Laporan Kasus Nia Fitria

March 26, 2018 | Author: dimas | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

neuro...

Description

Laporan Kasus

LOW BACK PAIN Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Disusun oleh:

NIA FITRIA 1607101030041 Dokter Pembimbing:

dr. Nur Astini, Sp.S

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul

“Low Back Pain”. Shalawat beserta salam penulis sanjungkan ke

pangkuan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia ke zaman yang berpendidikan dan terang benderang. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik

senior

pada

Bagian/SMF

Neurologi

Fakultas

Kedokteran

Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Nur astini, Sp.S yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan doa dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini.Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini nantinya. Harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.

Banda Aceh, Oktober 2017 Penulis,

Nia Fitria

ii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. BAB II LAPORAN KASUS .......................................................................... 2.1 Identitas Pasien.......................................................................... 2.2 Anamnesis ................................................................................. 2.3 Pemeriksaan Fisik ..................................................................... 2.4 Status Neurologis ...................................................................... 2.5 Diagnosis ................................................................................... 2.6 Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 2.7 Terapi ........................................................................................ 2.8 Prognosis ................................................................................... BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 3.1 Anatomi Low Back Pain ........................................................... 3.2 Etiologi Low Back Pain ............................................................ 3.3 Patogenesis Low Back Pain ...................................................... 3.4 Gejala Klinis Low Back Pain .................................................... 3.5 Faktor resiko Low Back Pain .................................................... 3.6 Penegakkan diagnosis ............................................................... 3.7 Pemeriksaan Penunjang Low Back Pain ................................... 3.8 Tatalaksana Low Back Pain ...................................................... 3.9 Prognosis Low Back Pain .........................................................

i ii iii 1 2 2 2 4 6 10 10 10 10 11 11 17 18 19 20 21 27 28 29

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................. 30 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 31

iii

1 BAB I PENDAHULUAN

Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama. LBP merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. World Health Organization (WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis gangguan muskuloskeletal di derita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial penderita. Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh WHO sebagai dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010), dimana penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak dikonsultasikan pada dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara maju pernah mengalaminya. LBP merupakan masalah kesehatan yang paling penting di semua negara. Prevalensi sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis. Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%. Penyebab low back pain bisa bermacam-macam mulai dari mengangkat beban yang terlalu berat atau overstreched, iritasi otot, saraf, atau lesi pada

1

2

tulang, kondisi degeneratif seperti penyakit diskus atau arthritis, osteoporosis, abnormalitas kongenital pada spine, dan sebagainya. Oleh karena seringnya seorang dokter dalam menghadapi kasus low back pain atau nyeri pinggang bawah ini, maka akan dibahas sebuah kasus untuk meningkatkan pengetahuan mengenai low back pain dan cara penanganan serta pencegahannya.

2 BAB II LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien Nama

: Ny. CA

Usia

: 65 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Menikah

Alamat

: Tapaktuan

Suku

: Aceh

Pekerjaan

: IRT

No RM

: 1-13-83-57

Tanggal Masuk

: 17 Oktober 2017

Tanggal Periksa

: 17 Oktober 2017

2.2 Anamnesis Keluhan Utama

: nyeri punggung bawah

Keluhan Tambahan

: tidak ada

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan nyeri pinggang bawah yang sudah diaraskan sejak kurang lebih 8 tahun yang lalu. Pasien juga mengaku mulai berobat sejak 3 tahun terakhir karena nyeri punggung bawah memberat setelah pasien jatuh dari sepeda motor dengan posisi terduduk. Sejak saat itu pasien mengeluh nyeri pinggang bawah yang terus-menerus. Nyeri dirasakan menjalar sampai ke ujung jari-jari kaki. Pasien juga merasa nyeri saat berjalan dan duduk. Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien memiliki riwayat koleesterol tinggi. Riwayat Penggunaan Obat-obatan: Tidak ada Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada

2

4

Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan Sosial: Ibu Rumah Tangga Status Internus Keadaan Umum

: Baik

Kesadaran

: E4 M6 V5

Tekanan Darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 84 kali/ menit

Pernafasan

: 20 kali/menit

Suhu

: 36,5

Keadaan Gizi

: Overweight

0

C

2.3 Pemeriksaan Fisik a. Kulit Warna

: sawo matang

Turgor

: cepat kembali

Sianosis : tidak ada Ikterus

: tidak ada

Oedema : tidak ada Anemia

: tidak ada

b. Kepala Bentuk

: normocephali

Wajah

: simetris, edema dan deformitas tidak dijumpai

Mata

: konjungtiva pucat (-/-),sklera ikterik (-/-),konjungtiva hiperemis (-/-), berair (-/-), pupil bulat isokor 3 mm/3 mm RCL (+/+), dan RCTL (+/+)

Telinga

: serumen (-/-), berair (-/-)

Hidung

: sekret (-/-) septum deviasi (-/-)

Mulut

: bibir pucat dan kering tidak dijumpai, sianosis tidak di jumpai, lidah tremor dan hiperemis tidak dijumpai

Tonsil

: hiperemis (-/-), T1/T1

Faring

: Gerakan arkus faring tampak simetris

5

Gigi

: Tidak lengkap, ada yang sudah patah dan tercabut

c. Leher Inspeksi : tidak ada pembesaran KGB Palpasi

: TVJ (N) R-2 cm H2O

d. Thoraks Inspeksi Statis

: simetris, bentuk normochest

Dinamis : simetris, pernafasan abdominothorakal, retraksi supra sternal dan retraksi interkostal tidak dijumpai Paru Kanan Simetris Stem fremitus normal, nyeri tekan tidak ada,

Kiri Simetris Stem fremitus normal, nyeri tekan tidak ada

Perkusi

Sonor

Sonor

Auskultasi

Vesikuler Normal Rhonki(-) wheezing (-)

Vesikuler Normal Rhonki(-) wheezing (-)

Inspeksi Palpasi

Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat Palpasi

: Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra

Perkusi

: Atas Kiri

: ICS III sinistra : ICS V satu jari di dalam linea midklavikula sinistra

Kanan : ICS IV di linea parasternal dekstra Auskultasi: BJ I > BJ II normal, reguler, murmur tidak dijumpai e. Abdomen Inspeksi : Bentuk tampak simetris dan tidak tampak pembesaran, keadaan di dinding perut: sikatrik, striae alba, kaput medusa, pelebaran vena, kulit kuning, gerakan peristaltik usus, dinding perut tegang, darm steifung, darm conture, dan pulsasi pada dinding perut tidak dijumpai

6

Auskultasi: Peristaltik usus normal, bising pembuluh darah tidak dijumpai Palpasi

Perkusi

: Nyeri tekan dan defans muskular tidak dijumpai 

Hepar

: Tidak teraba



Lien

: Tidak teraba



Ginjal

: Ballotement (-/-)

: Batas paru-hati relatif di ICS V, batas paru-hati absolut di ICS VI, suara timpani di semua lapangan abdomen. Pinggang: nyeri ketok kostovertebrae (-/-)

f. Genitalia Tidak dilakukan pemeriksaan g. Anus Tidak dilakukan pemeriksaan h. Tulang belakang Simetris, nyeri tekan otot paravertebra VL 4 – VS 1 i. Kelenjar limfe Tidak ada pembesaran KGB j. Ekstremitas Akral teraba hangat Superior

Inferior

Kanan

Kiri

Kanan

Kiri

Sianosis

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Oedema

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Fraktur

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

2.4 Status Neurologis A. G C S

: E4 M6 V5

Pupil

: Isokor (3 mm/3 mm)

Reflek Cahaya Langsung

: (+/+)

Reflek Cahaya Tidak Langsung

: (+/+)

Tanda Rangsang Meningeal

: Kaku kuduk (-)

7

B. Nervus Cranialis Nervus III (otonom)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Ukuran pupil Bentuk pupil Refleks cahaya langsung Refleks cahaya tidak langsung Nistagmus Strabismus Eksoftalmus Melihat kembar

Nervus III, IV, VI (gerakan okuler) Pergerakan bola mata : 1. Lateral 2. Atas 3. Bawah 4. Medial 5. Diplopia

Kanan

Kiri

3 mm bulat

3 mm bulat

+ +

+ +

-

-

Kanan

Kiri

Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal

Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal

Tidak ada

Tidak ada

Kelompok Motorik Nervus V (fungsi motorik)

1. 2.

Membuka mulut Menggigit dan mengunyah

Nervus VII (fungsi motorik)

Dalam batas normal Dalam batas normal Kanan

Kiri

Mengerutkan dahi Menutup mata Menggembungkan pipi Memperlihatkan gigi Sudut bibir

Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal

Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal

Nervus IX & X (fungsi motorik)

Kanan

Kiri

Dalam batas normal Dalam batas normal

Dalam batas normal Dalam batas normal

Dalam batas normal Dalam batas normal

Dalam batas normal Dalam batas normal

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2.

Bicara Menelan

Nervus XI (fungsi motorik)

1. 2.

