjadi pada wanita pasca menopause.
2.8. Pemeriksaan Laboratorium
13
Darah rutin. Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang. Amilase serum Biasanya ada kenaikan amilase serum,
kenaikan
cenderung
dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Pemeriksaan serologis Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya infeksi virus, yaitu: Hemaglutination inhibition (HI) test, Neutralization (NT) test Pemeriksaan Virologi Tes imunofluoresein untuk mendeteksi antibody dalam darah.
2.9
Pengobatan Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilangsendiri)
yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu
pengobatan parotitis seluruhnya
simptomatis dan suportif. 1. Penderita rawat jalan. Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada komplikasi, keadaan umum cukup baik. a. Istirahat yang cukup b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup c. Medikamentosa Analgetik-antipiretik bila perlu : metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari, parasetamol : 10-15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
2. Penderita rawat inap. Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasia. Diit lunak, cair dan TKTP , Analgetikantipiretik, Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya. 3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
14
a. Encephalitis, simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit kepala. b. Orkhitis, istrahat yang cukup pemberian analgetik - sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,selama 2-4 hari.(1,4,6,8) 2. 10. Komplikasi 1. Meningoensepalitis. Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan,yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak. Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan lain biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan tekanan yang meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel terutama limfosit meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan Cairan cerebrospinal baisanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnyahampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus
dimana
leukosit
polimorfonuklear
sering
mendominasi
pada
awal penyakit. 2. Ketulian Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen. 3. Orkitis Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3-14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4
15
hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi. 4. Ooforitis Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca pubertas. 5. Pankreatitis Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps. Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga kadang diagnosis dikelirukan dengangastroenteritis. Pankreatitis ringan dan asimptomatik mungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada akhir minggu pertama. 6. Nefritis Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita danviruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal. 7. Tiroiditis Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita. 8. Miokarditis Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui. Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5 – 10 hari pada parotitis.. Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik. 9. Artritis Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali
16
berpindah-pindah.
Gejala
sendi
mulai
1 sampai
2
minggu
setelah
berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkenaadalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1 sampai 12 minggu dan sembuh sempurna. 10. Kelainan pada mata Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan pengelihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10 – 20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata,kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis,tenonitis, dengan akibat eksoftalmus ; trombosis vena sentral.
11. Embriopati parotitis Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin, kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada awal kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus 2.11. Prognosis Parotitis
merupakan
Prognosis parotitis
adalah
penyakit baik,
dapat
self-limited, sembuh
dapat spontan
sembuh dan
sendiri.
komplit
serta
jarang berlanjut menjadi kronis. Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi. 2.12. Pencegahan Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif. 1)
2)
Pasif. Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi. Aktif. Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) diberikan
subkutan
pada
anak
berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak
17
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” padaindividu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponenvaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedangmendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikansetelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin“Mumps” dalam situasi ini.6
BAB IV ANALISA KASUS
A. Hubungan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah dan lingkungan sekitar Pada pasien ini didiagnosa parotitis bilateral karena berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan sejak 1 hari yang lalu bengkak pada kedua pipi disertai rasa nyeri, demam, Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada pipi kiri sejak 2 hari yang lalu. Bengkak pada pipi pasien terasa nyeri yang dirasakan sepanjang hari dan bertambah berat bila pasien membuka rahangnya dan mengunyah, nyeri agak berkurang bila pasien tidak berbicara, menutup mulut dan istirahat. 2 hari yang lalu, pasien juga mengeluh demam. Demam tidak disertai dengan menggigil dan berkeringat. Demam tidak terlalu tinggi, ibu pasien mengaku demamnya turun setelah diberi paracetamol (36,40 C). Ibu pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang dari biasanya karena bengkak pada pipi kiri nya menyulitkan pasien untuk makan dan terasa
18
nyeri saat mengunyah. Sementara ini pasien masih dapat makan dan minum, hanya saja kalau dipaksakan bahwa pasien mengalami muntah 1x, Hal seperti ini juga dialami oleh kakak kandung pasien dan sepupunya, ketika pasien bermain ke rumah sepupunya 2 hari yang lalu, sepulang dari sana pasien mengeluh demam kemudian disusul dengan bengkak pada pipinya. mimisan (-), bercak-bercak kemerahan (-), minum baik. BAK (+). tidak ada gusi yang bengak atau gigi yang berlubang (-), dan pasien juga tidak mengalami trauma pada daerah yang bengkak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Status lokalis: pada
Regio angulus
mandibula sinistra terdapat massa dengan diameter sebesar ± 4-5 cm, bentuk bulat oval, konsistensi lunak, batas tegas, kemerahan (-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada pus. Nyeri tekan (+).
Adapun faktor risiko yang menyebabkan penularan parotitis pada pasien ini adalah adanya kontak antara pasien terhadap penderita parotitis, yaitu sekitar 2 hari sebelum demam, pasien bermain ke rumah saudara sepupunya ditambah lagi adanya kontak terhadap kakak kandung pasien sendiri yang saat itu sudah hampir 7 hari menderita parotitis. Sebagaimana yang telah dipaparkan berdasarakan tinjauan pustaka, bahwa penulan parotitis terjadi melalui droplet, kontak langsung, air liur, dan urin. Dan air ludah, yang masuk ke saluran respiratorius dan virus mulai bermultiplikasi di epitel saluran pernapasan yang kemudian menuju banyak jaringan dan menuju kelenjar parotis. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan faktor risiko penularan penyakit.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga Pasien anak kedua dari 3 orang bersaudara dengan seorang ayah yang bekerja wiraswasta dan ibu sebagai IRT. Dalam keluarga pasien, terdapat penderita parotitis pada saat itu, yaitu kakak kandung pasien sendiri dan saudara sepupu pasien. Sebgaiman yang telah dijelaskan bahwa penularan parotitis terjadi melalui droplet air ludah yang masuk ke epitel pernapasan yang menuju ke kelanjar parotis. Jadi, terdapat hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
19
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Kakak pasien yang masih berusia 6 tahun senang sekali bermain dan bercanda tawa dengan pasien sehingga mempermudah kontak penularan parotitis terhadap pasien. Ibu pasien juga tidak tahu bahwa virus parotitis ini akan menular lewat droplet sehingga ibu tidak membatasi anaknya untuk tidak kontak terhadap penderita parotitis. Ibu juga tidak memakaikan masker terhadap anaknya yang menderita parotitis.
d. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, maka pasien tertular penyakit ini dari kakak kandung pasien dan saudara sepupu pasien yang 2 hari sebelumnya dikunjungi pasien. Pasien belum pernah mendapat imunisasi MMR dan pasien juga belum pernah menderita penyakit parotitis, sehingga pasien belum mempunyai imunitas terhadap penyakit parotitis ini. Sehingga besar kemungkinan pasien untuk tertular penyakit parotitis.
e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan factor risiko atau etiologi pada pasien ini. Untuk mengurangi paparan dan memutus faktor risiko atau etiologi parotitis pada pasien ini, maka pasien harus dijauhkan dari penderita parotitis dan orang-orang di sekitarnya sehingga dapat memutus rantai penularan parotitis, baik antara pasien terhadap orang lain, maupun antara penderita parotitis dengan pasien sendiri. Sebaiknya penderita parotitis menggunakan masker agar tidak mudah terjadinya penyebaran droplet, kemudian bagi orang-orang di sekitarnya yang belum mendapat vaksinasi MMR, maka dianjurkan untuk segera mendapatkan vaksin MMR agar mempunyai imunitas terhadap parotitis. Meningkatkan kekebalan tubuh dengan makan makanan
20
yang bergizi seimbang dan pola hidup yang sehat sehingga tidak mudah terserang penyakit.6,7 Terapi yang diberikan bersifat simptomatik untuk mengurangi gejala, dengan pemberian analgetik antipiretik. Diberikan juga vitamin C untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh. Parotitis disebabkan oleh virus paromyxovirus, bersifat self limited. Tidak ada antivirus yang spesifik untuk mengobati penyakit ini.7,8 Edukasi yang diberikan yaitu menjelaskan pada pasien bahwa penyakitnya ini disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh. mengatur pola makan, makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup, menghindari anggota keluarga lain untuk tidak kontak dengan penderita parotitis. Berdasarkan teori penyakit ini biasanya bersifat self limiting desease (sembuh sendiri) dan disebabkan oleh virus (paramyxovirus) oleh karena itu maka terapi yang diberikan hanya terapi simptomatis, suportif, untuk mempercepat penyembuhan sebaiknya pasien lebih banyak beristirahat dan makan makanan dan minuman yang bergizi dan sehat dengan tujuan untuk dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan pemilihan makanan lunak bila pasien kesulitan dalam menelan. Pada pasien ini terapi yang diberikan adalah : MANAJEMEN : a) Promotif : Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya. Menyarankan pasien untuk beristirahat yang cukup. Menyarankan pasien makan makan bergizi seimbang dan menerapkan pola hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat sembuh sendiri. b) Preventif : Imunisasi MMR Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan secara aktif dengan pemberian vaksin parotitis merupakan bagian imunisasi rutin bagi kanak-kanak. Vaksin Mumps biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan Campak dan Rubella (MMR) yang disuntikkan melalui otot paha atau lengan atas. Vaksinasi memberikan perlindungan yang bagus sekali paling sedikit 4 tahun. Hindari kontak dengan pasien parotitis
21
Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk mencegah penyebaran droplet. c) Kuratif : Non-medikamentosa : Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi Beristirahat yang cukup untuk mengurangi nyeri dan memulihkan daya
tahan tubuh Daerah pipi dan leher dikompres dengan air dingin dan air hangat secara
bergantian. Diet lunak 1.200 kkal untuk membantu memulihkan daya tahan tubuh dan sediaan lunak diberikan agar pasien tidak kesulitan untuk mengunyah makanan karena nyeri.
Medikamentosa : Antipiretik-analgetik: Parasetamol syrup 3x120 mg/5 ml bila demam
selama 3 hari @ 1 sendok teh. Roboransia : Vitamin C 3 x 25 mg, 3 kali ½ tablet selama 3 hari. Anti histamine: Chlorpheniramin maleat 3 x 2 mg per hari diberikan selama 3 hari, memnyebakan kantuk yang membuat anak menjadi tidur dan beristirahat Anti viral; acyclovir 3 x 150 mg (PO: pulverest)
d) Rehabilitatif Mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin untuk mempercepat pemulihan daya tahan tubuh. Secara keseluruhan berdasarkan teori yang penulis baca maka diagnosis dan terapi yang diberikan pada pasien ini sudah tepat.
\
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson. Buku Ajar Ilmu Kesahatan Anak. (book online) diakses (tanggal 22 April
2015.
Diunduh
dari
URL
://
http://books.google.co.id/books?
id=5EPWABOw9TYC&pg=PA1076&dq=parotitis&hl=id&sa=X&ei=_Bk9VN GoM4OgugS364HgBQ&ved=0CCcQ6AEwAQ#v=onepage&q=parotitis&f=fals e 2. Ayu DS. Parotitis Epidemika. (serial online). Diakses (tanggal 22 April 2015). Diunduh dari : URL: https://www.scribd.com/doc/216591507/makalah-parotitis 3. Rahman M. Parotitis. (serial online). Diakses (tanggal 22 April 2015) Diunduh dari URL:// http://www.scribd.com/doc/76304517/47453475-PAROTITIS 4. Erwanto. Penatalaksanaan Mumps. (serial online). Diakses (tanggal 22 April 2015).
Diunduh
dari:
URL://
http://www.jacinetwork.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=73:gondonganmumps&catid=45:immunization-vaccination&Itemid=70 5. Jones. Parotitis rekuren pada Anak. (serial online). Diakses (tanggal 22 April 2015).
Diunduh
dari
URL://
:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1988676/pdf/archdisch014080024.pdf 6. Ranuh GNGI, Suyitno H, et al. Campak, gondongan dan rubella dalam Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Ikatan dokter anak Indonesia. 2011. P.353-61 7. Pudjijadi STM, Hadinegoro STS. Orktis Pada Infeksi Parotitis Epidemika: Laporan Kasus. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009 .Diakses (tanggal 22 April 2015). Diunduh dari URL:// http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-1-8.pdf 8. Templer WJ, Meyer DA et al. parotitis. Diunduh dari URL:// http://emedicine.medscape.com/article/882461-overview pada tanggal 22 April 2015.
23
9. Sri Weli Teguh Pujo Sakti. Parotitis epidemika. 2015. Serial online. Diunduh
dari
URL://
http://elixir38.student.unej.ac.id/index.php/informasi-
kesehatan/tht/parotitis-epidemika/ pada tanggal 22 April 2015.
24
View more...
Comments