Laporan Kasus Morbili 2 (Selesai)
July 19, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Kasus Morbili 2 (Selesai)...
Description
BAB I PENDAHULUAN
Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus suspek campak, cam pak, dan hasil hasil konfirm konfirmasi asi laborat laboratoriu orium m menunju menunjukkan kkan 12–39% 12–39% di antaran antaranya ya adalah adalah campak pasti (lab (lab confirmed ) sedangkan 16–43% adalah rubella pasti. Dari tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah ka kasus sus in inii diperk diperkir iraka akan n masi masih h le lebi bih h rendah rendah diban dibandin ding g angka angka sebena sebenarny rnyaa di lapa lapanga ngan, n, mengingat masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan kesehatan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.
1
Di Indonesi Indonesia, a, Rubella Rubella merupak merupakah ah salah salah satu masalah masalah kesehat kesehatan an masyara masyarakat kat yang meme me merl rluka ukan n upaya upaya penceg pencegaha ahan n efekt efektif. if. Data Data survei surveila lans ns selam selamaa lima lima tahun tahun terak terakhir hir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia 38C 38C selama selama 3 hari hari atau lebih, lebih, diser diserta taii salah salah satu atau atau lebih lebih gejala gejala : batuk, pilek, mata merah atau mata berair. b. Khas (Pathognomosis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah dipipi bagian dalam (mucosal bucal) c. Berca Bercak k keme kemera rahan han atau rash yang dimula dimulaii dari dari belak belakang ang teling telingaa tubuh tubuh berbent berbentuk uk makulo papular selama 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7 hari) keseluruh tubuh, kemudian bercak merah menjadi kehitam-hitaman disertai kulit berbisik. 8
Dugaan kuat Morbilli bila ditemukan gambaran klinis berikut: ruam minimal 3 hari, ada ada de dema mam m mini minima mall sa satu tu ha hari ri,, ada ada mini minima mall satu satu ge geja jala la/t /tan anda da ba batu tuk, k, cory coryza za atau atau conjunctivitis.
9
F. PEME PEMERI RIKS KSAA AAN N FISIK FISIK
Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
Pada umunya tampak lemah.
Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
Pa Pada da stadi stadium um er erups upsii timb timbul ul ruam ruam (rash) (rash) yang yang khas khas : ruam ruam makul makulopa opapul pular ar yang yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh.
G. PEMERIK PEMERIKSAAN SAAN LABORATO LABORATORIUM RIUM
Pada pemeri pemeriksaa ksaan n darah darah tepi tepi dapat dapat ditemuk ditemukan an adanya adanya leukopen leukopeni. i. Dalam Dalam sputum, sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multi nucleated giant cell yang khas. Pada kasus-kasus atipik, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya. Teknik pemeriksaan yang dapat dap at digunakan adalah 4: 1. Fiksas Fiksasii komplem komplemen en 2. Inhibisi Inhibisi hemaglu hemaglutina tinasi si 3. Metode antibodi fluoresensi fluoresensi tidak tidak langsung langsung
Konfirmasi pemeriksaan laboratorium sangat jarang dilakukan di Indonesia karena keterbatasan keterba tasan kemampuan laboratorium, sehingga diagnosa hanya ditegakkan ditegakkan dengan temuan klinis dan pemeriksaan darah lengkap untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi bakteri atau virus lain. 9
Pemeriksaan antibodi IgM serum dapat dilakukan dengan mengambil sample pada hari pertama demam sampai beberapa hari setelah timbul rash menguatkan diagnosis Mobilli. Tidak ada pemeriksaan serologi yang 100% spesifik. Hasil false positive dapat ditemukan pada kasus suspect Morbilli dengan demam dan rash di d i negara neg ara maju seperti United States di mana Morbilli telah dieliminasi, seperti infeksi Parvovirus B19, enteroviruses, atau human he herpe rpesvi svirus rus–6 –6 (rose (roseola ola). ). Juga Juga pada pada ka kasus sus infeks infeksii teli telinga nga dan tengg tenggoro orokan kan yang yang diber diberii antibiotik yang dapat menimbulkan rash. Adanya rheumatoid factor dapat menghasilkan false positive IgM. Beberapa Beber apa kasus sporadik sp oradik dapat terjadi di beberapa be berapa negara bagian United States. Pemeri Pem eriksaa ksaan n IgG avidity avidity testing testing dan plaque plaque reducti reduction on neutrali neutralizati zation on (PRN) (PRN) assay assay juga dilakuk dil akukan an bila bila dibutuh dibutuhkan kan konfirm konfirmasi asi kasus kasus dengan dengan hasil hasil IgM false false negativ negativee atau atau false false positive. Pemeriksaan ini dilakukan bila konfirmasi dengan RT-PCR tidak berhasil atau sample tidak tersedia. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan RT PCR dan sequencing atau kultur virus9 .
