Laporan Kasus Morning Report Fraktur

December 7, 2017 | Author: Sherley Meiske Pakasi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

absc...

Description

BAB I PENDAHULUAN Fraktur atau patah tulang adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari struktur tulang “epiphtseal plate” serta “cartilage” (tulang rawan sendi). Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna, dan dapat berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. (1) Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang, yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi. Fraktur pada kedua batang tulang lengan bawah amat sering terjadi dalam kecelakaan lalu lintas. Daya pemuntir (biasanya jatuh pada tangan) menimbulkan fraktur spiral dengan kedua tulang patah pada tingkat yang berbeda. Pukulan langsung atau daya tekukan menyebabkan fraktur melintang kedua tulang pada tingkat yang sama. Deformitas rotasi tambahan dapat ditimbulkan oleh tarikan otot-otot yang melekat pada radius. Perdarahan dan pembengkakan kompartemen otot pada lengan bawah dapat menyebabkan gangguan peredaran darah. (2) Fraktur Galeazzi merupakan Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

BAB II ILUSTRASI KASUS A IDENTITAS PASIEN No. RM

: 11602438

Nama

: Tn. S

Usia

: 34 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Sekar Sari Indah, Telogowaru, Kedungkandang

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Status Perkawinan

: Menikah

Tanggal Masuk RS

: 7 November 2016

B ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 7 November 2016 di IGD. 1

Keluhan Utama Tidak bisa menggerakan lengan bawah kanan

2

Keluhan Tambahan Luka lecet pada kaki kanan dan lutut kiri

3

Riwayat Penyakit Sekarang Pasien laki-laki, 34 tahun, datang ke IGD dengan keluhan tidak bisa menggerakkan lengan bawah kanan sejak 2 jam yang lalu. Lengan bawah kanan terdapat benjolan yang nyeri. Nyeri bertambah ketika ditekan. Pasien juga mengeluhkan terdapat luka lecet pada punggung kaki kanan sampai ke jari-jari kaki dan pada lutut kiri yang menyebabkan nyeri untuk digerakkan. Sebelumnya, pasien mengalami kecelakaan sepeda motor. Pasien mengalami kecelakaan tunggal. Pasien menghindari lubang di jalan, lalu pasien terjatuh dengan posisi lengan bawah kanan menahan dengan posisi terputar. Pasien memakai helm fullfaced. Kepala terbentur terlebih dahulu disangkal. Mual, muntah, pingsan dan pusing

disangkal oleh pasien. Perdarahan dari hidung atau telinga disangkal pasien. Pasien tidak dalam keadaan mabuk. Pasien tidak mengalami gangguan BAB maupun BAK.

4

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat mengeluh sakit tulang atau patah tulang sebelumnya disangkal. Hipertensi dan diabetes mellitus disangkal pasien. Riwayat alergi obat maupun makanan disangkal.

5

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada dalam keluarga yang mengeluhkan hal seperti ini

C PEMERIKSAAN FISIK 1

STATUS GENERALIS a

Keadaan Umum

: Tampak sakit berat, GCS: E4V5M6

b Kesadaran

: Kompos mentis

c

: 130/80 mmHg

Tekanan Darah

d Frekuensi Napas

: 20 x/menit

e

Frekuensi Nadi

: 92 x/menit

f

Suhu

: 36.70C

g

Kepala Normosefali, rambut hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut.

h Mata Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+, raccoon eyes -/i

Hidung Normosepta, secret -/-, hiperemis -/-, darah -/-, rhonore -/-

j

Telinga Normotia, otore -/-, darah -/-, battle sign -/-

k Mulut Oral hygiene baik, faring tidak hiperemis, darah (-) l

Leher

Trakea lurus di tengah, jejas (-) m Thoraks Paru Inspeksi

: pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis

Palpasi

: vocal fremitus teraba sama di kedua lapang paru

Perkusi

: sonor di kedua lapang paru

Auskultasi: suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Jantung Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra

Perkusi

:

Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra Batas jantung kiri

: ICS V linea midclavicularis sinistra

Pinggang jantung

: ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, murmur (-), gallop (-) n Abdomen Inspeksi

: Datar, jejas (-),

Palpasi

: Supel, nyeri tekan (-), pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)

Perkusi

: Timpani di seluruh lapang abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) o

Ekstremitas Atas: akral hangat +/+, edema -/Bawah: akral hangat +/+, edema -/-

2

STATUS LOKALIS Regio antebrachii dextra Look: tampak adanya deformitas pada 1/3 distal antebrachii dextra, jejas (-), kemerahan (-), oedem (+), tidak tampak sianosis pada bagian distal lesi. Feel: teraba lebih hangat dibandingkan antebrachii sinsitra, nyeri (+), nyeri tekan (+), sensibilitas (+), kapiler refil (+) Move: gerakan aktif dan pasif terbatas, sakit apabila digerakkan

Regio dorsum pedis dextra: Look : terdapat vulnus abrasio seluas 5x7 cm, dengan dasar kemerahan, oedem (-), jejas (-), deformitas (-), tidak tampak sianosis pada bagian distal lesi Feel : nyeri (+), nyeri tekan (+), sensibilitas (+), kapiler refil (+) Move : gerakan aktif dan pasif terhambat Regio genu sinistra: Look : terdapat vulnus abrasio seluas 3x4 cm, dengan dasar kemerahan, oedem (-), jejas (-), deformitas (-), tidak tampak sianosis pada bagian distal lesi Feel : nyeri (+), nyeri tekan (+), sensibilitas (+), kapiler refil (+) Move : gerakan aktif dan pasif terhambat

D PEMERIKSAAN PENUNJANG Dilakukan pemeriksaan rontgen pada tanggal 7 November 2016

E RESUME Pasien laki-laki, 34 tahun, datang ke IGD dengan keluhan tidak bisa menggerakkan lengan bawah kanan sejak 2 jam SMRS. Lengan bawah kanan terdapat benjolan yang nyeri. Nyeri bertambah ketika ditekan. Pasien juga mengeluhkan terdapat luka lecet pada punggung kaki kanan sampai ke jari-jari kaki dan pada lutut kiri yang menyebabkan nyeri untuk digerakkan. Sebelumnya, pasien mengalami kecelakaan sepeda motor. Pasien mengalami kecelakaan tunggal. Pasien menghindari lubang di jalan, lalu pasien terjatuh dengan posisi lengan bawah kanan menahan dengan posisi terputar. Pasien memakai helm full-faced. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak kesakitan berat, tekanan darah 130/80, nadi 92x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.7oC. Pada regio antebrachii dextra didapatkan deformitas, oedem (+), perabaan lebih hangat dibanding antebrachii sinistra, nyeri apabila ditekan, gerakan aktif dan pasif terbatas. Pada region dorsum pedis dextra didapatkan vulnus excoriasi dengan seluas 5x7 cm, dengan dasar kemerahan, nyeri gerak (+). Pada region genu sinistra didapatkan vulnus excoriasi dengan seluas 3x4 cm, dengan dasar kemerahan, nyeri gerak (+).

F DIAGNOSIS Closed fracture radius 1/3 distal complete dextra dengan vulnus excoriasi regio genu sinistra et dorsum pedis dextra G PENATALAKSANAAN Medikamentosa Injeksi Ketorolac 30 gram IV Ciprofloxacin 2x 500 mg Metronidazole 3x500 mg Natrium diklofenak 3x50 mg Gentamisin salep

Non medikamentosa -

Rawat luka

-

Bidai untuk imobilisasi

H PROGNOSIS Ad vitam

: ad bonam

Ad Fungsionam

: ad bonam

Ad Sanationam

: ad bonam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari struktur tulang “epiphiseal plate” serta “cartilage” (tulang rawan sendi). (1) 2.2

