Laporan kasus Disproporsi Kepala Panggul e.c Makrosomia

January 29, 2017 | Author: Rakhmat Ari Wibowo | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan kasus Disproporsi Kepala Panggul e.c Makrosomia, disproporsi kepala panggul, makrosomia, distokia, sectio caesar...

Description

LAPORAN KASUS Susp DKP e.c Makrosomia

disusun oleh : dr. Rakhmat Ari Wibowo

RS. BHAYANGKARA MATARAM Maret 2013

1

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS SUSP DKP e.c SUSP MAKROSOMIA Diajukan untuk memenuhi tugas internship di wahana

Mataram, Peserta,

dr. Rakhmat Ari Wibowo

Dokter Pendamping

Dokter Pendamping

Internship

Internship

dr. Novi Arviyah

dr. Mike Wijayanti Djohar

Dokter Ahli,

dr. I Komang Tresna, SpOG 2

DAFTAR ISI Halaman Judul ………………………………………………………………………..

01

Lembar Pengesahan ………………………………………………………………......

02

Daftar Isi ……………………………………………………………………………..

03

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………………….

04

BAB II Laporan Kasus ………………………………………………………………

05-06

BAB III Tinjauan Pustaka …………………………………………………………..

07-18

BAB III.1 Distosia ……………………………………………………………….

07-08

BAB III.2 Disproporsi Kepala Panggul ……………………………………………..

09-14

III.2.1. Pengertian Disproporsi Kepala Panggul …....………………………………..

09

III.2.2. Faktor-faktor Disproporsi Kepala Panggul…………………………………..

09-10

III.2.3. Pemeriksaan pada Disproporsi Kepala Panggul……………………………..

10-13

III.2.4. Penanganan Disproporsi Kepala Panggul………..........……………………..

03-14

BAB III.3 Makrosomia ……………………………………………………………… 15-18 BAB III.3.1. Pengertian Makrosomia………………………………………………..

15

BAB III.3.2. Faktor risiko makrosomia………………………………………………..

15

BAB III.3.3. Diagnosis Makrosomia………………………………………………..... 15 - 16 BAB III.3.4. Penanganan Makrosomia……………………………………………….. 16 - 17 III.3.5. Prognosis Makrosomia…………………………………………...……............

17

III.3.6. Makrosomia pada ibu dengan riwayat SC…………………………………..

17 - 18

BAB IV Pembahasan ………………………………………………………………..

19

BAB V Kesimpulan …………………………………………………………………

20

BAB VI Daftar Pustaka ……………………………………………………………..

20 3

LAPORAN KASUS : Susp DKP e.c susp Makrosomia oleh : Rakhmat Ari Wibowo

I.

PENDAHULUAN

Angka kejadian sectio caesarea cukup tinggi dan terus meningkat. Di negara maju, angka kejadian sectio caesarea berkisar 1,5-7%. Di Amerika Serikat, angka sectio caesarea meningkat sangat tajam yakni 4,5% pada tahun 1965 menjadi 23% pada tahun 1985. Di Indonesia, angka kejadian sectio caesarea juga terus meningkat. Angka kejadian bedah caesar di RS Sanglah Denpasar Bali meningkat dari 8,06% pada tahun 1984 menjadi 20,22% pada tahun 1994. Operasi SC dilakukan jika persalinan pervaginam mengandung risiko yang lebih besar bagi ibu maupun janin. Sectio caesarea dilakukan berdasarkan beberapa indikasi yang meliputi indikasi maternal, indikasi fetal maupun keduanya. Indikasi operasi SC dapat bersifat mutlak maupun relatif. Indikasi sectio caesarea terbanyak meliputi adanya riwayat sectio caesarea, presentasi bokong, distokia, dan fetal distress. Riwayat sectio caesarea dan distokia merupakan indikasi utama sectio caesarea di amerika dan negara industri lainnya. Di Indonesia, disproporsi sefalopelvik merupakan indikasi SC terbanyak. Winkjosastro (2005) menyebutkan bahwa indikasi umum SC antara lain: disproporsi sefalopelvik 21 persen, gawat janin 14 persen, plasenta previa 11 persen, riwayat SC sebelumnya 11 persen, kelainan letak janin 10 persen, pre eklamsi dan hipertensi 10 persen. Tujuan pembahasan kasus susp DKP e.c susp makrosomia ini adalah untuk mendeteksi disproporsi kepala panggul dan makrosomia serta penangannya. Kasus yang akan dipresentasikan ini merupakan kasus asli dan perlu dibahas dalam rangka pembelajaran agar lebih memahami pemeriksaan dan penatalaksanaan serta komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus tersebut.

4

II. LAPORAN KASUS

Identitas pasien : Nama

: Ny. N

Usia

: 31 tahun

Suku

: Sasak

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Kekalik Montong

MRS

: 26 Februari 2013

Anamnesis : Pasien G2P1A0 (HPHT ??) datang ingin kontrol kehamilan pasien mengatakan sudah merasakan kencang-kencang (+) namun masih jarang dan cuma sebentar, keluar lendir darah dari vagina (-), keluar air ketuban/merembes (-), nyeri kepala (-), nyeri perut di bagian bawah (-), merasakan gerak bayi (+), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan, ANC 4x RPD: Hipertensi (+) Asma (-) DM (-)

R. Obs: 4500 gram, SC e.c. Bayi besar

5

KU

: Compos mentis, baik

TB 155 cm BB sebelum hamil 75 kg BB saat ini ? Vital sign

: TD 140/100 mmHg, HR 80x/menit, RR 16x/menit, t 36,50C

Kepala : Conjunctiva anemis (+)/(+), Sclera ikterik (-)/(-) Thorax : simetris (+), retraksi (-) Pulmo : vesikuler +/+, RBK -/-, Wh -/Cor

: S12 murni regular (+), murmur (-)

Abdomen

: pada pemeriksaan Leopold didapatkan TFU 39 cm, puka, kepala belum

masuk panggul, DJJ 13-13-12, osborn test (+) Ekstremitas

: akral hangat (+), clubbing finger (-), sianosis (-) , edema (-)

Pemeriksaan obstetri: pembukaan (-), STLD (-), Selket (+), Konjugata diagonalis 12 cm Pemeriksaan Laboratorium :

AL Hb HCT AT AE GDS Urinalisis

Nilai normal 4-10. 10-3/uL 11-16 g/dL 37-54 % 100-300. 10-3/uL 3,5-5,5. 10-6/uL < 1,5 mg/dL

7,9 9,1 33,7 123 4,14 111 Warna kuning; agak keruh; pH 5; BJ 1,030; protein/glu/ keton /nitrit /urobilinogen /bilirubin /lekosit /darah (-); sedimen lekosit 2-5; eritrosit -; epitel 2-5; bakteri BT 2 menit 17 detik CT 7 menit 23 detik USG: BPD 10,2 cm TBJ 4659 gram Diagnosis : Susp DKP e.c Susp Makrosomia, G2P1A0 belum dalam persalinan dengan riwayat SC 4,5 thn e.c makrosomia Hipertensi kronis Anemia

6

III. TINJAUAN PUSTAKA III.1.Distokia Distokia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki karakteristik kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Hal tersebut dapat terjadi dari empat kelainan yang dapat muncul secara tunggal atau dalam kombinasi, antara lain: 1. Kelainan kontraksi. Kelainan ini bisa disebabkan karena kontraksi uterus yang lemah atau kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga tidak cukup. Dapat juga terjadi akibat kurangnya kontraksi otot-otot volunter dari ibu saat kala dua. 2. Kelainan presentasi, posisi, dan pertumbuhan janin. 3. Kelainan tulang pelvis 4. Kelainan jaringan lunak pada saluran reproduksi yang dapat menghambat penurunan janin.

Kelainan-kelainan tersebut bisa disederhanakan menjadi 3P yaitu: 1. Power: kontraksi uterus dan usaha ibu dalam mengejan 2. Passanger: Fetus 3. Passage: Pelvis dan jalan lahir

Temuan Klinis pada Distosia: 1. Dilatasi serviks dan penurunan janin yang tidak adekuat: a. partus lama b. partus macet c. gaya ekspulsif tidak adekuat

2. Disproporsi kepala panggul a. Ukuran janin terlalu besar b. Kapasitas panggul kurang memadai c. Malpresentasi atau malposisi janin

3. Ketuban pecah tanpa persalinan

7

Kombinasi kelainan-kelainan tersebut sering berinteraksi dalam menyebabkan distosia. Saat ini, istilah disproporsi kepala panggul dan kegagalan kemajuan persalinan lebih sering digunakan untuk menyebut distosia.

1. Istilah disproporsi sefalopelvik mulai digunakan sebelum abad ke-20 untuk menggambarkan persalinan macet akibat ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dan panggul ibu. Istilah berasal pada saat indikasi utama untuk kelahiran sesar adalah kontraktur panggul akibat rakhitis. Disproporsi murni sebenarnya langka, dan kebanyakan kasus terjadi akibat malposisi kepala janin dalam panggul. Hal ini terlihat dari dua pertiga atau lebih perempuan yang menjalani persalinan sesar dengan indikasi disproporsi sefalopelvis selanjutnya dapat melahirkan bayi pervaginam.

2. Kegagalan kemajuan persalinan telah menjadi semakin populer untuk mendeskripsikan distosia. Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan kurangnya dilatiasi serviks atau kurangnya penurunan janin. Berikut ini merupakan istilah-istilah untuk pola persalinan abnormal:

8

III.2. Disproporsi kepala panggul

III.2.1 Pengertian Disproporsi Kepala Panggul Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadan yang timbul karena tidak adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin. III.2.2. Faktor-faktor Disproporsi Kepala Panggul Disproporsi kepala panggul dapat disebabkan karena ukuran janin terlalu besar, kapasitas panggul kurang memadai, atau gabungan keduanya, serta malpresentasi atau malposisi janin. 1. Kapasitas pelvis yang tidak memadai Setiap penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitasnya dapat membuat distosia selama persalinan. Penyempitan tersebut dapat terjadi pada pintu atas panggul, panggul tengah, dan pintu bawah panggul. 1). Kesempitan pada pintu atas panggul Pintu atas panggul dianggap sempit bila diameter anteroposterior terpendeknya kurang dari 10 cm, atau diameter taransversa kurang dari 12 cm. oleh karena pada pangul sempit kemungkinan besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, menyebabkan serviks uteri kurang mengaami tekanan kepala sehingga dapat menyebabkan inersia uteri dan lambatnya pembukaan serviks. 2). Kesempitan panggul tengah Apabila ukurannya distansia interpinarum kurang dari 9,5 cm diwaspadai akan kemungkinan kesukaran dalam persalinan, ditambah agi bila ukuran diameter sagitalis juga pendek. 3). Kesempitan pintu bawah panggul Pintu bawah pangul terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Bila distansia tuberum dengan diameter sagitalis posterior kurangdari 15 cm, maka dapat timbul kemacetan pada kelahiran ukuran normal. 9

2. Ukuran janin Ukuran janin saja jarang menimbulkan distosia. Bahkan dengan kemajuan teknologi saat ini, batas ukuran janin untuk memprediksi adanya disproporsi kepala panggul masih sulit dilakukan. Sebagian besar kasus disproporsi timbul pada janin yang berat badannya baik dalam jangkauan populasi obstetri secara umum. Dua pertiga neonatus yang membutuhkan kelahiran sesar setelah kegagalan forseps, beratnya kurang dari 3700 g. Dengan demikian, faktor-faktor lain, seperti malposisi kepala, merupakan faktor yang turut menghambat penurunan janin.

3. Mal presentasi kepala Pada persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati pintu jalan lahir berada dalam keadaan fleksi dengan presentasi belakang kepala. Dengan adanya malpresentasi kepala seperti presentasi puncak kepala, presentasi dahi dan presentasi muka maka dapat menimbulkan kemacetan dalam persalinan. Hal ini dimungkinkan karena kepala tidak dapat masuk PAP karena diameter kepala pada malpresentasi lebih besar disbanding ukuran panggul khususnya panjang diameter anteroposterior panggul.

III.2.3. Pemeriksaan pada Disproporsi Kepala Panggul 1. Pelvimetri klinis: a. Pelvimetri eksternal Pelvimetri eksternal tidak banyak bermanfaat kecuali untuk pengukuran pintu bawah panggul Pelvimetri eksternal untuk pintu bawah panggul Angulus Subpubic Bituberous diameter Anterior and posterior sagittal diameters

10

b. Pelvimetri internal Dilakukan melalui pemeriksaan dalam pada saat ANC minggu 38 , atau sebelum persalinan. Pelvimetri internal dilakukan untuk mengukur Pintu atas panggul: Diameter transversa Diameter anteroposterior Konjugata diagonalis

Pintu tengah panggul: Distansia interspinarum

Pintu bawah panggul: Distansia intertuberosum Diameter anteroposterior Diameter sagitalposterior

Panggul dinyatakan sempit bila: Pintu atas panggul: Diameter transversa
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF