LAPORAN KASUS CA CErvix.doc
March 13, 2018 | Author: Anonymous 0Fk2j8G | Category: N/A
Short Description
Download LAPORAN KASUS CA CErvix.doc...
Description
Laboratorium Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Laporan Kasus
KANKER SERVIKS STADIUM IIIB + ANEMIA
Oleh Helti Shary Rahmadani 1510029047
Pembimbing dr. Achmad Mansyur, Sp. OG
LAB / SMF OBGYN Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman RSUD Abdul Wahab Sjahranie 2016
BAB I LAPORAN KASUS
Anamnesa a) Identitas Pasien Nama
: Ny. S
Usia
: 44 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jalan M.Said
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 21 Oktober 2016, pukul 11.15 WITA b) Identitas Suami Nama
: Tn. B
Usia
: 46 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Banjar
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Jalan M.Said
c) Keluhan Utama: Perdarahan dari jalan lahir d) Riwayat Penyakit Sekarang Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien mengeluh sering keluar darah dari kemaluan, tidak terus menerus, terjadi terutama setelah berhubungan suami istri. Pasien juga mengeluh sering keluar cairan putih kekuningan dan berbau dari kemaluan. Nafsu makan biasa, BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien tidak berobat. ± 3 bulan yang lalu pasien mengeluh perdarahan semakin sering dari kemaluan, nafsu makan menurun, BAB dan BAK biasa. Pasien berobat ke RS AWS selama 11 hari dan dilakukan biopsi , lalu pasien pulang. Setelah satu minggu pulang, perdarahan dari kemaluan terjadi kembali, lalu Pasien kembali berobat ke RS AWS dan dirawat kembali.
e) Riwayat Haid Menarche pada usia 12 tahun, lama haid ± 7 hari, jumlah darah haid : ganti pembalut 2-3 kali sehari. HPHT : 07-10-2016 f) Riwayat Obstetri N
Tahun
Tempat
o
Partus
Partus
1 2 3 4
1995 1997 1999 2000
Puskesmas Puskesmas Puskesmas Puskesmas
Umur kehamila n Aterm Aterm Aterm Aterm
Jenis
Penolong
Persalinan
Persalinan
Spontan Spontan Spontan Spontan
Bidan Bidan Bidan Bidan
Jenis
Keadaan
Kelamin
Anak
Anak/ BB P/ 2.500 gr L/ 2.800 gr P/ 2.700 gr P/ 3.000 gr
Sekarang Hidup Hidup Hidup Hidup
g) Riwayat Penyakit Dahulu h) Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga tidak memiliki keluhan serupa,DM (-), HT(-), Asma (-) i) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Kontrasepsi yang pernah dipakai yaitu suntik 3 bulan selama 1 tahun. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Sedang Kesadaran
: Composmentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,4oC
Mata
: Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-
Jantung
: S1,S2 reguler , gallop (-), murmur (-)
Thorak
: Suara napas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
: datar, sufel , BU (+), Nyeri tekan (-).
Ekstremitas
: Edema -/-, akral hangat+/+
Status Obstetrikus Pemeriksaan Luar Abdomen datar, sofel dan simetris. Fundus uteri tak teraba, massa (-), nyeri tekan suprasimfisis (-),tanda cairan bebas (-). Inspeksi Terlihat darah merembes keluar melalui vagina, berbau, volume sekitar 50 cc, tidak disertai rasa nyeri baik pada perut maupun alat genital. Tidak terdapat massa dan pembesaran pada alat genital luar. Inspekulo Terlihat fluksus (+), fluor albus (+) berwarna putih kental berbau. Porsio terlihat berdungkul di sekelilingnya Pemeriksaan dalam: VT Fluor albus (+), teraba massa berbenjol-benjol pada sekeliling porsio. Rectal toucher Tonus sfingter ani baik, mukosa licin, ampula rekti kosong, massa intralumen (-), cavum uteri setara normal, adnexa parametrium kanan-kiri tegang, cavum douglas tidak menonjol, Pemeriksaan Penunjang - Laboratorium: 21 Oktober 2016 Hb : 8,4 mg/dl L
: 8,300 mg/dl
PLT : 503.000 HT : 27,3 % BT : 3’ CT : 10’ GDS : 94 Ur : 21,6 Cr
: 0,6
HbsAg : NR 112
: NR
- Histopatologi : Mikroskopik : jaringan terdiri dari sel epithel squamous anaplastik, inti pleomorfik,
hiperkromatik,
sitoplasma
luas
eosinofilik,
tersusun
dalam
kelompok- kelompok tumbuh infiltratif. Banyak didapatkan mitosis. Terdapat bentukan keratin pearl, tampak area nekrosis dan perdarahan luas. Kesimpulan Biopsi Cervix : Invasive Keratinizing Squamous Cell Carcinoma - USG Interpretasi : 1. Hepar, lien, dan pankreas normal 2. Ginjal a. Kanan : Pelvic Calyceal System tidak dilatasi, batu (-) b. Kiri : Pelvic Calyceal System di;atasi, batu (-) 3. VU Normal 4. Uterus Anteversi, cavum uteri tertekan tampak massa pada cervix diameter ± 3,44 cm X 3,33 cm. 5. Adneksa Normal Kesan : Hidronefrosis Kiri Massa Cervix - Foto Thorax PA Interpretasi : 1.
Corakan Bronchovaskuler paru dalam batas normal
2.
Tidak tampak infiltrat maupun nodul metastasis
3.
COR : bentuk, letak, ukuran normal
4.
Kedua sinus dan diagfragma normal
5.
Tulang-tulang intak
Kesan: Foto thorax dalam batas normal Diagnosis di Ruangan
Ca. Cervix Stadium IIIB + Anemia Penatalaksanaan 1. Perbaikan keadaan umum -
Tranfusi darah sampai Hb ≥ 10 g/dL
-
IVFD RL .
2. Injeksi Cefotaxim 2x1gr 3. Injeksi Asam Traneksamat 3x1 amp IV 4. Biosanbe 1x1 tablet 5. R/ Kemoterapi / Radioterapi
Follow Up Tanggal & Jam 21 Oktober 2016
Observasi S : Perdarahan dari jalan lahir P : Lapor dr. Sp.OG, Advis:
11.15 WITA
O:
1.
keadaan
Keadaan Umum : Sedang
umum
Kesadaran : Komposmentis GCS 2.
Tranfusi darah sampai
E4V5M6
Hb ≥ 10 g/dL (Cek DL/
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 92x/menit
3.
IVFD RL .
Pernafasan
: 20x/menit
4.
Injeksi
Suhu
: 36,4oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-)
15.30 WITA
Perbaikan
hari) Cefotaxim
2x1gr 5.
Injeksi
Asam
Pembesaran KGB : -
Traneksamat 3x1 amp
Abdomen : datar, sufel, BU (+)
IV
A : Ca. Cervix Stadium IIIB + 6.
Biosanbe 1x1 tablet
Anemia
7.
R/
S : Perdarahan dari jalan lahir
Radioterapi P : Lanjutkan terapi sesuai
O:
advis dr. Sp.OG
Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : Komposmentis GCS
Kemoterapi
/
E4V5M6 Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 89x/menit
Pernafasan
: 21x/menit
Suhu
: 36,2oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Pembesaran KGB : Abdomen : datar, sufel, BU (+) A : Ca. Cervix Stadium IIIB + 19.00
Anemia S:-
P: memulai transfusi PRC 2
O:
kolf
Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : Komposmentis GCS E4V5M6 Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,2oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Pembesaran KGB : Abdomen : datar, sufel, BU (+) A : Ca. Cervix Stadium IIIB + Anemia 21.45 WITA
S : Perdarahan dari jalan lahir P : Melanjutkan advis; berkurang
Observasi keadaan umum,
O:
TTV,
Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : Komposmentis GCS E4V5M6 Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 94x/menit
Pernafasan
: 19x/menit
Suhu
: 36,5oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Pembesaran KGB : Abdomen : datar, sufel, BU (+) A : Ca. Cervix Stadium IIIB + Anemia 22 Oktober 2016
S : Perdarahan dari jalan lahir P :
07.45 WITA
berkurang
1.
O:
Perbaikan
keadaan
umum
Keadaan Umum : Sedang
2.
Kesadaran : Komposmentis GCS E4V5M6
Injeksi
Cefotaxim
2x1gr 3.
Injeksi
Asam
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Traneksamat 3x1 amp
Nadi
: 86x/menit
IV
Pernafasan
: 21x/menit
4.
Biosanbe 1x1 tablet
Suhu
: 36,5oC
5.
R/
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Pembesaran KGB : -
Kemoterapi
/
Radioterapi 6.
Cek DL (tunggu Hasil)
Abdomen : datar, sufel, BU (+) A : Ca. Cervix Stadium IIIB + Anemia 17.00 WITA
S : Perdarahan dari jalan lahir P : berkurang
1.
O:
Perbaikan
keadaan
umum
Keadaan Umum : Sedang
2.
Kesadaran : Komposmentis GCS E4V5M6
Injeksi
Cefotaxim
2x1gr 3.
Injeksi
Asam
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Traneksamat 3x1 amp
Nadi
: 87x/menit
IV
Pernafasan
: 21x/menit
4.
Biosanbe 1x1 tablet
Suhu
: 36,5oC
5.
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Pembesaran KGB : -
R/
Kemoterapi
/
Radioterapi 6.
Transfusi
lagi
PRC
sampai HB ≥10
Abdomen : datar, sufel, BU (+) Lab : Hb : 9,2 mg/dl L
: 7,000 mg/dl
PLT : 480.000 HT : 27,6 % BT : 3’ CT : 10’ GDS : 96 Ur : 20,6 Cr
: 0,6
A : Ca. Cervix Stadium IIIB + 19.00 WITA
Anemia (Perbaikan) S : Perdarahan dari jalan lahir P: memulai transfusi PRC 2 berkurang
kolf
O: Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : Komposmentis GCS E4V5M6 Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Pernafasan
: 21x/menit
Suhu
: 36,5oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Pembesaran KGB : Abdomen : datar, sufel, BU (+) A : Ca. Cervix Stadium IIIB + 23.00 WITA
Anemia (Perbaikan) S : Perdarahan dari jalan lahir P : Melanjutkan advis; berkurang
Observasi keadaan umum,
O:
TTV, pagi cek DL
Keadaan Umum : Sedang Kesadaran : Komposmentis GCS E4V5M6 Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 98x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,2oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Pembesaran KGB : Abdomen : datar, sufel, BU (+) A : Ca. Cervix Stadium IIIB + 23 Oktober 2016
Anemia (Perbaikan) S : Perdarahan dari jalan lahir (-)
P:
07.00 WITA
O:
1.
Perbaikan
Keadaan Umum : Sedang
umum
Kesadaran : Komposmentis GCS 2.
Injeksi
E4V5M6
2x1gr
Cefotaxim
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 86x/menit
Traneksamat 3x1 amp
Pernafasan
: 21x/menit
IV
Suhu
: 36,5oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-)
3.
keadaan
Asam
4.
Biosanbe 1x1 tablet
5.
R/
Pembesaran KGB : Abdomen : datar, sufel, BU (+)
Injeksi
Kemoterapi
Radioterapi 6.
Cek DL (tunggu Hasil jika hasil ≥10 boleh
A : Ca. Cervix Stadium IIIB + 24 Oktober 2016
Anemia S : Perdarahan dari jalan lahir (-)
P:
7.00 WITA
O:
1.
pulang besok) Perbaikan
keadaan
Keadaan Umum : baik
umum
Kesadaran : Komposmentis GCS 2.
Injeksi
E4V5M6
3x500 mg tab
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
/
3.
Asam
Cefadroxil Traneksamat
Nadi
: 87x/menit
3x500 mg tab
Pernafasan
: 21x/menit
4.
Biosanbe 1x1 tablet
Suhu
: 36,5oC
5.
R/
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Pembesaran KGB : -
Kemoterapi
Radioterapi 6.
Pulang hari ini
Abdomen : datar, sufel, BU (+) Lab : Hb : 10,3 mg/dl L
: 6,300 mg/dl
PLT : 424.000 HT : 30,6 % BT : 3’ CT : 10’ GDS : 86 Ur : 20,0 Cr
: 0,5
A : Ca. Cervix Stadium IIIB + Anemia (Perbaikan)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EPIDEMIOLOGI Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita di negara-negara sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000 kasus kanker serviks baru diseluruh dunia, 77 % diantaranya ada dinegara-negara sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru di antara 100.000
penduduk
pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun, dengan kanker serviks menempati urutan pertama di antara kanker
/
padawanita. Studi epidemiologik menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko terjadinya kanker serviks meliputi hubungan seksual pada usia dini (4cm Kemoradiasi primer Histerektomi radikal primer + limfadenektomi + radiasi neoadjuvan Kemoterapi neo adjuvan
7.
Ca serviks stadium lanjut meliputi stadium IIB, III, IV A Pengobatan terpilih adalah radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna dilanjutkan intrakaviter radioterapi. Terapi variasi yang sering diberikan khemoradiasi, khemoterapi yang sering diberikan antara lain cisplatinum, pachitaxel, docetaxel, fluorourasil, gemcitabine
8.
Stadium IV B Pengobatan yang diberikan bersifat paliatif, radioterapi paliatif yang diberikan
Radioterapi, Kemoterapi, dan Radikal Histerektomi Adapun alasan untuk memilih salah satu terapi diatas adalah berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing terapi. KEMOTERAPI Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat
yang
dapat menghambat proliferasi sel-sel
kanker.5 Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker : Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat proliferasinya maka kepekaannya semakin rendah. Hal ini disebut Kemoresisten.6,7 Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah : 1)
Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2)
Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3)
Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4)
Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
Pola pemberian kemoterapi 4,5 1)
Kemoterapi Induksi Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah
sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan. 2)
Kemoterapi Adjuvan Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan
atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis). 3)
Kemoterapi Primer Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif,
biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi. 4)
Kemoterapi Neo-Adjuvan Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna. Cara pemberian obat kemoterapi5,7 1)
Intra vena (IV) Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV
pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya. 2)
Intra tekal (IT) Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor
dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain Metrotexat, Ara.C. 3)
Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,
tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea. 4)
Oral Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®,
Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®. 5)
Subkutan dan intramuskular Pemberian subkutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah
L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin. 6)
Topikal
7)
Intra arterial
8)
Intracavity
9)
Intraperitoneal/Intrapleural Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak
pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak , contohnya Bleocin
Tujuan pemberian kemoterapi5,6 1)
Pengobatan.
2)
Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
3)
Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
4)
Mengurangi komplikasi akibat metastase.
Efek samping kemoterapi7 Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas : 1.
Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24
jam pertama pemberian, misalnya
mual dan muntah. 2.
Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.
3.
Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.
4.
Efek samping yang terjadi kemudian ( Late Side Effects) yang timbul dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder. Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.7 Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24 jam.5,6 Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.6 Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan sampai pada kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah
kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.7 Kardiomiopati akibat doksorubin dan donorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya irreversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.5 RADIOTERAPI Dalam menentukan teknik dan dosis radiasi pada pengobatan karsinoma serviks uteri perlu dipertimbangkan faktor daya toleransi dari jaringan-jaringan di dalam rongga pelvis.5 Teknik radiasi Kombinasi antara radiasi lokal dan radiasi eksternal merupakan pilihan yang umumnya diberikan dengan maksud:6
Radiasi lokal (intrakaviter) dapat memberikan dosis tinggi pada serviks dan korpus uteri tetapi dosis cepat menurun pada jaringan di sekitarnya, sehingga dosis ke rektum, sigmoid, kandung kencing dan ureter dapat dibatasi sampai batas-batas toleransi.
Kemungkinan timbulnya metastase limfogen pada karsinoma serviks uteri cukup tinggi. Oleh karena itu kelenjar-kelenjar dalam panggul kecil harus mendapat penyinaran juga. Dosis radiasi lokal cepat menurun diluar uterus, sehingga dosis yang sampai pada kelenjar limfe sangat rendah. Untuk mencapai dosis yang dapat mengamankan metastasis kelenjar limfe ini diperlukan penyinaran luar yang dapat memberikan distribusi dosis yang merata pada daerah yang lebih luas.
Komplikasi-komplikasi sesudah terapi radiologik antara lain:6,7 a. Komplikasi umum Gejala umum yang sering timbul adalah nafsu makan menurun, rasa mual, lesu, dan tidak ada gairah kerja. Pada keadaan yang lebih berat terdapat
muntah-muntah, tidak bisa makan, lemah, sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur. Berat ringannya gejala-gejala sangan dipengaruhi oleh status fisik dan psikologi penderita. b. Komplikasi lokal Gejala-gejala yang timbul ialah gejala-gejala dari alat-alat tubuh yang terkena radiasi secara langsung, yaitu:
Problema koitus (pengkerutan vagina)
Fistel radiologik
Gejala sistitis
Proktitis hemoragik
Fibrosis daerah pelvis demikian luas terutama pada penyinaran yang luas dengan dosis yang tinggi sehingga timbul frozen pelvis dengan kemungkinan penyempitan vagina, rectum, kandung kencing atau ureter.
Atropi mucosa rectum yang disertai teleangiektasi yang sewaktuwaktu bila defekasi keras dapat menimbulkan perdarahan
Nekrosis pada dinding vagina dengan kemungkinan timbulnya fistula rectovaginalis atau fistula vesikovaginalis.
HISTEREKTOMI RADIKAL Histerektomi radikal primer menguntungkan karena dapat dilakukan surgical staging.3,6 Operasi radikal yang memerlukan waktu yang cukup lama, tidak mungkin tanpa terjadi komplikasi. Oleh karena itu, persiapan operasi perlu dilakukan dengan cermat sehingga dapat mengurangi komplikasi seperti lazimnya komplikasi operasi, yaitu :6 1. Trias pokok komplikasi (perdarahan, infeksi dan trauma tindakan operasi). 2. Komplikasi emboli (kardiovaskular dan paru). 3. Komplikasi lainnya Emboli dan emboli paru yang berat Faktor yang dapat menimbulkan terjadinya emboli paru, yaitu:6 1.
Operasi yang lama saat mengangkat jaringan lemak di pelvis.
2.
Invasi sel karsinoma yang dapat menimbulkan emboli melalui proses “hiperkoagulasi”.
Komplikasi alat perkemihan Manipulasi yang cukup lama dan bervariasi sekitar pelvis menyebabkan kemungkinan terjadi komplikasi alat perkemihan pada:5 1.
Disfungsi vesikouterina Kejadian ini berkaitan dengan upaya penyisihan dan upaya pemotongan ligamentum kardinale yang terlalu ke lateral dan pemotongan ligamentum sakrouterinum terlalu dekat dengan rektum.
2.
Fistula Manipulasi yang berat di sekitar vesika urinaria
Infeksi pascaoperatif Infeksi yang berat dapat menimbulkan komplikasi berantai, seperti:5
Sepsis meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
Memperpanjang hospitalisasi
Terjadi wound dehicense
Pembentukan abses sekitar pelvis.
G. FOLLOW UP Tiap 3 bulan selama 2 tahun pertama, kemudian tiap 6 bulan, tergantung keadaan. Jangan lupa meraba kelenjar inguinal dan supraclavikla, abdomen, abdominal vaginal, dan abdominalrektal, pemeriksan sitologik puncak vagina, dan foto rontgen thoraks (setiap 6 bulan).1,2 Kolposkopi untuk meneliti puncak vagina, serta bentuk-bentuk praganas. Rektoskopi, sistoskopi, renogram, Intra Venous Pyelografi (IVP), dan CT scan panggul, hanya dilakukan menurut indikasi.5 H. PROGNOSIS Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah: umur, keadaan umum, tingkat klinik keganasan, ciri histologi sel tumor, kemampuan tim penolong, dan sarana pengobatan.2
Angka ketahanan hidup 5 tahun menurut data internasional Tingkat
AKH-5 Thn
TIS T1 T2 T3 T4
Hampir 100% 70-85% 40-60% 30-40% 4cm Kemoradiasi primer Histerektomi radikal primer +
limfadenektomi + radiasi neoadjuvan
Injeksi
Asam
Traneksamat 3x1 amp
Epitelial Neoplasma (VAIN) dilakukan 3.
Cefotaxim
2x1gr
disertai Vaginal Intra
pengangkatan vaginal cuff.
Tranfusi darah sampai Hb ≥ 10 g/dL
Total Abdominal Histerektomi (TAH)/Total
keadaan
IV 6.
Biosanbe 1x1 tablet
7.
R/
Kemoterapi
Radioterapi
/
Kemoterapi neo adjuvan 7.
Ca serviks stadium lanjut meliputi stadium IIB, III, IV A Pengobatan terpilih adalah
radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna dilanjutkan
intrakaviter
radioterapi.
Terapi variasi yang sering
diberikan
khemoradiasi, khemoterapi yang sering diberikan
antara
pachitaxel,
lain
docetaxel,
cisplatinum, fluorourasil,
gemcitabine 8.
Stadium IV B Pengobatan yang diberikan bersifat
paliatif,
radioterapi
paliatif
yang
diberikan Radioterapi, Kemoterapi, dan Radikal Histerektomi Adapun alasan untuk memilih salah
satu
terapi
diatas
adalah
berdasarkan keuntungan dan kerugian masing-masing terapi. BAB IV KESIMPULAN
Pasien Ny. S, usia 44 tahun pasien masuk ke ruang Mawar dengan Ca. Cervix Stadium IIIB + Anemia dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir. Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien mengeluh sering keluar darah dari kemaluan, tidak terus menerus, terjadi terutama setelah berhubungan suami istri. Pasien juga mengeluh sering keluar cairan putih kekuningan dan berbau dari kemaluan. Ca. cerviks kejadiannya berhubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik,
diataranya : jarang ditemukan pada perawan, coitarche diusia sangat muda (16 tahun), multi paritas dengan jarak persalinan terlalu dekat, sosial ekonomi rendah, higien seksual jelek, merokok, serta jarang ditemukan pada wanita yang suaminya disirkumsisi.2 Pada pemeriksaan Inspeksi terlihat darah merembes keluar melalui vagina, berbau, volume sekitar 50 cc, tidak disertai rasa nyeri baik pada perut maupun alat genital. Tidak terdapat massa dan pembesaran pada alat genital luar. Inspekulo terlihat fluksus (+), fluor albus (+) berwarna putih kental berbau. Porsio terlihat berdungkul di sekelilingnya Pemeriksaan dalam didapati fluor albus (+), teraba massa berbenjol-benjol pada sekeliling porsio. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium , Biopsi jaringan, USG dan foto rontgen thorax yang menunjang untuk diagnosis dari Ca. Cerviks. Penanganan pasien dilakukan observasi tanda vital, kesadaran dan perbaikan keadaan umum seperti transfusi untuk penanganan anemia , baru akan direncanakan kemoterapi ataupun radioterapi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuddin S. Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Cermin Dunia Kedokteran 2001;133;9-14. 2. Wiknjosastro H. Karsinoma Serviks Uterus. Dalam : Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta : 1999,380-388 3. Mansjoer A dkk. Kanker Serviks. Dalam : Mansjoer A dkk. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta; 2001, 379-381. 4. Agustria ZS. Penuntun pelaksanaan praktis kanker ginekologi. Palembang, 2004;20-26 5. Kaufman RH. Adam E. Vonka V. Human papilloma virus infection and cervikal carcinoma. Clin obstet gynecol 2002;43:363-80 6. Bosman FT, Wagener DJ, et al. Tumor alat kelamin wanita. Dalam : Bosman FT, Wagener DJ, et al. Onkologi. Edisi kelima. Yogyakarta : 1996;494-507. 7. Aziz, M. F, Kemoterapi pada kanker serviks. Dalam : Indones J Obstet Gynecol 20(3):Jakarta 1996, 186-192.
View more...
Comments