laporan kasus HEG , hiperemesis gravidarum
November 14, 2017 | Author: Silviana Sari | Category: N/A
Short Description
hiperemesis gravidarum IKM 2 FKIK UNJA...
Description
BAB I LAPORAN KASUS 1.
Identitas Pasien a. Nama/ Jenis Kelamin/ Umur : Ny. J / Perempuan/32 tahun b. Pekerjaan/ Pendidikan : IRT/ SMA c. Alamat : RT. 13 Kelurahan Olak Kemang Jambi Seberang
2.
Latar belakang spasienio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga a. Status Perkawinan : Menikah b. Jumlah Anak/ Saudara : anak 1 orang c. Status Ekonomi Keluarga : menengah d. Kondisi Rumah : Rumah Terletak Di sebuha perkampungan yang padat penduduk, 40 meter dari pinggir jalan raya, dan 20 meter dari sebuah sungai. Struktur rumah berbentuk rumah panggung, Rumah beratap seng, berdinding kayu dan beralas papan. Terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, ruang TV, dan dapur, serta kamar mandi di belakang. Sumber air keluarga adalah PDAM. ventilasi cukup, WC leher angsa dengan septik tank, penerangan cukup. e. Kondisi Lingkungan Keluarga : pasien tinggal bersama dengan keluarga besarnya dengan anggota keluarga berjumlah 7
orang terdiri dari ibu
kandungnya yang sudah tua, suaminya, 1 orang anaknya, dan bersama adik perempuannya, adik iparnya, dan seorang keponakannya. Keluarga pasien sangat menyayangi pasien, komunikasi terjadlin baik di atara sesama anggota keluarga. f. Aspek Psikologis Dalam Keluarga
: Pasien merupakan ibu rumah
tangga sekaligus bekerja sebagai pedagang, sedangkan suami pasien bekerja sebagai pegawai swasta. 3.
Keluhan Utama Pasien datang dengan keluhan utama mual dan muntah sejak 1 minggu yang lalu
4.
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 1 bulan yang lalu. Tetapi keluhan dirasakan semakin bertambah sering sejak 1 minggu yang lalu. Mual dan muntah terjadi hampir sepanjang hari namun dirasakan memberat terutama pada pagi hari. Muntah sebanyak > lima kali per hari dengan volume ± 1/2 - 3/4 gelas besar. Isi muntahan berupa makanan minuman yang dikonsumsi
1
sebelumnya, pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin bertambah berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa kering, nafsu makan dirasakan menurun. BAB dan BAK dirasakan agak jarang. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati. berat badan terjadi penurunan, 2 mimgu yang lalu pasiem menimbang BB 41 kg dan pada saat ini BB turun menjadi 37 kg. Pasien mengaku tidak ada permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya maupun dalam 5.
pekerjaan. Riwayat Penyakit Dahulu/Keluarga : Pasien pernah mengalami gejala yang sama pada kehamilan sebelumnya, yaitu pada kehamilan pertama dan kedua Ibu dan Adik pasien juga mengalami mual dan muntah dalam kehamilan Riwayat abortus : (+), 2x, pada kehamilan 1 dan 2 Riwayat Hipertensi : disangkal Riwayat Diabetes Melitus : disangkal Riwayat Gastritis :+
Riwayat Obstetri HPHT : 14-03-2015 TP
: 21- 12-2015
UK
: 7-8 minggu
Riwayat Persalinan Anak I : abortus Anak II: abortus Anak III: tahun 2011 jenis kelamin ♀ ( perempuan ), lahir spontan, ditolong bidan, BB:2.650 gram PB : 49 cm, hidup.
Riwayat Perkawinan
: pasien menikah satu kali dan sudah berlangsung selama
± 5 tahun. Ini Riwayat Kontrasepsi : pasien pernah menggunakan kontrasepsi suntik 1 bulan. Riwayat haid pasien
Menarche: 13 tahun 2
6.