Mengangkat bahu Memutar kepala

Nervus XII (fungsi motorik)

8

1. 2.

Artikulasi lingualis Menjulurkan lidah

Dalam batas normal Dalam batas normal

Kelompok Sensoris

1. 2. 3. 4.

Nervus I (fungsi penciuman) Nervus V (fungsi sensasi wajah) Nervus VII (fungsi pengecapan) Nervus VIII (fungsi pendengaran dan keseimbangan)

Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal Dalam batas normal

C. Badan Motorik 1. Gerakan respirasi

: Abdomino Thorakalis

2. Bentuk columna vertebralis

: Simetris

3. Gerakan columna vertebralis

: Kesan simetris

Sensibilitas 1. Rasa suhu

: dalam batas normal

2. Rasa nyeri

: dalam batas normal

3. Rasa raba

: dalam batas normal

D. Anggota Gerak Atas Motorik 1.

Pergerakan

: (+/+)

2.

Kekuatan

: 5555│5555

3.

Tonus

: N/N

4.

Trofi

: N/N

Refleks 1.

Biceps

: (+/+)

2.

Triceps

: (+/+)

E. Anggota Gerak Bawah Motorik 1.

Pergerakan

: (+/+)

2.

Kekuatan

: 5555│5555

3.

Tonus

: N/N

9

4.

Trofi

: N/N

Refleks 1.

Patella

: (+/+)

2.

Achilles

: (+/+)

3.

Babinski

: (-/-)

4.

Chaddok

: (-/-)

5.

Gordon

: (-/-)

6.

Oppenheim

: (-/-)

Klonus 1.

Paha

: (-/-)

2.

Kaki

: (-/-)

3.

Tanda Laseque

: (+)

4.

Tanda Kernig

: (+)

Sensibilitas Rasa suhu

: dalam batas normal

Rasa nyeri

: dalam batas normal

Rasa raba

: dalam batas normal

F. Gerakan Abnormal Tidak ditemukan gerakan abnormal G. Fungsi Vegetatif 1)

Miksi

: dalam batas normal

2)

Defekasi

: dalam batas normal

H. Koordinasi Keseimbangan 1.

Cara berjalan

: dalam batas normal

2.

Romberg test

: dalam batas normal

2.5 Diagnosis Low Back Pain Diagnosis Klinis

: Nyeri punggung bawah

10

Diagnosis Topik

: Susp radiks saraf spinalis L5 dan V1

Diagnosis Etiologi

: Low Back Pain osteogenik

Diagnosis banding

:

1/ Hernia Nukleus Pulposus 2/ Stenosis spinalis

2.6 Pemeriksaan Penunjang MRI lumbosakral

2.7 Terapi a. Medikamentosa : -

Gabapentin 2 x 300 mg

-

Mecobalamin 2 x 500 mg

-

Atorvastatin 1 x 20 mg

2.8 Prognosis Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad malam

Quo ad sanactionam : dubia ad malam

3 4

BAB III

PEMBAHASAN

Telah diperiksa seorang perempuan berusia 65 tahun dengan keluhan nyeri punggung bawah yang menjalar hingga jari-jari kaki. Keluhan semacam ini adalah gejala dari Low Back Pain, pasien juga mengeluh nyeri saat duduk dan nyaman ketika tidur. Secara teori, Low back pain dapat ditegakkan diagnosanya melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Dari hasil anamnesis didapatkan beberapa gejala seperti nyeri punggung bawah yang menjalar hingga jari-jari kaki, pasien juga mengeluh nyeri saat berjalan dan duduk. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kernig’s sign dan lasegue sign positif. Hal tersebut kemungkinan timbul karena adanya iritasi pada nervus ischiadicus. Pasien juga mengeluhkan nyeri yang menjalar hingga jari-jari kaki, hal ini disebabkan oleh nyeri neurogenik yang berupa nyeri radikular atau nyeri neuritik. Segala sesuatu yang merangsang serabut sensorik di tingkat radiks (radiks posterior) dapat menimbulkan nyeri radikular, yakni nyeri yang terasa berpangkal pada tingkat tulang belakang tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatomal radiks posterior yang bersangkutan. Untuk menyingkirkan diagnosis banding osteoartrisis atau sol intracranial, kita dapat melakukan pemeriksaan CT scan untuk melihat kelainan pada lumbosacral pasien. Secara praktik, anamnesis dan pemeriksaan penunjang akan langsung menegakkan diagnosis Low Back Pain. 3.1

Anatomi dan Fisiologi Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada low back pain

maka harus dipahami anatomi dan fisiologi tulang belakang pada umumnya dan tulang lumbosakral pada khususnya. 1.