Anatomi Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh

ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius dan di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membrana interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut. Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antar tulang, yaitu m. supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius. (1) Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus, yaitu tulang lunatum dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial. Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan dorsal, dan ligamen radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat ligamen dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen kolateral ulnar. Ligamen kolateral ulnar bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligamen radioulnar dorsal dan volar. yang kesemuanya menghubungkan radius dengan ulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangularjibro cartilage complex). Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta gerakan deviasi radial dan ulnar. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90º oleh karena adanya dua sendi

yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi. (1) 2.3

Patofisiologi dan diagnosis. Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan

trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu, seperti yang terjadi pada fraktur Colles*. Sebaliknya, jatuh pada permukaan tangan sebelah dorsal menyebabkan dislokasi fragmen distal ke arah volar seperti yang terjadi pada fraktur Smith*. Pada keduanya masih terdapat komponen gaya ke arah deviasi radial dan deviasi ulna yang dapat menyebabkan patahnya tulang karpus. Jatuh pada permukaan tangan bagian volar dengan tangan dalam posisi deviasi radial dapat menyebabkan fraktur pada tulang navikulare (os skafoid) sedangkan Jatuh dengan tangan dorsofleksi maksimal dapat menyebabkan dislokasi tulang lunatum. (1) Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara klinis, dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles atau fraktur Smith. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang. Hal yang mungkin terlewat dalam diagnosis adalah adanya fraktur tulang navikulare atau adanya dislokasi tulang lunatum. Secara klinis pada fraktur navikulare didapati nyeri tekan pada tabatier anatomik. Diagnosis kedua kelainan ini ditegakkan dengan foto Rontgen. Pada foto antero-posterior biasa sering tidak terlihat adanya fraktur navikulare. Untuk ini perlu foto dengan proyeksi oblik 45° dan 135° atau foto diulang setelah satu minggu karena mungkin retak tidak kelihatan pada cedera baru. (1) Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Fraktur radius distal intraartikuler, dengan patahan distal radius terdislokasi ke arah volar disebut fraktur Barton volar, sedangkan bila patahan distal pindah ke arah dorsal, disebut fraktur Barton dorsal. (1) 2.4

Klasifikasi Fraktur Antebrachii Menurut Arif Mansjoer (2000: 351) ada 4 klasifikasi fraktur antebrachii antara lain: 1. Fraktur Colles

Deformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi supinasi). 2. Fraktur Smith. Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. 3. Fraktur Galeazzi. Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. 4. Fraktur Montegia. Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proksimal.(6) 2.5

Fraktur Antebrachii Secara Umum 2.5.1 Fraktur pada kepala dan leher radius. Fraktur ini terjadi karena terjatuh dalam posisi out stretched. Klasifikasi : 1.

Tipe 1 : terbelah vertikal

2. Tipe 2 : terbelah miring 3. Tipe 3 : terbelah 4. Tipe 4 : remuk

Pengobatan 1. Tipe 1 & 2 : istirahatkan sendi siku dengan mitela 2. Tipe 3 & 4 : eksisi Komplikasi : 1. Kekakuan sendi 2. Osteoarthritis 2.5.2 Fraktur prosesus koronoid Biasanya terjadi bersama dengan dislokasi sendi siku.Pasien biasanya mempunyai riwayat jatuh dengan posisi tangan outstretched dan mengalami deformitas dari elbow. Fraktur koronoid pada anak – anak sering berhubungan dengan dislokasi elbow, fraktur olecranon, fraktur epicondylus medial, atau fraktur condylus lateral. Penanganan : 1. Bila fragmen besar difiksasi 2. Bila fragmen kecil dan tidak mengganggu pergerakan, tidak diperlukan tindakan.

2.5.3 Fraktur prosesus olekranon Etiologi : Trauma langsung sendi siku Klasifikasi : Tipe 1 : keretakan olekranon tanpa adanya pemisahan Tipe 2 : keretakan disertai pemisahan Tipe 3 : fraktur komunitif tidak stabil

Gejala klinis : bengkak, nyeri tekan pada siku Px Radiologi : untuk mengetahui tipe fraktur Pengobatan Tipe 1 : konservatif Tipe 2 : operatif dan fiksasi interna mempergunakan screw/tension bandwiting Tipe 3 : eksisi fragmen dan melekatkan kembali trisep pada olekranon

Komplikasi : 1. Nonunion 2. Osteoarthritis



Pemeriksaan Pada pemeriksaan fisik didapati tanda fraktur, Pemeriksa harus memperhitungkan kemungkinan adanya gangguan syaraf atau kerusakan pembuluh darah. Pada pemeriksaan radiologis yang perlu diperhatikan adalah adanya luksasl sendi radioulnar proksimal atau distal yang lebih dicurigai apabila ditemukan fraktur hanya pada salah satu tulang disertai dislokasi. (1)



Pemeriksaan Penunjang Menurut Doegoes,dkk (1999) pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur : 1. Scan tulang, tomogram, magnetic resonance imaging (MRI) memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak. 2. Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler 3. Profil koagulasi 4. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranafusi multiple atau cairan hati.(6)



Penanganan Pada fraktur yang tidak berubah posisinya dilakukan pemasangan gips di atas siku. Pada fraktur yang posisinya berubah harus dilakukan reposisi tertutup untuk kemudian dipasang gips di atas siku. Untuk fraktur radius ulnar proksimal, lengan bawah diimobilisasi dalam gips pada posisi supinasi. Posisi ini dimaksudkan untuk mengatasi rotasi radius dan mengendurkan otot supinator. Fraktur bagian distal umumnya diimobilisasi dalam posisi pronasi dan patah tulang bagian tengah dalam posisi netral. Akan tetapi, pada umumnya fraktur kedua tulang radius dan ulna sulit untuk dilakukan reposisi tertutup dengan baik sehingga diperlukan operasi reposisi terbuka dan fiksasi interna. Reposisi terbuka juga lebih sering diperlukan pada patah tulang yang disertai dislokasi sendi. (1)



Penyulit

Lesi saraf jarang terjadi pada fraktur tertutup. Apabila terjadi, bisa mengenai saraf radialis, ulnaris maupun medianus atau cabangnya. Cedera saraf radialis ditemukan pada fraktur Monteggia. sedangkan cedera saraf medianus sering terjadi pada fraktur radius distal.

(1)

Karena di lengan bawah terdapat banyak pembuluh darah kolateral, kerusakan

pembuluh darah jarang berakibat berat terhadap lengan bawah. Penyulit yang segera tampak berupa sindrom kompartemen juga relatif jarang. Apabila terdapat sindrom ini, biasanya sulit didiagnosis atau terlambat karena denyut nadi sering masih teraba. Pengobatannya adalah fasiotomi yang cukup luas. Pada pembedahan memang tidak boleh dilakukan penjahitan kembali fasia. (1) 

Komplikasi Komplikasi lambat yang tersering adalah salah-taut dan apabila salah-tautnya berupa angulasi disertai dengan ketidaksejajaran radius dan ulna, akan terjadi gangguan gerak pronasi dan supinasi. Komplikasi lain adalah terbentuknya sinostosis atau jembatan kalus, yaitu kalus antara radius dan ulna sehingga kemungkinan supinasi dan pronasi hilang. Sinostosis ini dapat terjadi pada fraktur dislokasi, seperti fraktur Monteggia atau fraktur Galeazzi. (1) Komplikasi yang tidak jarang terjadi adalah pseudartrosis karena gagal bertaut, misalnya akibat terjadinya infeksi, operasi yang terlalu merusak periost, atau terselipnya otot di antara fragmen patahan tulang. Komplikasi infeksi yang menyebabkan osteomielitis biasanya merupakan akibat dari fraktur terbuka meskipun tidak jarang terjadi setelah reposisi terbuka. (1)

