Laporan Kasus CVA
September 21, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Kasus CVA...
Description
LAPORAN KASUS
CEREBROVASCULAR ACCIDENT (CVA)
Disusun oleh:
Alif Musdalifa NIM. 21401101091
Pembimbing:
dr. Novi Irawan, Sp.S
KEPANITERAAN KLINIK MADYA LABORATORIUM ILMU SARAF RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya
kepada
penyusun
sehingga
laporan
kasus
tentang
“Cerebrovascular Accident (CVA)” (CVA)” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Tujuan penyusunan laporan kasus ini guna memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya serta melatih dalam menangani kasus kedokteran. Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi perbaikan laporan kasus ini. Atas saran dan kritik dokter pembimbing dan pembaca, penyusun ucapkan terima kasih. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penyusun, pembaca serta rekanrekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.
Blitar, November 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman COVER ............................................ ................................................................... ............................................. ......................................... ................... i KATA PENGANTAR ................................. ....................................................... ............................................ ............................. ....... ii DAFTAR ISI ............................................ .................................................................. ............................................ ................................ .......... iii BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG ..................................................... ..........................................................1 .....1
1.2
RUMUSAN MASALAH............................... ..................................................... .......................2 .2
1.3
TUJUAN ......................................... ............................................................... ......................................2 ................2
1.4
MANFAAT...................... MANFAAT ............................................. .............................................. ..............................3 .......3
BAB II STATUS PASIEN ........................................................ ...........................................................................4 ...................4 BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1
DEFINISI DAN KLASIFIKASI ........................................22 ........................................22
3.2
EPIDEMIOLOGI..................... ........................................... ...........................................2 .....................23 3
3.3
FAKTOR RESIKO ....................................................... .............................................................23 ......23
3.4
MANIFESTASI KLINIS ................................................. ....................................................24 ...24
3.5
PATOFISIOLOGI ............................................. ..............................................................26 .................26
3.6
PENEGAKAN DIAGNOSA ..............................................27 ..............................................27
3.7
PENATALAKSANAAN PENATALAKSA NAAN .......................................... ....................................................29 ..........29
3.8
KOMPLIKASI........................................... .................................................................. .........................32 ..32
3.9
PENCEGAHAN ...................... ............................................ ...........................................3 .....................33 3
3.10 PROGNOSIS .......................................... ................................................................. ............................34 .....34 BAB IV ANALISA KASUS ....................................................... ........................................................................36 .................36
iii
BAB V PENUTUP
5.1
KESIMPULAN.......................................... ................................................................. .........................39 ..39
5.2
SARAN ........................................... ................................................................. ....................................39 ..............39
DAFTAR PUSTAKA......................................... ............................................................... ...........................................4 .....................40 0
iv
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
Cerebrovascular Accident (CVA) atau yang lebih dikenal dengan stroke adalah kumpulan gejala klinis yang ditandai dengan defisit neurologis baik fokal maupun global yang terjadi secara mendadak dan berlangsung selama 24 jam atau lebih (Chaerunnisa, 2017). Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, dan penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Selain itu, penyakit stroke juga merupakan masalah kesehatan utama yang menyebabkan kematian (Dinata et al ., ., 2013). Menurut American Heart Association (AHA), di Amerika angka kematian akibat stroke setiap tahunnya sekitar 50-100 dari 100.000 penderita sedangkan di Indonesia sekitar 15.4% (Riskesdas, 2013). Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8.3 per mil di tahun t ahun 2007 menjadi 12.1 per mil di tahun 2013. Prevalensi meningkat sesuai kelompok usia yaitu 0.8% pada rentang usia 18-44 tahun, 2.7% usia 45-64 tahun dan 8.1% pada usia 65 tahun atau lebih (Satyanegara, 2010). Stroke dapat diklasifikasikan menjadi stroke iskemik/infark dan stroke perdarahan/hemoragik. Stroke iskemik/infark disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak sehingga suplai oksigen dan glukosa ke otak menurun. Oklusi dapat berupa trombus, embolus, atau tromboembolus. Stroke hemoragik dapat berupa perdarahan intraserebral atau subarakhnoid (Setyopranoto, 2011). Di Indonesia, stroke iskemik/infark adalah jenis stroke terbanyak diderita yaitu sekitar 52.9%,
2
diikuti stroke perdarahan serebral sekitar 38.5% dan 1.4% diantaranya stroke perdarahan subarakhnoid (Dinata et al ., ., 2013). Oleh karena prevalensi dan mortalitas stroke yang tinggi maka sangat penting untuk mengetahui dan memahami mengenai penyakit stroke ini sehingga dapat menurunkan angka mortalitas akibat stroke tersebut
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa definisi dan klasifikasi CVA ? 1.2.2 Bagaimana epidemiologi CVA ? 1.2.3 Apa saja faktor resiko CVA ?Patofis 1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis CVA ? 1.2.5 Bagaimana patofisiologi CVA ? 1.2.6 Bagaimana penegakan diagnosa CVA ? 1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan CVA ? 1.2.8 Apa saja komplikasi CVA ? 1.2.9 Bagaimana pencegahan CVA ? 1.2.10 Bagaimana prognosis CVA ?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami definisi dan klasifikasi CVA 1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi CVA 1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami faktor resiko CVA 1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis CVA 1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi CVA 1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami penegakan diagnosa CVA
3
1.3.7 Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan CVA 1.3.8 Untuk mengetahui dan memahami komplikasi CVA 1.3.9 Untuk mengetahui dan memahami pencegahan CVA 1.3.10 Untuk mengetahui dan memahami prognosis CVA
1.4 MANFAAT
Penulisan laporan kasus ini diharapkan meningkatkan keilmuan sebagai dokter dalam mengetahui dan memahami tentang Cerebrovascular Accident (CVA), sehingga apabila menemui kasus tersebut mampu mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan dengan tepat.
4
BAB II STATUS PASIEN 2.1 ANAMNESA a. Identitas
Nama
: Tn. S
Umur
: 57 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Pernikahan
: Menikah
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Blitar
Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
No. RM
: 616***
Masuk RS
: 18/11/2018
Tgl Periksa
: 24/11/2018
b. Anamnesa
- Keluhan utama : tangan dan kaki kanan lemas - Kejadian yang berhubungan dengan keluhan utama : kejadian mendadak saat berjalan-jalan di rumah - Perjalanan penyakit : Pasien datang ke IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar hari Minggu pagi tanggal 18 November 2018 dengan keluhan tangan dan kaki kanan lemas sulit digerakkan. Keluhan tersebut dirasakan pasien sejak 7 hari yang lalu
5
namun memberat satu jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan terjadi tiba-tiba dan diawali dengan kaki kanan tebal juga kesemutan. Selain itu, tangan pasien tidak kuat untuk digunakan beraktivitas. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa bicara pasien menjadi pelo. Jalan pasien menjadi sempoyongan. Riwayat pingsan, jatuh, mual, muntah, dan nyeri kepala disangkal. - Riwayat penyakit dahulu Riwayat stroke
: Disangkal
Riwayat DM
: Ada
Pasien lupa sejak kapan menderita DM. Pasien mengatakan bahwa kadar gula tertinggi sekitar 290 mg/dL, sering kontrol ke Puskesmas, tetapi obat tidak diminum rutin. Obat diminum bila kadar gula darah tinggi dan ada keluhan saja. Riwayat hipertensi
: Ada
Pasien lupa sejak kapan menderita hipertensi. Pasien mengatakan bahwa tensi selalu lebih dari 150 mmHg, sering kontrol ke Puskesmas, tetapi obat tidak diminum rutin. Obat diminum bila ada keluhan saja. Riwayat penyakit jantung
: Disangkal
Riwayat hiperlipidemia
: Disangkal
Riwayat operasi
: Disangkal
Riwayat MRS
: Disangkal
- Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat stroke
: Disangkal
Riwayat DM
: Ibu dan anak meninggal dunia e.c DM
6
Riwayat hipertensi
: Disangkal
Riwayat penyakit jantung
: Disangkal
Riwayat hiperlipidemia
: Disangkal
- Riwayat pengobatan sebelumnya : Pasien mendapatkan pengobatan untuk penyakit DM dan hipertensi. Pasien minum obat oral glibenclamid untuk diabetesnya dan amlodipin untuk hipertensinya, tetapi pasien tidak rutin minum obat tersebut. Obat diminum hanya ada keluhan dan kadar baik gula darah maupun tensinya kembali tinggi. - Riwayat Alergi Alergi obat
: Disangkal
Alergi makanan
: Disangkal
- Riwayat Kebiasaan Pasien tidak membatasi makanannya (manis, asin, dan berlemak). Makan hanya 2x/hari. Pasien lebih suka merokok dan minum kopi. Rokok perharinya bisa lebih dari 1 bungkus. Pasien sudah lama mempunyai kebiasaan merokok. Selain itu, pasien juga jarang olahraga. - Riwayat sosial : Hubungan dengan keluarga dan tetangga baik - Riwayat ekonomi : menengah kebawah
7
2.2 PEMERIKSAA PEMERIKSAAN N FISIK a. Keadaan umum :
Tampak cukup, kesadaran composmentis (GCS E4M5V6), kesan gizi cukup b. Tanda vital
- Tensi : 160/80 mmHg - Nadi : 90 x/menit, reguler - RR
: 20 x/menit, reguler
- T.Ax : 36 oC c. Kulit
Turgor kulit lambat/menurun (-), ikterik (-), sianosis (-), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-) d. Kepala
Bentuk mesocephal (-), luka (-), rambut tdk mudah dicabut, keriput (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells wajah/ bells palsy (-) e. Mata
Konjungtiva anemis (-ǀ-), sklera ikterik (-ǀ-) f. Hidung
Napas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-) g. Mulut
Bibir pucat (-), mukosa bibir kering (-), bibir sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir perot (-) h. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), penurunan pendengaran (-)
8
i. Tenggorok
Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-) j. Leher
JVP tdk meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar linfe (-), lesi pada kulit (-) k. Thoraks
Normochest, simetris, pernapasan abdominothoracal, retraksi (-), spider navi (-), pulsasi infrasternalis (-), ICS melebar (-) COR
- Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi
: Ictus cordis tak kuat angkat
- Perkusi Batas kiri atas
:
ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan atas
:
ICS II linea parasternal dextra
Batas kiri bawah
:
ICS V linea midclavicula sinistra
Batas kanan bawah
:
ICS IV line parasternal dextraa
(Batas jantung terkesan dbn) - Auskultasi
: Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler
PULMO
- Inspeksi
: Pergerakan dada kanan sama dengan kiri
- Palpasi
: Fremitus raba kanan sama dengan kiri
- Perkusi
: Sonor ǀ Sonor
- Auskultasi
: Suara dasar vesikuler; suara ronki (- ǀ-), wheezing (-ǀ-)
9
l. Abdomen
- Inspeksi
: Dinding perut tampak datar Supel, nyeri tekan (-), hepar tdk teraba, pembesaran
- Palpasi
: lien (-)
- Perkusi
: Timpani seluruh lapang perut
- Auskultasi
: Bising usus (+) normal
m. Ekstremitas Ekstremitas
Palmar eritema (-ǀ-) Akral dingin
Oedem
Paresis
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
n. Sistem genetalia : dBN
2.3 PEMERIKSAA PEMERIKSAAN N PSIKIATRI
Kontak
:
Verbal (+), non verbal (+), relevan dan lancar
Kesadaran
:
Tidak berubah
Orientasi
:
Waktu (+), Tempat (+), Orang (+)
Daya ingat
:
Jangka panjang baik, jangka pendek baik
Persepsi
:
Baik, halusinasi (-)
Proses berpikir
:
Bentuk realistik, arus koheren
Afek / emosi
:
Baik
Kemauan
:
Baik
Psikomotor
:
Baik
10
2.4 PEMERIKSAA PEMERIKSAAN N NEUROLOGI a. Kesan umum
Kesadaran
:
GCS E4M5V6
- Disartria
:
(+)
- Monoton
:
(-)
- Scanning
:
(-)
- Afasia motorik
:
(-)
- Afasia sensorik
:
(-)
- Afasia anomik
:
(-)
- Besar
:
(-)
- Asimetri
:
(-)
- Sikap paksa
:
(-)
- Torticollis
:
(-)
- Mask (topeng)
:
(-)
- Myopatik
:
(-)
- Fullmoon
:
(-)
- Kaku kuduk
:
(-)
- Brudzinski I
:
(-)
- Brudzinski II
:
(-)
Pembicaraan
Kepala
Muka
b. Pemeriksaan khusus
1. Meningeal sign
11
- Brudzinski III
:
(-)
- Brudzinski IV
:
Tdk dievaluasi
- Kernig
:
(-)
2. Saraf kranial NC.I
Kanan
Kiri
Hipo / anosmia
-
-
Parosmia
-
-
Halusinasi
-
-
Kanan
Kiri
NC.II
Visus Buta warna Funduscopi
dBN -
Tdk dievaluasi
- NC.III, NC.III, IV, VI Kanan Kedudukan bola mata
Kiri Simetris
Pergerakan bola mata - Ke nasal
dBN
- Ke temporal
dBN
- Ke atas
dBN
- Ke bawah
dBN
- Ke temporal bawah
dBN
Eksoftalmus
-
-
12
Ptosis
-
-
Bundar
Bundar
- Lebar
2 mm
2 mm
- Perbedaan lebar
Isokor
Isokor
Pupil - Bentuk
- R.cahaya direct
dBN
- R.cahaya konsensuil
dBN
- Reaksi akomodasi
dBN
- Reaksi konvergensi
dBN
NC. V
Kanan
Kiri
Cabang motorik - Otot masseter
dBN
- Otot temporal
dBN
Cabang sensorik - I, II, III
dBN
- Refleks kornea
dBN
NC. VII
Kanan
Kiri
Waktu diam - Kerutan dahi
dBN
- Tinggi alis
dBN
- Sudut mata
dBN
- Lipatan nasolabial
dBN
13
Waktu gerak - Mengerutkan dahi
dBN
- Menutup mata
dBN
- Bersiul
dBN
- Memperlihatkan gigi
dBN
NC. VIII
Kanan
Kiri
-
-
Vestibular - Vertigo - Nistagmus
Tdk dievaluasi
Cochlear - Rinne
Tdk dievaluasi
- Schwabah
Tdk dievaluasi
- Weber
Tdk dievaluasi
NC. IX, X
Bagian motorik - Suara biasa/parau/tidak
:
Suara biasa
- Menelan
:
(+)
- Kedudukan arcus pharynx
:
dBN
- Kedudukan uvula
:
dBN
- Pergerakan arcus pharynx
:
dBN
- Detak jantung
:
dBN
- Bising usus
:
dBN
14
Bagian sensorik - Pengecapan 1/3 belakang lidah
: Tdk dievaluasi
- Refleks oculocardiac
: Tdk dievaluasi
- Refleks carotiocardiac
: Tdk dievaluasi
- Refleks muntah
: Tdk dievaluasi
- Refleks palatum molle
: Tdk dievaluasi
NC. XI
Kanan
Kiri
Mengangkat bahu
dBN
Memalingkan kepala
dBN
NC.XII
Kedudukan lidah waktu istirahat
: dBN
Kedudukan lidah waktu gerak
: dBN
3. Motorik KEKUATAN OTOT
Kanan
Kiri
Tubuh - Otot perut
Tdk dievaluasi
- Otot pinggang
Tdk dievaluasi
- Kedudukan diafragma saat
Tdk dievaluasi
istirahat dan bergerak Lengan - M. deltoid (abd. Lengan atas)
4
5
- M. bicep (fleksi lengan atas)
4
5
15
- M. tricep (ekstensi lengan
4
5
4
5
4
5
- Membuka jari tangan
4
5
- Menutup jari tangan
4
5
- Fleksi art. Coxae
4
5
- Ekstensi art. Coxae
4
5
- Fleksi sendi lutut
4
5
- Ekstensi sendi lutut
4
5
- Fleksi plantar
4
5
- Ekstensi dorsal pedis
4
5
- Gerakan jari-jari
4
5
- Atrofi
-
-
- Pseudohipertrofi
-
-
atas) - Fleksi sendi pergelangan tangan - Ekstensi sendi pergelangan tangan
Tungkai
BESAR OTOT
- Respon trhdp perkusi normal
dBN
- Reaksi myotonik
dBN
PALPASI OTOT
- Nyeri
-
-
- Kontraktur
-
-
16
- Konsistensi
dBN
TONUS OTOT (lengan dan tungkai)
- Hipotonik
-
-
- Spastic
-
-
- Rigid
-
-
- Rebound phenomen
-
-
- Tremor saat istirahat
-
-
- Tremor saat aktivitas
-
-
- Chorea
-
-
- Athetose
-
-
- Myoklonik
-
-
Kanan
Kiri
GERAKAN INVOLUNTER
GAIT
: dBN
4. Sensorik Rasa ekstroceptik Rasa nyeri superficial Rasa suhu
dBN Tdk dievaluasi
Rasa raba ringan
dBN
5. Refleks-refleks Kanan
Kiri
Refleks kulit
- Refleks dinding perut
Tdk dievaluasi
- Refleks kremaster
Tdk dievaluasi
- Refleks interscapular
Tdk dievaluasi
17
- Refleks gluteal
Tdk dievaluasi
- Refleks anal
Tdk dievaluasi
Refleks tendon/periost. tendon/periost.
- Refleks mandibula
Tdk dievaluasi
- Refleks biceps
+2
+2
- Refleks triceps
+2
+2
- Refleks periosto-radial
Tdk dievaluasi
- Refleks periosto-ulnar
Tdk dievaluasi
- Refleks patella
+2
+2
- Refleks achilles
+2
+2
- Babinski
-
-
- Chaddock
-
-
- Oppenheim
-
-
- Rossolimo
-
-
- Gordon
-
-
- Mandel-bechterew
-
-
- Stransky
-
-
- Gonda
-
-
- Hoffman trommer
-
-
Refleks patologik
2.5 DIAGNOSA BANDING
Diagnosa banding pada kasus diatas adalah CVA Infark, CVA ICH (intracerebral hemorrhage), hemorrhage), CVA SAH ( subarachnoid subarachnoid hemorrhage) hemorrhage)
18
2.6 PEMERIKSAA PEMERIKSAAN N PENUNJANG 2.6.1 Laboratorium Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
13.3
13 13 – – 17 17 g/dL
Leukosit
9.800
4.000 – 4.000 – 11.000 11.000 /Cmm
238.000
150.000 – 150.000 – 450.000 450.000 /Cmm
39.2
40 40 – – 54 54 %
11/-/1/50/30/8
1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7
MCV
83.1
80 80 – – 97 97 fl
MCH
28.1
27 27 – – 31 31 pg
MCHC
33.8
32 32 – – 36 36 %
Eritrosit
4.720.000
4.5 – 4.5 – 6.5 6.5 juta/Cmm
Creatinin
1.2
< 1.4 mg/dL
BUN
18
< 23.4 mg/dL
Asam urat
7
< 7 mg/dL
Kolesterol
236
< 200 mg/dL
Trigliserida
180
< 150 mg/dL
HDL kolesterol
36
> 40 mg/dL
LDL kolesterol
117
< 130 mg/dL
GDA
272
< 200 mg/dL
Trombosit PCV Diff. count
19
2.6.2 CT Scan Kepala
Kesimpulan: Tidak ada kelainan CT-Scan Kepala. Tidak ada tanda-tanda massa, perdarahan / infark intrakranial pada CT scan saat ini.
2.6 RESUME KASUS
Tn.S dibawa ke IGD RSUD Mardi Waluyo Blitar hari Minggu pagi tanggal 18 November 2018 dengan keluhan tangan dan kaki kanan lemas sulit digerakkan. Keluhan tersebut dirasakan pasien sejak 7 hari yang lalu namun memberat satu jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan terjadi tiba-tiba dan diawali dengan kaki kanan tebal juga kesemutan. Selain itu, tangan pasien tidak kuat untuk digunakan beraktivitas. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa bicara pasien menjadi pelo. Jalan pasien menjadi sempoyongan. Riwayat pingsan, jatuh, mual, muntah, dan nyeri kepala disangkal. Pasien ada riwayat DM dan hipertensi. Riwayat penyakit keluarga ada riwayat DM saja. Pasien tidak rutin minum obat
20
DM dan hipertensi. Kebiasaan sehari-hari pasien suka merokok, minum kopi, makanan tidak dibatasi dan jarang beraktivitas fisik rutin. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/80 mmHg dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan pada kadar profil lipid dan kadar gula darah acak sedangkan kadar lainnya dalam batas normal. Dari hasil CT Scan kepala tidak didapatkan kelainan.
2.7 DIAGNOSA KERJA
Diagnosa klinis
: Hemiparese kanan, disartria, DM, Hipertensi stage II, Dislipidemia
Diagnosa topis
: Hemisfer sinistra
Diagnosa etiologis
: CVA infark
2.8 PENATALAKSANAAN 2.8.1 Medikamentosa
- IVFD Asering 10 tpm - Amlodipin tab 1x10 mg p.o - Atorvastatin tab 1x20 mg p.o - Neurodex tab 2x1 p.o - Clopidogrel tab 1x75 mg p.o - Novorapid 6-6-6-0 subkutan subkutan - Levemir 0-0-0-12 subkutan
21
2.8.2 Non medikamentosa medikamentosa
- Bedrest - Monitoring keadaan umum, GCS, tanda vital, GD 1 dan 2, defisit neurologis, juga keluhan pasien. - Diet rendah lemak dan karbohidrat - Fisioterapi - Edukasi : a. Mengendalikan faktor resiko Menjaga pola makan, hentikan merokok, beraktivitas fisik rutin b. Minum obat teratur c. Fisioterapi sendiri juga oleh keluarga
2.9 PROGNOSIS
Ad vitam
: Dubia bonam
Ad fungsionam fungsionam : Dubia malam Ad Sanationam : Dubia malam
22
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Stroke adalah suatu gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global, terjadinya mendadak (akut) yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak secara mendadak (dalam beberapa detik atau menit) yang dapat menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang mengalami kerusakan (Morgensten, 2010). Berdasarkan definisi WHO, stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan
kematian,
tanpa penyebab
lain
selain
gangguan
vaskuler
(PERDOSSI, 2007). Berdasarkan kausanya, stroke dapat diklasifikasikan menjadi : a. Stroke infark / iskemik Stroke jenis ini dapat disebabkan oleh karena emboli yang lepas dari sumbernya ataupun trombus pada pembuluh darah otak (Chaerunnisa, 2017). b. Stroke perdarahan / hemoragik Stroke jenis ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak baik intraserebral maupun subarkhnoid. Perdarahan intraserebral terjadi karena aneurisma
akibat
hipertensi
tak
terkontrol
sedangkan
perdarahan
subarakhnoid disebabkan aneurisma di ruang subarkhnoid (Chaerunnisa, 2017).
23
3.2 EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, kasus stroke cenderung mengalami peningkatan baik dalam hal kejadian, kecacatan maupun kematian. Insidensi stroke sebesar 51.6/100.000 penduduk, dengan penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Stroke banyak menyerang usia produktif dan usia lanjut, yakni sekitar 11.8% dibawah usia 45 tahun, 54.2% usia 45-64 tahun dan usia diatas 65 tahun sekitar 33.5% (PERDOSSI, 2011). Penderita stroke bisa kembali hidup normal sedia kala sekitar 10-15% sedangkan sisanya mengalami kecacatan (Price et al ., ., 2006). Angka kematian stroke berdasarkan umur yaitu 15.9% (umur 44-55 tahun), 26.8% (umur 55-64 tahun) dan 23.5% (umur 65 tahun keatas) (PERDOSSI, 2011).
3.3 FAKTOR RESIKO
Faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke diantaranya: a. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi - Hipertensi - Diabetes mellitus - Dislipidemia - Obesitas - Stres - Merokok - Alkohol - Pola hidup tidak sehat (Setyopranoto, 2011). b. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi - Umur
24
- Jenis kelamin - Herediter - Ras dan etnis - Geografi - Kelainan kongenital vaskular - Riwayat stroke (Setyopranoto, 2011).
3.4 MANIFESTASI KLINIS
Perbedaan klinis stroke iskemik (trombotik dan emboli) maupun hemoragik (intraserebral dan subarakhnoid) dapat dilihat tabel 3.1 dan 3.2 (Setyopranoto, 2011). Tabel 3.1 Perbedaan Stroke Iskemik Dan Hemoragik Infark
Hemoragik
Subakut
Akut
Bangun pagi
Aktivitas
++
-
Nyeri Kepala
±
++
Muntah
-
++
Kejang
-
++
Kesadaran Menurun
+
++
Hari ke-4
Sejak awal serangan
Ptosis
-
+
Rangsang Meningeal
-
++
Papil Edem
-
++
Kortikal/Subkortikal Kortikal/Subkortikal
Subkortikal
Tanda & Gejala
Permulaan Waktu Serangan Peringatan Sebelumnya
Bradikardi
Lokasi
25
Tabel 3.2 Gambaran Klinis Berbagai B erbagai Macam Stroke
Gambaran Klinik
Serangan
Defisit Neurologik
Tekanan darah
Temuan khusus lainnya
CT Scan Kepala
Stroke Trombotik Saat istirahat/tidur malam,
Stroke Embolik Saat aktivitas sehari-hari,
Sering didahului TIA
tidak saat tidur
Fokal, sering memberat secara gradual
Fokal, seringkali maksimal saat serangan
Hipertensi (sering)
Normotensi
Aritmia jantung, fibrilasi atrial, Penyakit kelainan jantung/pembuluh katup darah jantung, arterosklerotik bising karotis/tanda sumber embolik lain Area hipodens Area Hipodens
pada infark hemoragik, tampak pula area hiperdens
ICH
Saat melakukan aktivitas Fokal, sangat akut disertai tanda peningkatan TIK (nyeri kepala, muntah, kesadaarn menurun, kejang,dll) Hipertensi berat (sering)
SAH
Nyeri kepala sangat hebat, mendadak, biasanya saat aktivitas
Defisit neurologic jarang dijumpai Tanda rangsangan selaput otak
Hipertensi (jarang)
Penyakit jantung hipertensif, retinopati hipertensif
Perdarahan subhialoid/preretinal likwor berdarah
Area hiperdens intraserebral / intraventikular
Area hiperdens di sisterna basalis
Gejala awal stroke yang perlu diwaspadai dikenal dengan singkatan FAST (Chaerunnisa. 2017) : 1. Face Face (wajah) (wajah) wajah mencong sebelah / tidak simetris 2. Arm drive (gerakan drive (gerakan lengan) kelumpuhan lengan
26
3. Speech Speech (bicara) (bicara) tidak bisa bicara atau bicara pelo 4. Three of sign (ketiga sign (ketiga tanda diatas)
ada
ketiga gejala : perubahan wajah,
kelumpuhan lengan dan bicara. Gejala lain stroke adalah kehilangan kesadaran, vertigo, kesemutan separuh badan, gangguan penglihatan tibatiba satu atau dua mata.
3.5 PATOFISIOLOGI 3.5.1 Stroke iskemik
Stroke iskemik dapat disebabkan oleh karena trombus maupun emboli. Adanya trombus atau emboli menyebabkan aliran darah otak terganggu. Akibatnya, suplai oksigen ke otak akan terganggu. Kekurangan oksigen pada otak akan menghambat proses fosforilasi oksidatif sehingga produksi ATP untuk energi akan berkurang. Kurangnya ATP akn menyebabkan pompa NaK-ATPase tidak berfungsi sehingga terjadi depolarisasi membran sel saraf. Hal tersebut memicu pembukaan kanal ion kalsium. Kenaikan influks kalsium secara cepat sehingga terjadi gangguan homeostasis kalsium. Gangguan homeostasis kalsium tersebut akan memicu proses biokomia yang bersifat eksitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel saraf (nekrosis maupun apoptosis) (Price et al ., ., 2006). 3.5.2 Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik banyak disebabkan oleh karena hipertensi. Pada hipertensi akan meningkat tekanan darah secara signifikan. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan robeknya pembuluh arteri sehingga terjadi perdarahan pada jaringan otak. Perdarahan tersebut akan membentuk suatu massa sehingga menyebabkan jaringan otak terdesak, bergeser, atau tertekan (displacement of
27
brain tissue). Hal tersebut akan menyebabkan fungsi otak terganggu. Semakin besar hemoragik yg terjadi, semakin besar displacement jaringan otak yang terjadi. Pasien dengan stroke hemoragik sebagian besar mengalami ketidaksadaran dan akhirnya meninggal (Price et al ., ., 2006).
3.6 PENEGAKAN DIAGNOSA 3.6.1 Anamnesa
Pada anamnesa didapatkan onsetnya mendadak, adanya mual dan muntah, kejang, riwayat penurunan kesadaran. Kelumpuhan anggota gerak, mulut perot, bicara pelo atau tidak bisa bicara juga paling sering ditemukan pada penderita stroke. Selain itu, pada anamnesa juga perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat kebiasaan, dan riwayat pengobatan. Hal tersebut berkaitan dengan faktor resiko terjadinya stroke. 3.6.2 Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital b. Pemeriksaan kepala-leher (mencari cedera akibat jatuh, bruit carotis, carotis, peningkatan JVP) c. Pemeriksaan fisik umum d. Pemeriksaan neurologis - Kesadaran (GCS) - Nervus Nervus kranialis (III, IV, VI, VII, IX, X, dan XII) - Kaku kuduk (pada stroke perdarahan subarakhnoid) - Motorik (ada tidaknya lateralisasi) - Refleks (refleks patologis positif, refleks fisiologis meningkat)
28
- Sensorik - Fungsi kognitif (ada tidaknya afasia) 3.6.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap untuk melihat tanda anemia, leukositosis, jumlah trombosit b. PT, PTT, INR untuk melihat kontraindikasi absolut pemberian trombolitik rt-PA yakni jika INR > 1.5 c. Renal function test untuk melihat kontraindikasi pemberian kontras d. Enzim jantung untuk evaluasi gangguan jantung e. Serum elektrolit f. Liver function test untuk eksklusi encepalopati hepatic g. Chest
X-ray
untuk
mengetahui
riwayat
hipertensi
(gambaran
cardiomegali) h. CT-scan adalah pemeriksaan gold standart untuk membedakan stroke iskemik (area hipodens) dan hemoragik (area hiperdens) i. Angiografi serebral untuk mengetahui malformasi atau kelainan vaskular j. MRI biasanya untuk menentukan adanya lesi di batang otak dan mendeteksi perdarahan posterior k. Lumbal pungsi jika dicurigai adanya SAH dan CT scan tidak ada perdarahan l. EEG jika dicurigai adanya kejang
29
3.7 PENATALAKSANAAN Stadium Hiperakut
Tindakan pada fase ini dilakukan di IGD dan berupa tindakan resusitasi
cerebro-cardio-pulmonal dengan tujuan mecegah perluasan kerusakan jaringan otak (Setyopranoto, 2011). Beberapa tindakan yang dilakukan : - Pemberian oksigen 2 lpm dan cairan kristaloid/koloid. Hindari pemberian dekstrosa. - Pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto thoraks, darah lengkap, glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah (jika ada hipoksia) - Memberikan dukungan mental kepada pasien dan penjelasan kepada keluarga agar tetap tenang. Stadium Akut
Tindakan pada fase ini adalah penanganan faktor-faktor etiologi dan penyulit. Selain itu juga dilakukan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis. Penjelasan dan edukasi pada keluarga mengenai dampak dan tata cara perawatan pasien (Setyopranoto, 2011). Stroke Iskemik
- Terapi umum a. Letakkan kepala pasien posisi 30o, kepala dan dada satu garis bidang, ubah posisi tidur tiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik stabil. b. Bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 lpm sampai didapatkan hasil analisa gas darah. Jika perlu intubasi. Demam diatasi dengan kompres
30
dan antipiretik, kemudian cari penyebabnya. Jika kandung kemih penuh, harus dikosongkan dikosongkan (gunakan kateter intermitten) c. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik. Pemberian nutrisi per oral diberikan hanya jika fungsi menelan baik, jikalau ada gangguan disarankan dengan NGT d. Kadar gula darah > 150 mg% harus dikoreksi hingga kadar GDS 150 mg%. Jika kadar gula gula < 60-80 mg% diatasi diatasi segera dengan dektrosa 40% sampai kadar normal dan harus dicari penyebabnya. e. Nyeri kepala, kepala , mual, dan muntah diatasi dengan pemberian obat sesuai gejala. f. Tekanan darah tidak perlu diturunkan, kecuali tekanan sistolik ≥ 200 mmHg dan diastolik ≥ 120 mmHg, MAP ≥ 30 mmHg (pada (pada 2x pengukuran dengan selang waktu 30 menit), didapatkan miokard infark, gagal jantung kongestif dan gagal ginjal. Jika terjadi hipotensi dimana tekanan sistolik ≤ 90 mmHg dan diastolik ≤ 70 mmHg, diberi NaCl 0.9% 250 mL selama 1 jam dilanjut 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam hingga hipotensi teratasi. Jika belum teratasi, dopamin 2-20 µg/kg/menit hingga tekanan sistolik ≥ 110 mmHg. mmHg. g. Jika kejang, beri diazepam 5-20 mg iv pelan selama 3 menit, maksimal 100 mg/hari, dilanjut antikonvulsan peroral (fenitoin, karbamazepin). h. Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi bolus manitol intravena 0.25-1 g/kgBB/30menit (Setyopranoto, 2011). - Terapi khusus
31
untuk reperfusi dengan pemberrian antiplatelet seperti aspirin dan antikoagulan atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant ( recombinant tissue Plasminogen Activator ). ). Pemberian agen neuroproteksi juga bisa diberikan, seperti sitikolin dan piracetam (jika didapatkan afasia) (Setyopranoto, 2011). Stroke Hemoragik
- Terapi umum a. Pasien harus dirawat di ICU jika perdarahan > 30 ml, perdarahan intraventrikel dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk b. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik > 180 mmHg, diastolik > 120 mmHg, MAP > 130 mmHg, dan volume perdarahan bertambah. berta mbah. c. Jika tekanan intrakranial meningkat, posisi kepala 30 o, kepala dan dada satu bidang, pemberian manitol d. Penatalaksanaan umum sama dengan stroke iskemik. Penanganan tukak lambung dengan obat lambung. Penanganan komplikasi saluran napas dengan fisioterapi dan obat antibiotik
broad spectrum spectrum
(Setyopranoto, 2011). - Terapi khusus a. Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator b. Tindakan bedah Dilakukan pada pasien dengan kondisi semakin memburuk dan perdarahan cerebelum berdiameter > 3 cm3, hidrosefalus (dipasang
32
VP-shunting, perdarahan lobar > 60 mL dengan peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi. c. Perdarahan subarakhnoid, diberikan antagonis kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, gamma knife) knife) jika penyebabnya aneurisma atau AVM (arteriovenous malformation) malformation) (Setyopranoto, 2011). Stadium Subakut
- Melanjutkan terapi kondisi akut sebelumnya - Penatalaksanaan komplikasi - Rehabilitasi sesuai kebutuhan (fisioterapi, terapi wicara, terapi kognitif dan terapi okupasi) - Preventif sekunder - Edukasi keluarga dan discharge planning (Setyopranoto, 2011).
3.8 KOMPLIKASI
Pada penderita stroke dengan gejala yang berat misalnya penurunan kesadaran, hemiplegia yang berat sehingga menyebabkan immobilisasi rentan terhadap komplikasi yang menyebabkan kematian, diantaranya pneumonia, septicemia, deep vein thrombosis, thrombosis, emboli paru, miokard infark, aritmia dan gagal jantung. Selain itu, stroke juga dapat menimbulkan komplikasi ulkus dekubitus, kejang, dan infeksi saluran kemih. Spasitas dan kontraktur juga sering terjadi pada pasien stroke.
33
3.9 PENCEGAHAN
Pencegahan pada stroke dapat dilakukan dengan cara perbaikan gaya hidup dan pengendalian berbagai faktor resiko.
a. Mengatur pola makan yang sehat - Konsumsi makanan rendah lemak dan kolesterol - Tidak boleh makan berlebihan dan menu makanan harus seimbang - Menghindari makanan yang berdensitas tinggi kalori tapi kualitas nutrisi rendah - Banyak makan buah dan sayuran (PERDOSSI, 2011) b. Penanganan stres dan beristirahat yang cukup Penanganan stres dan beristirahat yang cukup dapat menimbulkan respon relaksasi yang menurunkan denyut jantung dan tekanan darah (PERDOSSI, 2011). c. Pemeriksaan Kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter dalam hal diet dan obat Pemeriksaan Kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter dalam hal diet dan obat berguna untuk untuk mengendalikan faktor resiko seperti penyakit jantung, jantung, hipertensi, dislipidemia, diabetes melitus (PERDOSSI, 2011). d. Tidak merokok Merokok menyebabkan peningkatan koagulabilitas, viskositas darah, tingginya kadar fibrinogen, peningkatan agregasi platelet, tekanan darah, dan hematokrit, menurunkan kadar HDL dan meningkatkan kadar LDL. Selain itu, dengan berhenti merokok berarti memperbaiki fungsi endotel e ndotel (PERDOSSI, 2011).
34
e. Aktivitas fisik Aktivitas fisik yang direkomendasikan adalah aerobik, minimal selama 150 menit setiap minggu dengan intensitas sedang atau 75 menit dengan intensitas berat. Hal ini dikarenakan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobik secara teratur mampu menurunkan tekanan darah, mengontrol diabetes, memperbaiki kebiasaan makan, menurunkan berat badan dan meningkatkan kadar kolesterol (PERDOSSI, 2011). f. Penurunan berat badan Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung, stroke dan DM. Oleh karena itu, penurunan berat badan juga bisa menurukan resiko terjadinya stroke (PERDOSSI, 2011). g. Berhenti menyalahgunakan NARKOBA NARKOBA dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, dimana darah tinggi dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke (PERDOSSI, 2011).
3.10 PROGNOSIS
Prognosis dari stroke ditentukan oleh keparahan stroke dan umur pasien. Keparahan stroke dapat dilihat berdasarkan defisit neurologis (seperti gangguan mental, bahasa, perilaku, defisit penglihatan, defisit motorik), ukuran dan lokasi infark atau perdarahan pada neuroimaging (Edwaedson et al ., ., 2017) Faktor lain yang mempengaruhi prognosis dari stroke adalah jenis kelamin, jenis stroke, riwayat stroke, dan kondisi komorbid (DM, hipertensi, penyakit jantung, atrial fibrilasi, dislipidemia). Jika keparahan stroke tinggi, umur pasien sudah tua, ada
35
riwayat stroke, dan ada banyak komorbid maka prognosis cenderung jelek (Sung et al ., ., 2011) Pada stroke perdarahan intraserebral, prognosis ditentukan oleh volume perdarahan intraserebral, tingkat kesadaran (GCS), dan adanya perdarahan intraventrikel. Prognosis buruk biasanya terjadi pada pasien dengan volume perdarahan >30mL, lokasi perdarahan di fossa posterior, posteri or, usia lanjut, GCS 130 mmHg pada saat serangan. Selain itu, adanya perdarahan intraventrikel juga memberikan prognosis yang cenderung jelek (Okidita, 2017). Pada stroke perdarahan subarakhnoid, tingkat mortalitasnya sangat tinggi yaitu 60%.
Penderita meninggal meninggal sebelum sebelum tiba di rumah sakit sekitar 10%
sedangkan 40% diantaranya meninggal tanpa sempat membaik sejak awitan. Pada stroke ini, perdarahan berulang sering terjadi yaitu sekitar 5 tahun antara perdarahan pertama dan perdarahan ulangnya (Okidita, 2017). 2017).
36
BAB IV ANALISA KASUS
Dari anamnesa yang dilakukan pada Tn. S didapatkan keluhan tangan dan kaki kanan lemas sulit digerakkan. Keluhan tersebut dirasakan pasien sejak 7 hari yang lalu namun memberat satu jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan terjadi tiba-tiba dan diawali dengan kaki kanan tebal juga kesemutan. Selain itu, tangan pasien tidak kuat untuk digunakan beraktivitas. Keluarga pasien juga mengatakan bahwa bicara pasien menjadi pelo. Jalan pasien menjadi sempoyongan. Riwayat pingsan, jatuh, mual, muntah, dan nyeri kepala disangkal. Pasien ada riwayat DM dan hipertensi. Riwayat penyakit keluarga ada riwayat DM saja. Pasien tidak rutin minum obat DM dan hipertensi. Kebiasaan sehari-hari pasien suka merokok, minum kopi, makanan tidak dibatasi dan jarang beraktivitas fisik rutin. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 160/80 mmHg dan pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan pada kadar profil lipid dan kadar gula darah acak sedangkan kadar lainnya dalam batas normal. Dari hasil CT Scan kepala tidak didapatkan kelainan. Data anamnesa didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah kanan secara tiba-tiba, diawali dengan rasa kesemutan. Keluhan kelemahan pada anggota gerak disebut parese, yaitu sensasi abnormal berupa kesemutan dan kelumpuhan anggota gerak. Diagnosa klinis pada pasien berdasarkan anamnesa adalah hemiparese dextra. Menurut WHO, hemiparese secara tiba-tiba merupakan gejala umum stroke. Selain itu, pada pasien juga terdapat gejala stroke yang lainnya yaitu bicara pelo.
37
Pada stroke, faktor resiko dibagi menjadi faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Pada pasien ini terdapat faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu umur dan jenis kelamin. Umur pasien sekitar 57 tahun. Hal ini sesuai penelitian yang menunjukkan bahwa insidensi stroke banyak terjadi di usia rentang 48-84 tahun. Resiko stroke terjadi dua kali lipat lebih besar pada usia 55 tahun keatas. Selain itu, pada pasien ini juga didapatkan faktor resiko yang mudah dimodifikasi, misalnya riwayat DM, hipertensi dan dislipidemia yang tak terkontrol, suka merokok dan kopi. Riwayat DM dapat tercermin dari gula darah acak (GDA) yang tinggi, dislipidemia tercermin dari peningkatan kadar profil lipid, riwayat hipertensi tercermin pada tekanan darah rutin. CT scan merupakan gold standart pemeriksaan stroke. CT scan dapat membedakan stroke iskemik atau hemoragik. Pada hasil CT scan Tn.S didapatkan hasil dalam batas normal. Hal tersebut diduga karenakan lesi stroke yang terjadi minimal. Untuk menentukan jenis stroke, juga dapat ditentukan melalui Siriraj score. Pada pasien didapatkan kesadaran composmentis, tidak ada muntah dan nyeri kepala, tekanan darah diastolik 80 mmHg, dan ada riwayat riw ayat DM. Siriraj score s core pada kasus adalah (-7) yang artinya stroke non hemoragik atau stroke infark. Terapi medikamentosa pada penderita adalah infus asering, amlodipin, neurodex, atorvastatin, clopidogrel dan insulin. Infus asering untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Amlodipin untuk menurunkan tekanan darah pasien. Atorvastatin untuk menurunkan kadar profil lipid, Insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Neurodex untuk neuroprotektor sehingga mencegah
38
area kerusakan saraf yang lebih besar. Clopidogrel sebagai anti agregasi platelet sehingga menurunkan terbentuknya trombus ataupun emboli.
39
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler. Berdasarkan penyebabnya, stroke dibedakan menjadi stroke iskemik dan hemoragik. Penegakan diagnosa didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan klinis dan
penunjang.
Penatalaksanaannya
tergantung
jenis
stroke.
Komplikasi
berbahaya dari stroke adalah kematian. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pada kasus didapatkan pasien sedang mengalami CVA, DM dan hipertensi stage II.
3.2 SARAN
Sebagai dokter, sebaiknya memiliki pemahaman yang baik mengenai Cerebrovascular Accident (CVA) agar mampu mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan dengan baik sehingga membantu menurunkan angka kematian akibat Cerebrovascular Accident (CVA) ini. Selain itu edukasi kepada keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam pencegahan penyakit CVA sehingga juga mampu membantu menurunkan angka kematian akibat CVA.
40
DAFTAR PUSTAKA Chaerunnisa. 2017. Laporan Kasus: Stroke Infark. Fakultas Kedokteran UPN Veteran : Jakarta. Dinata et al . 2013. Gambaran Faktor Resiko dan Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari 2010 – 2010 – 31 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2): 57-61. Edwaedson et al . 2017. Ischemic Stroke Prognosis in Adults. Available from: https://www.uptodate.com/contents/ischemic-stroke-prognosis-inadults#H863643597. Accessed adults#H863643597. Accessed on November 26th, 2018. Morgenstern et al . 2010. Guidelines for the Management of Spontaneous Intracerebral Hemorrhage: A Guideline for Healthcare Professionals From the American Heart Association / American Stroke Association. Journal of the
American
Heart
Association. Association.
Available
from:
(http://stroke.ahajournals.org/content/41/9/2108. Accessed November 26th, (http://stroke.ahajournals.org/content/41/9/2108. 2018. Okidita. 2017. Laporan Kasus: Stroke Hemoragik. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya : Palembang PERDOSSI. 2007. Guideline Stroke 2007. PERDOSSI : Jakarta PERDOSSI. 2011. Guideline Stroke Tahun 2011. PERDOSSI : Jakarta Price et al . 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. 1. Jakarta: EGC. Riskesdas.
2013.
Riset
Kesehatan
LITBANGKES, DEPKES RI.
Dasar
Tahun
2013.
Jakarta:
Badan
41
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Setyopranoto. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Continuing Medical Education, 38(4): 247-250. Sung et al . 2011. The Prognostic Factors That Influence Long-Term Survival in Acute Large Cerebral Infarction. J Korean Neurosurg Soc, 49 : 92-96.
View more...
Comments