Kolumna Vertebralis Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari: a.

Segmen anterior, yang berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal

17

12

posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen longitudinal posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit justru karena bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput, ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus intervertebra. Mulai L1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligamen hanya tinggal separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah lemah, yakni bagian posterolateral kanan dan kiri diskus intervertebra, daerah tak terlindung oleh ligamen longitudinal posterior. Akan nyata terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah paling rawan.

Gambar 2.1 Segmen Anterior Kolumna Vertebrata

b.

Segmen posterior, bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus spinosus. Satu dengan yang lainya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (di luar kepala dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi.

13

Anterior column

posterior column

Gambar 2.2 Segmen Anterior Dan Posterior Columna Vertebralis

2. Diskus Intervertebra Struktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan low back pain adalah diskus intervertebra. Disamping berfungsi sebagai penyangga beban, diskus intervertebra berfungsi pula sebagai peredam kejut. Diskus intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Nukleus pulposus adalah bagian dalam gelatin dari diskus. Nukleus pulposus terdiri dari air, proteoglikan, dan kolagen. Nukleus pulposus terdiri dari 90% air saat lahir. Diskus mengering dan merosot seiring dengan pertambahan usia dan menyebabkan kehilangan sebagian dari tinggi badan seseorang, itulah salah satu alasan mengapa geriatri sedikit lebih pendek daripada usia mudanya.

Gambar 2.3 Diskus Intervertebra

14

Fungsi utama diskus intervertebralis adalah sebagai shock arbsober (Gambar 2.5). Hal ini terutama diperankan oleh anulus, bukan nukleus. Saat tubuh mendapat beban aksial, terjadi kenaikan tekanan paksa di dalam inti dan mendorong anulus sehingga seratnya membentang. Jika terjadi kerusakan anulus, maka hasilnya adalah hernia nukleus pulposus. Gerakan fleksi membuat diskus anterior menyempit sehingga nukleus dipindahkan ke posterior.

Jika kekuatannya cukup besar, nukleus dapat

mengalami hernia melalui gelang annular posterior. Bagian lateral dari ligamen longitudinal posterior adalah yang tertipis, sehingga membuat herniasi

diskolateral

paling

banyak

terjadi

(Gambar

2.4).

Bagian

posterolateral dari diskus paling berisiko saat gerakan tertentu (membungkuk dan memutar).

Gambar 2.4 Posterolateral herniasi diskus intervertebra 3. Ligamen Dua set utama ligamen vertebra lumbal adalah Ligamen longitudinal dan ligamen segmental. Ligamen longitudinal terdiri dari 2 bagian yaitu anterior dan posterior. Mereka diberi nama menurut posisi pada badan vertebra. Ligamentum Longitudinal anterior bertindak untuk menahan gerakan ekstensi, translasi, dan rotasi. Ligamentum longitudinal posterior bertindak untuk menahan gerakan fleksi. Gangguan ligamen terutama terjadi pada gerakan rotasi dan bukan dengan fleksion atau ekstensi. Ligamentum longitudinal anterior dua kali lebih kuat dibadingkan Ligamentum longitudinal posterior.

15

4. Muskulus Yang Terdapat di Vertebra Lumbal Otot-otot ini bisa dibagi secara anatomis menjadi posterior dan otot anterior. Otot posterior meliputi Latissimus dorsi dan paraspinal. Para paraspinal lumbal terdiri dari spina erektor (iliocostalis, longissimus, Dan spinalis), yang bertindak sebagai ekstensor utama tulang belakang, Dan lapisan dalam (rotator dan multifdi). Multifdi adalah stabilizer segmental kecil yang Bertindak untuk mengendalikan lumbar flion karena mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk benar-benar memperpanjang tulang belakang. Fungsi terpenting mereka telah dihipotesiskan sebagai organ sensorik untuk memberikan sensasi proprioseptik untuk tulang belakang, mengingat dominasi spindle otot yang terlihat secara histologis. Otot anterior tulang belakang lumbalis meliputi Psoas dan kuadratus lumborum. Karena adanya keterikatan langsung antara psoas pada tulang belakang lumbalis, mengkontraksikankan otot ini akan menonjolkan lordosis lumbar normal. Hal ini dapat meningkatkan kekuatan pada elemen posterior dan bisa berkontribusi pada nyeri sendi zygapophyseal.

5. Inervasi Saraf di Vertebra Lumbal Konus medularis berakhir pada setinggi level vertebra L2, dan di bawah level ini adalah cauda equina. Cauda equina terdiri dari akar dorsal dan ventral, yang bergabung bersama di neuroforamen intervertebralis menjadi tulang belakang Saraf (Gambar 2.5). Saraf tulang belakang mengeluarkan ramus ventral primer. Ramus ventral primer dari masing-masing tingkat membentuk pleksus lumbal dan lumbosakral untuk menginervasi ekstrimitas bawah. Ramus primer dorsal, dengan ketiga cabangnya (medial, intermediate, dan lateral), memberikan inervasi pada setengah bagian posterior dari tubuh, otot paraspinal, dan sendi zygapophyseal, dan memberikan sensasi pada bagian belakang. Cabang medial adalah yang paling penting untuk diingat karena menginervasi sendi zygapophyseal dan lumbar multifidi dan merupakan target dari frekuensi radioterapi selama neurotomi untuk kasus yang diduga sebagai nyeri sendi zygapophyseal (Gambar 2.6).

16

Gambar 2.5 Persarafan vertebra lumbalis, akarnya, dan lapisan meningennya. Akar saraf dikelilingi oleh pia mater, dan ditutupi oleh arachnoid dan duramater sepanjang saraf spinal. Kantung duramater membentuk cabang di sekitar akar sebagai lengan dural, yang menyatu dengan epineurium saraf tulang belakang.

Gambar 2.6 Inervasi sendi zygapophyseal berasal dari cabang medial dari ramus primer dorsal

6. Pengangkatan Biomekanik dan Hubungan dengan Aktivitas Muskular dan Beban Diskus Aktivitas otot lumbal berkorelasi baik dengan tekanan intradiskal (contohnya, saat otot punggung berkontraksi, terdapat peningkatan tekanan diskus yang terkait). Tekanan ini berubah tergantung pada postur tulang belakang dan aktivitasnya. Gambar 40-9 menunjukkan perubahan pada tekanan diskus di L3 pada berbagai posisi dan latihan. Menambahkan gerakan rotasi pada postur tubuh yang sudah fleksi akan meningkatkan tekanan diskus secara

drastis.

Jika membandingkan berbagai manuver mengangkat,

17

diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan diskus saat beban diangkat dengan kaki (yaitu, dengan punggung lurus dan lutut ditekuk) dibandingkan diangkat dengan punggung (yaitu, dengan punggung depan fleksi dan kaki lurus). Manuver yang dapat menurunkan tekanan pada vertebra lumbal adalah mengangkat beban dekat dengan tubuh anda, karena semakin jauh bebannya dari dada, semakin besar tekanan pada vertebra lumbal.

Gambar 2.7 A. Perubahan tekanan (atau beban relatif) pada diskus lumbal ketiga di berbagai posisi dalam aktivitas keseharian hidup . B. Perubahan relatif tekanan (atau beban) pada Diskus lumbal ketiga selama berbagai latihan penguatan otot. Sikap tegak netral dianggap 100% pada gambar ini.

3.2

Etiologi Low Back Pain Berdasarkan etiologinya, Low Back Pain dibagi dalam 4 kelompok :

1.

LBP oleh faktor mekanik (berdasarkan kelainan muskuloskeletal) a.

Mekanik akut : biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan mendadak, melakukan gerakan melampaui batas kemampuan sendi dan otot (range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu lama.

b.

Mekanik kronik (menahun) : disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek (membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes mendatar). Sikap tubuh yang demikian mendorong Titik Berat Badan (TBB) tergeser ke arah depan.

2.

LBP oleh faktor organik (proses patologik primer berada di tulang vertebra, diskus intervertebra atau dalam kanalis spinal) :

18

a.

Osteogenik : radang, trauma (fraktur, osteoporosis), keganasan, kongenital.

b.

Diskogenik

:

spondilosis

(proses

degenerasi

progresif

diskus

intervertebra dan menimbulkan nyeri yang bersumber dari osteoartritis dan radikulitis jebakan), Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yang terbagi menjadi

hernia

posterosentral

(penekanan

ligamen

longitudinal

posterior) dan hernia posterolateral yang mungkin melibatkan radix, spondilitis ankilosa (dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah leher). c.

Neurogenik : neoplasma arakhnoiditis, stenosis kanal (akibat proses degenerasi, timbul penyempitan kanal spinal).

3.

Nyeri rujukan

4.

Nyeri psikogenik

3.3

Patogenesis LBP dapat disebabkan oleh faktor non-neurogenik dan neurogenik. Nyeri

neurogenik adalah nyeri akibat iritasi langsung terhadap serabut saraf sensorik perifer. Nyeri neurogenik memiliki dua ciri khas, yakni nyerinya menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang bersangkutan, dan penjalaran nyeri itu berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi. Nyeri neurogenik dapat berupa nyeri radikular atau nyeri neuritik. Segala sesuatu yang merangsang serabut sensorik di tingkat radiks (radiks posterior) dapat menimbulkan nyeri radikular, yakni nyeri yang terasa berpangkal pada tingkat tulang belakang tertentu dan menjalar sepanjang kawasan dermatomal radiks posterior yang bersangkutan. Pada lesi iritatif radiks posterior tingkat servikal, nyeri radikular dapat dirasakan sepanjang lengan, sedangkan pada tingkat lumbosakral, nyeri radikular dapat dirasakan sepanjang tungkai. Apabila nyeri radikular tersebut disebakan oleh perubahan pada diskus dan sekitarnya, nyeri disebut sebagai nyeri diskogenik. Salah satu

penyebab nyeri dikogenik ini adalah Hernia Nukleus

Pulposus. Jika penekanan radiks posterior sudah menimbulkan pembengkakan atau kerusakan struktural yang lebih berat, dapat terjadi anastesia radikular, dimana sensasi nyeri hilang walau pun kompresi radiks masih ada.

19

3.4 Gejala klinis Low Back Pain Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke dalam kelompok : a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik : 1. Adanya nyeri pada daerha lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran atau keterlibatan neurologis 2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung dari aktivitas fisik 3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik. b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau lebih tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan neurologis -

Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal di daerah nyeri

-

Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun sensorik/refleks.

c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum : -

Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan kendaraan bermotor

-

Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif

-

Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal

-

Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi terlentang

-

Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan patologis lainnya yang dapat menyebabkan kanker

-

Penggunaan kortikosteroid jangka panjang

-

Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atu demam

-

Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten

-

Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin

20

-

Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.

3.5

Faktor Resiko Low Back Pain Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi timbulnya atau

memperberat Low back pain yaitu : - Usia Dari berbagai studi epidemiologik, kejadian Low back pain meningkat dan mencapai puncakya pada usia sekitar 55 tahun. Pada umumnya keluhanotot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun, sehingga resiko terjadi keluhan otot meningkat. - Jenis kelamin Laki-laki dan wanita mempunyai resiko Low back pain yang sama sampai usia sekitar 60 tahun. Diatas 60 tahun wanita mempunyai resiko Low back pain yang lebih besar karena cenderung terjadinya osteoporosis. Walaupun masih ada pebedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria. - Pekerjaan Pekerjaan fisik yang berat, terutama yang memberikan tekanan yang cukup besar pada tulang belakang. Pekerjaan yangberhubungan dengan posisi statis yang berkepanjangan, sepertiduduk atau berdiri dalam waktu lama. Pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan-gerakan membungkukkan atau memutar tubuh secara berulang-ulang. - Kebiasaan Merokok dan pola hidup Perokok lebih beresiko terkena LBP dibandingkan dengan yang bukan perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen

21

yang diikat hemoglobin dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh darah arteri. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan nyeri punggung karena perokok memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan pada peredaran darahnya, termasuk ke tulang belakang. Kebiasaan merokok akan dapatmenurunkan kapasitas paru-paru yang

diakibatkan

adanya

kandungan

karbonmonoksida

sehingga

kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran menurun. Apabila yang bersangkutan melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan asam laktat, dan akhirnya timbul nyeri otot. Kebiasaan minum alkohol, kopi dan rokok dihubungkan dengan kejadian osteoporotik sedangkan kurang gerak atau olahragamenyebabkan fleksibilitas jaringan kurang baik

3.6

Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik umum

dan neurologis serta pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesis Untuk mendapatkan diagnosis low back pain seawal mungkin, perlu adanya anamnesis yang terarah yaitu -

Awitan : Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.

-

Lama dan frekuensi serangan : LBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.

-

Lokasi dan penyebaran : Kebanyakan LPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar saraf.

22

Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran yang tetap. -

Faktor yang memperberat/memperingan : Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring.

-

Kualitas/intensitas : Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada LBP dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri LBP lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan tindakan operatif. Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis. Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu LBP, namun sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang ringan. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi. Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.

23

-

Penyakit penyerta lain :Adakah keluhan nyeri di bagian tubuh lain, gangguan libido, jika penderita seorang wanita ditanyakan adakah gangguan dalam siklus haid, atau memakai IUD (kemungkinan inflamasi).

-

Riwayat penyakit yang dahulu dan keluarga : Diabetes Melitus, Hipertensi, penyakit jantung, hati, ginjal, paru dll

2. Pemeriksaan Fisik Inspeksi Pada inspeksi yang peru diperhatikan : - Kurvatura yag berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya angulasi, pelvis yang miring atau asimetris, muskular paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal - Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah ada hambatan selama melakukan gerakan - Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian, apakah ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas - Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan bangun dari berbaring - Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit. -

Palpasi dan perkusi - Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paliag nyeri. - Ketika meraba kolumna vertebralis sejogjanya dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau anterior – posterior

Pemeriksaan Neurologik Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.

24

1. Pemeriksaan sensorik Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang terganggu. 2. Pemeriksaan motorik Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya. Pemeriksaan yang dilakukan : a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh penderita melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, sementara pemeriksaan menahan gerakan tadi. b. Atrofi : perhatikan atrofi otot c. Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot – otot tertentu. 3. Pemeriksaan reflek Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang -

Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat berbaring atau duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patla dipukul dengan palu refleks. Apabila ada reaksi ekstensi tungkai bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5, refleksi ini negatif.

-

Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut dalam posisi fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya,

25

dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendo achiles dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar fleksi maka refleks achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif. 4. Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain a. Tes lasegue (straight leg raising) Tungkai difleksikan pada sendi coxa sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki. b. Crossed lasegue Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk saraf ini. c. Tes kernig Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa 90 derajat dicoba untuk meluruskan sendi lutut

d. Patrick sign (FABERE sign) FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis. e. Chin chest maneuver Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan mengakibatkan tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis ]spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah dan lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akat saraf tersebut

26

f. Viets dan naffziger test Penekanan vena jugularis dengan tangan (viets)atau dengan manset sebuah alat ukur tekanan darah hingga 40 mmhg(naffziger) g. Ober’s sign Penderita tidur miring ke satu sisi. Tungkai pada sisi tersebut dalam posisi fleksi. Tungkai lainnya di abduksikan dan diluruskan lalu secara mendadak dilepas. Dalam keadaan normal tungkai ini akan cepat turun atau jatuh ke bawah. Bila terdapat kontraktur dari fascia lata pada sisi tersebut maka tungkainya akan jatuh lambat. h. Neri’s sign Penderita berdiri lurus. Bila diminta untuk membungkuk ke depan akan terjadi fleksi pada sendi lutut sisi yang sakit. i. Percobaan Perspirasi Percobaan ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan saraf autonom, dan dapat pula untuk menunjukkan lokasi kelainan yang ada yaitu sesuai dengan radiks atau saraf spinal yang terkena.

27

Pemeriksaan Non Neurologik Pada Sindrom Nyeri Punggung Bawah 1. Pemeriksaan rectal Pertimbangkan adanya gangguan karsinoma prostate yang mungkin akan menimbulkan nyeri bila sudah metastase tulang, piriformis sindrom, penyakit urilogik atau ginekologik yang berada di panggul 2. Pemeriksaan vaginal Kemungkinan adanya gangguan pada uteroscral ligament, misalnya penjalaran karsinoma uteri, malposisi uterus, myoma uteri. 3. Pemeriksaan untuk mengetahui mobilitas dari sacroiliac joint Bila diduga ada penekanan di daerah sacroiliac. Biasa dilakukan oleh bagian ortopedi.

3.7

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah 1. Laju endap darah Pada proses keganasan ataupun keradangan akan dijumpai peningkatan laju endap darah yang menyolok. 2. Leukositosis Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi leukositosis) 3. Protein elektroporesis dan imunoelektroporesis Pada multiple myeloma akan dijumpai protein yang abnormal 4. Serum kalsium, alkali dan acid pospatase (pria), rheumatoid faktor.

Pemeriksaan Cairan Otak Pada tumor myelum mungkin dijumpai kenaikan jumlah protein tanpa kenaikan jumlah sel. Pada keradangan myelum justru akan dijumpai kenaikan jumlah sel dalam cairan otak. Mungkin juga ditemukan sel-sel ganas dalam cairan otak.

Pemeriksaan Radiologi 1. Plain X-Ray Columna Vertebralis

28

Dalam posisi AP, lateral, obliq, berdiri, berbaring untuk mendapatkan gambaran

yang

lebih

jelas

dari

intervertebral

space,

foramen

intervetebralis, sacroiliac joint. Gambaran osteoporosis untuk nyeri punggung bawah kronis bisa didapatkan. 2. X-foto dengan kontras Untuk memperjelas kelaianan yang kurang jelas pada plain film. 3. Discografi Untuk mendapatkan sumber nyeri berdasarkan anatomi dari pasien. Dengan ini dapat diketahui adanya penyakit degenaratif pada discus yang dapat menimbulkan nyeri. Discogram juga dapat digunakan untuk perencanaan preoperative lumbar spinal fusion. 4. CT-Scan Dapat memperlihatkan beberapa kelainan seperti stenosis kanal sentral, lateral recess entrapment, fraktur, tumor, infeksi. Dapat juga dilakukan CT Scan kontras dengan memasukkan radioaktif marker IV. 5. MRI

3.8

Tatalaksana Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari : a. Obat-obatan (medikamentosa) Medikamentosa (obat-obatan untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP) : -

Analgetika (analgetik antipiretik dan analgetik narkotik, NSAID)

-

Transquilizer minor (menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri. Disamping itu untuk mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot)

b. Rehabilitasi medik Berdasarkan definisi, dokter spesialis KFR dalam menangani para penderitanya, sebagaimana hal-nya dengan dokter spesialis kedokteran bidang lain, harus berpikir secara ilmiah Ilmu Kedokteran yaitu berpikir Logiko – Hipotetiko – Verivikatif untuk melakukan pemeriksaan dengan menganalisis semua data yang ada mulai dengan anamnesis, pemeriksaan

29

fisik, pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis penyakit dan diagnosis kecacatan (Impairment, Disability, Handicap) dan selanjutnya menentukan manajemen atau program yang komprehensif dengan tepat dan profesional dan terbukti benar secara medis (evidence based). Dalam prakteknya disabilitas paling sering disebabkan oleh penyakit atau cidera yang mengenai sistem neuro-muskulo skeletal dan kardio-respirasi. Pelayanan medis tidak lengkap jika penderita yang mengalami disabilitas tidak dapat hidup dan bekerja kembali menurut kemampuan fungsi yang masih ada. Strategi upaya rehabilitatif dilaksanakan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan medik dan upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko sosio-edukasiokupasi-vokasional yang bertujuan mengembalikan dan meningkatkan kemampuan fungsi dan meningkatkan kemampuan partisipasi (posisi dan peran) di masyarakat sehingga terjadi peningkatan kualitas hidup. Harus dipahami oleh semuanya bahwa menangani penderita dengan kecacatan fisik harus dilakukan secara Tim yang kompak dan berfilosofi yang sama yaitu bahwa tujuan terpenting dari pekerjaan secara tim ini adalah untuk kepentingan penderita.

3.9

Prognosis Pasien dengan fraktur akut dan pergeseran tulang yang minimal

kemungkinan akan kembali normal apabila fraktur tersebut membaik. Pasien dengan perubahan vertebra yang progresif dan degenerative kemungkinan akan mengalami

gejala

yang

sifatnya

intermiten.

Resiko

untuk

terjadinya

spondilolistesis degenerative meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan pergeseran vertebra yang progresif terjadi pada 30% pasien. Bila pergeseran vertebra semakin progresif, foramen neural akan semakin dekat dan menyebabkan penekanan pada saraf (nerve compression) atau sciatica hal ini akan membutuhkan pembedahan dekompresi

30

5 6

7

BAB V

KESIMPULAN

Telah dibahas suatu laporan kasus penderita Low Back Pain. Etiologi Low

Back Pain sendiri sangat bervariasi, bisa di awali kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir, bisa karena kelainan yang ditimbulkan post trauma, ataupun kareana adanya perubahan jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta pemeriksaan penunjang. Tatalaksana pada kasus ini dilakukan dengan menggunakan terapi farmakologis dengan pemberian analgesik dan transquilizer minor.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Pinzon, R. 2012. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran: profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Bawah Akibat Hernia Nukleus Pulposus. CDK-198/ vol. 39 no. 10 2. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2007. 3. Kasjmir YI. Penatalaksanaan Medik Nyeri Punggung Bawah. Dalam Meliala L, Suryono B, Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain Society, Yogyakarta, 2008. 4. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik, Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2009:145-167. 5. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al. Back and Neck Pain. Dalam Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th Edition. New York: McGrawHill, 2008. 6. Ropper AH, Brown RH. Pain in the back, neck, and extremities. Dalam Adams and Victor’s: Principles of Neurology. Eight Edition. New York: McGraw-Hill, 2005. 7. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009 8. Sianturi M, Sinaga MM, Kalsum. Faktor Berhubungan Dengan Keluhan Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah) Pada Sopir Angkot Rahayu Medan Ceria 103 di Kota Medan Tahun 2015. 2015 9. Nurzannah. Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan. 2015

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF