Laporan Kasus Kejang Demam
April 24, 2019 | Author: Agnes Cecilia | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Kasus Kejang Demam...
Description
LAPORAN KASUS KEJANG DEMAM
Disusun oleh :
Agnes Cecilia Anggoman 0661050096
Pembimbing :
dr. Tri Yanti, Sp.A
Kepaniteraan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi Universitas Kristen Indonesia Jakarta 2013
STATUS PASIEN
I.
Identitas Pasien
MR No.
: 03.34.64.27
Nama
: An. R
•
•
•
Umur
: 3 tahun
•
Jenis kelamin
: laki-laki
•
Agama
: islam
•
Alamat
: Jl. Tanjakan Auri Gempol RT/RW 11/02
II.
Identitas Orang Tua
Ayah
Ibu
Nama
Tn. H
Ny. S
Umur
32 thn
33 thn
Pekerjaan
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Agama
Islam
Islam
Perkawinan
1
1
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
III.
Anamnesa
Keluhan Utama
:
Kejang
Keluhan tambahan
:
Demam dan batuk
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RSUD Bekasi dengan keluhan kejang sejak kurang lebih 8 jam sebelum masuk RS. Kejang yang terjadi sebanyak 1 kali. Lamanya kejang sekitar 10 menit. Saat kejang tangan pasien
kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam tetapi tidak terlalu tinggi. Dan ini merupakan serangan kejang yang kedua, serangan pertama waktu umur pasien 1 tahun setengah.
Demam terjadi sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam muncul tiba-tiba dan dirasakan terus menerus tetapi tidak terlalu tinggi. Tetapi pasien tetap membawa anaknya berobat ke klinik dan diberi obat penurun panas namun tidak ada perbaikan. Setelah itu pasien ke dokter umum lagi yang biasa diberi obat panas tetapi di suruh minum obatnya 5 jam lagi karena pasien baru minum obat panas dari klinik. Tetapi tidak lama kemudian pasien kejang dan di bawa ke klinik dekat rumah dan kemudian setelah sadar baru pasien di bawa ke RS.
Pasien juga batuk sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk RS bersamaan dengan demam. Batuknya tidak berdahak. batuknya jarang dan tidak menentu. Tidak ada pilek, sakit telinga maupun cairan yang keluar dari telinga. Buang air besar dan air kecil tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah mengalami kejang yang didahului demam pada umur 1 tahun setengah dan pernah sakit campak waktu umur 1 tahun. Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Alergi
-
Difteri
-
Peny. Jantung
-
Cacingan
-
Diare
-
Peny. Ginjal
-
Demam berdarah
-
Kejang
1.5 thn
Peny. Darah
-
demam Demam tifoid
-
Kecelakaan
-
Radang Paru
-
Otitis
-
Morbili
1 thn
Tuberculosis
-
Parotitis
-
Operasi
-
Asma
-
Riwayat Penyakit Keluarga Kedua orangtua pasien tidak memiliki riwayat kejang demam pada masa kanak kanaknya. Tetapi kakak perempuan dari ibu memunyai riwayat kejang demam waktu umur 1 tahun.
Riwayat Kehamilan : Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan. Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-), BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).
Riwayat Kelahiran : Cara lahir
: spontan
Tempat lahir
: rumah bersalin
Ditolong oleh
: bidan
Masa gestasi
: cukup bulan
Berat lahir
: 3400 gram
Panjang lahir
: 50 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
Kelainan bawaan : (-)
Riwayat imunisasi : Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal. Vaksin
Umur 0 bulan
1 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
9 bulan
18 bulan
BCG
√
DPT
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Polio
√
Campak
√
Hepatitis B
√
Riwayat tumbuh kembang: •
Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
•
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
•
Psikomotor : * Duduk
: 8 bulan
* Berdiri
: 9 bulan
* Berjalan
: 13 bulan
Riwayat makanan :
ASI sejak lahir sampai umur 20 bulan Frekuensi 4-6 kali perhari
Makan pisang sejak umur 1 bulan Frekuensi 2 hari sekali
Makan nasi tim umur 6 bulan
Frekuensi 2 kali sehari Kesimpulan : kualitas dan kuantitas cukup
Data Perumahan Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah tembok, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur. Terdapat jamban keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan lingkungan jarak antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari, pertukaran udara dan kebersihan rumah kurang. Terdapat penerangan listrik.
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 20 Februari 2013
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang, tidak sesak
Kesadaran
: kompos mentis
Frekwensi Nadi
: 103 x/menit (reguler,kuat angkat)
Frekwensi Pernafasan
: 26 x/menit (reguler)
Suhu tubuh
: 36,2
Data Antropoemetri
C
°
√ Berat Badan
: 18 kg
√ Tinggi Badan
: tidak diketahui
Kepala •
Kepala
: bulat, normocephli
•
Rambut
: Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
•
Mata
: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil isokor, simetris, refleks cahaya +/+, edem palpebra -/-
•
Telinga
: Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-, sekret -/-
•
Hidung
: Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-), pernafasan cuping hidung (-)
•
Bibir
: Mukosa bibir kering, sianosis (-)
•
Gigi geligi
: tidak ada kelainan
•
Lidah
: tidak kotor
•
Tonsil
: T1 – T1, tenang : tenang, tidak hiperemis
•
Faring
: tidak hiperemis
•
Leher
: Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar
Toraks •
Inspeksi
: Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris Retraksi (-)
•
Palpasi
: Vokal fremitus kiri dan kanan sama
•
Perkusi
: Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
•
Auskultasi
: Bising napas dasar vesikuler Ronki -/-, Wheezing -/Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen •
Inspeksi
: Perut tampak datar
•
Auskultasi
: Bising usus (+) normal : 4x/menit
•
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali cepat,
limpa dan hepar tidak teraba membesar •
Perkusi
: Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)
Kulit
: ikterik (-), petechie (-)
Ekstremitas
: Bentuk biasa, deformitas (-),Akral hangat, sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 20 Februari 2013
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Leukosit
5.1
HB
9.5
Hematokrit
28.5
Trombosit
234
V. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan kejang yang terjadi sebanyak 1 kali. Lamanya kejang sekitar 10 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari
mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien mengalami demam tetapi tidak terlalu tinggi. Dan ini merupakan serangan kejang yang kedua, serangan pertama waktu umur pasien 1 tahun setengah. ± 1 hari SMRS pasien demam dan batuk. Demam VI.
Diagnosa Kerja •
Kejang demam sederhana
•
ISPA
•
Anemia
VII. •
Diagnosa Banding
Kejang demam kompleks
VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap •
Diet
: biasa
•
IVFD : KA EN 3 B 12 tetes per menit
•
MM
: - paracetamol 10 mg/kgBB/kali -
Diazepam 0,3 mg/kgbb/8 jam
-
Ambroxol
IX. PEMERIKSAAN ANJURAN
Elektrolit ulang
H2TL
EEG setelah 1 minggu bebas demam untuk mencari penyebab lain dari kejang
X. PROGNOSIS
Ad Vitam
: Dubia ad bonam
Ad Fungsionam
: Dubia ad bonam
Ad Sanationam
: Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA KEJANG DEMAM DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu (1)
badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.
Kejang demam dapat juga
didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial, kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin (7)
Shigella.
Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu
yang lebih dari 38ºC, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun (3)
ganguan metabolic sistemik akut.
Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai (1)
demam . Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonikklonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari 15 menit
(1,8)
.
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi anak berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang (4)
. Kejang demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan
anak perempuan
(1)
.
ETIOLOGI
Etiologi dan patogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi umur anak, tingginya dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang
(1)
. Faktor hereditas juga mempunyai peranan yaitu 8-22 % anak yang mengalami
kejang demam memiliki orangtua yang memiliki riwayat kejang demam pada masa kecilnya
(1)
.
Kejang demam biasanya diawali dengan infeksi virus atau bakteri. Penyakit yang paling sering dijumpai menyertai kejang demam adalah penyakit infeksi saluran pernapasan, otitis media, dan gastroenteritis
(6)
.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297 anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %. (1)
Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) . PATOFISIOLOGI
(1,5)
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari glukosa yang melalui proses oksidasi oleh oksigen.
o
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak 20%. Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui membran, sehingga terjadi lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter dan menyebabkan terjadinya kejang. Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. o
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 C, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu o
40 C atau lebih. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga kebutuhan oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel neuron otak yang berdampak pada terjadinya kelainan neurologis. MANIFESTASI KLINIS
Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang (1)
dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya . Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan dapat menunjukkan gejala sianosis
(1)
.
Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat. Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik),
maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya
(8)
.
KLASIFIKASI
Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone
(1)
A. Kejang Demam Sederhana: 1. Kejang bersifat umum 2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit) 3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun 4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun 5. Pemeriksaan EEG normal
B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam: 1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal 2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama 3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun 4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya abnormal
Sedangkan menurut Fukuyama kejang demam dibagi menjadi
(1)
:
A. Kejang Demam Sederhana: 1. Riwayat penyakit keluarga penderita tidak ada yang mengidap epilepsi 2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun 3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan-6 tahun 4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit 5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang 7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan 8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
B. Kejang Demam Kompleks Kejang demam yang tidak memenuhi kriteria di atas digolongkan sebagai kejang demam kompleks Sekitar 80-90 % dari keseluruhan kasus kejang demam adalah kejang demam sederhana (1)
.
1.
2.
Kejang demam sederhana -
Kejang berlangsung singkat < 15 menit
-
Kejang umum tonik dan atau klonik
-
Akan berhenti sendiri
-
Tanpa gangguan fokal atau berulang dalam waktu 24 jam
Kejang demam kompleks -
Kejang lama > 15 menit
-
Kejang fokal atau parsial 1 sisi (kejang umum didahului kejang parsial)
-
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
DIAGNOSIS
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan (4)
adanya lesi struktural pada sistem saraf misalnya epilepsy . Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.
Anamnesis
(5)
1. Kesadaran sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningitis encephalitis) 2. Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi) 3. Riwayat demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik turun) 4. Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis) 5. Waktu terjadinya kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang 6. Sifat kejang (fokal atau umum) 7. Bentuk kejang (tonik, klonik, tonik-klonik) 8. Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau epilepsi) 9. Riwayat keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan 10. Trauma (5)
Pemeriksaan Fisik
1. Temperature tubuh 2. Pemeriksaan untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (infeksi saluran napas, otitis media, gastroenteritis) 3. Pemeriksaan reflex patologis 4. Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningitis, encephalitis) Pemeriksaan Penunjang
(5,6)
1. Pemeriksaan elektrolit, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal untuk menyingkirkan gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan homeostasis apabila pada anamnesis ditemukan riwayat muntah, diare, gangguan asupan cairan, dan gejala dehidrasi.
2. Pemeriksaan Cerebro Spinal Fluid (CSF) untuk menyingkirkan diagnosis meningitis encephalitis apabila anak berusia kurang dari 12 bulan, memiliki tanda rangsang meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah demam 3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural berupa kompleks tunggal atau multipel. 4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik maupun
memprediksikan
terjadinya
kejang
yang
berulang,
tapi
dapat
dipertimbangkan pada kejang demam kompleks.
TATALAKSANA
(1,10)
A. Antipiretik dan Antibiotik Antipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat diberikan paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Antibiotik untuk mengatasi infeksi yang menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.
B. Penanganan Kejang pada Neonatus Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas. Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara: KEJANG 30 menit
Luminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5 menit
KEJANG (+) Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat diulangi lagi jarak 30 menit bila masih kejang.
KEJANG (+) Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan 0.5-1 mg/kgBB/menit) KEJANG (-)
Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal dari awal.
C. Penanganan Kejang pada Anak Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas. Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
KEJANG 5 menit
Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:
Berat badan ≤ 10 kg: 5 mg Berat badan > 10 kg: 10 mg KEJANG (+) Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.
DI RS Cari akses vena Periksa laboratorium (darah tepi, Na, Ca, Mg, Ureum, Kreatinin)
KEJANG (+) Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB
(kecepatan 0.5-1 mg/menit)
KEJANG (-)
KEJANG (+)
Berikan terapi rumatan bila
Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBB (dengan kecepatan 0.5-1 mg/menit)
penyebab kejang diperkirakan infeksi intrakranial. Berikan fenobarbital 8-10 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis.
KEJANG (-) Rumatan fenitoin IV 5-7 mg/kgBB/hari 12 jam kemudian
KEJANG (+) Transfer ke ICU
Selama 2 hari selanjutnya 4-5 mg/kgBB/hari sampai resiko kejang tidak ada.
.
Koreksi Hipokalemia (FCCS) Kadar K
Koreksi
3-3,5 mEq/L
KCL per oral 75 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis (1-3mEq.kg.hari) atau 0,25 mEq/kg IV KCL dalam 1 jam
2,5-3 mEq/L
0,5 mEq/kg IV KCL dalam 2 jam (rogers: dalam 1 jam)
View more...
Comments