LAPORAN KASUS Endometriosis

October 11, 2017 | Author: Clinton Washington | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download LAPORAN KASUS Endometriosis...

Description

LAPORAN KASUS ENDOMETRIOSIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kepaniteraan Klinik Stase Radiologi

Oleh : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI J 500060008

Pembimbing : dr. Hardiyanto, Sp.Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1

LAPORAN KASUS ENDOMETRIOSIS

OLEH : DHYNA MUTIARASARI PAWESTRI (J 500 060 008) Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pada Tanggal

Pembimbing : dr. Hardiyanto, Sp.Rad

( ......................................... )

Dipresentesikan dihadapan : dr. Hardiyanto, Sp.Rad

( ......................................... )

Disahkan Ka Program Profesi dr. Yuni Prastyo K, MM.Kes

( ......................................... )

2

BAB I LAPORAN KASUS I.

II.

IDENTITAS PASIEN Nama

: Ny.S

Nama suami : S

Umur

: 36 tahun

Umur

: 43 tahun

Pendidikan

: SLTA

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Wiraswasta

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Agama Suku

: Islam : Jawa

ANAMNESIS Seorang pasien masuk melalui Poliklinik kandungan di RSUD Karangayar dengan diagnosis kista endometriosis dan direncanakan operasi keesokan harinya. Keluhan Utama : Benjolan di perut bagian bawah Riwayat Penyakit Sekarang: Sejak 10 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri haid yang hebat, terus menerus selama haid, haid berlangsung selama 7 hari dan banyak, pasien tidak mampu beraktifitas seperti biasa, nyeri saat bersenggama tidak ada, riwayat perdarahan di luar haid tidak ada, tidak ada teraba benjolan, tidak ada demam, mual muntah tidak ada, tidak ada perubahan pada pola BAB dan BAK. 5 bulan yang lalu pasien mengeluhkan teraba benjolan pada perut bagian bawah sebesar telur puyuh, lunak, tidak dapat digerakkan, licin, tidak nyeri, semakin lama benjolan semakin membesar hingga sekarang sebesar telur ayam. Pasien rutin berobat ke Poli dan selama rawat jalan telah dilakukan pemeriksaan USG ulang (tanggal 25 Januari 2012) dengan diagnosis kista endometriosis dengan ukuran 9 x 7,4 cm. Pasien juga

3

melakukan pemeriksaan BNO-IVP dengan hasil ureterolitiasis kiri dan hidronefrosis kanan. Riwayat Haid: •

Menarche usia 14 tahun.



Siklus haid teratur 28 haid, lama 7 hari, ganti duk 3x/ hari, dismenorhea (+) sejak 1,5



tahun yang lalu.



Perdarahan di luar siklus haid tidak ada.

Riwayat Perkawinan:  Menikah 1 kali usia 18 tahun. Riwayat Kehamilan/ Persalinan/ Abortus:  P2A1H2 Riwayat Pemakaian Kontrasepsi:  Memakai KB suntik setelah kelahiran anak pertama selama 3 bulan.  Sejak 3 tahun yang lalu, pasien tidak ada menggunakan kontrasepsi. Riwayat Penyakit Dahulu: · DM (-), hipertensi (-), asma (-), · Riwayat tumor di tempat lain (-). Riwayat Penyakit Keluarga: · Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor. Riwayat Operasi Sebelumnya · Riwayat kuretase atas indikasi abortus 3 tahun yang lalu.

4

III.

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Komposmentis

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 80x/ menit

Suhu

: 36,5°C

Nafas

: 20x/ menit

Gizi

: Baik

TB

: 156 cm

BB

: 48 kg

Kepala

: simetris, conjungtiva anemis (-/-), sclera icteric (-/-)

Leher

:simetris, PKGB(-), JVP (-)

Thoraks Pulmo: Inspeksi

: simetris, pernafasan spontan,

Palpasi

: tidak ada ketinggalan gerak, fremitus kanan-kiri sama,

Perkusi

: sonor

Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-) Cor

:

Inspeksi

: ictus cordis tidak terlihat,

Palpasi

: ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra, kuat angkat (-)

Perkusi

: redup

Auskultasi : Bunyi Jantung 1-2 reguler, bising jantung (-), Abdomen: Inspeksi

: simetris, darm countour (-), darm steifung (-).

Auskultasi : peristaltik normal, Perkusi

:pekak pada daerah massa 5

Palpasi

: Teraba massa di regio suprapubis sebesar telur ayam, dengan konsistensi kistik, permukaan licin, batas tegas, terfiksir, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

Genitalia : •

Inspeksi : Vulva dan uretra tenang



Inspekulo : Vulva dan vagina tenang



Portio kenyal, permukaan licin, OUE tertutup, fluksus (-), erosi (-), laserasi



(-), polip (-), massa (-), fluor albus (-)

Pemeriksaan Dalam/Bimanual: •

Vagina tenang



Portio kenyal, permukaan licin, OUE tertutup



Korpus uteri tidak teraba



Teraba massa kistik di parametrium sinistra



Kavum Douglass: menonjol

HASIL USG : Kesan : Kista endometriosis (kista coklat) dengan ukuran 9 x 7,4cm Diagnosa Banding : Kista dermoid PENATALAKSANAAN Rencana Kistektomi PROGNOSIS Dubia ad bonam

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjarkelenjar dan stroma.4 Kista endometriosis adalah suatu jenis kista yang berasal dari jaringan endometrium. Ukuran kista bisa bervariasi antara 0.4-4 inchi. Jika kista mengalami ruptur, isi dari kista akan mengisi ovarium dan rongga pelvis.5 B. Etiologi Teori tentang terjadinya endometriosis adalah sebagai berikut: 1) Teori retrograde menstruasi Teori pertama yaitu teori retrograde menstruasi, juga dikenal sebagai teori implantasi jaringan endometrium yang viable (hidup) dari Sampson. Teori ini didasari atas 3 asumsi: a. Terdapat darah haid berbalik melewati tuba falopii b. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut hidup dalam rongga peritoneum c. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut dapat menempel ke peritoneum dengan melakukan invasi, implantasi dan proliferasi.6,7 Teori diatas berdasarkan penemuan: 1. Penelitian terkini dengan memakai laparoskopi saat pasien sedang haid, ditemukan darah haid berbalik dalam cairan peritoneum pada 75-90% wanita dengan tuba falopii paten.

7

2. Sel-sel endometrium dari darah haid berbalik tersebut diambil dari cairan peritoneum dan dilakukan kultur sel ternyata ditemukan hidup dan dapat melekat serta menembus permukaan mesotelial dari peritoneum. 3. Endometriosis lebih sering timbul pada wanita dengan sumbatan kelainan mulerian daripada perempuan dengan malformasi yang tidak menyumbat saluran keluar dari darah haid. 4. Insiden endometriosis meningkat pada wanita dengan permulaan menars, siklus haid yang pendek atau menoragia.6,7 2) Teori metaplasia soelomik Teori ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-20 oleh Meyer. Teori ini menyatakan bahwa endometriosis berasal dari perubahan metaplasia spontan dalam sel-sel mesotelial yang berasal dari epitel soelom (terletak dalam peritoneum dan pleura). Perubahan metaplasia ini dirangsang sebelumnya oleh beberapa faktor seperti infeksi, hormonal dan rangsangan induksi lainnya. Teori ini dapat menerangkan endometriosis yang ditemukan pada laki-laki, sebelum pubertas dan gadis remaja, pada wanita yang tidak pernah menstruasi, serta yang terdapat di tempat yang tidak biasanya seperti di pelvik, rongga toraks, saluran kencing dan saluran pencernaan, kanalis inguinalis, umbilikus, dimana faktor lain juga berperan seperti transpor vaskular dan limfatik dari sel endometrium.6,7 3) Teori transplantasi langsung Transplantasi langsung jaringan endometrium pada saat tindakan yang kurang hati-hati seperti saat seksio sesaria, operasi bedah lain, atau perbaikan

episiotomi,

dapat

mengakibatkan

timbulnya

jaringan

endometriosis pada bekas parut operasi dan pada perineum bekas perbaikan episiotomi tersebut.5 4) Teori genetik dan imun

8

Semua teori diatas tidak dapat menjawab kenapa tidak semua wanita yang mengalami haid menderita endometriosis, kenapa pada wanita tertentu penyakitnya berat, wanita lain tidak, dan juga tidak dapat menerangkan beberapa tampilan dari lesi. Penelitian tentang genetik dan fungsi imun wanita dengan endometriosis dan lingkungannya dapat menjawab pertanyaan diatas.6,7 Endometriosis 6-7 kali lebih sering ditemukan pada hubungan keluarga ibu dan anak dibandingkan populasi umum, karena endometriosis mempunyai suatu dasar genetik. Matriks metaloproteinase (MMP) merupakan enzim yang menghancurkan matriks ekstraseluler dan membantu lepasnya endometrium normal dan pertumbuhan endometrium baru yang dirangsang oleh estrogen. Tampilan MMP meningkat pada awal siklus haid dan biasanya ditekan oleh progesteron selama fase sekresi. Tampilan abnormal dari MMP dikaitkan dengan penyakitpenyakit invasif dan destruktif. Pada wanita yang menderita endometriosis, MMP yang disekresi oleh endometri-um luar biasa resisten (kebal) terhadap penekanan progesteron. Tampilan MMP yang menetap didalam sel-sel endometrium yang terkelupas dapat mengakibatkan suatu potensi invasif terhadap endometrium yang berbalik arah sehingga menyebabkan invasi dari permukaan peritoneum dan selanjutnya terjadi proliferasi sel.6,7 Pada penderita endometriosis terdapat gangguan respon imun yang menyebabkan pembuangan debris pada darah haid yang membalik tidak efektif. Makrofag merupakan bahan kunci untuk respon imun alami, bagian sistem imun yang tidak antigen-spesifik dan tidak mencakup memori imunologik. Makrofag mempertahankan tuan rumah melalui pengenalan, fagositosis, dan penghancuran mikroorganisme yang jahat dan juga bertindak sebagai pemakan, membantu untuk membersihkan sel apoptosis dan sel-sel debris. Makrofag mensekresi berbagai macam sitokin, faktor pertumbuhan, enzim dan prostaglandin dan membantu fungsi-fungsi faktor diatas disamping merangsang pertumbuhan dan proliferasi tipe sel yang lain. Makrofag terdapat dalam cairan peritoneum normal dan jumlah serta aktifitasnya meningkat pada wanita dengan 9

endometriosis. Pada penderita endometriosis, makrofag yang terdapat di peritoneum dan monosit yang beredar teraktivasi sehingga penyakitnya berkembang melalui sekresi faktor pertumbuhan dan sitokin yang merangsang proliferasi dari endometrium ektopik dan menghambat fungsi pemakannya. Natural killer juga merupakan komponen lain yang penting dalam proses terjadinya endometriosis, aktifitas sitotoksik menurun dan lebih jelas terlihat pada wanita dengan stadium endometriosis yang lanjut.6,7 C. Klasifikasi a) Peritoneal endometriosis Pada awalnya lesi di peritoneum akan banyak tumbuh vaskularisasi sehingga menimbulkan perdarahan saat menstruasi. Lesi yang aktif akan menyebabkan timbulnya perdarahan kronik rekuren dan reaksi inflamasi sehingga tumbuh jaringan fibrosis dan sembuh. Lesi berwarna merah dapat berubah menjadi lesi hitam tipikal dan setelah itu lesi akan berubah menjadi lesi putih yang miskin vaskularisasi dan ditemukan debris glandular. b) Ovarian Endometrial Cysts (Endometrioma) Ovarian endometrioma diduga terbentuk akibat invaginasi dari korteks ovarium setelah penimbunan debris menstruasi dari perdarahan jaringan endometriosis. Kista endometrium bisa besar (>3cm) dan multilokus, dan bisa tampak seperti kista coklat karena penimbunan darah dan debris ke dalam rongga kista. c) Deep Nodular Endometriosis Pada endometriosis jenis ini, jaringan ektopik menginfiltrasi septum rektovaginal atau struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan ligamentum utero-ovarium. Nodul-nodul dibentuk oleh hiperplasia otot polos dan jaringan fibrosis di sekitar jaringan yang menginfiltrasi. Jaringan endometriosis akan tertutup sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan secara klinis yang berhubungan dengan endomeriosis nodular dalam 10

D. Histogenesis Teori histogenesis dari endometriosis yang paling banyak dianut adalah teori dari Sampson. Menurut teori ini, endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali (regurgitasi) melalui tuba ke dalam rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid didapati sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-sel endometrium yang masih hidup ini kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis. 4 Teori lain dikemukakan oleh Robert Meyer bahwa endometriosis terjadi karena rangsangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang dapat mempertahankan

hidupnya

di

daerah

pelvis.

Rangsangan

ini

akan

menyebabkan metaplasia dari sel-sel epitel itu sehingga terbentuk jaringan endometrium. 4 Teori

hormonal

bermula

dari

kenyataan

bahwa

kehamilan

dapat

menyembuhkan endometriosis. Rendahnya kadar FSH, LH dan E2 dapat menghilangkan endometriosis. Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH dan E2. Pendapat yang sudah lama dianut ini mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis sangat tergantung dari kadar estrogen dalam tubuh. Pendapat ini mulai diragukan karena pada tahun 1989 Baziad dan Jacoeb menemukan kadar E2 yang cukup tinggi pada kasus-kasus endometriosis. Jacoeb pada tahun 1990 pun menemukan kadar E2 serum pada setiap kelompok derajat endometriosis hampir semuanya tinggi. Keadaan ini juga tidak bergantung pada beratnya derajat endometriosis. Kalau memang dianggap perkembangan endometriosis bergantung pada kadar estrogen dalam tubuh, seharusnya terdapat hubungan bermakna antara beratnya derajat endometriosis dengan kadar E2 di lain pihak, apabila kadar E2 dalam tubuh maka senyawa ini akan diubah kembali menjadi androgen melalui proses aromatisasi. Akibatnya, kadar testosterone pun akan meninggi. Tetapi 11

kenyataannya pada penelitian ini, kadar T tidak berubah secara bermakna menurut beratnya penyakit. 11 Sedangkan teori terakhir, endometriosis dikaitkan dengan aktivitas imun. Teori imunologis menerangkan bahwa secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan permukaan ovarium memiliki asal yang sama, oleh karena itu sel-sel endometriosis akan sejenis dengan mesotel. Telah diketahui bahwa CA-125 merupakan suatu antigen permukaan sel yang semula diduga khas untuk ovarium. Karena endometriosis merupakan proses proliferasi sel yang bersifat destruktif, maka lesi ini tentu akan meningkatkan kadar CA-125. Banyak yang berpendapat bahwa endometriosis adalah suatu penyakit autoimun karena memiliki kriteria yang cenderung lebih banyak pada wanita, bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan multiorgan dan menunjukkan aktivitas sel B-poliklonal.11 E. Patologi Gambaran mikroskopik dari endometrium sangat variabel. Lokasi yang sering terdapat ialah pada ovarium dan biasanya bilateral. Pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai besar berisi darah tua menyerupai coklat. Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak ke dalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista dan menyebabkan akut abdomen. Tuba pada endometriosis biasanya normal.4 Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi endometriosis yakni kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium dan perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin dan sel-sel makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel radang dan jaringan ikat sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya. Jaringan endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam uterus dapat dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron. Sebagai akibat dari pengaruh hormon-hormon tersebut,

12

sebagian besar sarang endometriosis berdarah secara periodik yang menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan.4 Pada kehamilan dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis. Apabila kehamilannya berakhir, reaksi desidual menghilang disertai dengan regresi sarang endometriosis. Pengaruh baik dari kehamilan kini menjadi dasar pengobatan endometriosis dengan hormon untuk mengadakan apa yang dinamakan kehamilan semu (pseudopregnancy).4 F. Gejala Klinis Gejala-gejala yang sering ditemukan pada kista endometriosis adalah:1,4 

Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid (dismenore). Sebab dari dismenore ini tidak diketahui tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan dalam sarang endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Nyeri tidak selalu didapatkan pada endometriosis walaupun kelainan sudah luas sebaliknya kelainan ringan dapat menimbulkan gejala nyeri yang hebat. Nyeri yang hebat dapat menyebabkan mual, mntah, dan diare. Dismenore primer terjadi selama tahun-tahun awal mestruasi, dan semakin meningkat dengan usia saat melahirkan anak, dan biasanya hal ini tidak berhubungan dengan endometriosis. Dismenore sekunder terjadi lebih lambat dan akan semakin meningkat dengan pertambahan usia. Hal ini bisa menjadi tanda peringatan akan terjadinya endometriosis, walaupun beberapa wanita dengan endometriosis tidak terlalu merasakannya.



Dispareunia merupakan gejala yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya endometriosis di kavum Douglasi.



Nyeri waktu defekasi, terjadi karena adanya endometriosis pada dinding rekstosigmoid. Kadang-kadang bisa terjadi stenosis dari lumen usus besar tersebut.



Poli dan hipermenorea, dapat terjadi pada endometriosis apabila kelainan pada ovarium sangat luas sehingga fungsi ovarium terganggu.

13



Infertilitas, hal ini disebabkan apabila motilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan disekitarnya. Sekitar 30-40% wanita dengan endometriosis menderita infertilitas.

G. Diagnosis Tidak ada pemeiksaan yang sederhana untuk mendiagnosis endometriosis. Dalam

kenyataannya,

satu-satunya

cara

untuk

mendiagnosis

pasti

endometriosis adalah dengan melakukan laparoskopi dan melakukan biopsi jaringan. Pemeriksaan ini merupakan gold standard dalam mendiagnosis endometriosis. Endometriosis dicurigai bila ditemukan adanya gejala nyeri di daerah pelvis dan adanya penemuan-penemuan yang bermakna selama pemeriksaan fisik. Melalui pemeriksaan rektovaginal (satu jari di dalam vagina dan satu jari lagi di dalam rectum) akan teraba nodul (jaringan endometrium) di belakang uterus dan di sepanjang ligamentum yang menyerang dinding pelvis. Suatu saat bisa saja nodul tidak teraba, tetapi pemeriksaan ini sendiri dapat menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman.13 H. Penatalaksanaan Endometriosis bisa diterapi dengan medikamentosa dan/atau pembedahan. Pengobatan endometriosis juga bertujuan untuk menghilangkan nyeri dan/atau memperbaiki fertilitas.6,13,14  Endometriosis dan subfertilitas 

Adhesi peritubal and periovarian dapat menginterferensi dengan transportasi ovum secara mekanik dan berperan dalam menyebabkan subfertilitas. Endometriosis peritoneal telah terbukti berperan dalam menyebabkan subfertilitas dengan cara berinterferensi dengan motilitas tuba, follikulogenesis, dan fungsi korpus luteum. Aromatase dipercaya dapat meningkatkan kadar prostaglandin E melalui peningkatan 14

ekspresi COX-2. Endometriosis juga dapat menyebabkan subfertilitas melalui peningkatan jumlah sperma yang terikat ke epitel ampulla sehingga mempengaruhi interaksi sperm-endosalpingeal. 

Pemberian medikamentosa pada endometriosis minimal atau sedang tidak terbukti meningkatkan angka kehamilan. Endometriosis sedang sampai berat harus dioperasi.



Pilihan lainnya untuk mendapatkan kehamilan ialah inseminasi intrauterin, superovulasi, dan fertilisasi invitro. Pada suatu penelitian case-contol,

rata-rata

kehamilan

dengan

injeksi

sperma

intrasitoplasmik tidak dipengaruih oleh kehadiran endometriosis. Lebih jauh, analisi lainnya menunjukkan peningkatan kejadian kehamilan akibat fertilisasi in vitro dengan preterapi endometriosis tingkat 3 dan 4 dengan agonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH).  Terapi interval  Beberapa peneliti percaya bahwa endometriosis dapat ditekan dengan pemberian

profilaksis

berupa

kontrasepsi

oral

kombinasi

berkesinambungan, analog GnRH, medroksiprogesteron, atau danazol sebagai upaya untuk meregresi penyakit yang asimtomastik dan mengatasi fertilitas subsekuen.  Ablasi melalui pembedahan untk endometriosis simptomatik juga dapat meningkatkan kesuburan dalam 3 tahun setelah follow-up. Tidak ada hubungan antara endometriosis dengan abortus rekuren dan tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa terapi medikamentosa atau pembedahan dapat mengurangi angka kejadian abortus. ·  Terapi medis: pil kontrasepsi oral kombinasi, danazol, agen progestational, dan analog GnRH. Semua obat ini memiliki efek yang sama dalam mengurangi nyeri dan durasinya.  Pil kontrasepsioral kombinasi berperan dalam supresi ovarium dan memperpanjang efek progestin. 15

 Semua agen progesteron berperan dalam desidualisasi dan atrofi endometrium. -

Medroksiprogesteron asetat berperan dalam mengurangi nyeri.

-

Megestrol asetat juga memiliki efek yang sama

-

The levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) berguna dalam mengurangi nyeri akibat endometriosis.

 Analog GnRH berguna untuk menurunkan gejala nyeri, namun tidak berefek dalam meningkatkan angka fertilitas. Terapi dengan GnRH menurunkan gejala nyeri pada 85-100% wanita dengan endometriosis.  Danazol berperan untuk menghambat siklus follicle-stimulating hormone (FSH) and luteinizing hormone (LH) dan mencegah steroidogenesis di korpus luteum. Terapi Bedah Terapi bedah bisa diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif jika fungsi reproduksi berusaha dipertahankan, semikonservatif jika kemampuan reproduksi dikurangi tetapi fungsi ovarium masih ada, dan radikal jika uterus dan ovarium diangkat secara keseluruhan. Usia, keinginan untuk memperoleh anak lagi, perubahan kualitas hidup, adalah hal-hal yang menajdi pertimbangan ketika memutuskan suatu jenis tindakan operasi.6, 13,14  Pembedahan konservatif  Tujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan perlengketan perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya gejala nyeri dan mengganggu transportasi ovum. Pendekatan laparoskopi adalah metode pilihan untuk mengobati endometriosis secara konservatif. Ablasi bisa dilakukan dengan dengan laser atau elektrodiatermi. Secara keseluruhan, angka rekurensi adalah 19%. Pembedahan ablasi laparoskopi dengan diatermi bipolar atau laser efktif

dalam

menghilangkan

gejala

nyeri

pada

87%.

Kista

endometriosis dapat diterapi dengan drainase atau kistektomi. Kistektomi laparoskopi mengobati keluhan nyeri lebih baik daripada 16

tindakan drainase. Terapi medis dengan agonis GnRH mengurangi ukuran kista tetapi tidak berhubungan dengan hilangnya gejala nyeri.  Flushing tuba dengan media larut minyak dapat meningkatkan angka kehamilan

pada

kasus

infertilitas

yang

berhubungan

dengan

endometriosis.  Untuk dismenorhea yang hebat dapat dilakukan neurektomi presakral. Bundel saraf yang dilakukan transeksi adalah pada vertebra sakral III, dan bagian distalnya diligasi.  Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) berguna untuk mengurangi gejala dispareunia dan nyeri punggung bawah.  Untuk pasien dengan endometriosis sedang, pengobatan hormonal adjuvant postoperative efektif untuk mengurangi nyeri tetapi tidak ada berefek

pada

fertilitas.

Analog

GnRH,

danazol,

dan

medroksiprogesteron berguna untuk hal ini.  Pembedahan semikonservatif  Indikasi pembedahan jenis ini adalah wanita yang telah melahirkan anak dengan lengkap, dan terlalu muda untuk menjalani pembedahan radikal, dan merasa terganggu oleh gejala-gejala endometriosis. Pembedahan yang dimaksud adalah histerektomi dan sitoreduksi dari jaringan endometriosis pelvis. Kista endometriosis bisa diangkat karena sepersepuluh dari jaringan ovarium yang berfungsi diperlukan untuk memproduksi hormon. Pasien yang dilakukan histerektomi dengan tetap mempertahankan ovarium memiliki risiko enam kali lipat lebih besar untuk mengalami rekurensi dibandingkan dengan wanita yang dilakukan histerektomi dan ooforektomi.  Terapi medis pada wanita yang telah memiliki cukup anak yang juga memiliki efek dalam mereduksi gejala.  Pembedahan radikal

17

 Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari endometrium

yang

terlihat.

Adhesiolisis

ditujukan

untuk

memungkinkan mobilitas dan menormalkan kembali hubungan antara organ-organ di dalam rongga pelvis.  Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi begian yang mengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan obstruksi usus dilakukan reseksi anastomosis jika obstruksi berada di rektosigmoid anterior. I. Diagnosis Banding Adenomiosis uteri, radang pelvik, dengan tumor adneksa dapat menimbulkan kesukaran dalam diagnosis. Pada kelainan di luar endometriosis jarang terdapat perubahan-perubahan berupa benjolan kecil di kavum Douglasi dan ligamentum sakrouterina. Kombinasi adenomiosis uteri atau mioma uteri dengan endometriosis dapat pula ditemukan. Endometriosis ovarii dapat menimbulkan kesukaran diagnosis dengan

kista

ovarium.

Sedangkan

endometriosis

yang

berasal

dari

rektosigmoid perlu dibedakan dari karsinoma.4 J. Prognosis Endometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan dengan histerektomi

dan

ooforektomi

bilateral.

Angka

kejadian

rekurensi

endometriosis setelah dilakukan terapi pembedahan adalah 20% dalam waktu 5 tahun. Ablasi komplit dari endometriosis efektif dalam menurunkan gejala nyeri sebanyak 90% kasus. Beberapa ahli mengatakan eksisi lesi adalah metode yang baik untuk menurunkan angka kejadian rekurensi dari gejalagejala endometriosis. 8 Pada kasus infertilitas, keberhasilan tindakan bedah berhubungan dengan tingkat berat ringannya penyakit. Pasien dengan endometriasis sedang memiliki peluang untuk hamil sebanyak 60%, sedangkan pada kasus-kasus endometriosis yang berat keberhasilannya hanya 35%.8 18

DAFTAR PUSTAKA 1. American

Society.

Endometriosis

a

guide

for

patient

http://www.asrm.org/Patients/patientbooklets/endometriosis.pdf 2. Oepomo TD. Concentration of TNF-α in the peritoneal fluid and serum of endometrioticpatients. http://www.unsjournals.com/DD0703D070302.pdf 3. NHS Evidence, Annual Evidence Update on Endometriosis – Epidemiology and etiology. http://www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx? resID=258981&tabID=290&catID=11472 4. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP, 2002. p.314-36 5. Lee

BM,

The

Endometriosis

cyst.

http://ezinearticles.com/?Cyst-

Endometriosis---Cystin- the-Walls-of-the-Womb&id=1794678 6. Wellbery

C.

Diagnosis

and

Treatment

of

Endometriosis

1999;

http://www.aafp.org/afp/991015ap/contentshtml 7. Overton C, Davis C, McMillanL, Shaw R. An Atlas Of Endometriosis, 3rd ed. London: Informa Healthcare, 2007. p.2-3, 36 8. Sud

S,

Tulandi

T.

Endometriosis

http://www.obgyn.net/medical.asp?

page=/english/pubs/features/mcgill-student-projects/endometriosis. 9. Kandeel

M,

Endometriosis:

An

update

http://www.gfmer.ch/GFMER_members/pdf/Endometriosis_Kandeel_2008.pd f 10. Martin DC. Endometriosis staging. http://www.memfert.com/endostage.htm 11. Farid.

Endometriosis

di

Sekitar

Kita.

http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=2011 12. Endometriosis

Research

Foundation.

Diagnosing

endometriosis,.

http://www.endometriosis.org/endometriosis.html 19

13. Kapoor

D,

Davila.

Endometriosis:

Treatment

&

Medication.

http//www.emedicine.com

20

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF