Laporan Kasus KERATITIS
August 25, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Kasus KERATITIS...
Description
LAPORAN KASUS
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Disusun oleh: Gabriella Jesslyn Evania 406182058
Pembimbing : AKBP dr. Faozan, Sp. M
KEPANITERAAN KEPANITERA AN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG PERIODE 20 MEI – 30 JUNI 2019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-N rahm at-Nya, ya, Penu Penuli liss dap dapat at men menyel yelesai esaikan kan lap laporan oran kas kasus us deng dengan an jud judul ul “Ke “Kerat ratit itis is Pung Pungtat tataa Superfisial” dengan baik dan tepat waktu. Adapun laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepanitraan Klinikk Ilmu Penyakit Mata Fakultas Klini Fakultas Kedokt Kedokteran eran Universit Universitas as Taruma Tarumanagara nagara di RS Bhayan Bhayangkara gkara Prof.. Awa Prof Awaloe loedin din Djam Djamin in Semarang Semarang per period iodee 20 Mei – 30 Juni 2019 dan unt untuk uk men menamb ambah ah informasi bagi Penulis dan pembaca tentang keratitis pungtata superfisial dan tatalaksananya. Penulis sangat bersyukur atas terselesaikannya tugas ini. Pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada: 1. Dir Direkt ektur ur RS Bha Bhayang yangkara kara Prof Prof.. Awa Awaloe loedin din Djamin Djamin Semara Semarang ng yang telah telah membe memberik rikan an kesempatan kepada penulis untuk menjalankan Kepnitraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RS Bhayangkara. 2. AKBP dr dr.. Faozan Faozan,, Sp.M se sebagai bagai ke kepala pala SM SMFF dan pem pembimbi bimbing ng Kepani Kepanitraan traan Kl Klinik inik Il Ilmu mu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RS Bhayangkara. 3. dr. Hayat Hayati,i, Sp.M se sebagai bagai pe pembim mbimbing bing Kepa Kepanitraa nitraann Klini Klinikk Ilmu Pen Penyakit yakit M Mata ata Faku Fakultas ltas Kedokteran Universitas Tarumanagara di RS Bhayangkara. 4. Dokt Dokter, er, sstaf taf dan pera perawat wat RS Bhaya Bhayangka ngkara. ra. 5. Re Reka kan-r n-reka ekann angg anggot otaa Ke Kepa pani nitr traa aann Klin Klinik ik Ilmu Ilmu Pen Penya yaki kitt Ma Mata ta Fakul Fakulta tass Ke Kedo dokt kter eran an Universitas Tarumanagara di RS Bhayangkara. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat. Semarang, 30 Mei 2019 Penulis
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
2
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
DEPARTEMEN DEPARTEME N ILMU PENYAKIT MATA
STATUS PASIEN Dokter Muda
Nama Dokter muda
Gabriella Jesslyn Evania
NIM
406182058
Tanggal
28 Mei 2019
Rumah Sakit
RS Bhayangkara Semarang
Gelombang PPeeriode
20 Mei – 30 Juni 2019
Nama Pasien
Tn. MR
Umur
28 tahun
Alamat
Semarang
Jenis Kelamin
Laki – laki
Pekerjaan
Pekerja proyek bangunan
Agama
Islam
Pendidikan
SMA
Status Pernikahan
Sudah Menikah
No. RM
19-05-182236
Diagnosis
OD Keratitis Pungtata Superfisial
ANAMNESIS (Autoanamnesa
Tanda tangan
dari pasien pada Selasa 28 Mei 2019, pukul 11.00 WIB di Poli
Mata RS Bhayangkara Prof. Awaloedin Djamin Semarang) Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
3
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Keluhan Utama Keluhan Tambahan
Mata kanan terasa mengganjal Mata kanan merah, berair, mengeluarkan sekret, kelopak terasa bengkak, nyeri dan kadang pandangan pandan gan kabur Pasien datang dengan keluhan mata kanan terasa mengganjal sejak 1 minggu SMRS. Mata terasa mengganjal seperti terdapat benda asing (debu dan pasir). Pada awalnya mata sangat merah, namun semakin hari berangsur sedikit memudar. Keluhan juga disertai dengan rasa perih pada mata. Pandangan pasien kadang terasa kabur disertai mata berair. Kadang mata mengeluarkan sekret yang sedikit kental. Semakin hari, keluhan makin terasa sampai ke kelopak mata yang disertai rasa bengkak. Karena keluhan juga disertai bengkak pada kelopak mata, mata kanan cenderu cen derung ng men menutu utup, p, kare karena na membuat membuat kel keluhan uhan men menjad jadii leb lebih ih
Riwayat Penyakit
reda. Pa Pasi sien en juga juga menge mengelu luhh kelo kelopa pakk mata mata teras terasaa seper seperti ti timb timbul ul
Sekarang
benjolan. Pasien sudah berusaha mengobati mata dengan obat tetes mata yang yang dida didapa patt dari dari waru warung ng.. Namu Namunn kelu keluha hann tida tidakk kunj kunjun ungg membaik, malah cenderung semakin parah. Pa Pasi sien en
me mera rasa sa
kel keluhan uhan
dika dikare rena naka kann
fakt faktor or
lingk ingkun unga gann
pekerjaannya yang berada di proyek pembangunan. Sehingga mata mudah terkena pasir maupun debu. Pasien tidak pernah menggunakan pelindung mata berupa kacamata saat bekerja. Pasien biasanya menggunakan motor untuk berkendara. Tidak ada keluhan pada mata kiri pasien. Keluhan lain seperti sakit kepala, demam, trauma, penglihatan Riwayat Penyakit
ganda disangkal pasien. Pasien tidak memiliki riwayat keluhan serupa seperti ini.
Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat menggunakan kacamata dan lensa kontak.
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
4
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Pasien tidak memiliki riwayat infeksi herpes dan tidak tau apakah sudah pernah terken terkenaa cacar, atau infeksi berupa bintil bintil sekitar mata maupun seluruh tubuh
Riwayat operasi mata sebelumnya disangkal.
Riwayat trauma mata disangkal.
Riwayat diabetes melitus disangkal.
Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat alergi obat dan makanan disangkal.
Riwaya Riw ayatt peng penggun gunaan aan oba obat-o t-obat batan an (OAT, (OAT, Kort Kortiko ikoste steroi roid) d) tertentu secara rutin disangkal pasien.
Riwayat Penyakit
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.
Keluarga
Tidak ada teman kerja pasien yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.
Pasien setiap hari bekerja sebagai pekerja proyek bangunan dan tidak pernah menggunakan alat pelindung mata.
Kebiasaan /
Setiap harinya pasien naik motor jika hendak berpergian.
Pasien merupakan perokok aktif sejak SMA hingga sekarang,
Lingkungan
sehari dapat menghabiskan 1 bungkus.
Riwayatt minum alkohol, dan penggun Riwaya penggunaan aan obat-oba obat-obatt terla terlarang rang disangkal.
ANAMNESIS SISTEM
Dalam batas normal 1. Cere Cerebr bros ospi pina nall
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
5
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Dalam batas normal
2. Cor
Dalam batas normal 3. Resp Respir iras asii / Pul Pulmo mo
Dalam batas normal 4. Abdomen
Dalam batas normal
5. Uroge gen nita tall
Dalam batas normal
6. Extr Extrem emit itas as / Musculoskeletal
KESIMPULAN ANAMNESIS
Telah Tel ah diperi diperiksa ksa pasi pasien en ber bernam namaa Tn. MR ber berusia usia 28 tah tahun un dengan dengan keluha keluhann mat mataa kana kanann terasa mengganjal. Dari anamnesis didapatkan:
Keluhan utama: Mata kanan terasa mengganjal sejak 1 minggu SMRS.
Keluhann tamba Keluha tambahan: han: Mata kanan merah, berair, mengeluarkan mengeluarkan sekret, kelopak terasa bengkak, nyeri dan kadang pandangan kabur. Mata kanan cenderung menutup untuk meredakan keluhan.
Riwayat Riway at kebiasaan: Pasien setiap hari bekerj bekerjaa sebagai pekerja proyek bangunan dan tidak pernah menggunakan alat pelindung mata. Setiap Setiap hariny harinyaa pasie pasienn naik motor jika hendak berp hendak berpergi ergian. an. Pasi Pasien en merupak merupakan an pero perokok kok akt aktif if sej sejak ak SMA hingga hingga seka sekaran rang, g, sehari dapat menghabiskan 1 bungkus
TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah
: 120/80 mm/Hg
Frekuensi N Naadi
: 89 89x/menit, re regular, is isi cu cukup
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
6
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Frekuensi Napas
: 20x/menit, regular, abdominotorakal
Suhu
: 36,8 C
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF (Dilakukan pada Selasa, 28 Mei 2019, pukul 11.00 WIB) Pemeriksaan
OD
OS
Penilaian Dikerja-kan
Visus Jauh Refraksi Koreksi
0,8 F2
0.8 F1
Tidak
√ √ √
Visus Dekat
√
Proyeksi sinar
√
Persepsi Warna (Merah, Hijau)
√
PEMERIKSAAN OBJEKTIF (Dilakukan pada Selasa, 28 Mei 2019, pukul 11.00 WIB)) Pemeriksaan
OD
OS
Penilaian Dikerjakan
1. Posi Posisi si mat ataa
Ortoforia (0°)
Ortoforia (0°)
Simetris
Simetris
2. Gerakan bola mata
√ √
3. Lapang pandang
Tidak ada
Tidak ada
penyempitan.
penyempitan.
4. Kelo Kelopa pakk ma mata ta
S
I
S
I
(Superior et Inferior) Benjolan Edema Hiperemis Ptosis Lagophthalmos
√ √ -
-
-
-
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
√
√ √ √ √ √ 7
Tidak
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Ectropion Entropion 5. Bul uluu m mat ataa Trikiasis Madarosis Krusta 6. Apar Aparat atus us Lakri Lakrimal malis is a. Sa Saku kuss llak akri rima mall Hiperemis Edema Fistel Punctum lakrimal Eversi Discharge 7. Konj Konjun ungt gtiv ivaa K. Bulbi Warna Vaskularisasi Nodul Edema K. Tarsal Superior Hiperemis Folikel Papillae Korpus alienum K. Tarsal Inferior
-
-
-
-
√ √
-
-
√ √ √
-
-
√ √ √
-
-
√ √
Hiperemis Injeksi siliar -
Transparan -
√ √ √ √
-
+ -
√ √ √ √
-
+ -
√ √ √ √
Putih -
Putih -
√ √
Sedikit keruh
Jernih
√
Hiperemis Folikel Papillae Korpus alineum 8. Sklera Warna Inflamasi 9. Kornea Kejernihan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
8
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Ukuran Permukaan Limbus Infiltrat
Defek Edema 10.Bilik Mata Depan Kedalaman Hifema Hipopion 11.Iris Warna Sinekia Iridodenesis Neovaskularisasi 12.Pupil Ukuran Bentuk Tepi Simetris Refleks direk Refleks indirek 13.Lensa Kejernihan Luksasio Afakia IOL 14. Reflek fundus
11 mm Rata Arcus senilis (-) -
11 mm Rata Arcus senilis (-) -
√ √ √ √
-
-
√ √
Cukup -
Cukup -
√ √ √
Coklat -
Coklat -
√ √ √ √
3 mm Bulat Rata Simetris + +
3 mm Bulat Rata Simetris + +
√ √ √ √ √ √
Jernih -
Jernih -
√ √ √ √ √
15. Reflek makula
√
16. Korpus vitreum 17.Optic disc
√
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
9
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
√ √ √ √ √
Bentuk Batas Warna C/D Ratio 18.Perbandingan A/V
19.Retina Perdarahan Eksudat Ablasio Sikatriks Neovaskularisasi 20.Tekanan intra
√ √ √ √
√
okuler
KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Slit lamp dengan fluoresensi OD
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
10
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
OD VOD: 0,8 F2
OS VOS: 0,8 F1
Pemeri Pem eriksa ksaan an obj objekt ektif if : inje injeksi ksi sili siliar ar pad padaa Pemeriksaan objektif: dalam batas normal konjungt konj ungtiva iva bul bulbi, bi, korn kornea ea tam tampak pak sedikit sedikit keruh
RESUME
Telah diperiksa pasien bernama Tn. MR berusia 28 tahun dengan keluhan mata kanan terasa mengganjal. 1. Da Dari ri anam anamne nesi siss di dida dapat patka kan: n:
Keluhan utama: Mata kanan terasa mengganjal sejak 1 minggu SMRS.
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
11
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Kelu Ke luha hann ta tamb mbaha ahan: n: Ma Mata ta kanan kanan me merah rah,, berai berair, r, meng mengel elua uarka rkann sek sekret ret,, kelo kelopa pakk teras terasaa bengkak, nyeri dan kadang pandangan kabur. Mata kanan cenderung menutup untuk meredakan keluhan. Riwayat kebiasaan: Pasien setiap hari bekerja sebagai pekerja proyek bangunan dan tidak pernah menggunakan alat pelindung mata. Setiap harinya pasien naik motor jika hendak berpergian. Pasien merupakan perokok aktif sejak SMA hingga sekarang, sehari dapat menghabiskan 1 bungkus
2. Da Dari ri pe peme meri riksa ksaan an fisi fisik: k: 1. Tan Tanda-t da-tand andaa vital: vital: dal dalam am ba batas tas norm normal al 2. Da Dari ri peme pemeri riksa ksaan an subje subjekt ktif if:: o
VOD: 0,8 F2
o
VOS: 0,8 F1
3. Da Dari ri peme pemeri riksa ksaan an obje objekt ktif if:: o
OD
Pemeriksaan Pemeri ksaan objektif: injeksi siliar pada konjungtiv konjungtivaa bulbi bulbi,, kornea tampak sedikit keruh
o
OS
Dalam batas normal
DIAGNOSIS KERJA
OD Keratitis Pungtata Superfisial e.c. infeksi bakteri DIAGNOSIS BANDING
Keratokonjungtivitis Uveitis Ulkus kornea PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kultur jaringan atau cairan mata Pewarnaan Gram Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
12
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Laboratorium darah TERAPI FARMAKOLOGI
1. Ch Chlo loram ramfe feni nico coll eye eye drop drop 6 x 1 O OD D 2. To Tobr bram amic icin in 0.3% 0.3% ey eyee dr drop op 4 x 1 O OD D 3. Car Carboxy boxylme lmethy thyll ll ccell ellulo ulose se sod sodium ium 0,5 0,5% % ey eyee dro dropp 4 x 1 OD 4. As Asam am Mefen Mefenam amat at 500 mg tab tab 3 X ttab ab 1 TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Verband, kompres hangat, kacamata pelindung, irigasi benda asing
EDUKASI
1. Men Mening ingkat katkan kan pengetah pengetahuan uan pasi pasien en tent tentang ang peny penyaki akitt kerati keratitis tis (pen (penyeba yebab, b, tanda & gejal gejala, a, penanganan, komplikasi) 2. Pen Penggun ggunaan aan oobat bat secara secara terat teratur ur se sesuai suai anj anjura urann dok dokter ter 3. Kon Kontro troll uuntu ntukk m mema emanta ntauu perja perjalan lanan an penyaki penyakitt 4. Hind Hindar arii me meng nggo goso sokk ma mata ta 5. Jaga Jaga keb keber ersi siha hann ri ring ngan an & m mat ataa PROGNOSIS OD o
Ad visam
: dubia ad bonam
o
Ad vitam
: ad bonam
o
Ad sanationam
: dubia ad bonam
o
Ad fungtionam
: dubia ad bonam
o
Ad kosmetikam
: dubia ad bonam
PROGNOSIS OS o
Ad visam
: ad bonam
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
13
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
o
Ad vitam
: ad bonam
o
Ad sanationam
: ad bonam
o
Ad fungtionam
: ad bonam
o
Ad kosmetikam
: ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anato Anatomi mi,, Histol Histologi ogi,, dan Fisi Fisiolo ologi gi Korne Kornea a
Kornea merupakan jaringan transparan serta avaskular di bagian tengahnya dan merupakan organ refraksi kuat yang membelokkan sinar masuk ke dalam mata.1 Kornea menutup satu per enam bagian dari bola mata.2 Karena terletak paling depan, kornea memiliki kekuatan dioptri terbesar yaitu 42.25 D, yang merupakan 74% dari seluruh kekuatan dioptri bola mata. 1 Rata-rata ukuran ketebalan kornea pada dewasa muda adalah 550µm dan diameter kornea sekita 11,7 mm secara horisontal dan 10,6 mm secara vertikal.3 Kornea adalah struktur yang sangat sensitif, struktur ini diinervasi oleh nervus optalmikus (saraf kranialis 1), dengan sedikit rangsangan seperti benda asing seperti debu akan merangs merangsang ang mata mengedi mengedip, p, merangsa merangsang ng pengeluaran air mata, bahkan nyeri.2
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
14
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Secar Sec araa ma makr krosk oskopi opik, k, are areaa pingg pinggir iran an kor kornea nea dap dapat at diken dikenal alii den denga gann limb limbus. us. Limb Limbus us merupakan daerah peralihan dari sklera ke kornea. Kornea melekat dengan sklera pada bagian limbus, pada bagian ini terdapat depresi yang bernama sulkus sklera. 3 Strukt Struktur ur limb limbus us sendiri terdiri dari lapisan sel punca pluripoten yang berperan pada regenerasi epitel kornea. Pada limbus terdapat arteri sirkulus limbus, pembuluh darah yang tumbuh secara radier, yang berperan memberikan nutrisi kepada kornea bagian perifer dikarenakan kornea adalah struktur lapisan yang avaskular komplit.1,2 Inflamasi pada kornea dan struktur mata di dalamnya ditandai dengan pelebaran pembuluh darah ini.1 Secara mikroskopis, lapisan histologis kornea dapat dibagi menjadi lima lapisan yaitu lapisan epitel, membran bowman, lapisan stroma, lapisan membran descemet, dan lapisan endotel. 1
Gambar 2.1 Gambaran Histologi Kornea3 1. Ep Epiite tell Ko Korn rnea ea Terdiri dari 5-6 lapis sel epitel skuamosa bertingkat tak berkeratin, lapisan ini menyusun sekitar 10% dari ketebalan kornea(50-90 mikron).1 Sel pada permukaan paling luar memiliki mikrovili yang berfungsi sebagai tempat lapisan air mata dan musin melekat.4 sel epitel pada bagian basal merupakan lapisan germinal epitel dan bermitosis saat proses regenerasi. Sel ini akan berdiferensiasi dan bermigrasi ke arah permukaan luar yang na nant ntin inya ya ak akan an ap apot otos osis is da dann dile dilepa pass pa pada da lapi lapisa sann ai airr ma mata ta..1 lapi lapisan san yan yangg tela telahh berdiferensiasi akan membentuk tautan antarsel yang kuat, berperan berper an penting dalam fungsi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
15
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
nutrisi, kejernihan dan proteksi kornea. Sel pada lapisan basal melekat kuat pada lapisan bowman dibawahnya dan berperan dalam keteraturan keteratur an epitel kornea. 2. Me Memb mbra rann Bow Bowm man Memb Me mbra rann bowm bowman an ada adala lahh ma massa ssa asel aselul ular ar has hasul ul kon konde densa nsasi si kola kolage genn tipe tipe 1 dan dan 3. Ketebalan membran bowman adalah kurang lebih 12 mikron. Struktur ini cukup resisten terhadap infeksi dan cedera, tetapi sekali mengalami kerusakan, struktur ini tidak mampu melakukan regenerasi.1 3. Stroma Merupakan lapisan kornea paling tebal. Stroma menyusun sekitar 90% dari kornea (500 mikron) mik ron).. Ters Tersusun usun ata atass ker kerato atosit sit dan mat matrik rikss ekst ekstrase raselul lular, ar, dengan dengan mat matrik rikss pal paling ing banyuak tersusun tersu sun atas fibril kolagen tipe 1. Fibril kolagen tersusun dalam banyak lapisan dan terletak salin sejajar satu sama lain. Susunan antar fibril kolagen dibantu dengan kondroitin sulfat dan keratan sulftan, hal ini membantu agar jarak menjadi sangat teratur sehingga memungkinkan terjaganya tranmisi cahaya, termasuk kurvatura kornea serta sifat-sifat optik kornea.1,4 4. Me Memb mbra rann Desc Descem emet et Merupakan Merupak an lamina basal dari sel endotel dengan ketebalan ketebalan kurang lebih 12 mikron pada orang dewasa. Struktur ini sangat resisten terhadap bahan kimia, trauma, infeksi, proses patologik, dan degradasi enzim. Membran descemet mempunyai kemampuan untuk melakukan regenerasi sepanjang hidup, hal ini dibuktikan dengan ukuran yang bertambah pada prenatal sampai pada post natal dan terus bertambah sampai ukuran maksimal 11-12 mikron.1,3 5. Lapi Lapisa sann E End ndot otel el Ko Korne rneaa Endot En dotel el be beker kerja ja sam samaa deng dengan an me memb mbra rann desce desceme mett me menj njad adii struk struktu turr pent pentin ingg unt untuk uk mengatur kadar air pada kornea. Kadar air harus terjaga untuk menjaga kejernihan dari kornea. Endotel tersusun atas sel selapis berbent berbentuk uk heksagonal heksagonal yang memiliki kompleks tautan antarsel kuat (tight junctions), berfungsi sebagai barier terhadap cairan humor akuos, dan sebagai pompa metabolik yang tersebar di seluruh permukaan dalam kornea untuk memasukkan nutrisi serta mengeluarkan cairan berlebihan dari stroma. Endotel manusia tidak memiliki kemampuan untuk membelah. Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
16
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Kejernihan kornea dijaga oleh keseimbangan antara sistem pompa endotel, tekanan intraokular intrao kular dan evaporas evaporasii permukaan mata. Humor akuos serta tekanan tekanan intraokular yang normal akan membuat cairan serta nutrisi masuk kedalam kornea, namun sel endotel yang memiliki sistem pompa ini akan menarik air keluar dari stroma kornea. Epitel yang intak akan menjaga agar cairan tidak masuk secara berlebihan ke dalam stroma sehingga kornea korn ea dap dapat at bersifa bersifatt relatif relatif dehi dehidras drasii den dengan gan kada kadarr cai cairan ran 78% sehi sehingga ngga susu susunan nan kolagen stroma dapat memiliki ketebalan dan jarak antar-fibril kolagen yang seragam. Hal ini diperlukan untuk mengaga status system refraksi korena sehingga sinar masuk dapat tetap difokuskan pada retina.1 Nutrisi jaringan kornea diperoleh dari pembuluh darah limbus, humor akuos dibelakangnya dan lapisan air mata di depannya. Regio limbus memiliki arcade vaskular yang terbentuk dari anastomosis antara arteri siliaris antrior dengan cabang-cabang arteri karotiss ekster karoti eksterna. na. Persara Persarafan fan kornea berasal dari nervus trigeminus trigeminus (N.V), dengan ujungujung saraf sensorik yang berasal dari nervus siliaris longus yang membentuk plexus subepitel. Densitas ujung-ujung saraf sensorik pada kornea merupakan yang paling tinggi kerapatannya dibandingkan jaringan tubuh lainnya.1 2.2
Keratitis
2.2.1 Definisi Keratitis merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada kornea. Hal ini dapat terjadi akibat infeksi oleh mikroorganisme maupun akibat non-infeksi karena porses autoimun. Jika kornea mengalami luka akibat trauma, infeksi atau inflamasi akan terjadi ganggua gang guann pad padaa integri integritas tas jaring jaringan an korn kornea ea sehingg sehinggaa terjad terjadii keke kekeruha ruhann yang bers bersifa ifatt permanen pada umumnya. Keratitis dapat mengancam penglihatan bahkan pada kasus yang berat dapat mengakibatkan kerusakan bola mata. 1 2.2.2 2.2 .2 Pato Patofi fisi siol olog ogii Kerat Keratit itis is Inflamasi pada kornea ditandai dengan edema lokal atau difus nonspesifik yang menyebabkan hilangnya transparansi korena. Reaksi vaskular awal terhadap inflamasi kornea adalah hiperemia perilimbal lokal yang dapat meluas hingga ke sekeliling limbus. Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
17
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Sel Sel in infl flam amasi asi sep seper erti ti leuk leukosi osiss dan ma makr krofa ofagg bera berasal sal dar darii pemb pembul uluh uh darah darah limb limbus us superfisial atau profunda. Leukosit akan bermigrasi ke tempat awal stimulus inflamasi melalui jalur interlamelar dan menyebabkan iregularitas struktur lamela kornea. Migrasi awal sel inflamasi mengandung sel leukosit polimofonuklear (PMN) intalamelar yang muncul dalam 8-12 jam setelah terjadinya lesi atau luka kornea. Dalam 12-16 jam, makrofag yang bermigrasi (fagosit) akan muncul dari limbus, disertai makrofag jaringan yang ber berasal asal dari sel stroma stroma;; sel sel-sel -sel ini mul mulai ai mem memfago fagosit sitosi osiss mikroor mikroorgan ganism ismee dan produk inflamasi. Dalam tahap penyembuhan penyembuh an inflamasi, neovas neovaskularisasai kularisasai kornea terjadi sebagai respons terhadap beberapa faktor seperti edema kornea, infiltrasi selular, nekrosis jaringan, perubahan pH, proses oksidatif enzim sel inflamasi. Perluasan vaskularisasi bervariasi sesuai dengan berat, durasi, d urasi, serta luas fokus inflamasi.1 Rasa nyeri yang terjadi pada keratitis ini disebabkan oleh stimulasi ujung-ujung saraf sensorik nervus trigeminus cabang siliaris di lapisan subepitel kornea. Pada infeksi tertentu, inflamasi dapat menurunkan sensasi rasa nyeri kornea seperti pada keratitis herpes simpleks (HSV), yang mengalami rasa nyeri ringan hanya pada tahap awal. Fotofobia juga dapat terjadi pada inflamasi kornea akibat terjadinya kontraksi iris yang mengalami inflamasi. Selain itu terjadinya dilatasi pembuluh darah iris sebagai refleks terhadap iritasi pada cornal nerve ending .1 2.22.3 Epi 2. piddemiol oloogi Berdasarkan data WHO (Wor (World ld Health Health Organizatio Organization) n) yang diambil pada tahun 1995-2011, kebutaan akibat penyakit di kornea merupakan penyebab kebutaan kelima terbanyak didunia setelah katarak, galukoma, degenerasi makula dan kelainan refraksi. Di negara nega ra ber berkem kembang bang den dengan gan iklim iklim tro tropis, pis, kebu kebutaa taann korn kornea ea menemp menempati ati urutan urutan kedu keduaa sebagai penyebab kebutaan dan penurunan tajam penglihatan setelah katarak.1 menurut Riskesdas Riskesd as tahun 2013, terdapat 2 penyeba penyebabb kebuta kebutaan an tersering pada penduduk penduduk Indones Indonesia ia untuk populasi usia ≥ 6 tahun adalah karena kekeruhan pada kornea dan disusul oleh katarak. Dimana kekeruhan lensa memiliki prevalensi 5,5 persen dan katarak 1,8 %. Prevale Prev alensi nsi tertin tertinggi ggi keke kekeruha ruhann korn kornea ea ditemu ditemukan kan di Bal Balii (11, (11,0%) 0%),, diikut diikutii ole olehh DI Yogyakarta (10,2%) dan Sulawesi Selatan (9,4%).1,5 2.2. 2.2.44 Ma Mani nife fest stas asii Kli Klini niss Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
18
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Gejala paling sering pada kasus keratitis adalah mata merah disertai penurunan ketaja ket ajaman man pen pengli glihat hatan. an. Bia Biasany sanyaa penu penuruna runann ketaja ketajaman man pen pengli glihat hatan an beru berupa pa bura buram m berkabut. Pada saat terjadi inflamasi pada kornea, keluhan yang muncul biasanya ber berupa upa rasa nyeri yang hebat dan sensitivitas berlebihan pada cahaya, hal ini disebut sebagai fotofobia. Kadang-kadang keluhan juga akan disertai dengan mata berair. Umumnya keluhan tidak akan disertai dengan sekret pada mata, kecuali pada kasus ulkus bakteri yang purulen.1 Tingkat keparahan kasus biasanya ditentukan dengan penyebab mendasar dan kondisi kornea yang mendasari. Umumnya pada pemeriksaan fisik akan ditemukan injeksi konjungtiva dan sklera. Pada saat pemberian fluoresein apabila positif, maka lesi akan terwarnai. Dengan pemberian fluoresein, fluoresein, lesi superfisial superfisial maupun yang lebih dalam pada stroma da dapat pat terlihat. Dapat de dengan ngan maupu maupunn tanpa hipopion pada bilik mata depan dan ble blefaro farospas spasme. me. Riw Riwaya ayatt peny penyaki akitt dan kon kondisi disi sistem sistemik ik sepe seperti rti diabet diabetes, es, AIDS, AIDS, keganasan dan lain-lain sangat penting dalam penentuan diagnosis. Riwayat trauma maupun penggunaan kontak lens biasanya akan memperlihatkan benda asing, erosi atau infiltrat di kornea. Juga dapat ditanyakan riwayat penyakit kornea berulang, hal ini berkaitan dengan keratitis herpes simpleks. Penggunaan obat tetes mata secara terus menerus yang mengandung kortikosteroid juga dapat ditanyakan, hal ini sebagai faktor yang memperberat pada infeksi bakteri maupun jamur. Selain itu pada pemeriksaan fisik, juga perlu diperhatikan apakah ada kelainan struktur struk tur atau malposisi dari kelopak mata.1 Penegaka Pene gakann dia diagnos gnosaa kera kerati titis tis dap dapat at dilakuk dilakukan an den dengan gan bant bantuan uan pemeri pemeriksaa ksaann penunjang berupa kultur jaringan atau cairan mata, biopsi, laboratorium darah. Selain itu juga dapat da pat dilakukan ppemeriksaan emeriksaan kerokan kornea dengan bantuan pewarnaan gram dan giemsa untuk menentukan organisme penyebab khususnya bakteri. Untuk etiologi karena virus, Acanthamoeba,dan dan jamu jamurr dapa dapatt dila dilaku kuka kann peme pemeri riks ksaa aann Polymerase Chain Reaction(PCR).
2.2. 2.2.55 Kl Klas asif ifik ikas asii Ker Kerat atit itis is Keratitis berdasarkan etiologinya dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 1. Infeksi a. Ke Kera rati titi tiss bbak akte teri ri Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
19
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
b. Keratitis jamur c. Ke Kera rattiti itis vi vira rall d. Ke Kerat ratit itis is A Aca cant ntham hamoeb oebaa 2. Non-i n-infe fekksi a. Inf Infil iltr trat at ddan an uulk lkus us m mar argi gina nall b. Ulkus morgen c. Kera Keratok tokonj onjungt ungtivi ivitis tis flikte fliktenul nular ar d. Ke Kerat ratit itis is neuro neurotr trop opik ik e. exposure keratitis a. Ke Kera rati titi tiss Ba Bakt kter erii Keratitis Kerati tis bakteri dapat mengancam penglihat penglihatan. an. Gambaran Gambaran khas kerati keratitis tis bakteri adalah perkembangannya yang cepat, destruksi kornea dapat terjadi dalam 24-48 jam pada berberapa virulen tertentu. Berbagai bakteri dapat menyebabkan keratitis jenisnya berbeda antara negara maju dan negara berkembang. Di negara maju, golongan Staphylococcus merupakan penyebab utama keratitis bakteri, dengan penyebab terbanyak adal ad alah ah Staphylococcus epidermidis atau atau Staphylococcus koagulase negatif. Di negara berkembang, Pseudomonas sp. menjadi penyebab terbanyak, khususnya berkaitan dengan trauma dan penggunaan lensa kontak.1 Klasifikasi bakteri penyebab keratitis terbagi atas:1
Gram negatif aerob/batang aerob/batang fakult fakultatif atif anaerob antara lain Pseudomonas, Escherichia, Klebsiella, Serratia, Proteus, Actinobacillus, Actinobacillus, Haemophillus
Batang gram negatif anaerob : Bacteroides, Fusobacterium
Coccus gram negatif dan coccobacilli (aerob) : Neisseria, Moraxella, Acinetobacter
Coccus gram positif aerob dan atau fakultatif anaerob : Micrococcus, Staphylcoccus, Streptococcus, Pediococcus, Aerococcus
Coccus gram positif anaerob : Peptostreptococcus
Batang gram positif : Bacillus, Clostridium
Actino Act inomyc myces es dan organi organisme sme yang terkai terkaitt : Corynebacterium, Propionibacterium, Actinomyces, Arachnia, Bifidobacterium, Mycobacterium, Nocardia, Streptomyces
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
20
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Sebagian besar organisme yang dibiakkan dari infeksi kornea berasal dari spesies flora normal di kelopak mata, kulit periokular, sakus konjungtiva atau saluran hidung. Permukaan bola mata selalu terpajan pada sejumlah bakteri, tetapi hanya sedikit yang dapat mengakibatkan infeksi kornea karena berbagai mekanisme pertahanan alami tubuh melindungi permukaan mata dari agen infeksi. Palpebra berfungsi sebagai barrier atau pelindung fisik untuk melindungi masuknya bakteri ke dalam bola mata. Lapisan musin air mata juga bersifat sebagai sawar protektif mekanik. Tirai air mata memiliki peran bakterisidal atau bakteriostatik karena kandungan immunoglobulin, ko komp mple leme men, n, dan dan be berb rbag agai ai en enzi zim m sepe sepert rtii liso lisozi zim, m, lakt laktof ofer erin in,, beta betali lisi sin, n, da dann seruloplasmin, yang dapat melawan bakteri. Flora normal yang berada di permukaan bola mata berada dalam kondisi seimbang untuk membantu mencegah pertumbuhan organisme eksogen.1 Patogenesis Patogen esis kerati keratitis tis bakter bakterii dimul dimulai ai dengan menempelnya bakteri. Sejum Sejumlah lah bakteri tertentu seperti Neisseria gonorrhoeae, Corynebacteria diphteriae, Shigella dan Listeria akan melakukan penetrasi langsung melalui epitel kornea yang intak, tetapi sebagian besar bakteri tidak memiliki kemampuan ini. Setelah menempel pada permukaan epitel kornea, bakteri selanjutnya menginvasi stroma s troma yang difasilitasi oleh proteinase yang mampu menghancurkan membran basal serta matriks ekstraselular. Enzim matri matrixx metalloprot metalloproteinase einase yang yang disek disekres resik ikan an dala dalam m bent bentuk uk inak inakti tiff oleh oleh keratosit stroma akan teraktivasi pada infeksi bakteri.1 Invasi bakteri juga difasilit difasilitasi asi oleh sejumlah eksotoksin seperti fosfoli fosfolipase pase (pada Pseudomonas aeruginosa),
hemo hemoli lisi sin, n, dan dan ek ekso soto toks ksin in A. Pada Pada saat saat bakt bakter erii
mengin men ginvasi vasi jaring jaringan an yang yang leb lebih ih dal dalam, am, terjad terjadii pen penghen ghentia tiann resp respons ons imu imunn host host.. Berb Be rber erap apaa ba bakt kter erii de deng ngan an kaps kapsul ul poli polisa saka kari rida da juga juga me memp mpun unya yaii komp kompon onen en imunosupresif yang dapat mengganggu fagositosis. Protease dan elastase bakteri da dapa patt menye menyeba babka bkann kerus kerusak akan an kor korne neaa yang yang berat berat.. Pro Prote tease ase berpe berperan ran dala dalam m patogenesis keratitis dengan menghancurkan membran basal, laminin, proteoglikan, matrik mat rikss ekst ekstrase raselul lular, ar, dan kol kolage agen. n. Ekso Eksotok toksin sin dan endo endotok toksin sin bak bakter terii sang sanggup gup bertahan di kornea untuk waktu yang cukup lama sehingga tetap menyebabkan kerusakan setelah kematian bakteri.1 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
21
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
b. Keratitis Jamur Jamur dapat ditemukan dimana pun dan kadang menjadi flora normal eksternal bola mata. Tetapi, infeksi jamur umumnya terjadi akibat trauma yang berhubungan dengan material yang bersifat organik seperti kayu, tumbuhan, padi, dan lainnya. Jamur masuk melalui defek epitel yang diakibatkan oleh trauma atau riwayat pembedahan sebelumnya. Jamur berkembang biak dan berpenetrasi dengan cepat ke stroma bahkan sampai sam pai end endote otel,l, yang aka akann terli terlihat hat seb sebagai agai plak endo endotel tel.. Jam Jamur ur di jaring jaringan an stroma stroma menyebabkan reaksi inflamasi dan nekrosis. Jika jamur sudah menembus bilik mata depan hingga iris atau lensa, eradikasi jamur menjadi lebih sulit dilakukan. Jamur juga mengeluarkan enzim protease seperti pada bakteri.1 Insidens keratitis jamur tinggi di daerah tropis, dengan insidens lebih tinggi terjadi pada penderita pen derita yang bekerja ddii pertanian, pengguna lensa kontak, serta pada penggunaan kortikosteroid topikal yang lama. Ulkus jamur bersifat indolen, memiliki infiltrat dan ulkus keabuan dengan batas iregular, sering disertai hipopion, reaksi inflamasi yang hebat, dan kadang terdapat lesi satelit. Seringkali terdapat plak endotel yang disertai dengan reaksi bilik mata depan yang hebat, dan abses kornea yang dapat berlanjut hingga terjadi perforasi.1 Terdapat 2 jenis keratitis jamur yaitu keratitis yang disebabkan jamur filamentosa dan ragi/ yeast yeast . Golongan jamur filamentosa antara lain adalah Fusarium sp., Aspergillus sp., sp., seda sedang ngka kann golo golong ngan an ragi ragi an anta tara ra lain lain ad adal alah ah Candida sp.. Jamur filame filamento ntosa sa umum um umny nyaa dite ditemu muka kann pad padaa pas pasie ienn de denga ngann riwa riwayat yat trau trauma ma yang yang berka berkait itan an denga dengann tumbuhan atau pengguna lensa kontak, sedangkan jenis ragi umumnya terjadi pada pasien dengan riwayat penyakit kornea sebelumnya, pembedahan kornea, atau penggunaan obat imunosupresif jangka panjang seperti kortikosteroid.1 c. Keratitis Virus Keratitis Herpes Simplex In Infe feks ksii Herpes Simplex Virus (HSV) (HSV) di mata mata berd berdasar asarkan kan awi awitan tannya nya dib dibagi agi menjasi infeksi primer dan rekuren. Infeksi primer umumnya bermula atau disebabkan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
22
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
oleh herpes labialis (HSV tipe I). umumnya terjadi pada kelompok usia anak atau remaja. Manife Man ifesta stasi si klinis klinis beru berupa pa ble blefaro farokonj konjungt ungtivi ivitis tis deng dengan an gam gambar baran an vesi vesikel kel pada kul kulit it kelopak, disertai konjungtivitis yang jarang sekali disertai keratitis. Virus kemudian hidup laten di ganglion siliaris.1 Keratitis rekuren diakibatkan oleh teraktivasinya virus yang laten di ganglion siliaris, yang kembali masuk ke akson di saraf akhir perifer di kornea akibat faktor atau kondisi tertentu seperti rangsangan sinar matahari, trauma, pembedahan, suhu tubuh yang abnormal, menstruasi, infeksi atau stress emosional. Berdasarkan letak lesi, keratitis rekuren terbagi atas tipe epitelial dan stromal.1 Keratitis epitelial rekuren umumnya bermanifestasi secara klinis sebagai ulkus dendritik dendrit ik atau geografik. Gambaran ulkus dendritik adalah lesi linear linear bercaba bercabang ng dengan bulbus terminal, dan batas epitel yang membengkak serta mengandung virus hidup. Lesi ini dapat meluas hingga ke lapis lapisan an membran basal. Ulkus dendritik dendritik yang melua meluass disebu disebutt ulkus geografik. Ulkus dendritik atau geografik dapat sembuh sempurna tanpa jaringan parut, tetapi umumnya lebih sering terjadi jaringan parut yang menurunkan tajam penglihatan, bergantung pada letak lesi terhadap aksis aks is visual.1 Keratitis stromal rekuren dapat disebabkan oleh infeksi ataupun proses imunologi. Kerati Kera titis tis yan yangg bers bersifa ifatt nekr nekroti otikan kanss umu umumny mnyaa terjad terjadii aki akibat bat inf infeksi eksi vir virus us di stro stroma, ma, sedangka seda ngkann kerati keratitis tis stroma stromall yang bers bersifa ifatt imu imunol nologi ogikk mer merupak upakan an hasil hasil dar darii reak reaksi si antibodi terhadap antigen virus, yang dimediasi komplemen. Gambaran klinis HSV stromal umumnya terlihat sebagai edena stroma tanpa adanya infiltrat. Hal ini juga terjadi oleh karena adanya sel-sel inflamasi di endotel (endotelitis). Pathogenesis yang pasti masih belum diketahui, namun diduga reaksi pada lapisan endotel merupakan reaksi imunologik berdasarkan adanya keratik presipitat dan iritis.1 Pemeriksaan Pemeri ksaan serologis menunjukkan bahwa sebagian besar orang dewasa pernah terpajan pada virus ini. Sebagian besar infeksi HSV di kornea disebabkan oleh HSV tipe 1 (her (herpes pes lab labial ialis) is),, tetapi tetapi berbera berberapa pa kasus kasus pad padaa ana anakk dan dew dewasa asa mem memperl perliha ihatkan tkan penyebab HSV tipe 2 (herpes genitalis). Kerokan lesi epitel keratitis HSV akan memperl mem perliha ihatka tkann mul multin tinucle ucleate atedd gia giant nt cel cells. ls. Pada seba sebagia giann besa besarr kasu kasus, s, dia diagnos gnosis is ditegakan berdasarkan gambaran klinis ulkus dendritik atau geografik, yang disertai Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
23
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
penurunan atau hilangnya sensasi kornea. PCR ddigunakkan igunakkan untuk mengidentifikasi HSV secara akurat.1 Keratitis Varicella-Zoster Infe In feks ksii VZ VZV V (Va (Varic ricell ella-Zo a-Zoste sterr Virus) Virus) terjad terjadii dal dalam am dua bent bentuk, uk, yai yaitu tu bent bentuk uk varicella atau primer dan bentuk herpes zoster atau rekuren. Manifestasi yang dapat terjadi pada mata akibat virus varicella lebih jarang terjadi dibanding herpes zoster yaitu herpes zoster oftalmika (HZO). Pada varicella, varicella, lesi mata dapat ditemukan berupa binti bintik k dipalpebra dipal pebra dan margo palpebra. Pada HZO, akan terlihat lesi kulit dermat dermatomal omal (makula, papaul, vesikel, pustule dan krusta) diarea sebaran nervus trigeminal. Tanda Hutchinson terlihat sebagai lesi kulit di ujung samping atau pangkal hidung. Keterlibatan kornea terjadi jika erupsi kulit berasal dari cabang nasosiliaris dan biasanya berupa keratouveitis. Lesi dapat berupa defek epitel, penurunan sensitivitas kornea atau inflamasi okular dilapisan kornea manapun.1 Keratitis VSV biasanya diawali dengan lesi epitel, kemudian ke stroma dan uvea anterior anteri or hingga terjadi kerusakan pada stroma akibat edema dan infiltrate selular ringan. Pada VZV yang parah dapat terjadi sklerokeratitis.1 Pengobatan pada HZO dapat diberikan secara intravena dan oral, khususnya pada pasien dengan immunocompromised . Dosis asiklovir yang diberikan secara oral adalah 5 x 800 mg untuk sehari dan diberikan selama 10-14 hari, valasiklovir 3 x 1 gr per hari untuk 7-10 hari atau famsiklovir 3 x 500 mg untuk 7-10 hari. Terapi dimulai dalam 72 jam setelah keluar bitnik dikulit.1 d. Ke Kerat ratit itis is Aca Acant ntha hamo moeba eba Protozoa yang hidup bebas dan tumbuh dengan subur dalam air yang mengandung bakteri dan materi organik yang dapat menyebabkan keratitis adalah Achantamoeba. Infeksi kornea yang terjadi berkaitan dengan pemakaian lensa kontak, termasuk lensa hydrogel silikon atau penggunaan lensa kontak tigid yang dibiarkan bermalam atau juga bisa disebabkan oleh paparan air atau tanah yang terkontaminasi.1 Pasien akan mengeluhkan nyeri yang hebat sampai ke kepala, mata merah dan fotofob fot ofobia. ia. Gam Gambara barann klinis klinisnya nya beru berupa pa ulk ulkus us kornea kornea ind indole olen, n, inf infilt iltrat rat per perine ineural ural dan stromal ring infiltrat pada kasus yang lebih parah. 1 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
24
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
e. Ke Kerat ratoko okonj njung ungti tivi viti tiss Fl Flik ikte tenn Flik Flikte tenn adal adalah ah akum akumul ulas asii limf limfosi osit, t, mo mono nosi sit, t, ma makr krofa ofagg dan dan neut neutrop rophi hill yang yang terlokalisasi dikonjungtiva, limbus atau kornea. Kondisi ini pertama kali muncul di limbus, tetapi jika berulang maka akan melibatkan konjungtiva bulbi dan korena. Flikten kornea umumnya unila unilateral teral dan kaya akan vaskularisasi vaskularisasi.. Keratok Keratokonjunt onjuntiviti ivitiss flikt fliktenular enular merupakan respons hipersensitivitas lambat terhadap antigen Staphylococcus aureus, penyakit tuberculosis dan helmintiasis. Flikten yang tidak diterapi akan sembuh spontan 10-14 hari. Korti Kortikostero kosteroid id topik topikal al dapat mengurangi inflamas inflamasii dan durasi penyakit serta mengurangi pembentukan vaskularisasi dan jaringan parut di kornea.1 f. Ke Kera rati titi tiss Ne Neur urot otro ropi pik k Gang Ga nggu guan an atau atau kerus kerusaka akann pada pada nervu nervuss trig trigem emin inus us di perfi perfier er akib akibat at traum trauma, a, pembedahan, tumor, inflamasi atau penyebab penye bab lainnya dapat menyebabkan anestesi anes tesi kornea disertai hilangnya refleks berkedip. Pada keratitis neurotropik tahap awal terdapat edema epitel difus yang kemudian akan mengalami kematian sehingga terbentuk ulkus. Oleh karena hilangnya sensai kornea, keratitis neurotropik menyebabkan rasa tidak nyaman minimal, sehingga menyebabkan peningkatan risiko infeksi.1 Tatalaksana Tatal aksana paling efektif adalah menjaga mata tetap tertutu tertutupp dengan eyelid taping atau dengan melakukan tarsorafi atau menginduksi ptosis dengan memberikan injeksi. Jika terjadi infeksi korena sekunder maka harus di berikan terapi antibiotoik yang sesuai. 1 g. Exposure Keratitis Exposure keratitis
dapat terjadi apabila kornea tidak terjaga kelembabannya dengan
baik dan tidak tertutup sempurna oleh palpebra. Hal ini biasanya terjadi pada eksoftalmus, eksofta lmus, ektop ektoprion rion floppy lid syndrome, hilangnya bagian palpebra akibat trauma, ketidakmampuan menutup mata seperti pada Bell’s palsy. Bagian kornea yang tidak tertutup kelopak akan kering selama tidur sehingga ulkus umumnya terbentuk pada sepertiga inferior kornea. Exposure keratitis umunya bersifat steril kecuali jika terjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
25
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
infeksi sekunder. Tatalaksana ditujukkan untuk melindungi dan melembabkan seluruh permukaan kornea serta mencegah terjadinya infeksi.1 h. Ke Kera rati titi tiss Pungt Pungtat ataa Keratitis pungtata adalah keratitis yang terkumpul pada daerah membran bowman dengan infiltrat membentuk bercak-bercak halus. Hal penyebab tidak spesifik, dapat disebabkan oleh moluskum kontagiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes zoster, blefaritis neuroparalitik, infeksi virus, vaksinia, trakoma, trauma radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmus, keracunan obat seperti neomisin, tobramisin, dan bahan pengawet lainnya. a. Kera Keratit titis is pun pungta gtata ta sup superfi erfisia siall Radang pada kornea berupa multiple, keil, dipermukaan kornea akibat infeksi bakteri, defisiensi vitamin B2, infeksi virus herpes, trauma kimia dan sinar UV. Keluhan yang muncul akan berupa sakit, mata merah, silau, rasa kelilipan. Tata laksana dapat diberikan air mata buatan, tobramisin tetes mata, dan sikloplegik. Pengobatan tergantung penyebabnya. b. Keratitis pungtata superfisial Thygeson Merupakan bentuk yang jarang terjadi. Bentuk kelainan bulat atau lonjong, warna putih abu-abu merupakan kelompok butir-butir terletak menonjol ditengah kornea. Penyebabnya tidak diketahui dan diduga disebabkan oleh virus. Gejala terletak superfisial dan dapat nampak dengan fluoresen. Keluhan ringan berupa fotofo fot ofobi biaa dan dan gangg ganggua uann peng pengli liha hata tan. n. Pen Pengo gobat batan an ber berup upaa air air ma mata ta buat buatan an,, kortikosteroid. Dapat kambuh dalam waktu yang lama. c. Ker Kerat atit itis is pu pungt ngtat ataa sube subepi pite tell Keratitis tekumpul didaerah membran bowman. Pada keratitis biasanya bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihat gejala kelainan konjungtiva konjungtiva ataupun ataupun tanda akut yang biasanya terjadi pada dewasa muda. 2.22.6 Tat 2. ataalaksan sana
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
26
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Tatalaksana Tatal aksana dilakuka dilakukann untuk eradikasi penyebab infeksi secara agresif dengan obat tetes maupun oral. Beratnya kerusakan oleh infeksi bakteri dan reaksi inflamasi, biasanya pasien keratitis harus segera dirujuk ke dokter spesialis mata. Pemberian terapi antibiotik biasanya disesuaikan dengan kuman penyebab, sehingga dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut dengan fasilitas yang lebih lengkap. Tetes mata sikloplegik dapat digunakan untuk mengurangi fotofobia.1 2.22.7 Kompl 2. pliikas asii Kompli Kom plikasi kasi terseri tersering ng pad padaa kerati keratitis tis adal adalah ah tum tumbuhn buhnya ya jaring jaringan an par parut. ut. Den Dengan gan adanya tumbuhnya jaringan parut, hal tersebut dapat menyebabkan penurunan tajam penglihatan ringan sampai berat. Hal ini juga bergantung pada letak lesi terhadap aksis visual. Keratitis infeksi yang tidak ditangani secara baik dapat meluas mencapai seluruh bagian kornea. Hal tersebut dapat mengakibatkan perforasi kornea sehingga dapat meningkatkan risiko masuknya infeksi pada bagian dalam bola mata. Dengan itu dapat mengakibatkan hilangnya fungsi penglihatan serta integritas bola mata karena terjadi endoftalmitis atau panoftalmitis.1
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
27
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
RINGKASAN DAN PEMBAHASAN KASUS
I. Ringkasan
Telah diperiksa pasien bernama Tn. MR berusia 28 tahun dengan keluhan mata kanan terasa mengganjal. Dari anamnesis didapatkan:
Keluhan utama: Mata kanan terasa mengganjal sejak 1 minggu SMRS.
Kelu Ke luha hann ta tamb mbaha ahan: n: Ma Mata ta kanan kanan me merah rah,, berai berair, r, meng mengel elua uarka rkann sek sekret ret,, kelo kelopa pakk teras terasaa bengkak, nyeri dan kadang pandangan kabur. Mata kanan cenderung menutup untuk meredakan keluhan. Riwayat kebiasaan: Pasien setiap hari bekerja sebagai pekerja proyek bangunan dan tidak pernah menggunakan alat pelindung mata. Setiap harinya pasien naik motor jika hendak berpergian. Pasien merupakan perokok aktif sejak SMA hingga sekarang, sehari dapat menghabiskan 1 bungkus Dari pemeriksaan fisik: Tanda-tanda vital: dalam batas normal Dari pemeriksaan subjektif: o
VOD: 0,8 F2
o
VOS: 0,8 F1
4. Da Dari ri peme pemeri riksa ksaan an obje objekt ktif if:: o
OD
Pemeriksaan Pemeri ksaan objektif: injeksi siliar pada konjungtiv konjungtivaa bulbi bulbi,, kornea tampak sedikit keruh
o
OS
Dalam batas normal
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
28
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
OD
OS
VOD: 0,8 F2 VOS: 0,8 F1 Pemeri Pem eriksa ksaan an obj objekt ektif if : inje injeksi ksi sili siliar ar pad padaa Pemeriksaan objektif: dalam batas normal konjungt konj ungtiva iva bul bulbi, bi, korn kornea ea tam tampak pak sedikit sedikit keruh
II. II. Pemb Pembah ahas asan an
A. Diagnos Diagnosaa Kerja Diagnosa kerja keratitis pungtata superfisialis ec. Corpus alienum dapat ditegakkan sebagai berikut: Rekam Medis/Status Pasien Anamnesis:
Teori Keratitis Pungtata Superfisial Tanda dan gejala:
Mata mengganjal Mata merah Maat berair Mata nyeri Pandangan kabur
Mata merah √ Hiperlakrimasi √ Nyeri √ Sensasi benda asing √ Fotofobia √
Fotofobia Mata cenderung menutup-berkedip
Blefarospame √
Riwayat: Keluhan seperti ini (-) Trauma debu pasir dilingkungan kerja (+) Operasi mata (-) Lensa kontak (-) Penggunaan obat-obatan tertentu (-) Sering terpapar matahari (+)
Faktor risiko seperti riwayat trauma √, penyakit kornea sebelumnya, pembedahan kornea, lensa kontak, penggunaan obat kortikostreoid dan seringnya terpapar UV √
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
Sesuai dengan teori 29
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Fisik:
VOD: 0,8 F2
Penurunan Visus √ Hiperemis √ Injeksi konjungtiva dan sklera √ Edema stroma X Lipatan membrane descement X Uveitits anterior X Hipopion X
Injeksi siliar (+),
Pemeriksaan Fisik Tambahan:
Infiltrat pada kornea.
Sesuai dengan teori Pemeriksaan Fisik Tambahan:
Keratitis Pungtata Superfisial Etiologi: infeksi bakteri, virus, sinar UV, dry eye Kekeruhan atau infiltrat berada di permukaan lensa, multipel dan kecilkecil Tes flouresennya (+)
B. Ta Tata tala laks ksan anaa Tatalaksana utama untuk pasien dengan keratitis terutama keratitis pungtata superfisial ec. susp. infeksi bakteri dapat dibagi menjadi 3 yaitu terapi farmakologi, non-farmakologi dan eduka edu kasi si.. Un Untu tukk tera terapi pi fa farm rmako akolo logi gi,, dapat dapat diber diberik ikan an terap terapii Ch Chlo lora ramf mfeni enico coll Ey Eyee dro drop, p, Tobramicin Tobrami cin 0.3% eye drop, levofl levofloksasin oksasin 0,5% eye drop, Carboxylme Carboxylmethyll thyll cellul cellulose ose sodium 0,5% eye drop sebagai pelumas mata dan analgesik sistemik berupa asam mefenamat. Verbant dapat di lakukan sebagai terapi non-farmakologi. Dan untuk edukasinya, perlu dijelaskan mengenai penyakit yang diderita pasien yaitu keratitis dari penyebab, tanda dan gejala, penangan serta komplikasi yang mnungkin akan terjadi, petunjuk penggunaan obat dan cara mencegah penularannya.
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
30
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
KESIMPULAN
Keratitis merupakan suatu inflamasi yang terjadi pada kornea. Hal ini disebabkan oleh infeksi oleh mikroorganisme maupun akibat non-infeksi karena proses autoimun. Jika kornea mengalami luka akibat trauma, infeksi atau inflamasi akan terjadi gangguan pada integritas jaringan kornea sehingga terjadi kekeruhan yang bersifat permanen pada umumnya. Bahkan dapat menyebabkan kerusakan bola mata pada kasus-kasus yang berat. Gejala yang biasa dikeluhkan pasien dengan diagnosa keratitis berupa hiperlakrimasi, foto fobia, penglihatan kabur, mata merah, nyeri, blefarospasme dan injeksi pada konjungtiva dan sklera. Penglihatan kabur atau buram yang dikeluhkan pasien biasanya adalah buram berkabut. Tatalaksana keratitis dilakukan untuk mengeradikasi bakteri penyebabnya secara agresif. Pemberian Pember ian obat antibioti antibiotika ka empir empiris is dan berspekt berspektrum rum luas dapat menjadi piliha pilihann tetes mata atau oral untuk pasien dengan keratitis. Pemberian tetes mata siklopegik juga merupakan pengobatan tambahan untuk mencegah komplikasi dan mengurangi fotofobia yang dirasakan pasien.
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
31
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitoru Sitoruss RS R, Sitompul R, Widyawati Widyawati S, Bani A. Buku aja ajarr oftalmol oftalmologi. ogi. Perta Pertama. ma. Jakarta Jakarta:: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. 2. Moore LK, Dalley FA. Clinically Oriented Anatom Anatomy. y. 7th ed. Philadelpia; 2014. 3. Riordan-Eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury’s general opthalmology. 18th ed. United States: Mc Graw Hill Education Lange; 2011. 4. Bwo Bwolin lingg B. Kanski Kanski’s ’s clinic clinical al oph ophtha thalmo lmolog logyy a syst systemi emicc app approac roach. h. 8th ed. Phi Philad ladelp elpia: ia: Elsevier; 2016. 5. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013;
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Rumah Sakit Bhayangkara Semarang Periode 20 Mei – 30 Juni 2019
32
View more...
Comments