H. TATA TATALA LAKS KSAN ANA A
Morbili Morb ili merupak merupakan an self limiting desease, desease, sehingga pengobatannya hanya bersifat simptomatis simptom atis yaitu: memperbaiki memperbaiki keadaan umum, antipiretik antipiretik bila suhu tinggi, sedativum, sedativum, dan obat batuk. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. Pengobatan bersifat suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik antipiretik bila demam, dan vitamin A 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1 tahun dan d an 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah ju mlah limfosit total.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang timbul. I. KOMPLIKASI
Beberapa penyulit campak adalah :10 a) Bronkopneumonia Merupakan salah satu penyulit tersering tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh in invas vasii la langs ngsung ung virus virus campak campak maupu maupun n infek infeksi si sekund sekunder er oleh oleh bakte bakteri ri ( Pneumococcus, dan Haemophyllus ). Ditandai dengan adanya ronki Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza influenza). basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal. b) Ensefalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis biasanya timbul pada p ada stadium erupsi erup si dan dalam 8 hari setelah onset o nset penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari en encep cephal halit itis is yang yang dapat dapat munc muncul ul ad adal alah ah : kejan kejang, g, letar letargi gi,, koma, koma, nyeri nyeri kepal kepala, a, kelai kelainan nan frekuensi nafas, twitching dan dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut. c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
SSPE yang disebabkan oleh infeksi persisten virus campak dari sistem saraf pusat . SSPE ditandai dengan perubahan tingkah laku, tidak bisa konsentrasi dan sering lupa. Pada keadaan kead aan ini tidak tidak ada keluhan keluhan seperti seperti demam, demam, fotofobi fotofobiaa atau atau gejala gejala ensefal ensefalitis itis lainnya lainnya melainkan keluhan sakit kepala berat yang lama-lama dapat diikuti kejang mioklonik dan demensi dem ensia. a. Onset Onset terjadi terjadinya nya SSPE SSPE beriksar beriksar 7-12 tahun tahun dari orang yang terkena terkena campak campak sebelumnya.Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapat vaksinasi d) Otitis Media Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi. e) Diare Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan penderita campak f) Black f) Black measles Merupakan bentuk berat dan sering berakibat berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai ditandai de denga ngan n ruam ruam kulit kulit konflu konfluen en ya yang ng be bersi rsifat fat hemo hemorag ragik ik.. Pende Penderi rita ta menun menunju jukka kkan n gejal gejalaa ensefali ense falitis tis atau atau encephal encephalopat opatii dan pneumon pneumonia. ia. Terjad Terjadii perdarah perdarahan an ekstensi ekstensiff dari mulut, mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata J. PENCE ENCEG GAHA AHAN Imunisasi
Vaksinas Vaks inasii campak campak dapat dapat menimb menimbulka ulkan n gejala gejala ringan ringan atau tanpa tanpa gejala. gejala. Antibod Antibodii campak berkembang di sekitar 95% dari anak-anak divaksinasi pada 12 bulan usia dan 98%