Usia :13 tahun,
haid teratur dengan siklus 28 hari,
lama haid: ± 7 hari,
Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum : Tampak Lemas 2. Kesadaran : compos mentis 3. Vital sign : TD : 100/70 mmHg N
: 86x/menit
RR
: 19 x/menit
T
: 36,5˚ C
4. Tinggi badan : 155 cm 5. Berat Badan : 37 kg 6. Kepala : normochepal 7. Mata : conjunctiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, mata cekung (-/-), 8. Telinga: tidak ada secret, tidak ada perdarahan 9. Hidung : tidak ada secret, tidak ada perdarahan 10. Mulut : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor, bibir kering (+) 11. Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-), Pembesaran kelenjar getah bening (-) 12. Dada Inspeksi : bekas luka (-), retraksi (-) Perkusi : sonor +/+ Palpasi : pengembangan dada simetris +/+ Fremitus (+) normal Auskultasi : Cor : S1 S2 reguler, bising jantung (-) Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi (-), wheezing (-) 13. Abdomen : bekas operasi (-), TFU tidak teraba, bising usus (+) , nyeri tekan epigastrium (+) 14. Ekstremitas : akral hangat, edem (-) 7. 8.
Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan Usulan : pemeriksaan laboratorium: Darah Rutin, elektrolit, urinalisis, Kadar Gula darah, pemeriksaan USG obstetric
9.
Diagnosis Kerja : G4P1A2 Gravida 7-8 Minggu dengan Hiperemesis Gravidarum (O.21.0)
10. Diagnosis Banding - Gastritis (K.25.4) 3
-
Ulcus Peptikum ( K.25.9)
11. Manajemen: 1. Promotif : - Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan. - Menyediakan obat di rumah apabila asam lambung meningkat - Memberi informasi tentang kebutuhan nutrisi ibu 2. Preventif : - Jangan membiarkan diri dalam keadaan terlalu lapar atau dalam -
kondisi perut terlalu kenyang Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
-
jumlah kecil tapi sering Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan
-
air teh Menjaga asupan makan dengan baik-baik dan menghindari makanan
-
pedas Menghindari makan terlalu kenyang, makanan yang berminyak dan berbau lemak seperti goreng-gorengan, makanan berlemak dan
-
daging berlemak agar tidak merangsang muntah Menghindari kekurangan karbohidrat, dianjurkan makanan yang
-
mengandung gula Hindari stress
3. Kuratif
:
-
Non Farmakologis
Istirahat yang cukup Mengatur pola makan (jumlah, jenis, dan frekuensi) dengan Makan sesering mungkin, dalam porsi kecil-kecil. Siang hari untuk makan porsi besar, malam hari cukup porsi kecil. Makan camilan sebelum tidur,
karena akan mengurangi rasa mual esok paginya. Menghisap atau mengunyah permen, terutama permen jahe, dapat
membantu menahan rasa ingin muntah. Isolasi penderita dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan ventilasi udara yang baik
4
Hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah seperti bau yang
tidak mengenakkan Melakukan senam Ibu hamil yang telah dijadwalkan oleh puskesmas. Makan roti dan biscuit serta buah-buahan sedikit-sedikit sehabis bangun
tidur dan sering dilakukan Terapi Psikologi ( perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit ini dapat disembuhkan, hilangkan rasa mual oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan dan serta menghilangkan masalah dan konflik. -
Farmakologik
Ondansetron tab mg Asam folat 1 x 400 mg Mediamer B6 3 x 1 tablet Kalk tab1x1 Sulfas ferrous tab 1x1
4. Rehabilitatif : - Minum obat sesuai anjuran. - Meningkatkan makanan bergizi dan makan sedikit tetapi lebih sering - Jika mual dan muntah semakin bertambah berat, maka segera ke RS
Obat Tradisional : Resep I Jahe dapat mengatasi mual dan dan muntah pada ibu yang hamil, dengan cara jahe ditumbuk lalu diseduh dengan air hangat dan gula.
5
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Olak Kemang dr. Silviana Sari G1A213028 STR 019/01/2015
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Olak Kemang dr. Silviana Sari G1A213028 STR 019/01/2015
Jl sehat no 01 RT 03
Jl sehat no 01 RT 03
Dokter :dr. Silviana Sari
Dokter :dr. Silviana Sari
SIP
: No. 266/SIK/2015 NO.I
SIP
: No. 266/SIK/2015 NO.2
06 Mei 2015
06 Mei 2015
Pro : Ny J/ / 32 tahun
Pro : Ny J/ / 32 tahun
Alamat : RT. 13 Kelurahan Olak Kemang
Alamat : RT. 13 Kelurahan Olak Kemang
6
Dinas Kesehatan Kota Jambi Puskesmas Olak Kemang dr. Silviana Sari G1A213028 STR 019/01/2015 Jl sehat no 01 RT 03 Dokter :dr. Silviana Sari SIP
: No. 266/SIK/2015 NO.3
06 Mei 2015
Pro : Ny J/ 32 tahun Alamat : RT. 13 Kelurahan Olak Kemang
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang cukup berat yang lebih dari 5 kali sehari, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida, ketosis dan hipokalemia. muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya
7
sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1-4 3.2 Etiologi Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1,2 Faktor-faktor yang menjadi predisposisi pasien diantaranya:2,3 Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan adalah: a) Faktor Adapatasi Dan Hormonal Sering terjadi pada primigravida atau nullipara, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar hCG. Pada wanita yang hamil kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, primigravida, overdistensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa.9, b) Faktor Psikologis Hubungan
faktor
psikologis
dengan
kejadian
hiperemesis
gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut akan kehamilan dan persalinan, takut kehilangan pekerjaan, keretakan rumah tangga, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum.4,9, c) Faktor Organik Masuknya vili korialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik. Maka faktor alergi dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.9 d) Faktor gizi/ anemia Kekurangan gizi dan anemia dapat meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum. e) Obesitas
8
Ibu hamil yang obesitas dapat meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum13 f) Riwayat hiperemesis gravidarum Ibu hamil dengan riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya dan riwayat keluarga dengan hiperemesis gravidarum berisiko lebih tinggi mengalami hiperemesis gravidarum. g) Umur ibu Ibu hamil yang berusia muda atau kurang dari 20 tahun meningkatkan risiko terjadinya hiperemesis gravidarum.4,7-9 h) Perilaku merokok selama kehamilan, Perilaku merokok selama kehamilan dilaporkan menurunkan risiko terjadinya hiperemesis gravidarum.
3.3 Patofisiologi Patofisiologi hiperemes gravidarum masih belum jelas, namun peningkatan kadar human Chorionic Gonadotropin (hCG), hormon estrogen, dan progesteron dapat menjadi faktor pencetus mual dan muntah. 12, Peningkatan hormon progesteron dapat menyebabkan otot polos pada system gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan pengosongan lambung melambat. 12, Refluks esophagus, penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.12 Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya kadar hCG yang dihasilkan oleh plasenta, 11 khususnya pada periode mual dan muntah gestasional yang paling umum adalah 12-16 minggu pertama, pada saat itu yang disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit.12 hCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. 37 Inilah yang menjadi dasar bagi sebagian besar uji kehamilan.11,13 Perasaan mual dan muntah adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen
9
ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.12 Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit disertai dengan alkalosis hipokloremik.11-13 Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Selain merupakan refleksi gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual dan muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah di CTZ (chemoreseptor Trigger Zone).12,11 Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan korida darah turun, demikian pula klorida di air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunnnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium akibat muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput mukosa esophagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif. 3.4 Patologi Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh berikut:2
10
a) Hepar: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentilobuler tanpa nekrpasienis. b) Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang dijumpai perdarahan sub-endokardial. c) Otak: terdapat bercak perdaran pada otak. d) Ginjal: tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti. 3.5 Klasifikasi Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:1,2 a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal. b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun. c) Tingkat III :
terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianpasienis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria. 3.6 Diagnosis Diagnosis pasien hiperemesis gravidarum diantaranya:1,2 a) Riwayat: biasanya terjadi pada trimester pertama, dapat berlanjut selama kehamilan.4 b) Tanda dan gejala: 3.4,5 1. Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu
11
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mual dan muntah yang sering kali Perasaan tenggorokan kering dan haus Kulit dapat menjadi kering (tanda dehidrasi) Berat badan turun dengan cepat Disgeusia (pengecapan buruk dalam mulut) Hipersalivasi (saliva berlebihan) Pada keadaan yang lebih berat dapat timbul ikterus, dan
gangguan saraf 9. Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran. 10. Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya lunak, pada pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru. 11. Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa. c) Uji laboratorium 12 Pemeriksaan labor pada hiperemesis gravidarum meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Urinalisis untuk menganalisis ketonuria, BJ urin 2. Serum elektrolit: menilai kadar elektrolit untuk mengevaluasi adanya hiponatremia dan hipokalemia, mengetahui adanya hipokloremia, asidosis dan alkalosis metabolik, serta menilai fungsi ginjal dan kadar volume.12, 3. Fungsi hati dan bilirubin: mengevaluasi kadar transaminase yang dapat terjadi pada 50% kasus hiperemesis gravidarum. Transaminase ringan ini sering menyebabkan mual. Pada HEG terjadi peningkatan Aspartate Aminotranseferase dan Alanine Amino Transferase, bilirubin. 4. Enzim Amylase/lipase: kadar enzim amilase meningkat sekitar 10% pada pasien hiperemesis gravidarum. Kombinasi kadar enzim amylase dan lipase yang meningkat, jika dicurigai pancreatitis. 5. Pemeriksaan kadar T3, T4, TSH. Hiperemesis gravidarum sering dikaitkan terhadap keadaan transien hipertiroid dan menekan kadar TSH pada 50-60% kasus.12, 12
6. Kultur urin: mengindikasikan adanya infeksi selama kehamilan jika dicurigai pielonefritis dan dapat dihubungkan dengan mual dan muntah.12, 7. Kadar kalsium: pada beberapa kasus yang jarang terjadi dilaporkan
bahwa
hiperkalsemi
berhubungan
dengan
hiperemesis gravidarum.12 8. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan proteinuria. 3.7
Gejala Klinis Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit.1,2,3
3.8 Diagnosis Banding Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut antara lain: a) Appendicitis akut. Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare juga bisa dijadikan petunjuk membedakan hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis akut. b) Ketoasidosis diabetes. Pasien dicurigai menderita ketoasidpasienis diabetes jika sebelum hamil mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton, pemeriksaan gula darah, dan pemeriksaan gas darah. c) Gastritis dan ulkus peptikum. Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan
13
NSAID. Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pasien dengan gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare. d) Hepatitis. Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadangkadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah menderita hepatitis. e) Pankreatitis akut Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadangkadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum amylase dapat membantu menegakkan diagnpasienis. f) Tumor serebri. Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.
3.9 Komplikasi 1 a. Pengaruh Hiperemesis Gravidarum pada Ibu dan Janin Emesis, dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek negatif terhadap kehamilan dan janin, asalkan sebelum mengandung kondisi ibu sehat dan cukup gizi. Hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan
14
berubah menjadi hiperemesis gravidarum dapat meningkatkan risiko terhadap kehamilan. Wanita hamil dengan gejala hiperemesis gravidarum berpotensi besa mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lendir esophagus dan lambung atau Sindrom Mallory-Weiss akibat perdarahan gastrointestinal.12,Komplikasi fatal akibat penyakit ini dapat terjadi pada susunan saraf pusat yang dikenal sebagai Wernicke,dengan gejala nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (penglihatan ganda) dan perubahan mental.4,12,13, Menurut Mesics (2008), dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa kondisi ibu dengan mual dan muntah yang hebat dalam kehamilan berhubungan dengan pembatasan pertumbuhan janin di dalam uterus atau dikenal dengan Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) serta kematian janin.1,3 Ditemukan pula dalam beberapa kasus ibu hamil penderita hiperemesis gravidarum bayi yang dilahirkan mengalami Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dibandingkan dengan wanita yang mengalami mual dan muntah ringan atau tidak mengalami mual dan muntah dalam kehamilan.1,3 Biasanya kasus ini banyak ditemukan pada ibu hamil dengan penurunan berat badan lebih dari 5 %.1 3.10
Pencegahan Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan
dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu prpasienes yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat teratur.1,2,3 3.11
Penatalaksanaan 1-4 Obat-obatan. Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan. Pada
15
keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti prometazin (avopreg), proklorperazin, atau mediamer B6. Isolasi. Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya
dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
Terapi psikologik Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. Cairan parenteral Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukpasiena 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. urin perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk melalui pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi klinis berupa:
Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, gangguan
jiwa Ensephalopati Wernick. Gangguan penglihatan: perdarahan retina, kemunduran visus.
16
Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah dalam bentuk nadi meningkat dan tekanan darah menurun. BAB. IV ANALISIS KASUS
a. Hubungan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah
dan lingkungan sekitar Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan G4P1A2 gravida 7-8 minggu dengan hiperemesis gravidarum karena berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan muntah >5x/hari, pasien tampak lemas, lemah, muntah terjadi hampir setiap saat dan terutama pada pagi hari, segala yang dimakan dimuntahkan. Keluhan ini memberat sejak 1 minggu yang lalu, sehingga pasien menjadi lemah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Dari pemeriksaaan fisik didapatkan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 86x/menit, nafas 19x / menit. pasien terlambat datang bulan dengan uji gravindex tes pasien ini positif 1 bulan yang lalu. Pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada kehamilan pertama dan keduanya, pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus penjaga warung. Pada pasien ini tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Dimana hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin. Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah Pasien, dapat disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah Pasien tidak mempengaruhi atau memperberat penyakit yang diderita oleh Pasien saat ini, karena penyakit Pasien ini bukan penyakit berbasis lingkungan. Tidak terdapat hubungan antara diagnosis pasien dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar.
17
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan lingkungan keluarga dan hubungan keluarga Pasien merupakan ibu rumah tangga, sekaligus bekerja sebagai penjaga warung. sedangkan suami bekerja sebagai pegawai swasta, mempunyai 1 orang anak. Hubungan antar keluarga baik dan harmonis. Begitu juga dengan hubungan dengan adik, adik ipar dan ibu kandung. Tidak ada permasalahan konflik yang dihadapi pasien. namun saat hamil, adik kandung dan ibu kandung pasien juga pernah mengalami hal yang serupa dengan pasien. Terdapat hubungan diagnosis pasien dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga. c. Hubungan diagnosis pasien dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Selama hamil, pasien sering mengidam untuk makan makanan yang asam seperti rujak. Kebiasaan ini membuat asam lambung meningkat dan menyebab muntah bertambah sering dan ulu hati terasa perih sehingga akan memperberat terjadinya mual dan muntah selama kehamilan. Namun untuk saat ini, pasien sudah mengurangi hal tersebut. Terdapat hubunganantara perilaku kesehatan dengan penyakit pasien. d. Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada pasien ini. Beberapa etiologi dan factor predisposisi hiperemesis gravidarum ini antara lain primigravida, faktor psikologis, umur muda, < 16 minggu, riwayat hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya dan terdapat hubungan dengan penyakit keluarga. Pada pasien ini, merupakan kehamilan anak keeempat, dengan usia 32 tahun, dengan usia kehamilan jurang dari 16minggu dan merupakan kehamilan yang diinginkan. Namun Pada kehamilan pertama dan kedua pasien pernah mengalami keluhan seperti ini. Walaupun adanya masalah psikologis seperti keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan sebagainya dalam diri pasien disangkal dari sebagai salah satu faktor predisposisi penting belum bisa disingkirkan, karena perlu pendekatan yang komprehensif untuk menggali hal ini lebih dalam.Untuk mengetahui adanya faktor risiko lain seperti adanya penyakit mola hidatidosa, diabetes dan
18
kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG belum dapat dipastikan dan ini membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Penyebab pada pasien ini diakibatkan cara makan yang salah. Sebaiknya makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering. e. Analisis untuk mengurangi paparan/ memutus rantai penularan dengan factor risiko atau etiologi pada pasien ini. Untuk mengurangi mual muntah pada pasien ini disarankan agar istirahat yang cukup, hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah. Melakukan senam Ibu hamil yang telah dijadwalkan oleh puskesmas. Dapat pula dengan terapi psikologis seperti memberikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan faktor psikologis seperti keadaan sosioekonomi dan pekerjaan serta lingkungan. Mengubah kebiasaan kebiasaan buruk tersebut diatas, membiasakan hidup sehat dan teratur. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering, Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan air the, Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan, Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang mengandung gula. Secara farmakologi dapat diberikan obat antasida tablet 3x1 diberikan untuk mengatasi nyeri ulu hati, merupakan golongan antihistamin H2 yang bekerja menghambat histamin menghasilkan asam lambung dengan menduduki reseptor H2 pada sel parietal lambung. Asam Folat 1x1 tab dan vitamin B6 3x1.
LAMPIRAN GAMBAR
19
Rumah tampak depan pemeriksaan pasien
Dapur pasien
ruang tengah
obat pasien
Buku KIA pasien
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2007. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 814818. 2. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC. Hal 141-142. 3. Afrianto A. 2013. Hiperemesis Gravidarum. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Muhammadiyah Semarang. 4. Asih DMR, Kampono N, Prihartono J. Hubungan Pajanan Infeksi Helicobater Pylori
Dengan
Hiperemesis
Gravidarum.
Journal
Indonesia.
Jakarta:
Dept.Obgyn FKUI. 2009 November. Vol.33.No.3;144-50. 5. Gunawan K, Paul Samuel KM, Dwiana O. Diagnosis Dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc. 2011 November ; 61(11):1-7. 6. Mochtar, Rustam. Editor: Sofian A. Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi. Ed.3. Jakarta: EGC; 2011. Hal.35, 196. 7. Wirakusumah FF, Johanes CM, Budi Handono. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Ed.2. FK.Unpad. Jakarta: EGC; 2010. hal.64-67. 8. Cunningham FG, Gant FG, Leveno KL, et al. Obstetry William. Edisi ke- 21. Jakarta: EGC. hal.181-213 ,1424-25. 9. Ogunyemi DA, Chelmow C, et al. Hyperemesis Gravidarum. Medscape; 2010. Diunduh
dari
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/254751-
overview#showall. 10. Mesics S. Hyperemesis Gravidarum. Am J Obstet Gynecol. 2008; p.3-17. 11. Jacquelyn R. Hyperemesis Gravidarum. Severe Morning Sickness; Persistent Vomiting of Pregnancy; HG. Department of pediatrics. Ebsco: 2011.p.1-5. Diunduh
dari
URL:
http://pediatrics.med.nyu.edu/conditions-we-
treat/conditions/hyperemesis-gravidarum. 12. Lord LM, Palletier K. Editor. Parrish CR. Management of Hyperemesis. Gravidarum with Enteral Nutrition. Nutrition Issues In Gastroenterology. series 63. 2008; p.16-30.
21
View more...
Comments