LAPORAN KASUS DIARE

September 11, 2017 | Author: Agnes Cecilia | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download LAPORAN KASUS DIARE...

Description

LAPORAN KASUS DIARE

Disusun oleh : Agnes Cecilia Anggoman 0661050096

Pembimbing : dr. Tri Yanti, Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi Universitas Kristen Indonesia Jakarta 2013

STATUS PASIEN

I.

Identitas Pasien •

MR No.

: 03.34.69.53



Nama

: An. S



Umur

: 1 tahun



Jenis kelamin

: Perempuan



Agama

: islam



Alamat

: Jl. Nusa Indah Perumnas 1 Bekasi Barat

II.

Identitas Orang Tua Ayah

Ibu

Nama

Tn. A

Ny. F

Umur

28 thn

24 thn

Pekerjaan

Wiraswasta

Ibu rumah tangga

Agama

Islam

Islam

Perkawinan

1

1

Hubungan dengan orang tua : anak kandung

III.

Anamnesa

Keluhan Utama

:

Mencret

Keluhan tambahan

:

Muntah dan demam

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RSUD Bekasi dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret kurang lebih 10 kali/hari. Mencret cair menyemprot, ada ampas dan berwarna kuning. Mencretnya ada sedikit bercampur dengan lendir tetapi darah disangkal. Bau tinjanya seperti biasa tidak berbau asam maupun berbau busuk.

± 10 jam sebelum masuk rumah sakit pasien muntah sebanyak ± 1x berisi makanan yang dimakan sebanyak ± setengah gelas aqua. Muntahannya tidak menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba dan terus menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai membuat pasien kejang. Buang air kecil masih ada waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien belum mengobati keluhan – keluhannya ini tetapi langsung membawa ke RS.

Riwayat Penyakit Dahulu Disangkal

Penyakit

Umur

Penyakit

Umur

Penyakit

Umur

Alergi

-

Difteri

-

Peny. Jantung

-

Cacingan

-

Diare

-

Peny. Ginjal

-

Demam berdarah

-

Kejang

-

Peny. Darah

-

Demam tifoid

-

Kecelakaan

-

Radang Paru

-

Otitis

-

Morbili

-

Tuberculosis

-

Parotitis

-

Operasi

-

Asma

-

Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini. Selain itu keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit alergi, asma, TB paru, hipertensi dan DM.

Riwayat Kehamilan : Ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan, namun tidak setiap bulan. Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-), perut tegang (-), BAK sakit dan anyang-anyangan (-), kencing manis (-), dan darah tinggi (-).

Riwayat Kelahiran : Cara lahir

: spontan

Tempat lahir

: rumah bersalin

Ditolong oleh

: bidan

Masa gestasi

: cukup bulan

Berat lahir

: 3100 gram

Panjang lahir

: 49 cm

Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)

Kelainan bawaan : (-)

Riwayat imunisasi : Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal. Vaksin

Umur 0 bulan

1 bulan

2 bulan

4 bulan

6 bulan

BCG



DPT













Polio





Campak Hepatitis B





Riwayat tumbuh kembang: •

Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan



Gangguan perkembangan mental : Tidak ada



Psikomotor : * Duduk

: 9 bulan

* Berdiri

: 11 bulan

* Berjalan

: belum bisa berjalan

Riwayat Pemberian ASI : 

9 bulan

ASI sejak lahir sampai 10 bulan Frekuensi 4-6 kali perhari

18 bulan

Data Perumahan Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah tembok, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur pompa. Terdapat jamban keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan lingkungan jarak antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari, pertukaran udara dan kebersihan rumah kurang.

IV.

PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 20 Februari 2013 

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang, tidak sesak, tidak gelisah,lesu



Kesadaran

: kompos mentis



Frekwensi Nadi

: 108 x/menit (reguler,kuat angkat)



Frekwensi Pernafasan

: 30 x/menit (reguler)



Suhu tubuh

: 38 °C



Data Antropoemetri



√ Berat Badan

: 13 kg

√ Tinggi Badan

: 94 cm

Kepala



Kepala

: bulat, normocephli



Rambut

: Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut



Mata

: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik Tidak terlalu cekung, pupil isokor, simetris, refleks cahaya +/+, air mata (+)



Telinga

: Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-, sekret -/-



Hidung

: Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-), pernafasan cuping hidung (-)



Bibir



Gigi geligi

: tidak ada kelainan



Lidah

: tidak hiperemis



Tonsil

: T1 – T1, tenang : tenang, tidak hiperemis

: Mukosa bibir kering, sianosis (-)



Faring

: tidak hiperemis



Leher

: Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar

Toraks •

Inspeksi

: Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris Retraksi (-)



Palpasi

: Vokal fremitus kiri dan kanan sama



Perkusi

: Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor



Auskultasi

: Bising napas dasar vesikuler Ronki -/-, Wheezing -/Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen •

Inspeksi

: Perut tampak datar



Auskultasi

: Bising usus (+) normal : 5x/menit



Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali lambat



Perkusi

: Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)

Kulit

: ikterik (-), petechie (-)

Ekstremitas

: Bentuk biasa, deformitas (-),Akral hangat, sianosis tidak ada, capillary refill < 2 detik

IV.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium 20 Februari 2013 JENIS PEMERIKSAAN 

HASIL

Urine lengkap

warna

Kuning

kerjeniahan

Agak keruh

pH

7.0

berat jenis

1010



albumin

Negatif

Glukosa

Negatif

Keton

Negatif

Urobilinogen

0.2

Bilirubin

Negatif

Darah samar

Negatif

Lekosit esterase

Positif 1 (+)

Nitrit

Negatif

Eritosit

0-2

Lekosit

5-10

Silinder

Negatif

Epitel

Gepeng (-)

Kristal

Negatif

Bakteri

Positif 1(+)

Lain-lain

Negatif

Feses lengkap Warna

Kuning

Konsistensi

Cair

Bau

Khas

Campuran

Tidak ditemukan

Lekosit

0-5

Eritrosit

0-2

Bakteri

Pos (++)

Parasit

Negatif

Telur cacing

Negatif

Jamur

Negatif

Amylum

Pos (++)

Lemak

Positif

Serat

Positif serat tumbuhan

Ph

5.0

Reduksi

Negatif

V. RESUME Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan mencret sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret kurang lebih 10 kali/hari. Mencret cair menyemprot, ada ampas dan berwarna kuning. Mencretnya ada sedikit bercampur dengan lendir tetapi darah disangkal. Bau tinjanya seperti biasa tidak berbau asam maupun berbau busuk. ± 10 jam sebelum masuk rumah sakit pasien muntah sebanyak ± 1x berisi makanan yang dimakan sebanyak ± setengah gelas aqua. Muntahannya tidak menyemprot. Selain itu juga pasien ada demam yang timbul tiba-tiba dan terus menerus. Demamnya tidak terlalu tinggi, tidak menggigil dan tidak sampai membuat pasien kejang. Buang air kecil masih ada waktu terakhir pasien mencret. Orang tua pasien belum mengobati keluhan – keluhannya ini. PEMERIKSAAN FISIK 

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang, tidak sesak, tidak gelisah,lesu



Kesadaran

: kompos mentis



Frekwensi Nadi

: 108 x/menit (reguler,kuat angkat)



Frekwensi Pernafasan

: 30 x/menit (reguler)



Suhu tubuh

: 38 °C



Data Antropoemetri



√ Berat Badan

: 13 kg

√ Tinggi Badan

: 94 cm

Mata

: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik Tidak terlalu cekung, pupil isokor, simetris, refleks cahaya +/+, air mata (+)

Abdomen •

Inspeksi

: Perut tampak datar



Auskultasi

: Bising usus (+) normal : 5x/menit



Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), turgor kembali lambat



Perkusi

: Timpani, nyeri ketok (-), pekak alih (-)

PEMERIKSAAN LAB : Feses lengkap : warna kuning,cair, bakteri positif (++), amylum pos (++), lemak (+), positif serat tumbuhan.

VI.

Diagnosa Kerja Diare akut e.c bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang

VII.

Diagnosa Banding Diare akut e.c virus

VIII. Penatalaksanaan - Rawat inap •

Diet



IVFD : Ringer laktat 12 tetes/menit



MM

: biasa

: - paracetamol 10 mg/kgBB/kali -

ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari

-

Zinc 20 mg per hari (PO)

-

Probiotik 3 x 1 sachet (PO)

Edukasi kepada orang tua IX. PEMERIKSAAN ANJURAN Kultur tinja X. PROGNOSIS 

Ad Vitam

:ad bonam



Ad Fungsionam

:ad bonam

Ad Sanationam

: ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari baik disertai lendir dan darah maupun tidak.1 Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1 B. Cara Penularan dan Faktor Resiko Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barabg – barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. ( melalui 4 F = finger, flies, fluid, field ).

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antra lain : tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana keberihan ( MCK ), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal- hal tersebut, beberapa factor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk terjangkit diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambu ng, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan factor genetic. 1. Faktor umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insideen tetinggi terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa. 2. Infeksi asimtomatik Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunisasi aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung pada beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berparan penting dalam peyebaran banyak enteropaogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan, dan berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat lain. 3. Faktor musim Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah sub tropik diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah tropik ( termasuk Indonesia ), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatn sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan. 4. Epidemi dan pandemic Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyababkan epidemic dan pandemic yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan

vibrio

cholera 0.1 biotipe Eltor telah menyebar ke Negara – Negara di Afrika, Amerika latin, Asia, Timur Tengah, dan di beberapa daerah di amerika Utara

dan Eropa. Dalam kurun waktu yang sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika Tengah dan terakhir di Afrika tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun 1992, dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyababkan pandemic di Asia dan lebih dari 1 negara mengalami wabah. C. Etiologi Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut karena infeksi adalah non inflammatory dan inflammatory. GOLONGAN BAKTERI

GOLONGAN VIRUS

GOLONGAN PARASIT

Aeromonas

Astrovirus

Balantidiom coli

Bacillus cereus

Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)

Blastocystis homonis

Canpilobacter jejuni

Enteric adenovirus

Crytosporidium parvum

Clostridium perfringens

Corona virus

Entamoeba histolytica

Clostridium defficile

Rotavirus

Giardia lamblia

Eschercia coli

Norwalk virus

Isospora belli

Plesiomonas shigeloides

Herpes simplek virus

Strongyloides stercoralis

Salmonella

Cytomegalovirus

Trichuris trichiura

Shigella Staphylococcus aureus Vibrio cholera Vibrio parahaemolyticus Yersinia enterocolitica Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia 90 mEq/L), dan perbedaan osmotiknua kuran dari 20 mOsm/L.6 Osmotik

Sekretorik

Volume tinja

200 ml/hari

Puasa

Diare berhenti

Diare berlanjut

Na+ tinja

70 mEq/L

Reduksi

(+)

(-)

pH tinja

6

Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihidroxy, serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifasi protein kinasi. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilase membrane protein sehingga megakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Disisi lain terjadi peningkatan pompa natrium , dan natrium masuk ke dalam lumen usus bersama Cl-.1 3. Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas. Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama malabsorbsi, teatpi perubahan motilitas mempunyai pengaruh terhadap absorbs. Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi, Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan statis intestinal bearkibat inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada Thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan berbagai peyakit lain.1 4. Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada beberapa keadaan.

Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare laina seprti diare osmotik dan sekretorik.1,9 E. Manifestasi klinis Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1 Rotavirus

Shigella

Salmonella

ETEC

EIEC

Kolera

Masa Tunas

17-72 jam

24-48 jam

6-72 jam

6-72 jam

6-72 jam

48-72 jam

Panas

+

++

++

-

++

-

Mual, muntah

Sering

Jarang

Sering

+

-

Sering

Nyeri perut

Tenesmus

Tenesmus, kramp

Tenesmus,kolik

-

Tenesmus, kramp

Kramp

Nyeri kepala

-

+

+

-

-

-

lamanya sakit

5-7 hari

>7hari

3-7 hari

2-3 hari

variasi

3 hari

Volume

Sedang

Sedikit

Sedikit

Banyak

Sedikit

Banyak

Frekuensi

5-10x/hari

>10x/hari

Sering

Sering

Sering

Terus menerus

Konsistensi

Cair

Lembek

Lembek

Cair

Lembek

Cair

Darah

-

+

Kadang

-

+

-

Bau

Langu

-

Busuk

-

-

Amis khas

Warna

Kuning hijau

Merah-hijau

Kehijauan

Tak berwarna

Merah-hijau

Seperti air cucuian beras

Leukosit

-

+

+

-

-

-

Lain-lain

anorexia

Kejang+

Sepsis +

Meteorismus

Infeksi sistemik+

-

Gejala klinis :

Sifat tinja:

Tabel 5. Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab F. Diagnosis 1. Anamnesis Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakahh panas atau penyakit lain yang menyertai

seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.1 2. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.1 Pernpasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan MMWR.1 Symptom

Minimal

atau

dehidrasi,

tanpa

kehilangan

Dehidrasi

ringan

sedang,

Dehidrasi berat, kehilangan

kehilangan BB 3%-9%

BB>9%

Normal,

Apatis, letargi, idak sadar

BB140x / menit

Pernapasan Turgor Nadi Penilaian : 13

: Dehidrasi berat

Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:3  dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L  dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+150 mEq/L Gejala

Hipotonik

Isotonik

Hipertonik

Rasa haus

-

+

+

Berat badan

Menurun sekali

Menurun

Menurun

Turgor kulit

Menurun sekali

Menurun

Tidak jelas

Kulit/ selaput lender

Basah

Kering

Kering sekali

Gejala SSP

Apatis

Koma

Irritable, apatis, hiperfleksi

Sirkulasi

Jelek sekali

Jelek

Relatif masih baik

Nadi

Sangat lemah

Cepat dan lemah

Cepat, dan keras

Tekanan darah

Sangat rendah

Rendah

Rendah

Banyaknya kasus

20-30%

70%

10-20%

Tabel 8. Gejala dehidrasi menurut tonisitas 3. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperkukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:1

 darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika  urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika  tinja: a. Pemeriksaan makroskopik Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mucus atau darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga mengandung darah atau mucus bias disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides. Pemeriksaan makroskopik mencakup warna tinja, konsistesi tinja, bau tinja, adanya lendir, adanya darah, adanya busa. Warna tinja tidak terlalu banyak berkolerasi dengan penyebab diare. Warna hijau tua berhubungan dengan adnya warna empedu akibat garam empedu yang dikonjugasi oleh bakteri anaerob pada keadaan bacterial overgrowth. Warna merah akibat adanya darah dalam tinja atau obat yang dapat menyebabkan warna merah dalam tinja seperti rifampisin. Konsistensi tinja dapat cair, lembek, padat. Tinja yag berbusa menunjukan adanya gas dalam tinja kaibat fermentasi bakteri. Tinja yang berminyak, lengket, dan berkilat menunjukan

adanya

lemak

dalam

tinja.

Lendir

dalam

tinja

menggambarkan kelainan di kolon , khususnya akibat infeksi bakteri. Tinja yang sangatberbau menggambarkan adanya fermentasi oleh bakteri anaerob dikolon. Pemeriksaan pH tinja menggunakan kertas lakmus dapat dilakukan untuk menentukan adanya asam dalam tinja. Asam

dalam tinja tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga masuk ke usus besar yang banyak mengandung bakteri komensial. Bila pH tinja
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF