laporan kasus Marasmus pada anak
January 17, 2017 | Author: azkaparobi | Category: N/A
Short Description
Download laporan kasus Marasmus pada anak...
Description
Presentasi kasus
MARASMUS
Penyaji :
Ibrahim Muhammad Christine Juliana Karolina Chandra
Pembimbing:
dr. HM. Nazir, Sp.AK
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus yang berjudul Marasmus
Oleh : Ibrahim Muhammad Christine Juliana Karolina Chandra sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH Palembang / Fakultas Kedokteran Unsri.
Palembang, 19 Juli 2012 Pembimbing,
dr. HM. Nazir, Sp.AK
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera, Segala puji bagi Tuhan YME karena atas rahmat-Nya lah laporan kasus yang berjudul ”Marasmus” ini dapat diselesaikan dengan baik. Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. dr. HM. Nazir, Sp.AK sebagai dosen pembimbing 2. Rekan-rekan seperjuangan yang turut meluangkan banyak waktu dalam membantu proses penyelesaian laporan kasus ini. 3. Semua pihak yang telah ikut membantu proses penyusunan laporan kasus hingga laporan kasus ini selesai. Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari isi maupun teknik penulisan. Sehingga apabila ada kritik dan saran dari semua pihak maupun pembaca untuk kesempurnaan laporan kasus ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Palembang, Juli 2012
Penulis
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTIFIKASI Nama
: By. Fariz M. Ilham
Umur
: 5 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Berat badan
: 3570 gram
Tinggi badan
: 53,5 cm
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Jl. Naskah Sukakarya, Palembang
MRS
: 6 Juli 2012
II. ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita, 8 Juli 2012) Keluhan utama
: BAB cair dan muntah
Keluhan tambahan
: BB turun
Riwayat Perjalanan Penyakit Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita BAB cair, dengan frekuensi ± 10x/ hari, volume ¼ gelas belimbing, lebih banyak cair > ampas, tidak berlendir, darah pada BAB disangkal. OS muntah setiap kali menyusu, dengan frekuensi ± 10x/hari, volume 1/5 gelas belimbing, yang isinya susu. OS mengalami demam naik turun, tetapi tidak terlalu tinggi. Batuk pilek disangkal, sesak tidak ada, kejang disangkal. Berat badan tertinggi 5200 gram pada saat OS usia 4 bulan. B. Riwayat Sebelum Masuk Rumah Sakit 1. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran GPA : G1P0A 0 Masa kehamilan : Aterm Partus : Spontan
Penolong Tanggal Berat badan lahir Panjang badan Keadaan saat lahir
: Dokter : 11 Februari 2012 : 2400 kg : 35 cm : bayi langsung menangis, warna kemerahan, gerak aktif
2. Riwayat Makanan Asi :Susu Formula : 0 – sekarang (susu formula terkahir : Bebelac dengan takaran 6 sendok makan + 120 cc air. 3. Riwayat Imunisasi o BCG o Polio o DPT o Hepatitis B o Campak
: (+) : (+) (1 dan 2) : (+) (1 dan 2) : (+) (1 dan 2) : (-)
4. Riwayat Keluarga Nama Umur Agama Perkawinan Pendidikan Pekerjaan
: : : : : :
Ayah Roni 22 Tahun Islam Pertama SMA Tukang parkir
Penyakit yang pernah diderita: o Riwayat muntah dalam keluarga disangkal o Riwayat BAB cair dalam keluarga disangkal 5. Riwayat Perkembangan Fisik Gigi Pertama :Berbalik : 4 bulan Tengkurap : 4 bulan Duduk :Merangkak :Berdiri dan Berjalan :Kesan : Perkembangan fisik dalam batas normal
Ibu Dwi 21 tahun Islam Pertama SMP IRT
6. Status Gizi BB/U = 3,57/7,7 = 46% TB/U = 57/65 = 87,7%% BB/TB = 3,57/4,5 = 79,3% Kesan : Gizi Buruk ( - 2 SD I. BB < 7 Kg •
F-100
•
Makanan bayi/lumat
•
Sari buah
II. BB > 7 Kg •
F-100
•
Makanan anak/lunak
•
Buah
Fase tindak lanjut di rumah : 1. Makan lebih sering 2. Kontrol teratur Bulan pertama, tiap minggu Bulan kedua, tiap 2 minggu Bulan ketiga, tiap bulan 3. Imunisasi Campak setelah fase rehabilitasi Booster imunisasi dasar (BCG, Polio, DPT, Hepatitis B) 4. Vitamin A setiap 6 bulan
IX. PROGNOSIS Quo ad vitam Quo ad functionam
: dubia ad bonam : dubia ad bonam
X. FOLLOW UP Tanggal 6 Juli 2012
7 Juli 2012
8 Juli 2012
9 Juli 2012
S : muntah, diare, demam (39,2oC) O : BB = 3450 gram Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-) Mata : Konjungtiva anemis (+) Hidung : NCH (-) Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT Thorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (+) Cor : BJ I dan II N, bising (-) Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat Baggy pants (+), turgor lambat S : muntah (-), diare (-), demam (-) O : BB : 3570 gram Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-) Mata : Konjungtiva anemis (-) Hidung : NCH (-) Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT Thorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-) Cor : BJ I dan II N, bising (-) Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat Baggy pants (+), turgor lambat S : muntah (-), diare (-), demam (-) O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-) Mata : Konjungtiva anemis (-) Hidung : NCH (-) Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT Thorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-) Cor : BJ I dan II N, bising (-) Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat Baggy pants (+), turgor lambat S : muntah (-), diare (+), sesak napas O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-) Mata : Konjungtiva anemis (-)
A : fase stabilisasi kondisi III P : - Glukosa 50 ml PO - Resomal 17,5 cc per 30 menit NGT 20.00-22.00 WIB - Resomal 17,5 cc per 2 jam dan diselingi tiap jam dengan F75 35 cc. 22.00 – 08.00 WIB
A : perbaikan P : - susu F75 12 x 35 cc + elekmin 1 cc PO - Vit B complex 1x1 cth - As folat 1x1 mg - Vit C 1x1 tab - Cotrimoxazol 2x2 cc
A : tetap P : - susu F75 12 x 35 cc + elekmin 1 cc PO - Vit B complex 1x1 cth - As folat 1x1 mg - Vit C 1x1 tab - Cotrimoxazol 2x2cc
A: P : - susu F75 12 x 50 cc + elekmin 1 cc PO
10 2012
11 2012
12 2012
Hidung : NCH (-) Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT Thorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-) Cor : BJ I dan II N, bising (-) Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat Baggy pants (+), turgor lambat Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-) O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-) Mata : Konjungtiva anemis (-) Hidung : NCH (-) Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT Thorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-) Cor : BJ I dan II N, bising (-) Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat Baggy pants (-), turgor cepat Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-) O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-) Mata : Konjungtiva anemis (-) Hidung : NCH (-) Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT Thorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-) Cor : BJ I dan II N, bising (-) Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat Baggy pants (-), turgor cepat Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-) O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-) Mata : Konjungtiva anemis (-) Hidung : NCH (-) Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT Thorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-) Cor : BJ I dan II N, bising (-) Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba
- Vit B complex 1x1 cth - As folat 1x1 mg - Vit C 1x1 tab - Ampisilin 3 x 120 mg - Gentamisin 2 x 8,5 mg - Resomal 50 ml bila muntah / diare
A : Perbaikan marasmus kondisi V P : - susu F75 12 x 50 cc + elekmin 1 cc PO - Vit B complex 1x1 cth - As folat 1x1 mg - Vit C 1x1 tab - Ampisilin 3 x 120 mg - Gentamisin 2 x 8,5 mg - IVFD D5 + ¼ NS gtt 6 mikro
A : Perbaikan marasmus kondisi V P : - susu F75 12 x 50 cc + elekmin 1 cc PO - Vit B complex 1x1 cth - As folat 1x1 mg - Vit C 1x1 tab - Ampisilin 3 x 120 mg - Gentamisin 2 x 8,5 mg - IVFD D5 + ¼ NS gtt 6 mikro
A : Perbaikan marasmus kondisi V P : - susu F75 8 x 60 cc - Vit B complex 1x1 cth - As folat 1x1 mg - Vit C 1x1 tab - Ampisilin 3 x 120 mg - Gentamisin 2 x 8,5 mg - IVFD D5 + ¼ NS gtt 6 mikro
13 2012
14 2012
membesar Ekstremitas : akral hangat Baggy pants (-), turgor cepat Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-) O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-) Mata : Konjungtiva anemis (-) Hidung : NCH (-) Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT Thorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-) Cor : BJ I dan II N, bising (-) Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat Baggy pants (-), turgor cepat Juli S : muntah (-), diare (-), sesak napas (-) O : Kepala : mikrosefali, UUB cekung (-) Mata : Konjungtiva anemis (-) Hidung : NCH (-) Mulut : bibir kering (-), terpasang NGT Thorax : simetris, retraksi (-), iga gambang (-) Cor : BJ I dan II N, bising (-) Pulmo : Vesikuler + N, rhonki (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : datar, lemas, H/L tidak teraba membesar Ekstremitas : akral hangat Baggy pants (-), turgor cepat
A : Perbaikan marasmus kondisi V P : - susu F75 8 x 60 cc - Vit B complex 1x1 cth - As folat 1x1 mg - Vit C 1x1 tab - Ampisilin 3 x 120 mg - Gentamisin 2 x 8,5 mg - IVFD D5 + ¼ NS gtt 6 mikro
A : tetap P : - susu F75 8 x 75 cc - Vit B complex 1x1 cth - As folat 1x1 mg - Vit C 1x1 tab - Ampisilin 3 x 120 mg - Gentamisin 2 x 8,5 mg - IVFD D5 + ¼ NS gtt 6 mikro
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami defisiensi energi dan protein. Ini merupakan salah satu dari tiga bentuk serius kekurangan energi protein (KEP). Penentuan KEP dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan umur.Untuk menyatakan bahwa balita dikategorikan KEP ringan, sedang, berat dengan menggunakan standar baku BB/U WHO-NCHS (Depkes RI 1999). a. KEP Ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna kuning, atau BB/U 70% - 80% baku median WHO-NCHS b. KEP Sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak dibawah garis merah (BGM) atau BB/U 60% - 70% baku median WHO-NCHS c. KEP Berat bila hasil penimbangan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS.
Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu : • Kwashiorkor, ditandai dengan : edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah sembab
dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut
jagung, mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot mengecil (hipotrofi), bercak merah kecoklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia. • Marasmus, ditandai dengan : sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan diare. • Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.
II.
ETIOLOGI Etiologi dari penyakit marasmus antara lain masukkan zat gizi yang tidak adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik dan malabsorbsi, malformasi kongenital pada saluran pencernaan, penyakit ginjal menahun, keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004).
III.
EPIDEMIOLOGI Marasmus adalah masalah serius seluruh dunia yang melibatkan lebih dari 50 juta anak berusia kurang dari 5 tahun. Menurut WHO 49% dari 10,4 juta kematian pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun di negara-negara berkembang berkaitan dengan PEM. Di Indonesia, sebanyak 72% penderita gizi kurang ditemukan di daerah-daerah kabupaten Indonesia dengan 2 – 4 dari 10 balita menderita gizi kurang.
IV.
FAKTOR RESIKO Beberapa faktor resiko untuk marasmus, yaitu: -
Kelaparan yang berkepanjangan
-
Terpajan air yang terkontaminasi
-
Kekurangan vit lain (vit A, E, K)
-
Diet yang buruk, tidak seimbang dalam buah, sayur-sayuran, biji-bijian.
Secara garis besar penyebab marasmus, antara lain: a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer. b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital. c. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas d.
Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup. f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance. g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkan. h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus. i. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus. V.
MANIFESTASI KLINIS Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat mencolok
adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang. Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut : 1. Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit 2. Wajah seperti orang tua 3. Lethargi 4. Irritable 5. Kulit keriput (turgor kulit jelek), jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (pakai celana longgar-baggy pants) 6. Ubun-ubun cekung pada bayi 7. Jaringan subkutan hilang 8. Malaise
9. Kelaparan 10. Apatis 11. Perut umumnya cekung 12. Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, “piano sign”) 13. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) 14. Diare persisten
VI.
PATOGENESIS Petumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolik esensial lainnya asam amino untuk kepentingan homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.
v Sosial ekonomi rendah
Malabsorbsi, infeksi, anorexia
Kegagalan melakukan sintesis kalori dan protein
Intake kurang dari kebutuhan Defisiensi protein dan kalori Hilangnya lemak di bantalan kulit Turgor kulit menurun dan keriput Kerusakan integritas kulit
Daya tahan tubuh menurun Keadaan umum lemah
Asam amino esensial menurun dan produksi albumin menurun
Atrofi / pengecilan otot
Resiko infeksi Resiko infeksi saluran pencernaan Anorexia, diare
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
VII.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Anamnesis (penyakit & gizi) o
o
anamnesis awal untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda penting:
syok/renjatan
letargis
muntah dan atau diare atau dehidrasi
anamnesis lanjutan Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya gizi buruk:
riwayat kehamilan & kelahiran
riwayat pemberian makan
riwayat imunisasi & pemberian vit A
riwayat penyakit penyerta/penyulit
riwayat tumbuh kembang
penyebab kematian pada saudara kandung
status sosial, ekonomi dan budaya keluarga
Pemeriksaan fisik (klinis dan antropometri) o
o
pemeriksaan fisik awal untuk mengetahui adanya kedaruratan medis
gangguan sirkulasi/syok
gangguan kesadaran
dehidrasi
hipoglikemi
hipotermi
pemeriksaan fisik lanjutan
Pengukuran dan penilaian antropometri BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan.
Tanda klinis gizi buruk
Pada marasmus, anak kurus muncul dengan ditandai hilangnya lemak subkutan dan pengecilan otot. Kulit tampak xerotik, keriput, dan longgar. Hilangnya bantalan lemak bukal adalah karakteristik dari gangguan ini. Marasmus mungkin tidak memiliki dermatosis klinis. Namun, temuan tidak konsisten termasuk kulit halus, rambut rapuh, alopesia, pertumbuhan terganggu, dan fissuring pada kuku. Dalam kekurangan energi protein, rambut lebih berada dalam fase (istirahat) telogen dari dalam fase (aktif) anagen, kebalikan dari normal. Kadang-kadang, seperti pada anoreksia nervosa, ditandai pertumbuhan rambut lanugo dicatat.
Tanda defisiensi vitamin A pada mata dan mikronutrien lain
Tanda dan gejala klinis penyakit penyerta/penyulit
Pemeriksaan laboratorium/radiologi Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes laboratorium berikut:
Glukosa darah
Pemeriksaan pap darah dengan mikroskop atau pengujian deteksi langsung
Hemoglobin
Pemeriksaan urine pemeriksaan dan kultur
Pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk telur dan parasit
Serum albumin
Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan kerahasiaan harus dipelihara.)
Elektrolit
Hasil
Temuan yang signifikan dalam kwashiorkor meliputi hipoalbuminemia (10-25 g / L), hypoproteinemia (transferin, asam amino esensial, lipoprotein), dan hipoglikemia.
Plasma kortisol dan kadar hormon pertumbuhan yang tinggi, tetapi sekresi insulin dan tingkat pertumbuhan insulin faktor yang menurun.
Persentase cairan tubuh dan air ekstraseluler meningkat. Elektrolit, terutama kalium dan magnesium, yang habis.
Tingkat beberapa enzim (termasuk laktosa) yang menurun, dan tingkat lipid beredar (terutama kolesterol) yang rendah.
Ketonuria terjadi, dan kekurangan energi protein dapat menyebabkan penurunan ekskresi urea karena asupan protein menurun. Dalam kedua kwashiorkor dan marasmus, anemia defisiensi besi dan asidosis metabolik yang hadir.
Ekskresi hidroksiprolin berkurang, mencerminkan terhambatnya pertumbuhan dan penyembuhan luka.
Kemih meningkat 3-methylhistidine adalah refleksi dari kerusakan otot dan dapat dilihat di marasmus.
Malnutrisi juga menyebabkan imunosupresi, yang dapat menyebabkan hasil negatif palsu tuberkulin kulit tes dan kegagalan berikutnya untuk secara akurat menilai untuk TB.
Biopsi kulit dan analisis rambut dapat dilakukan
Analisis diet dan makanan Riwayat diet rinci kuantitas asupan makanan (Food recall) dan kualitas asupan makanan (Food frequency) Pengukuran pertumbuhan, indeks massa tubuh (BMI), dan pemeriksaan fisik lengkap ditunjukkan. Tindakan pengukuran tinggi badan-banding-usia atau berat badan-untuktinggi pengukuran kurang dari 95% dan 90% dari yang diharapkan atau lebih besar dari 2 standar deviasi di bawah rata-rata untuk usia. Pada anak yang lebih dari 2 tahun, pertumbuhan kurang dari 5 cm/th juga dapat menjadi indikasi defisiensi.
Klasifikasi :
KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
KEP sedang : > 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
KEP berat : ≤ 70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC).
VIII. PENATALAKSANAAN
Tetapkan Kondisi Kondisi 1 Tanda Renjatan / Syok + Letargis/tidak sadar + muntah dan atau diare/dehidrasi Kondisi 2 Letargis/tidak sadar + Muntah dan atau diare/dehidrasi Kondisi 3 Muntah dan atau diare/dehidrasi Kondisi 4 Letargis/tidak sadar Kondisi 5 Jika tidak ditemukan tanda renjatan / syok + letargis/tidak sadar + muntah/diare/dehidrasi Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit : Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)
Penanganan hipoglikemi
Fasilitasi tumbuh kejar
Penanganan hipotermi
Koreksi defisiensi nutrisi mikro
Penanganan dehidrasi
Melakukan stimulasi sensorik dan
Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
perbaikan mental
Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
Tatalaksana Khusus 1. Hipoglikemia Semua anak dengan gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu apabila kadar glukosa darah < 54mg/dL atau < 3mmol/L. Oleh karena itu, setiap anak gizi buruk harus segera diberi makan atau larutan glukosa/ gula pasir 10% setelah masuk rumah sakit. Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk. Apabila fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap mengalami hipoglikemia dan harus segera ditangani sesuai panduan. Tanda anak yang mengalami hipoglikemia adalah letargis, nadi lemah, dan kehilangan kesadaran. 2. Hipotermia Diagnosis hipotermi adalah apabila suhu aksila 10g/kgBB/hari)
8. Stimulasi sensorik dan emosional Untuk memberikan stimulasi sensorik dan emosional, lakukan beberapa tindakan berikut: -
Ungkapan kasih sayang
-
Lingkungan yang ceria
-
Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit per hari
-
Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
-
Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya: menghibur, memberi makan,
memandikan, bermain) Mempersiapkan pulang dan tindak lanjut di rumah Apabila telah tercapai BB/TB>-2SD (setara dengan >80%), maka dapat dianggap anak telah sembuh. Anak mungkin masih memiliki BB/U rendah karena anak berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah. Berikan contoh kepada orang tua : -
Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta frekuensi pemberian makan yang sering
-
Terapi bermain dan terstruktur
Selain itu juga sarankan ibu untuk melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan serta mengikuti program pemberian vitamin A. 9. Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan mengukur kenaikan berat badan anak. Kenaikan berat badan yang diharapkan adalah >50g/kgBB/minggu. Penyebab peningkatan berat badan yang buruk antara lain: •
Pemberian makanan yang tidak adekuat, periksa :
•
Bilamana pemberian makanan sudah benar
•
Bilamana target intake energi dan protein tercapai
•
Teknik pemberian makanan
•
Kualitas perawatan
•
Semua aspek penyediaan makanan
•
Defisiensi nutrien spesifik, periksa :
•
Keadekuatan komposisi mutivitamin
•
Penyediaan elektrolit/mineral solution, dan apakah hal ini diresepkan dan dikelola dengan benar
•
Infeksi yang tidak diatasi
•
Ulangi urinalisis untuk sel darah putih
•
Periksa tinja
•
Bila memungkinkan, lakukan X-ray dada
•
HIV/AIDS Selain memantau berat badan, perlu dilihat pula kondisi anak setelah pemberian
makanan, apakah terjadirefeeding syndrome atau tidak. Tanda refeeding syndrome adalah timbulnya hipofosfatemia berat setelah uptake fosfat oleh sel selama minggu pertama mulai refeed. Kadar fosfat dalam serum sebanyak ≤0,5 mmol/mL dapat menimbulkan kelemahan, rabdomiolisis, disfungsi neutrofil, kegagalan kardiorespirasi, arritmia, kejang, perubahan tingkat kesadaran, atau kematian mendadak. Kadar fosfat harus dipantau selama refeeding, dan jika rendah, fosfat harus diberikan selama refeeding untuk menangani hipofosfatemia berat. IX.
KOMPLIKASI Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
Diare kronis
Tuberkulosis BAB III ANALISIS KASUS
Nama
: By. Fariz M. Ilham
Umur
: 5 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Berat badan
: 3570 gram
Keluhan utama
: BAB cair dan muntah
Keluhan tambahan
: BB turun
Riwayat Perjalanan Penyakit Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita BAB cair, dengan frekuensi ± 10x/ hari, volume ¼ gelas belimbing, lebih banyak cair > ampas, tidak berlendir, darah pada BAB disangkal. OS muntah setiap kali menyusu, dengan frekuensi ± 10x/hari, volume 1/5 gelas belimbing, yang isinya susu. OS mengalami demam naik turun, tetapi tidak terlalu tinggi. Batuk pilek disangkal, sesak tidak ada, kejang disangkal. Berat badan tertinggi 5200 gram pada saat OS usia 4 bulan.
- Kesadaran : Komposmentis - Denyut Nadi: 140 x/menit - Laju Pernapasan : 54 x/menit - Suhu : 36,4oC - Kulit : Anemis (-), kulit kendor, baggy pants (+), turgor lambat kembali, sianosis (-), ikterik (-). - Kepala : Mikrosefali, UUB datar. - Mata : Anemis (-), ikterik (-), produksi air mata cukup, mata cekung - Telinga : Simetris, sekret (-) - Mulut : Mukosa bibir kering (-) - Toraks / paru : Simetris, ronkhi (-), wheezing (-), iga menggembung (+)
- Jantung : S1 = S2 tunggal, bising (-) - Abdomen : Datar, lemas H/L tidak teraba membesar - Ekstremitas : Akral hangat, edem (-), sianosis (-) - Genital, anus : ♂, DBN - Pemeriksaan neurologis : DBN
Pada kasus ini, anak mempunyai masalah dengan saluran pencernaan dan pernafasannya, di mana anak sering muntah, diare dan mengalami demam yang turun naik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak rewel, adanya tanda-tanda gizi buruk yaitu anak tampak sangat kurus tanpa edema, kulit keriput, turgor kembali lambat, mata cekung, iga menggambang (piano sign), adanya baggy pants. Dan pada pemeriksaan antoprometri didapatkan : BB/U = 3,57/7,4 = 48,2% KEP Berat TB/U = 57/65 = 87,7%% BB/TB = 3,57/5 = 71,4% (z-score
View more...
Comments