dari anak-anak divaksinasi divaksinasi pada usia 15 bulan. Nilai serokonversi serokonversi antigen vaksin, MMR, dan MMRV tidak memiliki perbedaan yang bermakna. 11 Sekitar 2% -5% dari anak-anak yang hanya menerima satu dosis vaksin MMR gagal untuk untu k mendapa mendapatkan tkan imunit imunitas as ( primary primary vaccine failure). failure). Kegagal Kegagalan an dapat dapat terjadi terjadi karena karena antibodi pasif merusak antigen vaksin, vaksin yang sediaannya rusak, catatan yang tidak benar, atau alasan mungkin lainnya. Kebanyakan orang yang gagal untuk merespon untuk dosis pertama akan berhasil di dosis kedua. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 99% dari orang yang menerima dua dosis vaksin campak akan mendapatkan imunitas campak
11
Meskipun titer antibodi vaksin lebih rendah dari imunitas yang didapati dari penyakit alami, ala mi, baik baik serologi serologi dan bukti bukti epidem epidemiolo iologi gi menunju menunjukkan kkan bahwa bahwa vaksin vaksin yang didapat didapat kekebalan jangka panjang dan mungkin seumur hidup di sebagian besar orang. Orang yang divaksinasi yang tampil kehilangan antibodi menunjukkan respon imun setelah vaksinasi ulang, menunjukkan bahwa mereka mungkin masih imun. Meskipun vaksinasi ulang dapat meningk men ingkatka atkan n antibodi antibodi titer titer di beberapa beberapa orang, orang, data yang tersedi tersediaa menunju menunjukkan kkan bahwa bahwa peningkatan titer mungkin mung kin tidak berlangsung b erlangsung lama. Beberapa Beber apa penelitian p enelitian menunjukkan bahwa kegagalan vaksin sekunder (memudarnya imunitas) dapat terjadi setelah vaksinasi, tapi ini jarang terjadi dan hanya han ya memainkan peran kecil d dalam alam transmisi campak dan wabah. 11
BAB III LAPORAN KASUS I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Hamzahari
Umur
: 56 tahun
Jenis Kelamin Kelamin : LakiLaki- Laki Laki Alamat
: Desa Air Dingin, kec. Simelue Timur
Agama
: Islam
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Petani
Tanggal MRS : 14- juli-2019
II.
ANAMNESIS KELUHAN UTAMA : Demam RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan demam, dialami kurang lebih 10 hari yang lalu, demam naik turun, sering naik disore dan malam hari, meriang (+), menggigil (+), nyeri kepala (+). OS juga mengeluhkan nyeri pada sendi- sendi sejak 1 minggu ini.
Nyeri ulu hati, mual (+),muntah (-). Batuk (+), mata merah (+) badan terasa lemas. Dan juga terdapat bintik- bintik kemerahan di perut. Riwayat perdarahn gusi (-). BAB dan BAK dalam batas normal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
-
Hipertensi (-)
-
DM (-)
-
Riwa Riwaya yatt den denga gan n kelu keluha han n yang yang sam samaa (-) (-)
RIWAYAT PENGOBATAN
-
Suda Sudah h min minum um ob obat at pe penu nuru run n pan panas as..
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Disangkal
III.
PEMERIKSAAN FI FISIK VITAL SIGN
-
TD
: 120/90 mmHg
-
HR
: 84 x/i
-
RR
: 20x/i 0
-
T
: 38 C
-
Kesa Kesada dara ran n : kom kompos pos men menti tiss PEMERIKSAAN FISIK GENERALIS
Kepala
: normocephali
Mata
: anemis (-), ikterik (-), pupil isokor (+), reflek cahaya (+)
Hidung
: deviasi septum (-), secret (-), epistaksis (-)
Telinga
: bentuk auricula normal (+), darah (-), cairan (-)
Mulut
: bibir kering (+), lidah beslaq (-), tremor (-), gusi berdarah (-)
Tenggerokan
: tonsil hiperemis (-),
Leher
: TVJ (-), pembesaran KGB (-).
Thoraks - Inspeksi Inspeksi
: bentuk bentuk dada normoche normochest, st, pergerak pergerakan an dada simetr simetris, is, jaringa jaringan n parut parut
(-) - Palpasi Palpasi
: nyeri nyeri tekan tekan (-), stemfr stemfremi emitus tus kiri dan kanan kanan sama. sama.
- Perkusi Perkusi
: sonor sonor pada kedua kedua lapangan lapangan paru (+)
- Auskulta Auskultasi si
: vesikule vesikulerr (+/+), (+/+), ronki ronki (-), wheezi wheezing ng (-). (-).
Jantung - Inspeksi : ictus ictus tidak terlihat terlihat , - Palspasi : ictus teraba teraba di ICS ICS V dilinea dilinea midclavicula midclavicula sinistra sinistra
- Pe Perk rkus usii
-
Bata Ba tass kanan kanan bawa bawah h
: ICS ICS V lin linea ea par parast aster ernal nalis is dek dekstr straa
Bata Ba tass kan kanan an at atas as
: IC ICS S II line line para parast ster erna nali liss dek dektr tra, a,
Batas kiri atas
: ICS II line midclavikularis dekstra
Batas kiri bawah
: ICS V linea midclavikula sinistra
Ausk Auskul ulta tasi si
: BJ I > BJ II II,, ga gall llop op S3 ((-))
Abdomen -
Inspeksi
: tidak tampak distensi, jaringan parut (-), tampak bintik- bintik
kemarahan
-
Palpasi
: nyeri takan (-)
-
Perkusi
: timpani (+),
-
Auskultasi
: peristaltik (+)
Ekst Ek stre remi mita tass IV.
:u ude dema ma ((-), ), si sian anos osis is ((-))
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Darah rutin
-
Tubex TF
-
IgG & IgM dengue
V.
DIAGNOSIS BANDING
Observasi Febris e.c DD : 1. Thyfo hyfoid id Feve Feverr 2. Morbili 3. Dema Demam m berdar berdarah ah dengue dengue
4. Der erm mat atiitis VI.
DIAGNOSIS K KE ERJA
Morbili
VII.
PENATALAKSANAAN
-
IVFD RL 20 gtt/i
-
Inj. Inj. Cef Ceftri triax axone one 1 gr gr //12 12 ja jam m ( Skin Skin Test Test)) ( H1) H1)
-
Parac racetamol 3x50 3x500 0 mg mg
-
Ambroxol 3x1
FOLLOW UP
Tanggal
Perjalanan penyakit
Therapi/ planing
16/08/201
S/ demam, nyeri sendi- sendi,
-
IVFD RL 20 gtt/i
9
mual, batuk, bintik- bintik di
-
Inj. Ceftriaxone 1 gr /12
perut O/
TD : 110/60 mmHg HR : 76x/i RR : 22x/i T : 36,8 0 C
jam ( H2) -
Para aracetamol amol 3x50 3x500 0 mg mg
-
Ambroxol 3x1
A/ Observasi Febris e.c DD :
1. Thyfo hyfoid id Fever ever 2. Morbili 3. Demam
berdarah
dengue
Tanggal
Perjalanan penyakit
Therapi/ planing
17/08/201
demam am (-) (-),, nyeri nyeri sendi sendi-S/ dem
-
IVFD RL 20 gtt/i
9
se send ndi, i, mual mual,, ba batu tuk, k, bint bintik ik--
-
Inj. Ceftriaxone 1 gr /12
bintik di perut, mencret
jam
(
H2)
inj.
Cefotaxime 1gr/12 jam (ST)
O/
(H1) TD : 110/60 mmHg HR : 67x/i RR : 22x/i T : 37,1 0 C
A/ Observasi Febris e.c DD :
1. Thyfo hyfoid id Fever ever 2. Morbili 3. Demam
berdarah
-
Para aracetamol amol 3x50 3x500 0 mg mg
-
Ambroxol 3x1
dengue
Tanggal
Perjalanan penyakit
Therapi/ planing
18/08/201
S/ dem demam am (-), nyeri sendisendi-
-
IVFD RL 20 gt gtt/i
9
sendi (-). Mencret (-)
-
inj. Cefotaxime 1gr/12 jam (H2)
O/
TD : 100/60 mmHg HR : 80x/i RR : 20x/i T : 36,7 0 C
A/ Demam berdarah dengue
+ Thyfoid Fever +Morbili
-
inj. nj. Dex Dexaa 1 amp/ 12 12 ja jam
-
Parace cettamol 3x500 x500 mg
-
Ambroxol 3x1
-
Dehaf 3X C1
Tanggal
Perjalanan penyakit
19/08/201
S/ demam (-), sakit kepala ,
-
ambroxol 3X1
9
batuk
-
dehaf 3x C1
O/
Therapi/ planing
-
TD : 100/60 mmHg HR : 80x/i PBJ RR : 20x/i T : 36,7 0 C
A/ Demam berdarah dengue
+ Thyfoid Fever +Morbili
DAFTAR PUSTAKA 1. Status Campak Dan Rubella Saat Ini Di Indonesia. Di akses 23 Agustus 2019.
Www.Kemenkes.Go.Id .
2. Pay Payunga ungan n W: Mengapa Mengapa orang dewasa dewasa masih terkena terkena campak. campak. Di akses akses 23 Agustus Agustus
2019. http://artikel -campak.html. -campak.html. 3. CDC 2013. Facts About measles measles for Adult. . Di akses 23 Agustus 2019. hp://www. documents/IMMMeasles_Facts.pdf .
4. Kliegman, Robert M, dkk. Nelson Textbook of Pediatrics 20th Edition, Vol 2, 2016.
Philadelphia: Elsevierier. 5. Rampengan, T.H. Laurentz, I.R. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC.
2008. Behr hrma man n RE, RE, Arvi Arvin n AM. AM. Nelso Nelson n ilmu ilmu keseha kesehata tan n anak. anak. Jakart Jakarta: a: Pener Penerbit bit Buku Buku 6. Be Kedokteran EGC; 2012 7. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6.
Jakarta. Badan Penerbit FKUI. 2011. 8. Ok Okad adaa H, Kobu Kobune ne F. Exte Extens nsiv ivee lymp lympho hope peni niaa du duee to apop apopto tosi siss of un unin infe fect cted ed
lymphocytes in acute measles patient; 2010. 9. Ha Habi bib, b, Hadi Hadiki ki.. Morb Morbil illi li Pa Pada da Dewa Dewasa sa:: Lapo Lapora ran n Kasu Kasus. s. Fa Faku kult ltas as Kedo Kedokt kter eran an
Uni nive vers rsit itas as
Muham uhamma madi diya yah h
Sumat umater eraa
Utar Utaraa
Meda Medan. n.
Diak Diakse sess
22-8 22-8-2 -201 019 9
https://com/academia.edu.documents.
10.
Philli Phi llips ps C.S. C.S. 2011. 2011. Measles Measles.. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson
Textbook of Pediatrics. 20th edition. New York : Mc Graw Hill. p.743-44
11.
Ruiz-Ma Rui z-Matus tus Cuitlah Cuitlahuac, uac,Sua Suarez-I rez-Iduet duetaa Lorena Lorena,, 2015. 2015. Multinational Measles
Outbreak in Post-Elimination Era, Involves Three Countries of North America and a European Country in a Short Transmission Chain. Chain . World Journal of Vaccines. Volume 5th diunduh dari http://dx.doi.org/10.4236/wjv.2015.52010 .
View more...
Comments