Laporan Kasus Kejang Demam Sederhana
April 24, 2019 | Author: nina amelinda | Category: N/A
Short Description
-...
Description
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus “
Kejang Demam Sederhan ini tepat pada waktunya. ”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang membaca, agar penulis dapat mengkoreksi dan dapat membuat laporan kasus yang lebih baik kedepannya. Demikianlah laporan kasus ini dibuat sebagai tugas dari kegiatan klinis di stase Pediatri serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, Juni 2017
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… PENGANTAR…………………………………………………………………………1 1 DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..2 ISI…………………………………………………………………………………..2 BAB I : LAPORAN KASUS 1.1
Identitas………………………………………………………………………..3 Identitas……………………………………………………………………… ..3
1.2
Anamnesis……………………………………………………………………..4 Anamnesis……………………………………………………………………..4
1.3
Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………..8
1.4
Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………12 Penunjang………………………………………………………12
1.5
Resume………………………………………………… Resume…………………………………………………......... .........…………… ……………....13 ....13
1.6
Assesment………………………………………………… Assesment…………………………………………………......... .........…………… ……………13 13
1.7
Diagnosa Kerja……………………………………………………………….13 Kerja……………………………………………………………….13
1.8
Penatalaksanaan………………………………………………………………14 Penatalaksanaan……………………………………………………………… 14
1.9
Follow Up………………………………………………… Up…………………………………………………......... .........…………… ……………15 15
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi………………………………………………………………………….16 Definisi………………………………………………………………………….16 2.2. Etiologi………………………………………………………………………….16 Etiologi………………………………………………………………………….16 2.3. Patofisiologi...………………………………………………………………… Patofisiologi... …………………………………………………………………..18 ..18 2.4. Diagnosis Klinis……………………………………………………………… Klinis………………………………………………………………..20 ..20 2.5. Penatalaksanaan………………………………………………………………...23 Penatalaksanaan………………………………………………………………...23 BAB III : ANALISIS MASALAH …………………………………………………………30 DAFTAR PUSTAK A……………………………………………………………………….32 A……………………………………………………………………….32
2
BAB I STATUS PASIEN 1.1 IDENTITAS PASIEN
No Rekam Medik
: 00 92 50 **
Nama
: An. MD
Jenis Kelamin
: Laki-laki
TTL
: Jakarta, 29 Juli 2013
Usia
: 3 tahun 11 bulan
Alamat
: Jl. Lagoa Trs GG V B 11/10, Jakarta Utara
Tanggal Masuk RS
: 28 Juni 2017
Ruang Perawatan
: Paviliun Badar
No Kamar
: 13
Dokter Anak
: dr. Fahmi Hasan, Sp.A
3
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis di Bangsal pada tanggal 28 Juni 2017
Keluhan Utama
: Kejang
Keluhan Tambahan
: Demam, batuk, pilek.
Riwayat Penyakit Sekarang
: 3 hari SMRS, OS batuk dan pilek dan diikuti dengan demam sejak 2 hari SMRS. ± 1 jam SMRS ot OS mengatakan OS masih demam tinggi lalu kejang sebanyak satu kali, kejang selama 15 menit. - Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus. - Kejang fokal. - Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
24
- Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam. - Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan. - Kejang demam > 4 kali per tahun. Sebagian besar peneliti setuju bahwa kejang demam > 15 menit merupakan indikasi pengobatan rumat. Kelainan neurologis tidak nyata misalnya keterlambatan perkembangan ringan bukan merupakanindikasi pengobatan rumat. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukkan bahwa anak mempunyai fokus organik.
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan terhadap kasus selektif dandalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40 % - 50 % kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus,terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsihati. Dosis asam valproat 15 – 40 mg/kgBB/hari dalam 2 – 3 dosis, dan fenobarbital 3 – 4mg/kgBB/hari dalam 1 – 2 dosis.
Edukasi Pada Orang Tua
(4)
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya : a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik. b. Memberitahukan cara penanganan kejang.
25
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali. d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat.
Beberapa Hal Yang Harus Dikerjakan Bila Kembali Kejang (2)
a. Tetap tenang dan tidak panik. b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher. c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut. d. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang. e. Tetap bersama pasien selama kejang. f. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti. g. Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
Vaksinasi (2)
Sejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak yang mengalamin kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6 – 9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, sedangkan setelah vaksinasi MMR 25 – 34 per 100.000 anak. Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.
26
2.11
Prognosis dan Komplikasi
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian. a. Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan. Perkembanganmental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitianlain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainanini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal (4). Kejang yang lebih dari 15 menit, bahkan ada yang mengatakan lebih dari 10 menit, diduga biasanya telah menimbulkan kelainan saraf yang menetap(2). Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi (3,5) : 1.
Kejang demam berulang dengan frekuensi berkisar antara 25 % - 50 %. Umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.
2.
Epilepsi Resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.
3.
Kelainan motorik
4.
Gangguan mental dan belajar
b. Kemungkinan mengalami kematian Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan c. Kemungkinan Berulangnya Kejang Demam
(4)
.
(4)
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang demam adalah : 1.
Riwayat kejang demam dalam keluarga
2.
Usia kurang dari 12 bulan
3.
Temperatur yang rendah saat kejang
27
4.
Cepatnya kejang setelah demam
Bila seluruh faktor diatas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80 %, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10 % - 15 %. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama. (4)
Faktor resiko menjadi epilepsi adalah : 1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama. 2. Kejang demam kompleks. 3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung Masing – masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4 % - 6 %, kombinasi dari faktor resiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10 % - 49 %. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.
28
BAB III ANALISIS MASALAH
Pada pasien disebut kejang demam sederhana karena berdasarkan definisi usia pasien saat terjadinya kejang adalah 1 tahun dan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu aksila 39,8 o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Selain itu kejang yang terjadi pada pasien terjadi selama 3 menit, hanya terjadi 1 x selama 24 jam, sifat kejang umum, kedua tangan dan tungkai kaku lurus menghentak, jari jari tangan mengepal, bola mata melihat keatas, gigi terkunci, dan tidak keluar busa dari mulut. Setelah kejang pasien langsung menangis dan tidak ada penurunan kesadaran.
Penyebab terjadinya kejang pada kasus ini karena kenaikan suhu atau demam dan penyebab dari demam pada pasien ini dikarenakan adanya infeksi saluran pernapasan (pada pasien terjadi batuk dan pilek).
Berdasarkan epidemiologi 80% kejang merupakan kejang demam sederhana, pada kasus kejang demam terjadi pada usia 1 tahun bisa terjadi risiko terjadinya kejang demam kedua sebesar 30%.
Dilihat dari faktor risiko terjadinya kejang demam, selain demam faktor risiko tambahan terjadinya kejang demam pada pasien karena riwayat kejang demam yang pernah terjadi pada orang tua pasien.
Diagnosis yang ditegakkan pada pasien berdasarkan -
Anamnesis: Pada pasien jenis kejang: kejang umum dengan durasi 3 menit, suhu saat kejang 39,5 C. dan terdapat riwayat kejang pada keluarga
29
-
Pemeriksaan fisik: Pada pasien terdapat demam S: 38,4 C, tidak ada penurunan
kesadaran,
tidak
ada
tanda-tanda
peningkatan
TIK,
dan
pemeriksaan neurologis normal serta tanda rangsang meningeal negatif. -
Pemeriksaan Penunjang: Hasil pemeriksaan hematologi rutin ditemukan leukosit meningkat, tidak diindikasikan untuk dilakukan lumbal pungsi, EEG, dan pemeriksaan radiologi.
Tata laksana pasien saat kejang tidak diberikan obat kejang, karena kondisi terjadinya kejang di rumah dan orang tua tidak mengerti. Sedangkan terapi yang diberikan saat di rumah sakit yaitu antipiretik (paracetamol 150 mg) dan atikonvulsan (diazepam tab 1 mg). Fungsi diberikan antipiretik untuk menurunkan demam dan antikonvulsan untuk menurunkan risiko berulangnya kejang. Terapi rumatan tidak diberikan karena tidak ada indikasi diberikan obat tersebut.
Kemungkinan prognosis baik dengan penanganan dan penanggulangan yang baik.
30
View more...
Comments