LAPORAN KASUS MODUL 3 (LESI JARINGAN LUNAK MULUT)
Angul A ngula ar Chei Chei litis pada A nak-A nak-Ana nak k
“
” ”
Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi Kepaniteraan Kepanitera an Klinik pada Modul 3
Oleh: Diang Fitri Yolanda 1110070110064
Dosen Pembimbing : drg. Fitria Mailiza, Sp.PM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan laporan kasus Anak-Anak “
”
Angular Cheilitis pada
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
kepanitraan klinik modul 3 (Lesi Jaringan Lunak Mulut) dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini dengan tulus dan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada yang terhormat Ibu drg. Fitria Mailiza, Sp.BM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, dan dorongan. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
Diang Fitri Yolanda
2
MODUL 3 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Telah didiskusikan Laporan Kasus “ Angular Cheilitis Cheilitis pada Anak- Anak” guna melengkapii persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul 3. melengkap
Padang,
Mei 2017
Disetujui Oleh Dosen Pembimbing
(drg. Fitria Mailiza, Sp.PM)
3
LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE 1. Nama
: Fadil Gusti R
2. Alamat
: Durian Ratus, Kurao
3. Umur
: 6 Tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki 5. Pekerjaan
: Pelajar
6. Agama
: Islam
Hari/tanggal
Kasus
Kamis/4 Mei 2017
Angular Cheilitis
Tindakan yang dilakukan
Operator
1. Anamnesa
Diang Fitri
2. Pemeriksa Pemeriksaan an klinis
Yolanda
3. Pemberian resep
(11-064)
4. KIE
Padang,
Mei 2017
Pembimbing
(drg. Fitria Mailiza, Sp.PM)
4
KASUS ORAL MEDICINE
A. Data Pasien Nama
: Fadil Gusti R
Alamat
: Durian Ratus, Kurao
Umur
: 6 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan sudut bibir kemerahan sejak seminggu yang lalu dan sakit saat membuka mulut. Keadaan ini sering hilang timbul. 2. Keluhan Tambahan - Sejak kapan terasa sakit? Sejak seminggu yang lalu - Bagaimana rasanya saat pertama timbul? Rasa seperti terbakar dan perih - Apakah faktor yang membuat sudut bibir semakin perih? Saat membuka mulut dan makan pedas - Apakah selama menderita ini ada demam? Tidak - Apakah badan merasa sering terasa lemah atau lelah? Iya, kadang-kadang. 3. Riwayat Penyakit lalu
: Sudut bibir sering terasa perih
4. Riwayat Penyakit Sekarang
: Tidak Ada
5. Riwayat Penyakit Keluarga
: Tidak Ada
6. Riwayat Sosial Pekerjaan
: Tidak Ada
5
C. Pemeriksaan Klinis 1. Ekstra Oral a. Pemeriksaan limphnode
: Normal
b. Tinggi badan
: 123 cm
c. Berat badan
: 20 kg
2. Intra Oral a. Bibir
: Pecah-pecah pada daerah sudut bibir
berwarna kemerahan b. Gingiva
: Normal
c. Lidah
: Normal
d. Palatum
: Normal
e. Frenulum
: Normal
f. Dasar Mulut g. Mukosa Bukal
: Normal : Normal
h. Mukosa Labial
: Normal
i. Gigi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Ket
55 54 53 52 51
61 62 63 64 65
81 82 83 84 85
71 72 73 74 75
: 51 61 : Karies superfisialis 74 84 : Karies mengenai pulpa vital
6
D. Etiologi
: Tidak diketahui pasti, tapi dilihat dari pengukuran
IMT diketahui pasien memiliki berat badan kurang dari normal. Jadi kemungkinan faktor predisposisinya karena Malnutrisi. E. Diagnosa
: Angular Cheilitis
F. Diagnosa Banding : Herpes Labialis G. Terapi
Pemberian resep obat
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT YAYASAN PENDIDIKAN BAITURRAHMAH Izin Dinkes : PPK.03.2186 V.2009
Jl.Raya By Pass KM 15 Aie Pacah Padang. Telp.0751-463871
Dokter
: drg. Fitria Mailiza, Sp.PM
Tanggal
: 4 Mei 2017
R/
Daktarin oral gel tube 10 gr No.1 S3dd applic loc dol Pc
R/
Becom C tab 100 mg No. V S1dd No. I Pc
Pro
: Fadil Gusti
Umur : 6 tahun
Diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) :
- Jenis : Susu, Susu, telur, daging daging - Berat : Susu 200g, telur 50g, daging 50g. - Urut : Susu 1 gelas, gelas, telur 1 butir, daging daging 1 potong. potong.
