laporan kasus ischialgia
October 26, 2017 | Author: deviinatalia | Category: N/A
Short Description
Download laporan kasus ischialgia...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perubahan masa dan perubahan zaman yang cepat, menuntut orang untuk bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hiupnya. Tuntunan itu dapat menimbulkan beberapa sikap tubuh tidak disadari oleh penderitaannya, terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan sehari-hari dan bekerja. Nyeri pinggang juga dapat menurunkan produktivitas manusia. Daerah punggung bawah bagian lumbal di syarafi oleh Nervus Ischiadicus yang merupakan syaraf perifer paling besar yang terdiri dari serabut-serabut saraf Spinal L4 - S3. Nervus Ischiadicus jika terjadi penekanan oleh neoplasma atau osteofit di Spina Ischiadicus akan menimbulkan nyeri yang terasa menjalar di sepanjang perjalanan. Nervus Ischiadicus yang disebut nyeri Ischialgia (Priguna, 1988). Penyakit Ischialgia akibat Spondiloarthritis maka penyebab timbulnya kelainan adalah proses degenerasi yang erat hubungannya dengan adanya trauma atau proses ketuaan. Proses degeneratif ini dimulai dari Discus Intervertebralis yaitu timbulnya proses dehidrasi dan berkurangnya kekenyalan Nucleus pulposus disertai degenerasi Fibriler dan Annulus fibrosu kehilangan elastisitasnya. Akibat proses ini pada korpus vertebralis di bagian tulang khondral yang menghadap kearah nucleus pulposus mengeras dan melebar, berbentuk osteofit di ujung-ujung tulang. Sehingga merangsang ligamentum dan jaringan Myofascia yang sangat peka terhadap rangsangan sehingga timbul rasa nyeri di daerah tersebut ( TITAFI, 1988).
Penekanan rasa nyeri syaraf Ischiadicus biasanya timbul rasa nyeri sepanjang perjalanan syarafnya, adnya spasme pada otot pinggang, adanya keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada trunk, adanya kelemahan otot yang disyarafi beberapa problematik fisioterapi. Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan terapi kesehatan yang dapat melakukan tindakan terapi pada kondisi ini dengan menggunakan Short Wave Diathermy (SWD).Trans Electrical Nerve Stimulation (TENS) sebagai modalitasnya dan Willium Flexi Exercise sebagai latihannya.
1.2
Tujuan Penulisan 1.2.1
Tujuan Umum Mengetahui
penantalaksanaan
Fisioterapi
pada
kondisi
Ischialgia.
1.2.2
Tujuan Khusus Untuk memenuhi tugas akhir praktikum lapangan dalam penulisan makalah dan laporan kasus mahasiswa program Binawan di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta.
1.3
Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Ischialgia? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Ischialgia? 3. Gejala apa yang ditimbulkan dari ischialgia? 4. Bagaimana intervensi fisioterapi pada pasien dengan kasus Ischialgia?
1.4
Manfaat Penulisan 1.4.1
Bagi penulis Mengetahui
proses
asuhan
fisioterapi
pada
kasus
musculoskletal dengan masalah pada Ischialgia secara teoritis dan klinis serta mengaplikasikannya dalam praktek secara baik dan benar.
1.4.2
Bagi mahasiswa/I fisioterapi Menjadi bahan masukan dalam menambah pengetahuan sebagai upaya memberikan pelayanan fisioterapi yang lebih baik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Ischialgia Iskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf iskidikus (Cailliet,1981). Ischialgia sebagai gejala nyeri yang timbul akibat perangsangan nervus ischiadicus (Soemarmo Markam, 1982). Ischialgia sebagai nyeri di daerah pangkal paha (Kamus Kedokteran, 1983).
Ischialgia sebagai nyeri yang berpangkal pada daerah lumbosakralis yang menjalar ke pantat dan selanjutnya ke bagian posterolateral tungkai atas, bagian lateral tungkai bawah, serta bagian lateral kaki (Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta, 1978).
Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus iskhiadikus (Sidharta,1999). Menurut Sidharta (1999) iskhialgia dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Iskhialgia sebagai perwujudan neuritis iskhiadikus primer Iskhialgia akibat neuritis iskhiadikus primer adalah ketika nervus iskhiadikus terkena proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis iskhiadikus primer adalah nyeri yang dirasakan bertolak dari daerah sakrum dan sendi panggul, tepatnya di foramen infra piriformis atau incisura iskhiadika
dan menjalar sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis. Nyeri tekan ditemukan pada incisura iskhiadika dan sepanjangspasium poplitea pada tahap akut. Juga tendon archiles dan otot tibialis anterior dan peroneus longus terasa nyeri pada penekanan. Kelemahan otot tidak seberat nyeri sepanjang tungkai. Karena nyeri itu maka tungkai di fleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah hebat. Tanda-tanda skoliosis kompensatorik sering dijumpai pada iskhialgia jenis ini. Diagnosa neuritis iskhiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan pada otot tibialis anterior dan peroneus longus. Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan disepanjang nervus iskhiadikus, tetapi di dekat bagian nervus iskhiadikus yang terjebak saja. Timbul nyerinya akut dan tidak disertai adanya nyeri pada punggung bawah merupakan ciri neuritis primer berbeda dengan iskhialgia yang disebabkan oleh problem diskogenik. Reflek tendon archiles dan tendon lutut biasanya tidak terganggu.
2. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis atau radikulopati Pada iskhialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh tumor, nukleus pulposus yang menjebol ke dalam kanalis vertebralis maupun osteofit atau peradangan (rematois tuberkulosa)
spondilitis yang
angkilopoetika,
bersifat
sebagainya terjadi radikulopati.
menindihi,
herpes
zoster,
menjerat
dan
Pola umum iskhialgia adalah nyeri seperti sakit gigi atau nyeri hebat yang dirasakan bertolak dari vertebra lumbosakralis dan menjalar menurut perjalanan nervus iskhiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus atau nervus tibialis. Makin jauh ke tepi nyeri makin tidak begitu hebat, namun parestesia atau hipoastesia sering dirasakan. Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain: nyeri pada punggung bawah selalu mendahului iskhialgia, kegiatan yang menimbulkan peninggian tekanan intra spinal seperti batuk, bersin dan mengejan memprofokasi adanya iskhialgia, faktor trauma hampir selamanya dapat ditelusuri, kecuali
kalau
proses
neoplasmik
atau
infeksi
yang
bertanggung jawab. Adapun data diagnostik non fisik yang bersifat umum adalah : kurva lordosis pada lumbosakral yang mendatar, vertebra lumbosakral memperlihatkan fiksasi, nyeri tekan pada salah satu ruas vertebra lumbosakralis hampir selalu ditemukan, test lasegue hampir selalu positif pada derajat kurang dari 70, tesr naffziger dan valsava hampir selalu positif. Data anamnestik dan diagnostik fisik yang bersifat spesifik berarti informasi yang mengarahkan ke suatu jenis proses patologik atau yang mengungkapkan lokasi di dalam vertebra lumbosakralis atau topografi radiks terhadap lesi yang merangsangnya.
3. Iskhialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis Unsur-unsur nervus iskhiadikus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1, S2 dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di fasies pelvina os sakri. Di situ pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal membentuk nervus iskhiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar. Selanjutnya dalam perjalanannya ke tepi nervus iskhiadikus dapat terjebak dalam bangunan-bangunan yang dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi oleh sel-sel karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarkoma retroperineal. Di garis persendian sakroiliaka komponenkomponen pleksus lumbosakralis sedang membentuk nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis). Di foramen infra piriformis nervus iskhiadikus dapat terjebak oleh bursitis otot piriformis. Dalam trayek selanjutnya nervus iskhiadikus dapat terlibat dalam bursitis di sekitar trochantor major femoris. Dan pada trayek itu juga, nervus iskhiadikus dapat terganggu oleh adanya penjalaran atau metastase karsinoma prostat yang sudaj bersarang pada tuber iskhii. Simtomatologi entrapment neuritis iskhiadika sebenarnya sederhana
yaitu
pada
tempat
bergandengan dengan iskhiagia.
proses
patologik
yang
2.2
Etiologi Herniated disc Lumbar spinal stenosis Spondylolisthesis Trauma Sindrom piriformis Tumor tulang belakang
2.3
Patologi Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan nervus ischiadicus L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen infrapiriformis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus cum nervus
poroneus
dan
nervus
tibialis
harus
di
curigaisebagai
manifestasiischiadicus primer atau entrapment neuritis dengan tempat jebakan di daerah sacroiliaca. Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di sekitarnya. Nyeri atau rasa tidak enak yang menjalar harus diartikan sebagai perwujudan hasil perangsangan terhadap saraf sensori. Nyeri saraf itu terasa sepanjang perjalanan saraf tepi. Ia bertolak dari tempat saraf sensorik terangsang dan menjalar berdasarkan perjalanan serabut sensorik itu ke perifer. Perangsangan terhadap berkas saraf perifer biasanya berarti
perangsangan pada saraf motorik dan sensorik.Gangguan sensibilitas yang terasa sepanjang parjalanan saraf tepi dan biasanya juga disertai gangguan motorik yang di sebut Neuritis. Neuritis di tungkai dapat terjadi oleh karena berkas saraf tertentu terkena infeksi atau terkena patologic di sekitarnya.
2.4
Manifestasi Klinik Nyeri punggung bawah Nyeri daerah bokong Rasa kaku pada punggung bawah Nyeri menjalar seperti rasa kesetrum yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
Kesemutan dan baal. Timbul kelemahan otot, dan hilangnya reflek patella dan achilles. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin dan mengangkat. 2.5
Anterolisthesis Kondisi tulang belakang di mana tubuh bagian atas dari tulang belakang, daerah berbentuk seperti Drum di bagian depan tiap vertebrae tergelincir ke depan ke vertebra (Medical Dictionary for the Health Professions and Nursing, 2012).
2.6
Anatomi dan Biomekanik Vertebra terdiri dari tujuh vertebra cervikal, dua belas vertebra thoracalis, lima vertebra lumbalis, lima vertebra sacralis, dan empat cogcygeus. Vertebra yang paling besar diantara yang lainnya adalah vertebra lumbalis dan berbentuk seperti ginjal. Procesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kampak kecil. Procesus transversusnya berbentuk panjang dan langsing. (Evelyn, 1992). Saraf spinalis L4-S3 pada fossa poplitea membelah dirinya menjadi saraf perifer yakni Nervus tibialis dan Nervus poreneus. Nervus ischiadicus keluar dari foramen ischiadicus mayor tuberositas anterior 1/3 bawah dan tengah dari SIPS kebagian dari tuberositas ischii. Tengah 2 antara tuberositas ischii dan trochanter yaitu pada saat Nervus ischiadicus keluar dari gluteus maximus berjalan melalui collum femoris. Sepanjang paha bagian belakang sampai fossa poplitea. Perjalanan Nervus Ischiadicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki percabangan antara lain:
N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula
N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polpliteal
N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah
N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles
N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki
Tulang belakang merupakan bangunan yang kompleks yang dapat dibagi menjadi 2 bagian. Dibagian ventral terdiri dari korpus vertebra yang dibatasi satu dengan lainnya oleh diskus intervertebra dan ditahan satu dengan lainnya oleh ligamentum longitudinal ventral dan dorsal. Bagian dorsal tidak begitu kuat dan terdiri atas arkus vertebra dengan lamina dan pedikel yang diikat satu dengan lainnya oleh berbagai ligamen diantaranya ligamen interspinal, ligamen intertranversa dan ligamen flavum. Pada procesus
spinosus dan tranversus melekat otot-otot yang turut menunjang dan melindungi kolum vertebra. Seluruh bangunan kolum vertebra mendapat inervasi dari cabang-cabang saraf spinal yang sebagian besar keluar dari ruangan kanalis vertebra melalui foramen intervertebra dan sebagian dari ramus meningeal yang menginervasi duramater. Diskus intervertebra dan nukleus pulposus tidak mempunyai inervasi sensibel biarpun berbatasan langsung dengan ligamen longitudinal yang mengandung serabut sensibel. Bagian lumbal merupakan bagian tulang punggung yang mempunyai kebebasan gerak yang terbesar. Tarikan tekanan dan torsi yang dialami pada gerakan-gerakan antara bagian toraks dan panggul menyebabkan daerah ini dapat mengalami cedera lebih besar daripada daerah lain, biarpun tulangtulang vertebra dan ligamen di daerah pinggang relatif lebih kokoh. Perbedaan hentakan antara tulang dengan jaringan dalam peranan mereka sebagai sendi pendukung akan menyebabkan penyakit yang karakteristik unik pada daerah yang bersangkutan. Sebagian besar lesi pada diskus lumbal adalah mengenai jaringan lunak dan sering sekali menghasilkan protrusi inti (nucleus) yang kemudian menekan akar saraf. N. Ischiadicus mempersarafi:
m. Semitendinosus
m. Semimbranosus
m. Biceps Femoris
m. Adduktor Magnus
N. Poroneus Mempersarafi
m. tibialis anterior
m. ekstensor digitorum longus
m. ekstensor halluci longus
m. digitorum brevis
m. poroneus tertius
N. Tibialis Mempersarafi
m. gastrocnemius
m. popliteus
m. soleus
m. plantaris
m. tibialis posterior
m. fleksor digitorum longus
m. fleksor hallucis longus
Hip joint merupakan sendi yang arah gerakannya sangat luas atau yang biasa disebut dengan Ball and Socked joint. Hip joint juga bagian terpenting dalam pembentuk postur seseorang dan berperan penting dalam setiap aktivitas terutama dalam berjalan. Hip joint ini terbentuk atas beberapa tulang, ligamen, dan otot dimana kesemuanya itu saling berhubungan dan saling menguatkan. Beberapa tulang pembentuk hip joint : 1) Acetabulum Acetabulum merupakan pertemuan antara os ilium, os ischium, dan os pubis yang bertugas sebagai mangkuk sendi. Dilapisi hyalin cartilage dan tertutup lagi acetabulum labrium yang merupakan fibro cartilage, keduanya tebal ditepi dan tipis di center 2) Os Femur Pada bagian Os femur terdapat dua bagian yang sangat terkait dalam pergerakan sendi Hip Joint, bagian itu adalah :
Caput femur Caput femur merupakan tulang yang berbentuk setengah bola dilapisi hyalin cartilage, kedistal sebagai collum femoris (sering fraktur), kedistal terdapat trochanter mayor dan minor, selanjutnya kedistal sebagai (shaff of) femur.
Collum Femur Collum femur merupakan processus tulang yang berbentuk piramidal yang menghubungkan corpus dengan caput femur dan membentuk sudut pada bagian medial. Sudut terbesar terjadi pada saat bayi dan akan berkurang seiring dengan pertumbuhan, sehingga pada saat pubertas akan membentuk suatu kurva pada aksis corpus kurva. Pada saat usia dewasa, collum femur membentuk
sudut
sebesar
1250
dan
bervariasi
tergantung pada perkembangan pelvis wanita lebih besar.
Ada beberapa ligament pembentuk hip joint, dimana ligamen-ligament ini sangat kuat sebagai penyambung antara acetabulum dan caput femur. Ada lima ligament terkuat pada hip joint, antara lain : 1) Ligamentum Capitis Femoris Ligament ini diliputi oleh membran sinovial yang terbentang dari fosa acetabuli dimana terdapat bantalan lemak menuju ke caput femoris, selain itu ligament ini mengandung arteria yang menuju caput femoris yang datang dari r.acetabuli arteria abturatoria. Caput femoris disuplai oleh A circumfleksa medialis dan A circumfleksa lateralis. 2) Ligamentum Pubofemoral Berasal dari crista obturatoria dan membrana obturatoria yang berdekatan. Ligament ini memamcar kedalam capsula articularis zona orbicularis pada khususnya melanjukan diri melalui jalan ini ke femoris. 3) Tranverse Acetabulum Ligament Ligament ini berfungsi menjembatani incisura acerabuli dan seluruh permukaan caput femoris.
4) Iliofemoral Ligament Berasal dari spina iliaca anterior inferior dan pinggiran acetabulum serta membentang ke linea intertrochanterica. 5) Ischiofemoral Ligament Berasal dari ischium di bawah dan berjalan hampir horizontal melewati collum femoris menuju ke perlekatan pars lateralis ligament iliofemoral. Ligament ini mencegah rotasi medial paha.
2.6.1 Biomekanik Lumbal dan Hip Gerakan dari vetikal lumbalis boleh dikatakan relatif bebas dibandingkan dengan vertebra lainnya. Hal ini oleh karena bentuk diskusnya besar dari arah foccetnya berlainan. Gerakan fleksi dari lumbal berakhir pada lumbal 4-5 dan diperkirakan 75% dari fleksi kedepan seluruhnya terjadi pada L4-S1 yang disebut lumbo sacral dan luas gerakannya merupakan terbesar dari seluruh gerakan fleksi dari vertebra spinalis (Soekarno, 1999).
2.6.1.2 Osteokinematika Lumbal
Flexi
Extensi
Lateral flexi
Rotasi
2.6.1.3 Artrokinematika Lumbal Gerakan flexi lumbal terjadi gerakan luncur ke ventral corpus dibawahnya. Processus articularis inferior bergerak ke cranio vertikal dan timbul “Gapping” atau celah. Pada gerakan flexi juga terjadi pelebaran fragmen discus intervertebralis sehingga dapat terjadi benturan processus articularis dengan
arcus vertebra. Pada gerakan lateral flexi, corpus sisi konkaf saling merapat dan terjadi gerakan luncur ke cranio medial. Gerakan rotasi lumbal, corpus vertebra superior bergerak di atas corpus vertebra inferior berlawanan arah dengan processus articularis dan processus spinosus sehingga terjadi penekanan pada nukleus dan renggang dengan arah menyilang (oblique).
2.6.1.4 Osteokinematik Hip Joint Hip merupakan sendi Ball and Socked joint sehingga gerakan sendinya sangat luas kesegala arah, adapun gerakan yang terjadi pada hip joint adalah : i.
Fleksi Otot penggerak utamanya adalah :
Iliacus : Origo : Superior 2/3 dari fossa iliaca crest, anterior
crest,
anterior
sacroiliaca,
dan
iliolumbal ligament, ala of sacrum. Insersio : tendon dari psoas major, dan body of femur
Psoas mayor : Origo
:
sides
of
vertebral
bodies
dan
conesponding intervertebralis disc of T12-L5 dan procesus transversus dari L1-L5. Insersio : Leser trochanter of femur
Sedangkan otot lain yang berhubungan dengan gerak fleksi adalah
Sartorius : Origo : anterior superior iliac spine, upper aspec of iliac notch
Insersio : Proksimal aspec of medial surface tibia ii.
Ekstensi
Gluteus Maksimus Origo : Posterior gluteal line of ilium, iliac crest, dorsum of sacrum dan cocyx, saerotuberous ligament Insersio : iliotibial tract, gluteal tuberositas femur
Semitendinosus : Origo : ishial tuberositas Insersio : Proksimal aspect of medial surface tibia
Semimembrannosus Origo : ischial tuberositas Insersio : Medial condilus tibia
Biceps Femoris : Origo : Ischial tuberositas, lateral tip of linea aspec femur dan lateral intermuscular septum Insersio : Lateral aspect of head fibula
iii.
Abduksi
Gluteus medius Origo : outer surface ilium antara dan posterior dan anterior gluteal lines Insersio : Greater trohanter femur
Gluteal Minimus : Origo : outer surface ilium antara anterior dan posterior gluteal lines Insersio : greater trohanter femur
Sedangkan otot lain yang berhubungan dengan gerakan ini adalah :
Tensor Facia Latae Origo : anterior superior iliac spine, anterior aspect of auterlip ofiliac crest Insertio: illiotibial tractus aproximately 1/3 dwon the tight
iv.
Adduksi
Adductor Magnus Origo : inferior rami of pubis dan ischium ischial tuberosity Insertio:a line fro great trochanter
to linea
aspera femur,linea aspera ,adductor tubercole , medil supra condilare line of femur
Adductor longus Origo : Anterior aspec of pubis Insersio : Linea aspera along middle 1/3 femur
Adductor brevis Origo : Inferior ramus of pubis Insersio : line lesser trohanter to linea aspera, upper portion of linea aspera
Pectineus Origo : pectineal line of pubis Insersio : Line from lesser trohanter to linea aspera
Gracilis Origo : Body and ramus of pubis Insersio : proksimal aspecct of medial surface tibia
v.
vi.
Medial rotasi
Tensor facia latae
Gluteaus minimus
Gluteus medius
Lateral rotasi
Piriformis Origo : anterior suface sacrum, sacrotuberous ligament Insersio : Freater trohanter femur
Gemellus superior Origo : iscial tuberositas Insersio : Greater trohanter femur
Obturator internus : Origo : Obturatory membran dan forament, inner surface of pelvis, inferior rami of pubis dan ischium Insersio : greater trohanter femur
Obturator Eksternus : Origo : rami of pubis dan ischium, outer surface of obturatory membran Insersio : Greater trohanter femur
Quadrratus femoris Origo : ischial tubrosity Insersio : quadrate tuberosity femur
2.7
Penatalaksanaan fisioterapi pada Ischialgia I.
Assessment a.
Anamnesa Anamnesis pada pasien ischialgia mencakup identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama, diagnosa medis, tgl operasi, jenis operasi dan tanggal pemeriksaan) dan riwayat penyakit (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu), data didapat dengan cara wawancara secara langsung pada pasien atau keluarga pasien, selain itu data dapat kita dapatkan dari dokter yang merujuk dan perawat.
b.
Inspeksi Ini dilihat sejak pasien masuk keruangan fisioterapi. Inspeksi yang dilakukan dimulai dari warna kulit pasien, oedema, atropy otot, dan bekas sayatan saat operasi serta melihat kemampuan berjalan saat latihan berjalan sehingga bisa diketahui kondisi serta kemampuan gerak dan fungsinya.
c.
Pemeriksaan Gerak dan Fungsi Pemeriksaan ini meliputi fungsi gerak pasif dan aktif, pada tungkai yang patologis, gerakan yang dilakukan adalah gerakan yang mengindikasikan, dan tidak melakukan gerakan yang menjadi kontra indikasi. Dari hasil pemeriksaan ini bisasanya didapat keterbatasan gerak karena adanya nyeri, oedema, kekakuan dan spasme otot.
Test Khusus
a.
Palpasi Biasanya palpasi dilakukan setelah pemeriksaan fungsi dengan tujuan untuk mengetahui respon dan struktur yang bersangkutan setelah aktifitas palpasi dilakukan terutama pada kulit dan subcutaneus untuk mengetahui temperatur, oedema dan spasme, pada anggota gerak bawah setelah operasi.
b.
Antropometri Panjang tungkai Pengukuran ini dilakukan untuk membuat perbandingan antara sisi yang sakit (dalam hal ini sisi yang mengalami operasi) dan sisi yang sehat untuk menentukan apakah ada pemendekan dari pada tungkai.
c.
Pemeriksaan kekuatan otot Terutama otot penggerak hip dan knee, yang dilakukan dengan menggunakan metode manual muscle test (MMT).
d.
Nyeri Nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh yang bersifat subjektif, pada post AMP sering ditemukan nyeri pada wilayah sayatan operasi. Salah satu metode pengukuran nyeri yang dapat digunakan adalh VAS (Visual Analog Scale).
e.
ROM (Range Of Motion) Pemeriksaan ROM dilakukan dengan menggunakan goniometer dan dituliskan dengan metode ISOM (International Standar Of Measurement).
II.
Problem Fisioterapi
Asuhan pelayanan fisioterapi yg diberikan pada pasien Fracture Collum Femoris Dextra dilakukan secara bertahap sesuai dengan problema yg ditemukan pada saat melakukan assessment. III.
Diagnosa Fisioterapi Diagnosa fisioterapi dibuat berdasarkan analisa dari hasil pemeriksaan fisioterapi. Diagnosa tersebut haruslah menggambarkan anatomi jaringan spesifik, patologi dan ganggun gerak dan fungsi.
IV.
Program Fisioterapi Dalam menentukan perencanaan, harus ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai, yang mencakup tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Adapun penentuan tujuan dilakukan berdasarkan problema fisioterapi yang ditemukan dalam proses assessment.
V.
Intervensi Intervensi yang dilakukan haruslah sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluhan utama pasien, agar dalam melakukan intervensi selanjutnya pasien dapat melakukannya dengan rasa nyaman dan sesuai pada tujuan akhir yang akan dicapai. Adapun berbagai intervensi yang dapat dilakukan antara lain, yaitu :
VI.
Evaluasi Evaluasi dapat dilakukan secara berkala (misal dua kali seminggu) atau setiap hari, dimana tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui apakah terapi yang kita berikan bermanfaat atau berguna bagi penyembuhan pasien, ataukah harus dirubah jika tidak ada perubahan terhadap penyembuhan keadaan pasien. Evaluasi yang dapat kita lakukan dapat lihat dari perubahan masalah yang dihadapi pasien.
BAB III STATUS KLINIK I.
IDENTITAS PASIEN Nama
: Ny. E J
Umur
: 47 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Pulo gebang
A.
Riwayat penyakit a.
Keluhan utama Os mengeluh nyeri pinggang bawah hingga ke tungkai kanan dan menjalar ke jari-jari kaki.
b. Riwayat penyakit sekarang Pada bulan September 2013 pasien merasakan nyeri di pinggang sampai tungkai bawah dan tidak tahu penyebab utamanya.
c. Riwayat penyakit terdahulu Tidak ada
d. Riwayat penyakit keluarga Tidak ada
B.
C.
Pemeriksaan Umum 1)
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
2)
Denyut nadi
: 86x/ menit
3)
Frekuensi pernapasan
: 22x/ menit
4)
Suhu tubuh
: 36oC
Pemeriksaan Khusus a.
Inspeksi ─
Statis
Pasien tidak dapat duduk dan selalu mengangkat pantat yg sakit.
─
Pasien tidak dapat berjalan dalam waktu yg lama.
Dinamis
Pasien terlihat kesakitan ketika dilakukan gerakan pada daerah pinggang.
Pada saat berjalan pasien lebih menumpu ke kaki yg sehat.
b.
Palpasi
Nyeri tekan pada m. Piriformis dan spasme pada m. Gastrocnemius.
Ada spasme m. Piriformis dan m. Gastrocnemius
Adanya spasme pada m. Erektor spine.
c.
Tes orientasi Aktifitas
–
jongkok
berdiri
(squad
and
bounching)
menimbulkan nyeri pada knee.
d.
Pemeriksaan fungsi dasar
Gerakan
Regio Lumbal Aktif
Pasif
Fleksi
Nyeri, ROM normal
Nyeri, elastis end feel, ROM normal
Ekstensi
Tidak Nyeri, ROM normal
Tidak Nyeri, elastic end feel, ROM normal
Rotasi sinister
Tidak nyeri, ROM normal
Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
Rotasi dextra
Tidak nyeri, ROM normal
Tidak nyeri, elasti end feel, ROM normal
L.fleksi sinistra
Tidak Nyeri, ROM normal
Tidak Nyeri, elastis end feel, ROM normal
L. fleksi dextra
Tidak nyeri, ROM normal
Tidak nyeri, end elastic end feel, ROM normal
Gerakan
Regio HIP joint Aktif
Pasif
Fleksi
Tidak Nyeri, ROM terbatas
Nyeri, elasitis end feel, ROM terbatas
Ekstensi
Tidak Nyeri, ROM terbatas
Tidak nyeri, elastis end feel, ROM terbatas
Abduksi
Tidak nyeri, ROM normal
Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
Adduksi
Tidak nyeri, ROM normal
Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
Internal rotasi
Tidak Nyeri, ROM normal
Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
External rotasi
Tidak nyeri, ROM normal
Tidak nyeri, elastis end feel, ROM normal
e.
Pemeriksaan VAS
0
1-4
5-7
8-10
0
: tidak ada nyeri
1-4
: nyeri ringan
5-7
: nyeri sedang
8-10
: nyeri berat
Hasil dari pengukuran nilai ambang nyeri adalah 6 yang berarti sedang.
f.
Tes SLR + Bragard Hasilnya
: nyeri
Ada gangguan pada tendon aschilles dan m. tibialis anterior peroneus longus dan penyempitan n. Ischiadicus.
g.
Tes Patrick Hasilnya
: tidak ada nyeri
Tidak ada gangguan pada l. Sacroilliaca anterior.
h.
Tes Antipatrik Hasilnya
: tidak nyeri
Tidak ada gangguan pada l. sacroilliaca posterior.
i.
Tes Kontraktur Hasil : Nyeri pada m. Piriformis sinistra, m. Rectus femoris,
m.
Hamstring. Adanya pemendekan pada m. Hamstring.
II.
III.
PROBLEM FISIOTERAPI ─
Adanya nyeri menjalar sampai ketungkai
─
Kontraktur pada m. Hamstring
─
Spasme m. Piriformis, m. Erector spine, m. gastrocnemius
─
Terjepitnya n. Ischiadicus
DIAGNOSIS FISIOTERAPI Gangguan fungsional pinggang bawah dan tungkai sinistra akibat ischialgia
IV.
PROGRAM FISIOTERAPI a.
Tujuan 1)
Jangka Pendek
Mengurangi nyeri
Mengurangi spasme m. piriformis dan m. gastrocnemius
Mengurangi kontraktur pada m. Hamstring
Melepaskan penjepitan n. Ishiadicus
2)
Jangka Panjang Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional berjalan pasien.
V.
INTERVENSI FISIOTERAPI
MWD Posisi pasien tengkurap,jarak antara tranduser dengan permukaan tubuh pasien 3 cm. Tujuan
: untuk melancarkan sirkulasi darah, untuk menurunkan
nyeri. ─
Dosis F
: 3 x seminggu
I
: 80 MHZ
T
: Coplanar dengan intermitten
T
: 10 menit
TENS Tujuan : untuk menaikan sirkulasi darah secara local dan membantu mengurangi nyeri. ─
Dosis F
: 3 x seminggu
I
: 45 Ma
T
: Kontak langsung (2 pet)
T
: 15 Menit
Friction Pasien tengkurap kemudian fisioterapis menekan otot piriformis/otot yang spasme, menggunakan ibu jari atau bagian-bagian tubuh yang runcing. Tujuan ─
: untuk melemaskan otot yg spasme
Dosis: F
: 3 x Semingggu
I
: Toleransi Pasien
T
: kontraksi isotonik maupun isometric
T
: 3 x hitungan dengan 5 x repitisi
Streching Pasien terlentang dengan posisi knee di tekuk kemudian fisioterapis membawa lututnya kesamping badan kiri dan kanan sampai terasa terulur. Tujuan ─
: untuk mengulur otot Quadratus lumborum.
Dosis: F
: 3 x seminggu
I
: toleransi pasien
T
: kontak langsung hold relax
T
: 8x hitungan dan 6x repetisi
Strengtening Pasien terlentang dengan posisi knee di tekuk kemudian fisioterapis membawa lututnya kesamping badan kiri dan kanan sampai terasa terulur dan diberikan tahanan di lateral knee kearah dalam dan kearah keluar. Tujuan ─
: untuk penguatan otot abductor dan adductor.
Dosis: F
: 3 x seminggu
VI.
I
: toleransi pasien
T
: active assisted
T
: 8 x hitungan dan 6 x repitisi
HOME PROGRAM a)
Pasien dilarang mengangkat barang dalam keadaan berdiri.
b)
Pasien dianjurkan memakai korset / brace.
c)
Dalam keadaan berdiri disarankan agar satu kaki pasien di sanggah dengan bangku.
d)
Saat ingin bangun dari tempat tidur, diharuskan memposisikan tubuh miring terlebih dahulu, baru kemudian bangun.
Kamali A. (1983). Kamus Kedokteran. Penerbit PT.Dian Rakyat. Jakarta Mardjono M dan Sidharta P. (1978). Neurologi Klinis Dasar. Penerbit PT.Dian Rakyat, Jakarta Markam S. (1982). Neurologi. Penerbit PT.EGC. Jakarta Ganong, W. F. (Edisi Bahasa Indonesia Wijaya Kusumah M) (1999). Buku Ajar Fisioterapi Kedokteran (Review of Medical Physiologi) edisi 14, Cetakan 1, Buku Kedokteran EGC.
View more...
Comments