Laporan Kasus GBS Doc
December 13, 2017 | Author: Rolan Harabiti | Category: N/A
Short Description
lapsus neurologi...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Guillain-Barre adalah penyakit autoimun yang menimbulkan peradangan dan kerusakan myelin (material lemak, terdiri dari lemak dan protein yang membentuk selubung pelindung di sekitar beberapa jenis serat saraf perifer). Gejala dari penyakit ini mula-mula adalah kelemahan dan mati rasa di kaki yang dengan cepat menyebar menimbulkan kelumpuhan. Penyakit ini perlu penanganan segera dengan tepat, karena dengan penanganan cepat dan tepat, sebagian besar sembuh sempurna.6 Guillain-Barre mungkin dipicu oleh Paling sering, infeksi dengan campylobacter, jenis bakteri yang sering ditemukan dalam makanan matang, khususnya unggas, Virus Epstein-Barr, Penyakit Hodgkin, Mononucleosis, HIV, virus penyebab AIDS, Jarang, rabies atau imunisasi influenza.2 Manifestasi klinis utama dari SGB adalah suatu kelumpuhan yang simetris tipe lower motor neuron dari otot-otot ekstremitas, badan dan kadang-kadang juga muka. Penyakit ini merupakan penyakit dimana sistem imunitas tubuh menyerang sel saraf. Kelumpuhan dimulai pada bagian distal ekstremitas bawah dan dapat naik ke arah kranial (Ascending Paralysis) dengan karakteristik adanya kelemahan arefleksia yang bersifat progresif dan perubahan sensasi sensorik. Gejala sensorik muncul setelah adanya kelemahan motoric. 95 % pasien dengan GBS dapat bertahan hidup dengan 75 % diantaranya sembuh total. Kelemahan ringan atau gejala sisa seperti dropfoot dan postural tremor masih mungkin terjadi pada sebagian pasien. Kelainan ini juga dapat menyebabkan kematian , pada 5 % pasien, yang disebabkan oleh gagal napas dan aritmia.3
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi syndrome Guillain – Barre Syndrome Guillain-Barre adalah penyakit autoimun yang menimbulkan peradangan dan kerusakan myelin (material lemak, terdiri dari lemak dan protein yang membentuk selubung pelindung di sekitar beberapa jenis serat saraf perifer). Gejala dari penyakit ini mula-mula adalah kelemahan dan mati rasa di kaki yang dengan cepat menyebar menimbulkan kelumpuhan. Penyakit ini perlu penanganan segera dengan tepat, karena dengan penanganan cepat dan tepat, sebagian besar sembuh sempurna. 6
2.
Klasifikasi Berikut terdapat klasifikasi dari SGB, yaitu: 4,6,7 2.1 Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN) Patologi yang ditemukan adalah degenerasi akson dari serabut saraf sensorik dan motorik yang berat dengan sedikit demielinisasi. 2.2 Acute Motor-Axonal Neuropathy (AMAN) Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C jejuni dan titer antibody gangliosid meningkat (seperti, GM1, GD1a, GD1b). Penderita tipe ini memiliki gejala klinis motorik dan secara klinis khas untuk tipe demielinisasi dengan asending dan paralysis simetris. 2.3. Miller Fisher Syndrome Sindroma ini terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia. Ataksia terlihat pada gaya jalan dan pada batang tubuh dan jarang yang meliputi ekstremitas. Motorik biasanya tidak terkena. Perbaikan sempurna terjadi dalam hitungan minggu atau bulan 2.4. Chronic Inflammatory Demyelinative Polyneuropathy (CIDP) Pada sebagian anak, kelainan motorik lebih dominant dan kelemahan otot lebih berat pada bagian distal
Laporan kasus guillain barre sindrom
2
2.5. Acute pandysautonomia Tanpa sensorik dan motorik merupakan tipe GBS yang jarang terjadi.
3.
Etiologi Ada yang menyebutkan kerusakan tersebut disebabkan oleh penyakit autoimun. Pada sebagian besar kasus, GBS didahului oleh infeksi yang disebabkan oleh virus, yaitu Epstein-Barr virus, coxsackievirus, influenzavirus, echovirus, cytomegalovirus, hepatitis virus, dan HIV. Selain virus,
penyakit ini juga didahului oleh infeksi yang disebabkan
oleh bakteri seperti Campylobacter Jejuni pada enteritis, Mycoplasma pneumoniae, Spirochaeta , Salmonella, Legionella dan , Mycobacterium Tuberculosa. Vaksinasi. Infeksi ini biasanya terjadi 2 – 4 minggu sebelum timbul GBS.6
4.
Patofisiologi Infeksi , baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, dan antigen lain memasuki sel Schwann dari saraf dan kemudian mereplikasi diri. Antigen tersebut mengaktivasi sel limfosit T. Sel limfosit T ini mengaktivasi proses pematangan limfosit B dan memproduksi autoantibodi spesifik. Ada beberapa teori mengenai pembentukan autoantibodi , yang pertama adalah virus dan bakteri mengubah susunan sel sel saraf sehingga sistem imun tubuh mengenalinya sebagai benda asing. Teori yang kedua mengatakan bahwa infeksi tersebut menyebabkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya sendiri berkurang. Autoantibodi ini yang kemudian menyebabkan destruksi myelin bahkan kadang kadang juga dapat terjadi destruksi pada axon. Destruksi pada myelin tersebut menyebabkan sel sel saraf tidak dapat mengirimkan signal secara efisien, sehingga otot kehilangan kemampuannya untuk merespon perintah dari otak dan otak menerima lebih sedikit impuls sensoris dari
Laporan kasus guillain barre sindrom
3
seluruh bagian tubuh. 3
5.
Gejala klinis GBS merupakan penyebab paralisa akut yang dimulai dengan rasa baal, parestesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh paralisa ke empat ekstremitas yang bersifat asendens. Parestesia ini biasanya bersifat bilateral. Refleks fisiologis akan menurun dan kemudian menghilang sama sekali. Kerusakan saraf motorik biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan menyebar secara progresif , dalam hitungan jam, hari maupun minggu, ke ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. Kerusakan saraf motoris ini bervariasi mulai dari kelemahan sampai pada yang menimbulkan quadriplegia flaccid. 1
6.
Diagnosis 7 6.1 Anamnesis
Factor pencetus missal infeksi virus ( infeksi saluran nafas bagian atas dan bagian cerna ) suntikan , dsb
Penyakit berjalan mendadak, progresif , naik dari tungkai bawah ke anggota gerak atas
6.2 Pemeriksaan neurologi
Kelumpuhan tipe flasid mengenai otot proksimal dan distal
Gangguan rasa raba, rasa getar, dan rasa posisi lebih terkena dibandingkan rasa nyeri dan rasa suhu
Gangguan syaraf otak terutama n.VIII perifer , gangguan menelan ( n IX,X ) serta kadang disertai gangguan otot ekstra ocular.
6.2 Pungsi Lumbal
Laporan kasus guillain barre sindrom
4
Didapatkan disosiasi sitoalbumin( kenaikan kadar protein tanpa diikuti kenaikan sel ) pada minggu kedua. Pada minggu pertma kadar protein masih normal.
6.3 Elektrodiagnostik
AIDP Konduksi sensoris sering nihil , bila muncul latensi distal memanjang, kecepatan hantar syaraf sangat lambat , dan amplitudo rendah. Konduksi motoris, distal latensi sangat memanjang, dan kecepatan hantar saraf sangat lambat. Bila didapatkan blok konduksi atau disperse temporal pada stimulasi proksimal. F – wafe dan H – reflex sangat memanjang dan nihil
AMSAN Konduksi sensoris nihil atau amplitude rendah dengan distal latensi dan kecepatan hantar saraf normal Konduksi motor nihil, atau amplitude rendah , dengan distal latensi dan kecepatan hantar saraf normal
AMAN Pemeriksaan konduksi saraf sama dengan AMSAN , kecuali konduksi sensoris normal.
7.
Penatalaksanaan
Observasi tanda tanda vital
Pasien dengan progresivitas yang lambat dapat hanya diobservasi tanpa diberikan medikamentosa.
Laporan kasus guillain barre sindrom
5
Plasma exchange therapy (PE) telah dibuktikan dapat ` memperpendek amanya paralisa dan mepercepat terjadinya penyembuhan.
Intravenous inffusion of human Immunoglobulin ( IVIg ) dapat menetralisasi autoantibodi patologis yang ada atau menekan produksi auto antibodi tersebut
Fisiotherapy juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot setelah paralisa.
8.
Komplikasi Komplikasi dari sindrom Guillan-Barre dapat termasuk:2 .Kesulitan bernapas. Sisa mati rasa atau sensasi lainnya.
9.
10.
Diagnosis banding
Hypokalemia
Myasthenia gravis
Prognosis 95 % pasien dengan GBS dapat bertahan hidup dengan 75 %
diantaranya sembuh total. Kelemahan ringan atau gejala sisa seperti dropfoot dan postural tremor masih mungkin terjadi pada sebagian pasien. Kelainan ini juga dapat menyebabkan kematian , pada 5 % pasien, yang disebabkan oleh gagal napas dan aritmia. 3
Laporan kasus guillain barre sindrom
6
BAB III LAPORAN KASUS ANAMNESA ( 30 JANUARI 2015 ) Diperoleh dari penderita dan keluarganya I. IDENTITAS PENDERITA Nama
: sdr. Ismail
Umur
: 20 tahun
Alamat
: Mulyo 03/04 Kejayan – Pasuruan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pekerja disebuah pabrik kayu
Masuk RS
: 27 januari 2015
No CM
: 00-24-98- 96
Ruang / Kelas
: A4 / III
Kelompok
: UMUM
II. ANAMNESIS Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 30 Januari 2015, pukul 12.30 WIB Keluhan Utama : Kedua kaki lemas Riwayat Penyakit Sekarang: (allo anamnesa dan auto anamnesa ) Sdr. I datang ke IGD ( 27 /02/ 2015 ) dalam keadaan sadar dengan keluhan lemas kedua kakinya. sdr. I merasakan keluhan tungkai kedua kaki lemas sejak pagi sewaktu bekerja. Selain kedua kaki ,dirasakannya kedua jari-jari tangan terasa kaku. Pasien juga tidak dapat merasakan sentuhan pada kedua kaki. Seperti kesemutan dari bawah kaki sampai paha menjalar ke atas. Keluhan dirasakan secara tiba-tiba. Keluhan dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat. Dua hari MRS ( 29/02/2015 ) mengeluh setiap minum tersedak dan sedikit susah makan. Dan merasa lebih susah minum daripada makan. Pasien tidak mengeluh adanya pusing, mual, muntah, demam ini atau pun semingguan ini
Laporan kasus guillain barre sindrom
7
, sempat mengeluh pernah flu sekitar 2 minggu sbelum MRS. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma sebelumnya disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat stroke disangkal
Riwayat flu 2 minggu sebelum MRS
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan serupa disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat sakit kencing manis disangkal
Riwayat Penyakit Sosial Ekonomi
Pasien tinggal dirumah beserta kedua orangtuanya, dengan jumlah 4 orang penghuni di rumah
Pasien seorang pekerja disebuah pabrik
Untuk pengobatan biaya ditanggung oleh orang tua, orang tua bekerja sebagai kuli batu dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Anamnesis Sistem: Sistem serebrospinal Sistem kardiovaskuler Sistem respirasi Sistem gastrointestinal Sistem musculoskeletal Sistem integumentum Sistem urogenital
: : : : : : :
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Kedua tungkai tidak bisa digerakkan Sensasi peraba berkurang pada kedua tungkai Tidak ada keluhan
Laporan kasus guillain barre sindrom
8
III. PEMERIKSAAN (Dilakukan pada tanggal 30 Januari 2015 ) Status Generalis Keadaan Umum
: Lemas Kesadaran compos mentis, GCS: E4V5M6 : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Tanda Vital
Nadi
: 72x/menit
Nafas
: 22x/menit
Suhu : 36,2oC : Mesosephal, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
Kepala
ikterik, pupil isokor diameter 3/3 mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+ : Pembesaran kgb - , peningkatan jvp : Paru : sonor, vesikuler diseluruh lap. paru, suara
Leher Dada
tambahan (-). Jantung : SI- S II tunggal, murmur - , gallop : Inspeksi : flat
Abdomen
Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi
: thimpany seluruh lapang abomen
Palpasi
: Supel, nyeri tekan - , hepar dan lien tak
teraba : Edema (-), atrofi otot ( + )
Ekstremitas Status Neurologis: Keadaan umum
: lemas
Kesadaran
: compos mentis , gcs 456
a. Meningeal Sign Kaku kuduk (-) lasegue sign (-) brudzinski 1 ( - ) brudzinski 2 ( - )
Laporan kasus guillain barre sindrom
9
b. Refleks Fisiologis: Bisep +2 / +2 Trisep + 1 / +1 Patella + 1 / +1 Achilles +1/+1 Brachioradialis +1/+1 c. Refleks Patologis: Babinski: -/Chadodock: -/Oppenheim -/Trommer -/d. Pemeriksaan motorik 4
4
4-
4–
Atrofi otot + / + Tonus otot + /+
e. Pemeriksaan sensorik Sensasi nyeri + -
+ -
Laporan kasus guillain barre sindrom
10
Sensasi suhu tidak dilakukan Sensasi getar tidak dilakukan
Nervi Cranialis NI Daya Penghidu N II Daya Penglihatan Medan Penglihatan Pengenalan warna N III Ptosis Gerakan Mata Ukuran Pupil Bentuk Pupil Refleks Cahaya Refleks Akomodasi N IV Strabismus Divergen Gerakan Mata Ke Lateral Bawah Strabismus Konvergen NV Menggigit Membuka Mulut Sensibilitas Muka Refleks Cornea Trismus N VI Gerakan Mata Ke Lateral Strabismus Konvergen Diplopia N VII Kedipan Mata Lipatan Nasolabial Sudut Mulut Mengerutkan Dahi Mengerutkan Alis Menutup Mata Meringis Menggembungkan Pipi Daya Kecap Lidah 2/3 Depan
Kanan N N N N (-) B 3 mm Bulat (+) (+) (-) (+) (-) (+) (+) N (+) (-) (+) (-) (-) (+) Simetris Simetris (+) (+) (+) (+) (+) Tidak
Kiri N N N N (-) B 3 mm Bulat (+) (+) (-) (+) (-) (+) (+) N (+) (-) (+) (-) (-) (+)
N VIII
Mendengar Suara Berbisik
dilakukan Tidak
dilakukan Tidak
Mendengar Detik Arloji
dilakukan Tidak
dilakukan Tidak
(+) (+) (+) (+) (+) Tidak
Laporan kasus guillain barre sindrom
11
Nervi Cranialis
N IX
NX
N XI
N XII
Tes Rinne
Kanan dilakukan Tidak
Kiri dilakukan Tidak
Tes Weber
dilakukan Tidak
dilakukan Tidak
Tes Schwabach
dilakukan Tidak
dilakukan Tidak
Arkus Faring
dilakukan N
dilakukan N
Daya Kecap Lidah 1/3 Belakang
Tidak
Tidak
Refleks Muntah Suara Sengau Tersedak Denyut Nadi
dilakukan (+) (-) (+) 72 x / menit
dilakukan (+) (-) (+) 72 x / menit
Arkus Faring Bersuara Menelan
N N (+)
Memalingkan Kepala
susah (+)
susah (+)
Sikap Bahu Mengangkat Bahu
N (+)
N (+)
Sikap Lidah
Ditengah
Tremor Lidah Menjulurkan Lidah
(-) Simetris
N N sedikit (+)sedikit
Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap tanggal 27/01/2015 WBC
8,3 x 103 (N: 4000- 11000/mm3)
Lym
1,3 x 103 (N: 1,2 - 3,4 x 103)
RBC
5,46 x 106 (N: 3,90-5,60 jt/mm3)
HB
15,9 g/dl (N : 12,0-15,0 g%)
Laporan kasus guillain barre sindrom
12
HCT
45,3 % (N: 35,0-47,0 %)
MCV
83,8 fl (N: 76,0-96,0 fl)
MCH
29,1 pg (N : 27,0-32,0 pg)
MCHC RDW
35,1 g/dl (N : 29,0-36,0 g/dl) 11,3 % (N: 11,60-14,80 %)
PLT
416 x 103 (N : 150-400 x 103/mm3)
MPV
6,0 fL (N : 7,8-11,0 fL)
2. BUN & Serum Kreatinin 27/01/2015 BUN
: 10 mg/dl (nilai normal : 6-20 mg/dl)
Serum Kreatinin : 0,9 mg/dl (nilai normal L/P :
View more...
Comments