7
H. Gambar Pasien
Gambar 1 : Angular Cheilitis pada kasus sebelum pengobatan terlihat sudut bibir kemerahan (Sumber : Dokumen pribadi)
Gambar 2 : seminggu setelah pengobatan kemerahan sudah mulai hilang dan mulai sembuh (sumber : dokumen pribadi)
8
AN G UL ULA AR C CH H E I L I TI S PADA ANAK-ANAK (LAPORAN KASUS)
Ditulis oleh Diang Fitri Yolanda*, Fitria Mailiza** *Mahasiswa ** Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Baiturrahmah Jl. Raya by. Pass KM. 14 Aie Pacah, Padang *) E-mail :
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Gizi adalah segala asupan makanan yang diperlukan agar tubuh menjadi sehat yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang seimbang. Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh manusia, namun demikian rongga mulut dapat menggambarkan keadaan gizi seseorang. Salah satu contoh kelainan di rongga mulut yang sering dialami pada masa anak-anak yang erat hubungannya dengan status gizi selama masa pertumbuhan ialah angular cheilitis. cheilitis. Angular cheilitis adalah suatu keadaan inflamasi yang akut atau kronik dari kulit yang berdekatan dengan membran mukosa labial dari sudut mulut. Tujuan: Melaporkan penatalaksanaan sebuah kasus angular cheilitis cheilitis pada anak. Kasus dan penatalaksanaan: Pasien Laki-laki berusia 6 tahun datang ke RSGM Universitas Baiturrahmah dengan sudut bibir kemerahan dan terkelupas sejak beberapa hari yang lalu dan sering hilang timbul. Dari anamnesa pasien mengatakan terjadinya kemerahan di kedua sudut bibir, kulit yang nampak terkelupas, disertai dengan gejala adanya rasa sakit pada pagi hari saat bangun tidur. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien didiagnosis angular cheilitis. cheilitis. Perawatan kasus ini diberikan edukasi untuk menjaga oral hygiene pasien hygiene pasien dengan cara menjaga kebersihan gigi dan mulut, dan mengkonsumsi makanan yang berserat seperti buah-buahan dan sayuran serta banyak minum air putih. Kesimpulan: Pemenuhan diet TKTP dapat mempercepat proses penyembuhan angular cheilitis, salah satunya anak dengan defisiensi nutrisi.
Kata kunci : Angular : Angular cheilitis, cheilitis, penatalaksanaan.
ABSTRACT Introduction: Nutrition is all the intake foods that required for the body to become health,it contains balance carbohydrate, protein, fat, vitamin and mineral. Oral cavity is one of the small parts of the human body, however o oral ral cavity can describe the state of nutrition from someone. One of the abnormality in oral cavity that often undergo in childhood period that have close relation to the state of nutrition in growing stages is angular cheilitis. Angular cheilitis is an acute
or chronic inflammation of the skin closely with the membrane of mucosa labia from the corner of the mouth. Objectives: : This case report is to report a case of angular cheilitis of children. Case and management: Male patients aged 6 years came to the Hospital University Baiturrahmah with the complaints cheek mucosa the inside fell sick until three days ago. Based on the results of the examination of patients diagnosed with angular cheilitis. cheilitis. The treatments for this case is educating patients to maintain oral hygiene and patients are also instructed to consume fruits and vegetables and drink lots of water. Conclusion: Fulfillment TKTP diet can accelerate healing angular cheilitis, one of children with deficiency of nutrition.
Keyword: Angular Angular cheilitis, cheilitis, management.
9
PENDAHULUAN
Gizi adalah segala asupan makanan yang diperlukan agar tubuh menjadi sehat yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang seimbang. Rongga mulut merupakan salah satu bagian terkecil dari seluruh tubuh manusia, namun demikian rongga mulut dapat menggambarkan keadaan gizi seseorang. Salah satu contoh kelainan di rongga mulut yang sering dialami pada masa anak-anak yang erat hubungannya dengan status gizi selama masa pertumbuhan ialah angular cheilitis (Ilery, cheilitis (Ilery, 2013). Angular cheilitis adalah suatu keadaan inflamasi yang akut atau kronik dari kulit yang berdekatan dengan membran mukosa labial dari sudut mulut. Angular cheilitis atau perleche cheilitis perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit. Angular cheilitis cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri (Dowl, 2015; Burket, 1994). Gejala awal Angular awal Angular cheilitis cheilit is ialah ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat mulut dibuka (Murai, 2008). 2008). Angular cheilitis cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan keterla mbatan dalam pengobatan jika gejala angular cheilitis cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak- anak dan orangtua. Baik anak- anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis cheilitis tanpa melihat jenis kelamin (Dowl, 2015). Seringnya dijumpai angular cheilitis yang terjadi pada usia anak-anak dipengaruhi oleh kesadaran anak dalam menjaga kesehatan rongga mulut yang masih sangat rendah, sehingga peran orang tua merupakan faktor yang dominan dibutuhkan oleh anak. Perbedaan bentuk permukaan bumi akan mempengaruhi mata pencaharian dan corak hidup
10
masyarakat. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pola konsumsi sekelompok masyarakat. Gangguan gizi sering kali berhubungan dengan pola konsumsi yang ada di keluarga atau masyarakat (Ulfa, 2013).
Gambar 3. Angular Cheilitis (Sumber: Barbara Herb. Angular Cheilitis natural care (internet).Available from:http://www.barbaraherb.com/ac.html. Akses 6 Mei 2017)
Faktor diet mempunyai peranan besar dalam pemeliharaan kesehatan kulit, serta mempunyai pengaruh dalam etiologi dan terapi penyakit kulit tertentu. Perubahan pasokan nutrisi yang menurun, walaupun hanya sedikit dapat memberikan efek pada kulit. Keadaan defisiensi nutrisi menyebabkan keutuhan jaringan epitel berkurang. Mucocutan junction merupakan daerah peralihan antara kulit dan mukosa mulut dengan epitel mukosa yang lebih tipis dibanding epitel kulit sehingga menyebabkan area ini rentan terhadap terjadinya infeksi seperti angular cheilitis. cheilitis. Defisiensi riboflavin riboflavin dan piridoksin piridoksin terdapat dugaan apabila kekurangan salah satu dari vitamin ini dapat menyebabkan berkurangnya kematangan jaringan kolagen dan merupakan dasar untuk terjadinya angular cheilitis (Lubna, cheilitis (Lubna, 2012 dan Nazriyanti, 2002). LAPORAN KASUS
Pasien Laki-laki berusia 6 tahun datang ke RSGM Universitas Baiturrahmah dengan sudut bibir kemerahan dan terkelupas sejak seminggu yang lalu dan sering hilang timbul. Dari anamnesa pasien mengatakan terjadinya kemerahan di kedua sudut bibir, kulit yang nampak terkelupas. Pasien mengatakan luka di kedua sudut bibir yang dideritanya belum diobati. Jika pasien makan terutama makan makanan pedas dan saat membuka mulut, luka di sudut bibir tersebut semakin terasa teras a perih. Dari anamnesa juga diketahui bahwa pasien kadang-kadang suka menjilat bibir.
11
Selain itu, pasien juga jarang mengkonsumsi air putih, sayur dan buah-buahan. Pasi.en juga suka jajan sembarangan disekolah dan makan yang tidak teratur Pemeriksaan ekstra oral wajah simetris dan limfonodi submandibular tidak teraba dan tidak sakit. Pasien tidak memiliki kelainan TMJ. Kebersihan rongga mulut pasien juga tergolong cukup baik. Hasil pemeriksaan intra oral terdapat pecah-pecah pada kedua sudut bibir warna kemerahan dengan kulit yang terkelupas dan sakit. Untuk mengetahui berat badan pada pasien di kasus apakah kurang dari berat badan ideal yang mengarah adanya faktor defisiensi nutrisi yaitu salah satunya dengan perhitungan BMI (Body Mass Index)/ IMT (Indeks Massa Tubuh): (WHO, 2007). Pada pasien di kasus diketahui memiliki berat badan 20 Kg dan tinggi badan 1,23 meter, maka perhitungan BMI nya adalah : IMT(BMI)
=
Berat Badan (Kg) / (Tinggi badan (m) x Tinggi badan(m)
BMI
=
(20) / (1.23) x (1.23)
=
13,24 => kurang dari 18,5 berarti BB pasien kurang
Kategori:
BMI < 18.5
= Berat badan kurang.
BMI 18.5 – 22.9
= Berat badan ideal (Normal).
BMI 23 – 24.9
= Masuk klasifikasi ideal (Normal).
BMI 25 – 29.9 BMI >= 30
= Masuk batas obesitas. = Obesitas.
Menurut WHO tahun 2007 pengukuran IMT pada anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai IMT nya harus dibandingkan dengan referensi WHO/NCHS 2007. Pada saat ini yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut dengan Z-skor (deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi dibagi dengan simpangan baku populasi referensi).
12
Z-skor = Nilai IMT yang diukur – Median nilai IMT/ Standar Deviasi – Median Nilai = 13,24 – 15,3 15,3 / 14,1 – 15, 15, 3 = - 1,71
Kategori :
z-skor ≥ +2
: Overweight (kelebihan berat badan atau gemuk)
-2 < z-skor < +2
: Normal
-3 < z-skor < -2
: Kurus
z-skor < -3
: Sangat kurus
Dari hasil pemeriksaan subjektif dan objektif, diagnosa yang dapat ditegakkan dari kasus adalah Angular cheilitis. cheilitis. Perawatan yang dilakukan yaitu pemberian resep obat dan DHE serta edukasi pemenuhan diet TKTP. Operator Operator menjelaskan bahwa keadaan tersebut tidak berbahaya. Pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga kebersihan rongga mulutnya dan sering untuk mengonsumsi air putih, sayuran dan buah-buahan. DISKUSI
Angular cheilitis atau cheilitis atau perleche perleche ialah ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke kulit. Ada beberapa faktor yang menyebabkan angular cheilitis, yaitu: 1) Status Gizi Anak
Penyebab angular cheilitis yang menonjol pada anak-anak adalah defisiensi nutrisi. Defisiensi nutrisi yang dimaksud biasanya disebabkan kurangnya asupan vitamin B kompleks, zat besi dan asam folat. Dalam menimbulkan angular cheilitis, setiap faktor etiologi terutama defisiensi nutrisi berkorelasi dengan kondisi lingkungan, pada anak sekolah yang paling berpengaruh adalah adala h kondisi lingkungan dalam keluarga dan di sekolah. Kondisi lingkungan yang dimaksud dapat berupa tingkat sosial ekonomi keluarga, pengaruh adat dalam keluarga, kel uarga, kebiasaan kebiasa an atau at au pola makan anak dan pengetahuan gizi. (Deritana N et al.,2007).
13
a. Defisiensi Vitamin B Berbagai jenis vitamin B memiliki peran penting terhadap terjadinya angular cheilitis. 1) Vitamin B2 (Riboflavin) Manifestasi pada mukosa mulut serupa dengan mereka kekurangan vitamin B 12. Angular cheilitis, glossitis dan ulserasi oral telah dicatat dalam kekurangan vitamin B2 (Deritana, 2007). Riboflavin yang dibutuhkan dalam tubuh sebesar 0,6 mg/1000 kkal perhari. Jadi sekitar 1,2 mg perhari untuk 2000 kkal diet. Anak- anak dan wanita hamil membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk pertumbuhan. Riboflavin ditemukan dalam sayuran, daging, susu, dan ikan. (Muhilal, 2006). Sumber- sumber utama vitamin B2 ialah susu dan produk- produk susu, misalnya keju, merupakan sumber yang baik untuk riboflavin. Untuk itu ketersediaannya dalam makanan sehari- hari sangat penting. Hampir semua sayuran hijau dan biji- bijian mengandung riboflavin; brokoli, jamur dan bayam merupakan sumber yang baik. 3) Vitamin B3 (Niacin) Sumber utama vitamin B3 ialah daging, unggas (ayam, itik) dan ikan merupakan sumber utama niasin, sama halnya roti dan sereal (biji bijian) yang telah diperkaya. Gejala kekurangan niasin adalah kehilangan nafsu makan, lemah, pusing dan kebingungan mental. 4) Vitamin B6 (pyrodoxin) Rata- rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk pria dan 1,6 mg/hari untuk wanita. Sumber utamanya ialah daging, ikan, dan unggas seperti itik, ayam. Sumber yang lain ialah kentang, beberapa sayuran hijau dan buah berwarna ungu. Seseorang dengan kadar vitamin B6 rendah, menunjukkan gejala seperti lemah, sifat lekas marah dan susah tidur. Selanjutnya gejala kegagalan pertumbuhan, kerusakan fungsi motorik dan angular cheilitis (Muhilal, 2006). 5) Defisiensi Vitamin B 12
14
Vitamin ini ditemukan terutama di hati, telur, daging, dan susu. Kekurangan vitamin B12 biasanya terlihat pada anemia pernisiosa, yang terdapat kekurangan faktor intrinsik lambung yang dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12. Glossitis dan stomatitis dapat disebabkan dari kekurangan vitamin B12. Ujung lidah memerah pada tahap awal kekurangan dan pada akhirnya menyebar dengan fissure yang disebut dengan atrofi papiler. Angular stomatitis, apthae, dan lesi erosi juga dapat dilihat.
b. Defisiensi Zat Besi Defisiensi
zat
besi
dapat
menyebabkan
angular
cheilitis
mengganggu perkembangan mental dan motorik anak dan juga menyebabkan anemia. Mengingat tingginya prevalensi defisiensi zat gizi tertentu serta efek negatifnya, maka suplementasi zat gizi seperti zat besi pada anak- anak akan sangat bermanfaat, khususnya karena secara praktis sulit meningkatkan zat gizi yang adekuat dari pola makan bayi yang ada selama ini. Beberapa makanan yang diberikan pada anak cenderung menghambat penyerapan zat besi seperti asam filtrat yang terkandung di dalam padi- padian dan susu sapi yang dapat menurunkan absorbsi zat besi. Tabel 1. Peran dari beberapa vitamin dan mineral dalam jaringan oral (sumber: Textbook Nutrition and Oral Medicine) (Riva Touger-Decker, Touger-Decker, dkk, 2004) Nutrient
Sumber makanan
Riboflavin Susu dan telur, sarapan pagi (B2) dengan sereal, hati, dan biji bijian
Fungsi
Tanda defisiensi pada oral
Memetabolisme energy
Angular cheilitis; glossitis; recurrent aphthae
15
Niacin (B3)
Susu, telur, hati, daging, ekstrak ragi, dan kacangkacangan.
koenzim nukleotida yang terlibat dalam metabolisme energy
Muccosal atrhopy, stomatitis, glossitis, angular cheilitis
Vitamin (B6)
Hati, daging, ikan, biji-bijian, susu dan kacangkacangan
koenzim yang terlibat dalam metabolisme asam amino
Glossitis; stomatitis; Recurent Apthae, Angular cheilitis, Candidosis
Vitamin (B12)
Daging, ikan, telur, purine and pyrimidine synthesis susu, sarapan pagi dengan sereal
Daging, ikan, sayur-sayuran, kakao, perbanyak minum susu
Iron
Hemoglobin Dan mioglobin pembentukan enzim komponen
Atrophic glossitis; stomatitis; recurrent apthae; Dysplasia; Angular Cheilitis; Candidosis Glossitis; Angular cheilitis; Mucosal atrophy; candidosis
2. Manifestasi Berbagai Penyakit Sistemik
Banyak pasien yang menderita penyakit yang mempengaruhi seluruh tubuh dan menunjukkan tanda- tanda dan gejala oral yang spesifik, seperti: 1. Gangguan hematologis: anemia karena defisiensi zat besi 2. Gangguan endokrin: Diabetes mellitus 3. Infeksi virus: in infeksi feksi human immunodeficiency immunodeficiency virus 4. Penyakit ganas: penyakit ganas lanjutan, leukemia
16
Gangguan
hematological
pasien
yang
menderita
anemia.
Kekurangan zat besi memiliki kecenderungan untuk beberapa penyakit mukosa oral yaitu yaitu meliputi: a) Ulserasi apthous b)
Angular
cheilitis:
nyeri
dan
retak
pada
sudut
mulut
disebabkan oleh jamur kandida albicans dan oleh bakteri staphylococcus aureus c) Atrofi mukosa mukosa : mukosa mukosa nampak memerah dan halus Hal ini penting untuk memikirkan defisiensi zat besi, anemia pada pasien dengan ulserasi apthous dan angular cheilitis. cheilitis. Jika kekurangan zat besi anemia tidak terdeteksi maka penyebab lain harus diselidiki. (Murai J.J et al.,2008). 3. Agen Infeksi
Beberapa literatur melaporkan bahwa agen infeksi seperti Candida albicans dan Staphylococcus aureus dapat dikultur dari angular cheiltis. Agen infeksi merupakan penyebab utama dan dapat diisolasi pada lebih dari 54% lesi, dimana sebagian besar adalah kandida albikans dan stafilokokus aureus. Candidiasis adalah infeksi jamur yang berwarna merah dan krem yang awalnya terlihat seperti bercak terbentuk pada permukaan lembab le mbab dimulut dan bisa menyebabkan rasa r asa sakit. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan dan mengubah indera perasa. Candidiasis lebih sering terjadi pada anak yang masih muda dan orangtua dan juga pada orang yang sistem imunnya sangat rendah. Hal ini bisa dipicu oleh perawatan antibiotik, yang dapat mengganggu aktivitas normal bakteri mulut. Jika antibiotik adalah etiologinya, dokter gigi harus segera mengurangi dosis atau mengubah pengobatan. Anti jamur dapat digunakan untuk mengobati kondisi gangguan kesehatan ini. (Murai, 2008). Angular cheilitis dapat terjadi karena ketidakseimbangan flora normal
dalam
mulut
yang
dapat
menyebabkan
mikroorganisme
berkembang biak dengan lebih cepat sehingga terjadi pertambahan jumlah kolonid Candida albicans dan albicans dan Staphylococcus aureus. aureus.
17
Gambaran Klinis
Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis cheilosis dan angular stomatitis. stomatitis. Gejala awal Angular cheilitis cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat tampilan kulit kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak berbahaya, tetapi akan terasa te rasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat
keparahan
inflamasi
ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan
beberapa pendarahan saat mulut dibuka.(Murai,2008) dibuka.(Murai,2008) Secara umum
angular cheilitis cheilitis mempunyai gejala utama bibir kering,
rasa tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser, krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi. (Murai,2008) Manifestasi mulut dari kekurangan gizi dapat berupa angular cheilitis. cheilitis. Pada angular cheilitis cheilitis yang berhubungan dengan kekurangan gizi terjadi lesi bilateral yang biasanya meluas beberapa mm dari sudut mulut pada mukosa pipi dan ke lateral pada kulit sirkum oral 1-10 mm. Dasar lesi lembab, adanya fisur yang tajam, vertikal dari tepi vermillon bibir dari area kulit yang berdekatan. Biasanya tidak ada tanda inflamasi pada tepi lesi. Secara klinis, epitel pada komisura terlihat mengerut dan sedikit luka. Pada waktu mengerut, menjadi lebih jelas terlihat, membentuk satu atau beberapa fisur yang dalam, berulserasi tetapi cenderung berdarah. Walaupun dapat terbentuk krusta eksudatif superfisial, fisur ini tidak melibatkan permukaan mukosa pada komisura didalam mulut, tetapi berhenti pada mucocutaneus junction (Lubis (Lubis S,2006).
Diagnosa Banding
18
Angular cheilitis cheilitis didiagnosa banding dengan herpes labialis. labialis. Herpes labialis adalah labialis adalah adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. simpleks. Virus menjadi aktif dalam keadaan dingin, panas ataupun stress. Pasien telah mengeluhkan adanya lesi yang sama pada waktu sebelumnya. Terlihat vesikel atau lesi ulseratif yang kecil pada bibir di mucocutaneus junction sudut junction sudut mulut atau dibawah hidung. Pada saat perkembangannya lesi sering terasa gatal bisa juga dijumpai flu ringan. Secara objektif ditemukan vesikel sebesar 2-4 mm pada daerah mucocutaneus junction di bibir, sudut mulut dan dibawah hidung. Vesikel akan pecah setelah 36-48 jam, kemudian bergabung membentuk krusta kekuningkuningan. Proses penyembuhan terjadi selama 7-10 hari. Empat puluh delapan jam pertama adalah waktu infeksi mencapai puncaknya dan kemudian menurun. Ulser dapat hilang tanpa terbentuknya jaringan parut. Biasanya lesi akan rekuren dan timbul pada tempat yang sama (Nazriyanti, 2002).
Gambar 4. Herpes Labialis (Sumber: Barbara Herb. Angular Cheilitis natural care (internet).Available from:http://www.barbaraherb.com/ac.html. Akses 6 Mei 2017) Perawatan
Perawatan Angular Perawatan Angular cheilitis pada cheilitis pada anak tidak berbeda dengan orang dewasa. Perawatannnya tergantung etiologinya. Apabila etiologi spesifik yang tetap tidak juga ditemukan, lesi ini bisa sulit untuk disembuhkan dan bahkan dapat bertahan untuk beberapa tahun. a. Perawatan secara lokal Perawatan Angular cheilitis cheilitis secara umum dapat diberikan salep Daktari oral gel secara topikal. Dengan cara pemakaian dioleskan disekitar mulut 3-4 kali sehari selama ± 2 menit. Mulut jangan dicuci selama 1½
19
jam setelah set elah pemakaian karena sangat sa ngat penting obat tersebut te rsebut kontak dengan jaringan selama mungkin (Nazriyanti, 2002). b. Perawatan secara sistemik Angular cheilitis cheilit is karena karena defisiensi vitamin B2, B6 dan asam folat, dapat diberikan secara vitamin B kompleks dan vitamin C secara oral. Adapun kebutuhan harian normal riboflavin adalah 2-3 mg, sedangkan pada keadaan defisiensi maka dosis bervariasi mulai dari 5-15 mg/hari baik secara oral maupun intramuskular. Angular cheilitis yang cheilitis yang disebabkan oleh anemia defisiensi besi dapat dirawat dengan meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan dan suplementasi berupa tablet zat besi.
Tingginya frekuensi anak dengan status gizi dibawah normal yang mengalami angular cheilitis yang mencapai 84% pada daerah tersebut disebabkan karena angka kecukupan gizi (AKG) tidak terpenuhi sebab rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebut dengan kekurangan energi protein (KEP). Secara demografi, KEP pada masa anak-anak disebabkan lingkungan yang khas dengan kemiskinan materi, sosial, dan kultural. Ditandai dengan sanitasi yang tidak memadai, hygiene personal yang buruk, pendapatan yang kurang. Data dari Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukan bahwa 35,8% anak usia sekolah dasar yang keku-rangan gizi, selain karena faktor ekonomi, kurangnya pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang nutrisi yang baik dapat menyebabkan kurangnya kualitas asupan gizi mereka. Tingginya frekuensi anak yang meng-alami angular cheilitis dengan status gizi kurus dan sangat kurus disebabkan karena faktro etiologi utama angular cheilitis pada masa anak-anak ialah defisiensi nutrisi (Ileri, 2013). Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut.
Macam-macam diet Macam-macam diet TKTP: TKTP:
20
a. TKTP I yaitu: Kalori
: 2600 kal/kg BB
Protein
: 100 g(2 g/kgBB)
b. TKTP II yaitu: Kalori
: 3000 kal/kg BB
Protein
: 125 g(2 ½ g/kgBB)
Bahan makanan yang termasuk diet TKTP 1. Bahan makanan sumber protein - sumber protein hewani: ayam, daging, hati, ikan, telur, susu, keju. - sumber protein nabati: kacang-kacangan 2. Bahan makanan sumber kalori - sumber hidrat arang: beras, jagung, ubi singkong, roti, kentang, mie, tepung. -sumber lemak : minyak goreng, mentega. Menu diet TKTP · Bahan makanan yang ditambahkan pada makanan biasa sehari. TKTP I: -Jenis
: susu, telur, daging
-Berat
: susu 200g, telur 50g, daging 50g.
-Urut
:susu 1 gelas, telur 1butir, daging 1potong.
-Jenis
: susu, telur. daging.
-Berat
: susu 400g, telur 100g, daging 100g.
-Urut
: susu 2 gelas, telur 2 butir, daging 2 potong.
TKTP II:
21
KESIMPULAN
Pada kasus didiagnosis pasien mengalami angular cheilitis karena ditemukan lesi di sudut bibir yang kemerahan dan terkelupas. Etiologi dari pasien kasus di atas adalah disebabkan karena angka kecukupan gizi (AKG) tidak terpenuhi sebab rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan seharihari atau disebut dengan kekurangan energi protein protein (KEP). Terapi yang yang diberikan pada pasien adalah pemberian resep obat, instruksi untuk menjaga kebersihan mulut, mengkonsumsi asupan seimbang makanan antara yang lunak dan berserat dan asupan cairan yang cukup, serta pemberian susu untuk pemenuhan asupan gizi. Terapi yang dilakukan dengan baik yaitu pemenuhan diet TKTP dan mengonsumsi susu setiap harinya dengan teratur diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan angular cheilitis ini. cheilitis ini.
22
DAFTAR PUSTAKA
Burket’s. Oral Medicines Diagnosis and Treatment 9 th ed. Philadelphia : J.B
Lippincott Co, 1994: 66. Deritana N, Kombong A. Gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan. perkembangan . J.WATCH Jayawijaya. 2007;p.5-18 Dowl,W. Effect of Angular Cheilitis on Childretn and Teenagers. Teenagers. URL:http://www.EzineArticles/childandac.html. [13 Desember 2015] Ilery, Citra,. Dkk. 2013. Hubungan 2013. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Angularcheilitis Pada Anak Dipembuangan Akhir Sumompo Kota Manado. Manado. Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sam Ratulangi. Manado Lubis S. 2006. Hubungan 2006. Hubungan status gizi dengan keilitis angularis pada anak umur 6-12 tahun di enam panti asuhan di Kota Madya Medan. Dentika J Dent; 11:117;180-1 Lubna. 2012. Angular Cheilitis. Cheilitis . Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Jember. Jember Muhilal, Fasli J. 2006. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan. dianjurkan. Jakarta: Widya Karya pangan dan gizi VI. LIPI;;p.62-9 Muray J.J , et al . 2008. The prevention of oral disease. disease . Edition: 4th. Newyork :oxford University Press, hal: 177. Nazriyanti G, 2002. Angular Cheilitis Pada Anak. Anak. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. [ Skripsi ] Riva Touger, dkk. 2004. Nutrition 2004. Nutrition and Oral Medicine. Totowa. Humana Press. Ulfa DM, 2013. Prevalensi Angular Cheilitis Pada Anak Sd Usia 6-8 Tahun Di Wilayah Dataran Rendah Dan Dataran Tinggi Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. [ Skripsi ] WHO.2007. WHO Reference 2007 for Child and Adolescent. Adolescent. WHO, Geneva.
23