2.5.4

Fraktur Satu Tulang Fraktur radius saja biasanya terjadi akibat suatu trauma langsung dan sering terjadi pada

bagian proksimal radius. Fragmen fraktur akan terdislokasi ad latitudinem dan ad periferam. Untuk penantalaksanaan dapat dilakukan reposisi tertutup kemudian imobilisasi dengan lengan pronasi pada fraktur 1/3 distal, netral pada fraktur 1/3 tengan dan supinasi pada fraktur 1/3 proksimal, imobilisasi selama 4-6 minggu. . Fraktur ini sulit direposisi secara tertutup atau akan mengalami redislokasi bila reposisi berhasil. Oleh karena itu, dianjurkan reposisi terbuka dan biasanya dipasang fiksasi interna dengan plat jenis kompresi. Fraktur ulna biasanya disebabkan oleh trauma langsung, misalnya menangkis pukulan dengan lengan bawah. Relatif sering terjadi fraktur yang tidak berubah posisinya. Pada gejala

klinis : didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti edema, deformitas. “false movement”, krepitasi dan nyeri. Radiologis : anteroposterior dan lateral, akan didapakan adanya diskontinuitas tulang. Pengobatan biasanya konservatif dengan pemasangan gips (long arm cast), jika reposisi tertutup gagal atau terjadi komplikasi nonunion, malunion, maka dapat dilakukan reposisi secara tertutup. Kadang Juga terjadi fraktur yang terdislokasi, dalam hal Ini harus diteliti apakah ada juga fraktur tulang radius atau dislokasi sendi radioulnar. Pada fraktur yang kominutif dapat terjadi penyatuan lambat atau pseudoartrosis dan ini memerlukan tindak operatif disertai cangkok tulang. (1)

2.5.5

Fraktur Antebrachii Yang Khas

a.

Fraktur Monteggia

Definisi Monteggia mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum radius(1,2). Ternyata kemudian terbukti bahwa dislokasi ini dapat terjadi ke lateral dan juga ke posterior. Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis. (1)

Gambaran klinik Pada umumnya menyerupai fraktur pada lengan bawah dan apabila terdapat dislokasi ke anterior, kapitulum radius akan dapat diraba pada fosa kubitus. (1). Pergelangan tangan dan tangan harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda cedera pada saraf radialis.

(2) .

Terdapat 2

tipe yaitu tipe ekstensi (lebih sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya yang terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan kearah fleksi yang menyebabkan fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior. (3) Gambaran radiologis Gambaran radiologis jelas memperlihatkan adanya fraktur ulna yang disertai dislokasi sendi radio-humeral.

(1)

Pada kasus biasa kaput radius berdislokasi kedepan, dan terdapat fraktur

pada sepertiga bagian atas ulna dengan pelengkungan kedepan. Kadang-kadang dislokasi radius disertai dengan fraktur olekranon. Kadang-kadang kapur radius berdislokasi keposterior dan

fraktur ulna melengkung kebelakang ( Monteggia kebelakang). Pada fraktur ulna yang terisolasi, selalu diperlukan pemeriksaan sinar X pada siku. (2) Pengobatan Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode operatif sering menjadi pilihan pada fraktur Monteggia pada orang dewasa.

(1) .

Petunjuk untuk keberhasilan

terapi adalah memulihkan panjangnya ulna yang mengalami fraktur, hanya setelah itu sendi yang berdislokasi dapat sepenuhnya direduksi. Pada anak-anak kadang-kadang dapat dilakukan manipulasi, tetapi pada orang dewasa lebih baik dilakukan reduksi terbuka dan pemasangan flat. Kalau kaput radius dapat direduksi secara tertutup, begitu lebih baik dan bila tidak harus diterapi dengan operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips dengan siku yang difleksikan selama 6 minggu. Setelah itu dianjurkan gerakan aktif. (2) b.

Fraktur Galeazzi

Definisi Fraktur ini merupakan fraktur distal radius disertai dislokasi atau subluksasi sendi radioulnar distal. Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma langsung sisi lateral ketika jatuh. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. (1,3)

Gambar 2.1. Fraktur Galeazzi Gambaran klinis

Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris yang sering terjadi.

(2).

Gambaran klinisnya bergantung pada derajat dislokasi

fragmen fraktur. Bila ringan. nyeri dan tegang hanya dirasakan pada daerah fraktur; bila berat, biasanya terjadi pemendekan lengan bawah. Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal ulna.(1) Gambaran radiologis Fraktur melintang atau oblique yang pendek ditemukan pada sepertiga bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi. (2)

Gambar 2.2 Radiologi fraktur Galeazzi

Pengobatan Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. Secara konservatif mungkin kurang memuaskan dan bila demikian. terapi bedah menjadi pilihan. (1) c.

Fraktur Colles

Definisi Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 adalah fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan dengan pergeseran dorsal fragmen distal. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidennya yang tinggi berhubungan dengan

permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.(5)

Gambar 2.3 Fraktur Colles Klasifikasi Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe berikut :

(4)



Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler



Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler



Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal



Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal



Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar



Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar



Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar



Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar

Gambar 2.4 Klasifikasi Fraktur Colles Trauma / Kelainan yang Berhubungan Fraktur ekstensi radius distal sering terjadi bersamaan dengan trauma atau luka yang berhubungan, antara lain : (4) 1. Fraktur prosesus styloideus (60 %) 2. Fraktur collum ulna 3. Fraktur carpal 4. Subluksasi radioulnar distal 5. Ruptur tendon fleksor 6. Ruptur nervus medianus dan ulnaris Manifestasi Klinis Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum radiografi diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonjolan punggung pergelangan

tangan dan depresi di depan. Pada pasien dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan.

(2)

Selain itu juga didapatkan

kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang terkena. (4)

Gambar 2.5. Dinner fork deformity Diagnosis Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang. (1,3) Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya.

(1)

Pada gambaran radiologis dapat

diklasifikasikan stabil dan instabil. Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan, sedangkan instabil bila patahnya kominutif. Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh.

(4).

Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan

prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius : 1. Bergeser dan miring ke belakang 2. Bergeser dan miring ke radial 3. Terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat. (4)

Gambar 2.6 (a) Deformitas garpu makan malam, (b) Fraktur tidak masuk dalam sendi pergelangan tangan (c) Pergeseran ke belakang dan ke radial Penatalaksanaan -

Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.

-

Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga. (2)

-

Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen; fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar X. Kalau posisi memuaskan, dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah.

Gambar 2.7 Reduksi : (a) Pelepasan impaksi (b) Pronasi dan pergeseran ke depan, (c) Deviasiulnar Pembebatan : a. penggunaan sarung tangan b. slab gips yang basah c. slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras. Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang baru; pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,

sekalipun

manipulasi

berhasil,

pergeseran

ulang

sering

terjadi

lagi.

Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara. Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui, sebagai berikut : •

Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan dorsal sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen



Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23 derajat di sebelah palmar, sedangkan angulasi dorsal tidak.



Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini dapat dengan mudah dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai terjadi proses penyembuhan kecuali difiksasi.

Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli orthopedik, maka beberapa hal berikut dapat dilakukan : 1. Lakukan tindakan di bawah anestesi regional 2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger traps dan siku

dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban seberat 8-10

pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau sampai fragmen disimpaksi. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan, maka beban dapat diturunkan. 3. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat deviasi ulna. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan pemasangan anteroposterior long arms splint. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa telah tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf medianusnya 4. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam untuk mengurangi bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan dua minggu pasca trauma. 5. Immobilisasi fraktur yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan untuk fraktur yang bergeser membutuhkan waktu 6-12 minggu.

Gambar 2.8 Reduksi pada fraktur Colles Komplikasi (4) Dini 

Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab perlu dibuka atau dilonggarkan.



Cedera saraf jarang terjadi dan yang mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligamen karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang.



Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan setiap hari. Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X memperlihatkan osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang.

Lanjut 

Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap.



Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi processus stiloideus ulnra sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap mengalaminyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.



Kekakuan pada bahu, karena kelalaian adalah komplikasi yang sering ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang lama.



Atrofi Sudeck, kalau tidak diatasi dapat mengakibatkan kekakuan dan pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat.



Ruptur tendon biasanya terjadi beberapa minggu setelah fraktur radius bawah yang tampaknya sepele dan tidak bergeser. (2)

d.

Fraktur Smith

Definisi Fraktur smith merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reverse Colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal, kadang-kadang intraartikular. Penggeseran bagian distal radius bukan ke dorsal, melainkan ke arah palmar. Patah tulang ini lebih jarang terjadi. (1) Manifestasi klinik Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi tangan ke radial (garden spade devormity). (1)

Gambaran radiologis Terdapat fraktur pada metafisis radius distal; foto lateral menunjukkan bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke anterior-sangat berlawanan dengan fraktur colles. Penatalaksanaan Pengobatannya merupakan kebalikan dari pengobatan patah tulang Colles dan pascareduksi, posisi dipertahankan dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi maksimal. Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku selama 4-6 minggu. (3) e.

Fraktur Barton volar

Fraktur Barton volar sebetulnya masih bagian dari fraktur Smith. Reduksi biasanya cukup dengan tarikan dan supinasi, tetapi karena garis patah tulang miring reposisi yang dicapai biasanya tetap tidak stabil sehingga kadang pembedahan akan lebih baik hasilnya. Epalsiolisis harus diusahakan untuk reposisi secara anatomis mungkin agar tidak terjadi gangguan pertumbuhan. Hal ini dapat dilakukan secara tertutup, kadang secara terbuka. Dengan atau tanpa reposisi operatif dapat dipakai kawat K yang kecil yang cukup kuat untuk fiksasi intern sehingga fiksasi dapat dicapai tanpa merusak cakram epiflsis. f.

(1)

Fraktur atau dislokasi tulang karpus Patah tulang os navikulare yang agak jarang, sering terlewat diagnosisnya, baik karena

tidak terperhatikan maupun karena tidak dibuat foto Rontgen oblik khusus. Seperti halnya tulang yang lain, vaskularisasi tulang skafoid sebagian besar melalui simpal sendi dan karena sebagian besar permukaan tulang ini merupakan bagian tulang rawan sendi, vaskularisasi yang masuk relatif sedikit. Oleh karena itu, komplikasi nekrosis avaskuler dan kegagalan pertautan cukup sering. (1) Gambaran Klinis Gambaran klinis sering kurang jelas. Biasanya ada keluhan nyeri di pergelangan tangan. Pada pemeriksaan didapatkan empat tanda yang jelas, ialah nyeri tekan di tabatiere* pada posisi deviasi ulna yang menyebabkan penonjolan tulang skafoid di tabatiere, nyeri tekan pada penonjolan navikulare di sebelah volar pada deviasi radier, nyeri sumbu pada pukulan martil perkusi pada kaput metakarpale pada tangan sikap tinju dan nyeri di dalam pergelangan tangan pada fleksi maupun ekstensi ekstrem. (1) Biasanya patah tulang os navikulare tidak terdislokasi sehingga tidak perlu direposisi. Posisi dalam gips yang meliputi lengan bawah bagian distal sampai batas sendi metakaipofalangeal, termasuk metakarpus I, dipertahankan tiga bulan untuk menghindari pseudoartrosis. Bila lambat bertaut atau gagal-bertaut, perlu dilakukan operasi cangkok tulang.Pada patali leher tulang bagian proksimal os skafoid terancam nekrosis avaskuler karena sebagian besar per mukaannya ditutup oleh tulang rawan sendi sehingga darah dari bagian proksimal tidak mungkin sampai. (1) Dislokasi lunatum agak jarang ditemukan, tetapi sering juga terlewat diagnosisnya. Dislokasi yang terjadi adalah akibat trauma jatuh pada tangan dalam posisi dorsifleksi maksimal. Pada pemeriksaan klinis didapati pembengkakan pada pergelangan tangan dan pasien sangat

kesakitan bila jari secara pasif diekstensikan. Bisa ditemukan adanya lesi saraf medianus oleh adanya penekanan saraf di dalam kanalis karpal. Pada foto Rontgen akan terlihat adanya dislokasi lunatum ataupun perilunatum. Akan tetapi, ternyata dislokasi ini sering terlewat karena kurangnya pengalaman pemeriksa foto. Penanganannya adalah reposisi, yang pada dislokasi baru biasanya akan berhasll. diikuti dengan imobilisasi. Komplikasi lambat yang bisa terjadi adalah nekrosis avaskuler dan artritis degeneratif. (1) 2.6 Dislokasi sendi siku Dislokasi sendi siku merupakan dislokasi sendi humeroulnar dan humeroradial. Biasanya terjadi dislokasi fragmen distal ke posterior dan lateral terhadap fragmen proksimal. Paling sering terjadi pada anak – anak karena proses ossifikasinya belum sempurna. Penyebabnya karena terjadi trauma tidak langsung, benturan pada tangan dan lengan bawah dengan siku dalam posisi ekstensi disertai sedikit fleksi dan lengan atas terdorong kearah volar dan medial. Pada pemeriksaan klinis terdapat bengkak, nyeri spontan, nyeri sumbu, dan gerakan abnormal sangat terbatas pada posisi kurang dari 30°. Pada pemeriksaan dari dorsal siku, didapatkan perubahan pada segitiga sama kaki yang dibentuk oleh olekranon, epikondilus lateral, dan epikondilus medial. Segitiga yang normalnya sama kaki, berubah menjadi segitiga yang tidak sama kaki. Dislokasi siku ini dapat menyebabkan robeknya ligamentum yang mempertahankan stabilitas sendi siku dan ini mempengaruhi cara pengobatannya. Bila tidak terjadi instabilitas, setelah reposisi dapat dimulai dengan imobilisasi selama tiga minggu dalam gips sebelum mobilisasi. Luksasi caput radius yang disebut “siku tertarik” dapat terjadi karena siku ditarik sehiingga caput ditarik lepas dari lingkaran ligamentum. Hal ini terjadi pada anak yang jatuh ketika tangannya ditarik secara abnormal. Gejalanya berupa nyeri dan gangguan ekstensi, fleksi dan pronasi, dan supinasi.diagnosismenjadi jelas dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. Terapi dengan reposisi pada siku fleksi dengan tekanan di arah sumbu supinasi dan reposisi caput ke arah ulnar

DAFTAR PUSTAKA 1. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. 2005. Jakarta: EGC 2. Apley A, Graham & Solomon, Louis. BukuAjar Ortopedi & Fraktur Sistem Apley Edisi VII. 1995. Jakarta: Widya Medika. 3. Mansjoer, Arief, ed. Kapita Selekta Kedokteran. 2000. Jakarta: Media Aesculapius 4. http://medlinux blogspot.com, diakases tanggal 18 Juni 2011 5. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9205.htm, diakses tanggal 18 Juni 2011 6. http://www.trinoval.web.id/2010/04/fraktur-antebrachii.html, diakses tanggal 19 Juni

2011

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF