laporan Kasus BPH

July 25, 2018 | Author: Nurul Setyani Danios | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download laporan Kasus BPH...

Description

BAB I PRESENTASI KASUS BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

I.1

I.2

Identitas

 Nama

: Tn. S

Umur

: 68 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jombang Gardu RT 01/RW 09, Cilegon

Tanggal masuk

: 28 Febuari 2011

 No. CM CM

: 72 71 71 18

Anamnesis

Autoanamnesis dan alloanamnesis A. Kelu Keluha han n uta utama ma

: Pas Pasien ien meng mengel eluh uh nyer nyerii pada pada saat saat bua buang ng air kecil kecil

B. Keluhan Keluhan tambahan tambahan : Buang air kecil kecil harus mengedan mengedan,, sering tidak  tuntas, menetes dan terasa sakit, buang air kecil menjadi lebih sering, dan tampak benjolan pada daerah pubis

C. Riwayat penyakit penyakit sekarang : Pasien datang ke Poli Bedah RSUD Cilegon dengan keluhan gejala nyeri setiap kali buang air kecil. Pasien menyatakan pertama kali dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengeluh harus mengedan agar air  kencingnya keluar, selain itu pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak puas. Pasien menyatakan gejala yang dirasakan menjadi  bertambah,  bertambah, pasien pasien merasa merasa BAK menjadi menjadi lebih sering sering dan dan air kencing kencing yang keluar menetes dan terasa sakit. Pada daerah pubis tampak benjolan dan tidak nyeri apabila di tekan. Gejala ini tanpa disertai dengan demam.

D. Riwayat Riwayat penyak penyakit it dahu dahulu lu : •

Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya



Riwayat pernah kencing mengeluarkan batu disangkal



Riwa Riwayat yat pern pernah ah nyeri nyeri buan buang g air kecil kecil dise diserta rtaii buang buang air kecil kecil

 berwarna kemerahan kemerahan disangkal disangkal •

Pasien memiliki riwayat hipertensi



Riwayat DM dan jantung disangkal

E. Riwa Riwaya yatt penya penyakit kit kel kelua uarga rga : Pasi Pasien en meny menyan angk gkal al bahw bahwaa dala dalam m kelu keluar arga gany nyaa ada ada yang yang pern pernah ah mengalami keluhan seperti dia.

I.3

Pemeriksaan Fisik 

A. Kead Keadaa aan n umum umum

: tamp tampak ak saki sakitt seda sedang ng

B. Ke Kesadaran

: compos mentis

C. Vital sign −



Tekanan darah

: 130/90 mmHg

 Nadi

: 84 x/menit x/menit



Pernafasan



Suhu

: 20 x/menit : 36,5 º C

D. Statu Statuss Gene General ralisa isata ta −

Kepala

: normocephal



Mata

: co conjungtiva an anemis ((-/-), sk sklera ik ikterik ((-/-),

 pupil bulat isokor, reflek cahaya (+/+) −

Hidu Hidung ng

: Tida Tidak k ada ada pern pernafa afasa san n cupin cuping g hid hidun ung, g, muko mukosa sa tidak  tidak  hiperemis, sekret tidak ada, tidak ada deviasi septum



Telin Telinga ga



Mulut

: Sime Simetri tris, s, tidak tidak ada ada kelain kelainan an,, oto otore re (-/-) (-/-) : Bibir tidak sianosis, gusi tidak ada perdarahan, lidah tidak kotor,faring tidak hiperemis

Leher

: Ti Tidak ad ada de deviasi tr trakhea, ti tidak ad ada pe pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening, JVP tidak meningkat −



Thorax

Paru-paru : Inspeksi

: Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-kiri simetris

Palpasi

: Fremitus taktil simetris kanan-kiri

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi

: Su Suara na nafas vesikuler pa pada se seluruh la lapangan  paru, wheezing wheezing (-/-), ronkhi ronkhi (-/-)



Jantung : Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba.

Perkusi

: Batas atas sela iga III garis mid klavikula kiri Batas kanan sela iga V garis sternal kanan Batas kiri sela iga V garis midklavikula kiri

Auskultasi



: Bunyi jantung I – II murni, murmur (-)

Abdomen : Inspeksi

: Perut datar simetris.

Palpasi

: Hepar dan Lien tidak membesar, nyeri tekan epig epigas astr triu ium m

(+), (+),

nyer nyerii

Lepa Lepass

muskuler (-) Perkusi Auskultasi



: Timpani : Bising usus (+) normal

Ekstremitas Superior Inferior

: Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-) : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-) (-)

(-), (-),

defan efanss

E. Stat Status us Loka Lokali liss  Regio Costovertebra Costovertebra - Inspeksi

: Bentuk pinggang simetris, benjolan (-)

- Palpasi

: Bimanual Ballotement ginjal (-)

- Pe Perkusi

: Nyeri Ketok (-)

 Regio Supra Pubis - Inspeksi

: Terdapat rambut pubis, tidak ada benjol jolan

- Palpasi

: Nyeri Tekan (-), Nyeri Lepas (-), Defance Muscular (-)

- Perkusi

: Timpani

- Auskultasi

: Bising Usus (+) Normal

 Regio Genetalia Eksterna Eksterna - Inspeksi

: Orifisium uretra eksterna baik 

- Palpasi

: Testis teraba dua buah, kanan dan kiri. Konsistensi Kenyal.

 Regio Anal  - Inspeksi

: Bentuk Normal, benjolan(-)

- Rectal Rectal Touche Toucherr : Sfingte Sfingterr Ani Ani Menjepi Menjepitt Pada mukosa teraba massa yang konsistensinya kenyal,  permukaan  permukaan sedikit tidak rata, batas tegas, puncak agak  sulit dicapai. Tidak teraba nodul - Hands ndscoo coon

: Darah rah, len lendir dan fes feses tid tidak ada ada

F. Peme Pemerik riksa saan an penu penunja njang ng Laboratorium ( tanggal 28 Febuari 2011 ) Hb

: 13,1 g/dl

Ht

: 40 %

Leukosit

: 8.640/ul

Trombosit

: 306.000/ul

LED

: 90 mm/jam

Masa Masa pen penda dara raha han n : 2’

I.4

Masa pembekuan

: 10’

Golongan darah

: B/Rh +

Gluko lukosa sa darah arah sew sewaktu aktu

: 111 111 mg/d mg/dll

SGOT

: 24 u/l

SGPT

: 11 u/l

Ureum

: 43 mg/dl

Kreatinin

: 1,0 mg/dl

Asam urat

: 3,9 mg/dl

HbsAg

: non-reaktif  

Resume

A. Anamnesis Pasien laki-laki berumur 68 tahun datang dengan keluhan : −

 Nyeri pada pada saat buang buang air air kecil



Keluhan dirasakan sudah satu tahun yang lalu



Pasien harus mengedan agar air kencingnya keluar 



Pasien merasakan buang air kecil tidak tuntas atau tidak puas



Pasien merasa BAK menjadi lebih sering dan air kencing yang keluar  menetes dan terasa sakit



Pada daerah pubis tampak benjolan dan tidak nyeri apabila di tekan



Tanpa disertai dengan demam

B. Peme Pemerik riksa saan an fisik  fisik  Status generalisata

: dalam batas normal

Status lokalis - Regio Costovertebra

: Tidak Ada Kelainan

- Regio Suprapubis

: Tidak Ada Kelainan

- Regio Genetalia Eksterna : Tidak ada kelainan - Regio Anal Rectal Toucher

: Tonus Sfingter ani (+), pada mukosa teraba massa konsistensi kenyal permukaan sedikit tidak tidak rata, rata, batas batas tegas tegas,, punc puncak ak agak agak sulit sulit dicapai.

Handscoon

I.5

: Darah, lendir dan feses tidak ada

Diagnosis Ke Kerja

Benign prostat hiperplasia

I.6

Diagnosis Banding

- Striktur urethra - Karsinoma prostat - Prostatitis

I.7

Terapi

Operatif : Prostatektomi

I.8

I.9

Prognosis

Quo ad vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad func functi tio onam nam

: Du Dubia bia ad ad bo bonam nam

Laporan ran Op Opera erasi ( 01 Ma Maret 20 2011 )

Diagnosis pre-operasi

: BPH

Diagnosis post-operasi: BPH Tehnik operasi

: Open prostatektomi

Follow Up 28 Febuari 2011

s/ - pasien mengeluh nyeri pada saat buang air kecil - pasien mengeluh buang air kecil sedikit ( tidak puas ) dan tidak ada keluar   batu - pasien selalu mengedan pada saat buang air kecil o/ - Tekanan nan dar daraah

:13 :130/90 /90 mm mmHg

- Nadi

: 84 x/menit

- Pernafasan

: 20 x/menit

- Suhu

: 36,5 º C

- KU

: sedang

- KS

: CM

Status lokalis pubis Ins Inspeks peksii

: tam tamp pak benj benjol olan an pada pada pubi pubiss

Palp Palpas asii

: Nyer Nyerii teka tekan n (-), (-), kon konsi sist sten ensi si ken kenya yal, l, bat batas as teg tegas as,, immo immobi bile le

a/ Pre-op BPH th/ IVFD 20 tpm

01 Maret 2011

s/ - pasien mengeluh nyeri pada luka operasi - pusing (+), mual (+), muntah (+) 10x/hari berisi makanan+lendir  - nafsu makan menurun, DC 3 way (+), drainase (+), irigasi (+) o/ - Tekanan nan dar daraah

:15 :150/90 /90 mm mmHg

- Nadi

: 84 x/menit

- Pernafasan

: 20 x/menit

- Suhu

: 36 º C

- KU

: sedang

- KS

: CM

Status lokalis pubis Insp Inspek eksi si

: tamp tampak ak luk lukaa ditu ditutu tupi pi ole oleh h verb verban and, d, rem rembe besa san n darah darah (-) drainase (+), DC 3 way (+), urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar 

Palpa alpassi

: Nye Nyeri ri teka tekan n (+ (+) pad padaa dae daera rah h lu luka ope operasi rasi

a/ post-op BPH ( H+1) th/ - IVFD RL 28 tpm - Pelastin 2 x 1 ( ST ) - Remopain 3 x 1 - Kalnex 3 x 1 - Vit.K 3 x 1

03 Maret 2011

s/ - pasien mengeluh pusing - mual (-), muntah (+) o/ - Tekanan darah rah

:15 :150/90 /90 mm mmHg

- Nadi

: 84 x/menit

- Pernafasan

: 20 x/menit

- Suhu

: 36 º C

- KU

: sedang

- KS

: CM

Status lokalis pubis Insp Inspek eksi si

: tamp tampak ak luk lukaa ditu ditutu tupi pi ole oleh h verb verban and, d, rem rembe besa san n darah darah (-) drainase (+), DC 3 way (+), urine jernih, irigasi (+) jernih dan lancar 

Palpa alpassi

: Nye Nyeri ri teka tekan n (+ (+) pad padaa dae daera rah h lu luka ope operasi rasi

a/ post-op BPH ( H+2 ) th/ - IVFD RL 28 tpm - Pelastin 2 x 1 ( ST ) - Remopain 3 x 1 - Kalnex 3 x 1 - Vit.K 3 x 1

04 Maret 2011

s/ - pasien mengeluh pusing tetapi sudah berkurang - mual (-), muntah (-) o/ - Tekanan nan dar daraah

:14 :140/90 /90 mm mmHg

- Nadi

: 80 x/menit

- Pernafasan

: 20 x/menit

- Suhu

: 36 º C

- KU

: sedang

- KS

: CM

a/ post-op BPH ( H+3 ) th/ - IVFD RL 20 tpm - Pelastin 2 x 1 ( ST ) - Remopain 3 x 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA ( BPH )

Pendahuluan

Kelenjar prostat merupakan organ tubuh pria yang paling sering mengalami  pembesaran,  pembes aran, baik baik jinak maupu maupun n ganas. ganas. Dengan Dengan bertambahn bertambahnya ya usia, usia, kelenjar kelenjar prostat prostat juga mengalami pertumbuhan, sehingga menjadi lebih besar. Pada tahap usia tertentu banyak   pria mengalami pembesaran prostat yang disertai gangg gangguan uan buang air kecil. Gejala ini merupakan tanda awal Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada  populasi  popula si pria lanjut lanjut usia. usia. Hiperplasia Hiperplasia prostat prostat sering sering terjadi terjadi pada pria pria diatas usia 50 tahun (50-79 (50 -79tahu tahun) n) dan men menyeb yebabk abkan an pen penuru urunan nan kua kualita litass hid hidup up ses seseora eorang. ng. Sebe Sebenarn narnya ya  perubahan-peru  peruba han-perubahan bahan kearah terjadiny terjadinyaa pembe pembesaran saran prostat sudah dimula dimulaii sejak dini, dimulai dim ulai pad padaa peru perubah bahan-p an-peru erubah bahan an mik mikros roskop kopik ik yan yang g kem kemudi udian an ber berman manifes ifestasi tasi menjadi kelainan makro makroskopik skopik (kelenjar membe membesar) sar) dan kemud kemudian ian bermani bermanifes fes denga dengan n gejala klinik. Dengan adanya hiperplasia ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi obstruksi ini dapat dilakukan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi.

I.

Definisi

Benign Prostate Hyperplasia (BPH) sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prosta prostatt menga mengalami lami hiperplasia yang akan mendesak   jaringan prosta prostatt yang asli ke perifer perifer dan menjadi simpa simpaii bedah.

II.

Anatomi dan Fisiologi  Anatomi 

Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kaps kapsul ul fibro fibromu musk skule ulerr, yang yang terlet terletak ak di sebel sebelah ah infer inferio iorr vesik vesikaa urina urinaria ria,, meng mengel elili iling ngii bagi bagian an prok proksi simal mal uretra uretra (uret (uretra ra pars pars prosta prostatik tika) a) dan dan berad beradaa disebelah disebelah anterior rektum. Bentuknya Bentuknya sebesar sebesar buah kenari dengan berat normal  pada orang dewasa kurang lebih 20 gram, dengan dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm. Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus : 1. lobu lobuss med mediu iuss 2. lobus lobus lateral lateralis is (2 lobu lobus) s) 3. lobu lobuss ante anterio rior  r  4. lobu lobuss poster posterio ior  r  Selama perkembangannya perkembangannya lobus medius, medius, lobus anterior, lobus posterior  posterior  akan akan menjadi menjadi satu dan disebut disebut lobus lobus medius medius saja. saja. Pada Pada penamp penampang ang,, lobus lobus medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan lobus lain tampak 

homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini disebut kelenjar prostat.6 Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain adalah: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler  anterior, dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional yang letaknya proksimal dari sfincter eksternus di kedua sisi dari dari verum verumon ontan tanum um dan dan di zona zona periu periuret retral ral.. Kedu Keduaa zona zona terseb tersebut ut hany hanyaa merupakan 2% dari seluruh volume prostat. Sedangkan pertumbuhan karsinoma  prostat  prostat berasal dari dari zona perifer. perifer.

Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara di kanan dari verumontanum dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan dida didapa patk tkan an ligam ligament entum um pubo pubo pros prostat tatika ika,, di sebe sebelah lah bawa bawah h ligame ligamentu ntum m triangulare inferior dan di sebelah belakang didapatkan fascia denonvilliers. Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri  prostat  prostat yang berisi pleksus pleksus prostatovesikal prostatovesikal.. Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari : 1. Kapsul Kapsul anatomis anatomis sebaga sebagaii jaringa jaringan n ikat yang mengandu mengandung ng otot polos polos yang membungkus kelenjar prostat. 2. Jaringan Jaringan stroma yang terdiri terdiri dari jaringan fibrosa fibrosa dan jaringan jaringan muskuler  muskuler  3. Jaringan Jaringan kelenjar kelenjar yang terbagi terbagi atas 3 kelompok kelompok bagian: bagian: 1. Bagian luar luar disebut glandula glandula principalis principalis atau kelenjar kelenjar prostat sebenarnya sebenarnya yang menghasilkan bahan baku sekret. 2. Bagi Bagian an teng tengah ah dise disebu butt kele kelenja njarr subm submuk ukos osa, a, lapisa lapisan n ini diseb disebut ut juga juga sebagai adenomatous zone 3. Di sekitar sekitar uretra uretra disebut disebut periurethr periurethral al gland gland atau glandula glandula mukosa mukosa yang merupakan merupakan bagian terkecil. Bagian ini serinng membesar membesar atau mengalami mengalami hipertrofi pada usia lanjut.

Pada BPH, kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis : 1. kaps kapsul ul anato anatomi miss 2. kaps kapsul ul chiru chirurg rgicu icum, m, ini ini terja terjadi di akiba akibatt terje terjepit pitnya nya kelen kelenjar jar pros prostat tat yang yang sebenarnya (outer zone) sehingga terbentuk kapsul 3. kapsul kapsul yang terbentuk terbentuk dari jaringan jaringan fibromuskuler fibromuskuler antara bagian bagian dalam (inner  zone) dan bagian luar (outer zone) dari kelenjar prostat.

BPH BPH sering sering terjad terjadii pada pada lobu lobuss latera lateralis lis dan dan lobu lobuss media medialis lis karen karenaa mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada  bagian posterior posterior daripada daripada lobus medius (lobus posterior) posterior) yang merupakan merupakan  bagian tersering terjadinya terjadinya perkembangan perkembangan suatu keganasan keganasan prostat. prostat. Sedangkan Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar. Secara Secara histolog histologis, is, prosta prostatt terdiri terdiri atas kelenjar kelenjar-kel -kelenja enjarr yang yang dilapis dilapisii epitel thoraks selapis dan di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai epitel berlapis.

Vaskularisasi

Vaskular askularisas isasii kelenjar kelenjar prostat prostat yanng yanng utama utama berasal berasal dari a. vesikali vesikaliss inferior (cabang dari a. iliaca interna), a. hemoroidalis media (cabang dari a. mesenterium inferior), dan a. pudenda interna (cabang dari a. iliaca interna). Cabang-cabang dari arteri tersebut masuk lewat basis prostat di Vesico Prostatic  Junction.  Junction. Penyebaran arteri di dalam prostat dibagi menjadi 2 kelompok , yaitu: 1. Kelomp Kelompok ok arteri arteri urethra, urethra, menemb menembus us kapsul kapsul di poster postero o lateral lateral dari darivesico  prostatic  prostatic junction dan dan memb member erii perd perdar arah ahan an pada pada lehe leherr buli buli-b -bul ulii dan dan kelompok kelenjar periurethral. 2. Kelompok Kelompok arteri kapsule, kapsule, menembus menembus sebelah lateral dan memberi memberi beberapa beberapa cabang yang memvaskul memvaskularisasi arisasi kelenjar kelenjar bagian perifer (kelompok (kelompok kelenjar   paraurethral).  paraurethral).

Aliran Limfe

Aliran limfe dari kelenjar prostat membentuk membentuk plexus di peri prostat prostat yang kemudian bersatu untuk membentuk beberapa pembuluh utama, yang menuju ke kelenjar limfe iliaca interna , iliaca eksterna, obturatoria dan sakral.

Persarafan

Sekresi Sekresi dan motor yang mensarafi mensarafi prostat berasal dari plexus simpatikus simpatikus dari Hipogastricus dan medula sakral III-IV dari plexus sakralis.

Fisiologi 

Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan caira cairan n vesi vesiku kula la semi semina nalis lis 46-80 46-80% % pada pada wakt waktu u ejaku ejakulas lasi. i. Kele Kelenja njarr pros prostat tat dibawah dibawah pengaruh pengaruh Andr  Androgen ogen Bodiesdan Bodiesdan dapat dapat dihenti dihentikan kan dengan dengan pember pemberian ian Stilbestrol.

III.

Epidemiologi

Hipe Hi perpl rplasi asiaa pr pros ostat tat me meru rupa paka kan n pe peny nyak akit it pa pada da pr pria ia tu tuaa da dan n jar jaran ang g ditem dit emuk ukan an se sebe belu lum m us usia ia 40 ta tahu hun. n. Pr Pros ostat tat no norma rmall pa pada da pr pria ia me meng ngala alami mi  peningkatan  pening katan ukuran yang lambat dari lahir sampai puber pubertas, tas, waktu itu ada  peningkatan  pening katan cepat dalam ukuran ukuran,, yang kontin kontinyu yu sampa sampaii usia akhir 30-an. Pertengahan dasawarsa ke-5, prostat bisa mengalami perubahan hyperplasia. Pada Pa da us usia ia la lanj njut ut be bebe bera rapa pa pr pria ia me meng ngal alam amii pe pemb mbes esar aran an pr pros osta tatt  benigna.  benig na. Keadaan Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun.

IV.

Etiologi

Hing Hingga ga seka sekara rang ng masi masih h belu belum m dike diketa tahu huii seca secara ra past pastii peny penyeb ebab ab terjadinya terjadinya hiperplasia hiperplasia prostat, prostat, tetapi beberapa hipotesis hipotesis menyebutkan menyebutkan bahwa hiperplasia

prostat

erat

kaitannya

dengan

peningkatan

kadar dehidrotestosteron kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah: 1. Teori eori Hormo Hormonal nal

Deng Dengan an berta bertamb mbah ahny nyaa usia usia akan akan terjad terjadii perub perubaha ahan n kese keseim imba bang ngan an hormo hormonal, nal, yaitu yaitu antara antara hormon hormon testoste testosteron ron dan hormon hormon estroge estrogen. n. Karena Karena  produksi  produksi testosteron testosteron menurun menurun dan terjadi konversi konversi testosteron testosteron menjadi menjadi estro estroge gen n pada pada jaring jaringan an adipo adiposa sa di perif perifer er deng dengan an perto pertolo long ngan an enzim enzim aromatase, aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang merangsang terjadinya hiperplasia  pada stroma, stroma, sehingga sehingga timbul timbul dugaan bahwa testosteron testosteron diperlukan diperlukan untuk  inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran  prostat.  prostat. Pada keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan  produksi  produksi hormon hormon androg androgen en testis yang akan mengo mengontrol ntrol pertumbu pertumbuhan han prostat. prostat. Deng Dengan an maki makin n berta bertamb mbah ahny nyaa usia, usia, akan akan terjad terjadii penu penuru runa nan n dari dari fung fungsi si testikul testikuler er (sperma (spermatog togenes enesis) is) yang akan menyeb menyebabk abkan an penuru penurunan nan yang yang  progresif  progresif dari sekresi sekresi androgen. androgen. Hal ini mengaki mengakibatkan batkan hormon hormon gonado gonadotropin tropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat

dari fungsional fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar  uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.

Factor (Faktor Pertumbuhan) 2. Teori Growth Factor (Faktor

Peranan Peranan dari gro dari growth wth factor ini factor ini sebaga sebagaii pemacu pemacu pertumb pertumbuha uhan n stroma stroma kele kelenja njarr pros prostat tat.. Terda erdapat pat empat empat  peptic growth growth factor  yaitu: basic tra transfo nsform rmin ing g

growth

fact facto or,

tran ransform formin ing g

growth

facto actor  r 1,

transforming  growth  growth factor 2, dan epidermal growth factor .

3. Teori peningkat peningkatan an lama hidup sel-sel sel-sel prostat prostat karena berkurangn berkurangnya ya sel yang mati

(stem cell hypothesis) hypothesis) 4. Teori Sel Stem (stem

Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan “ steady “ steady state”, state”, antara  pertumbuhan  pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbanga keseimbangan n ini disebabkan disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat dapat bertamb bertambah ah sehing sehingga ga terjadi terjadi prolifer proliferasi asi lebih lebih cepat. cepat. Terjadin erjadinya ya  proliferasi  proliferasi abnormal abnormal sel stem sehingga sehingga menyebabka menyebabkan n produksi produksi atau  proliferasi  proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi menjadi  berlebihan.  berlebihan.

Teori Dehidrotestosteron ron (DHT) 5. Teori Dehidrotestoste

Dehidrotestosteron adalah metabolit androgen yang sangat penting pada  pertumbuhan  pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. prostat. Dibentuk Dibentuk dari testosteron testosteron didalam sel  prostat  prostat oleh enzim enzim 5α-redukta 5α-reduktase se dengan dengan bantuan bantuan koenzim koenzim NADPH NADPH..

Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak   jauh berbeda berbeda dengan dengan kadarnya kadarnya pada prostat prostat normal, normal, hanya pada BPH, BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal. Testoste estosteron ron yang yang dihasilk dihasilkan an oleh oleh sel leydig leydig pada pada testis testis (90%) (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex menjadi  sex hormon hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam “ target cell ” yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh oleh enzim enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dehidrotestoste dehidrotestosteron ron yang kemudian  bertemu dengan dengan reseptor reseptor sitoplasma sitoplasma menjadi menjadi “hormone receptor complex”. complex”. Kemudian “hormone receptor complex” ini mengalami transformasi reseptor, menja menjadi di “nuclear nuclear recept receptor  or ” yang yang masu masuk k keda kedala lam m inti inti yang yang kemu kemudi dian an melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar   prostat.  prostat.

6. Teor eorii Rea Reawak wakeni ening ng

Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma pada kelenjar periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme “glandu “gla ndular lar bud buddin ding” g” kem kemudi udian an ber bercaba cabang ng yang men menyeb yebabk abkan an tim timbul bulnya nya alveoli pada zona preprostatik. Persamaan epiteleal budding dan “glandular  morphogenesis” yang terjadi pada embrio dengan perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya “reawakening” yaitu jaringan kembali seperti

 perkembanga  perkem bangan n pada masa tingkat embriologik, embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya. Selain Sela in teo teori-te ri-teori ori di atas masih ban banyak yak lag lagii teo teori ri yan yang g me menera nerangk ngkan an tentang penyebab terjadinya BPH seperti; teori tumor jinak, teori rasial dan faktor fakt or sos sosial, ial, teor teorii infe infeksi ksi dari zatzat-zat zat yan yang g bel belum um dik diketah etahui, ui, teo teori ri yan yang g  berhubunga  berhub ungan n dengan aktifitas hubun hubungan gan seks, teori pening peningkatan katan kolester kolesterol, ol, dan da n Zn ya yang ng ke kesem semua uany nyaa ter terse sebut but ma masi sih h be belu lum m jel jelas as hu hubu bung ngan an seb sebab ab-akibatnya.

V.

Patofisiologi

Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik  ini ber berhub hubung ungan an den dengan gan ada adanya nya pem pembes besaran aran kele kelenjar njar peri periure uretra tra yan yang g aka akan n mend me ndes esak ak ure uretra tra pa pars rs pr pros ostat tatik ikaa se sehin hingg ggaa ter terjad jadii ga gang nggu guan an ali aliran ran ur urine ine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos  prostat dan kapsu kapsulnya, lnya, yang merupa merupakan kan alpha adrener adrenergik gik reseptor reseptor.. Stimulas Stimulasii  pada alpha adrener adrenergik gik reseptor akan menghasilkan menghasilkan kontra kontraksi ksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf  simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik. Berbagai keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan dan resistensi uretra. Selanjutnya hal ini akan menyebabkan sumbatan aliran kemih. Untuk  mengatasi resistensi uretra yang meningkat, otot-otot detrusor akan berkontraksi untuk unt uk men mengel geluark uarkan an urin urine. e. Kon Kontrak traksi si yan yang g teru terus-me s-meneru neruss ini men menyeb yebabk abkan an  perubahan  peruba han anatomi anatomik k dari buli-bu buli-buli li berupa hipertro hipertrofi fi otot detruso detrusor, r, trabekul trabekulasi, asi, terbent terb entukn uknya ya selu selula, la, sak sakula, ula, dan dive divertike rtikell bul buli-bu i-buli. li. Fas Fasee pene penebala balan n oto otott detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan  pada salura saluran n kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symp symptom tom (LUTS (LUTS)) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari

 buli-buli  buli-bu li ke ureter atau terjadi refluks vesico vesico-ureter -ureter.. Keadaan ini jika  berlangsung  berlang sung terus akan menga mengakibatka kibatkan n hidrou hidroureter reter,, hidron hidronefrosis efrosis,, bahka bahkan n akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.

VI.

Gambaran Klinis

Gejala Gejala hiperpla hiperplasia sia prostat prostat dapat dapat menimb menimbulk ulkan an keluhan keluhan pada pada saluran saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih. 1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah

Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah ( LUTS  ( LUTS ) terdiri atas gejala obst obstruk ruktif tif dan dan gejal gejalaa iritat iritatif. if. Gejal Gejalaa obst obstruk ruktif tif diseb disebabk abkan an oleh oleh karen karenaa  penyempitan  penyempitan uretara pars prostatika prostatika karena didesak didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau

cukup

lama

sehingga

kontraksi

terputus-putus.

Gejalanya ialah : 1.

Haru Haruss menu menung nggu gu pad padaa perm permula ulaan an mik miksi si ( Hesistancy  Hesistancy)

2.

Panc Pancar aran an miks miksii yan yang g lem lemah ah (weak stream) stream)

3.

Miks iksi ter terputus ( Intermittency)  Intermittency)

4.

Mene Menete tess pad padaa akh akhir ir miks miksii (Terminal (Terminal dribbling )

5.

Rasa Rasa belu belum m pua puass seh sehab abis is miks miksii (Sensation (Sensation of incomplete bladder  emptying ). ).

Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga faktor, yaitu : 1.

Volum olumee kelen kelenjar jar periu periuret retral ral

2.

Elastis Elastisitas itas leher leher vesi vesika, ka, otot otot polos polos pros prostat tat dan dan kapsul kapsul pros prostat tat

3.

Keku Kekuata atan n kon kontra traks ksii oto otott detr detrus usor  or 

Tidak idak semu semuaa pros prosta tatt yang yang memb membes esar ar akan akan meni menimb mbul ulka kan n gejal gejalaa obstruksi, sehingga meskipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.

Gejala iritatif disebabkan disebabkan oleh karena pengosongan pengosongan vesica urinaria yang tidak tidak sempur sempurna na pada pada saat miksi miksi atau diseba disebabka bkan n oleh oleh hipersen hipersensiti sitifitas fitas otot otot detrus detrusor or karena karena pembes pembesaran aran prostat prostat menyeb menyebabk abkan an rangsa rangsanga ngan n pada pada vesica, vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejalanya ialah : 1.

Bert Bertam amba bahn hnya ya frek frekue uens nsii miks miksii ( Frequency  Frequency))

2.

Nokturia

3.

Miks iksi su sulit lit dit ditaahan han (Urgency (Urgency))

4.

Disu Disuri riaa (Nye (Nyeri ri pad padaa wakt waktu u mik miksi si))

Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi : Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing Grade II

: Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml

Grad Gradee III III

: Ret Reten ensi si urin urin deng dengan an suda sudah h ada ada gang ganggu guan an salu salura ran n kem kemih ih b bagian atas + sisa urin > 150 ml.

Untuk Untuk menilai menilai tingkat tingkat kepara keparahan han dari keluhan keluhan pada pada salura saluran n kemih kemih sebela sebelah h bawa bawah, h, WHO WHO meng mengan anjur jurka kan n klas klasifi ifika kasi si untu untuk k menen menentu tuka kan n berat berat gang ganggu guan an miks miksii yang yang dise disebu butt Skor Skor Inter Interna nasio sional nal Gejal Gejalaa Pros Prostat tat atau atau  I PSS (  PSS ( International  International Prostatic Prostatic Symptom Score). Score). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi ( LUTS  ( LUTS ) dan satu  pertanyaan  pertanyaan yang berhubungan berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang berhubun berhubungan gan dengan dengan keluhan keluhan miksi miksi diberi diberi nilai nilai 0 sampai sampai dengan dengan 5,

sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: - Ringan : skor 0-7 - Sedang : skor 8-19 - Berat : skor 20-35 Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica urinaria untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan mengalami kepayahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut. Faktor pencetus Kompensasi Dekompensasi (LUTS) Retensi urin Inkontinensia paradoksa International Prostatic Symptom Score

Pertanyaan

Jawaban dan skor  

Keluhan pada bulan

Tidak 

terakhir 

sekali

Hampir 

3 cm ke dalam rektum

Berdas dasarkan jumlah lah residu dua al ur urine ine •

derajat 1 : 100 ml



derajat 4 : retensi urin total

3. Intra Intra vesik vesikal al gradi grading ng •

derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet



derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter 



derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter 



derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter 

4. Be Berd rdas asar arka kan n pemb pembes esar aran an kedu kedua a lobu lobuss late latera ralis lis yang yang terl terlih ihat at pada pada uretroskopi

IX.



derajat 1 : kissing 1 cm



derajat 2 : kissing 2 cm



derajat 3 : kissing 3 cm



derajat 4 : kissing >3 cm

Diagnosis Banding

Pada pasien dengan keluhan obstruksi saluran kemih di antaranya: 1. Struktur uretra 2. Batu buli-buli kecil 3. Kanker prostat 4. Kelemahan detrusor, misalnya pada penderita asma kronik yang menggunakan obat-obat parasimpatolitik.

Pada pasien dengan keluhan iritatif saluran kemih, dapat disebabkan oleh : 1. Instabilitas detrusor  2. Infeksi saluran kemih 3. Prostatitis 4. Batu ureter distal 5. Batu vesika kecil.

X.

Komplikasi

Hiperplasia prostat dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut : a. Inkontinensia Paradoks  b. Batu Kandu Kandung ng Kemih Kemih c. Hematuria d. Sistitis e. Pielonefritis f. Retensi Urin Akut Atau Atau Kronik  g. Hidroureter  h. Hidronefrosis i. Gagal Ginjal

XI.

Penatalaksanaan

Hiperplasi Hiperplasi prostat prostat yang telah memberikan memberikan keluhan klinik biasanya biasanya akan menyebabkan penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi menjadi empat empat gradasi gradasi berdas berdasarka arkan n penemu penemuan an pada pada colok colok dubur dubur dan sisa sisa volume urin, yaitu: •

Derajat Derajat satu, satu, apabila apabila ditemuk ditemukan an keluhan keluhan prostat prostatism ismus, us, pada pada colok colok dubur  dubur  ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml.



Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.



Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml



Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total. Organis Organisasi asi keseha kesehatan tan dunia dunia (WHO) (WHO) mengan menganjurk jurkan an klasifik klasifikasi asi untuk  untuk 

menentu menentukan kan berat berat gangg gangguan uan miksi miksi yang yang disebut disebut WHO WHO PSS (WHO (WHO Prostate  Prostate Symptom Symptom Score Score). Skor Skor ini ini berd berdas asar arka kan n jawa jawaba ban n pend pender erit itaa atas atas dela delapa pan n  pertanyaan  pertanyaan mengenai miksi. Terapi Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. PSS. Terapi erapi beda bedah h dian dianjur jurka kan n bila bila WHO WHO PSS PSS 25 ke atas atas atau atau bila bila timbu timbull obstruksi. Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan cara penanganan, yaitu : •

Derajat Derajat satu biasany biasanyaa belum belum memerlu memerlukan kan tindaka tindakan n operati operatif, f, melainka melainkan n dapat diberikan pengobatan secara konservatif.



Derajat Derajat dua sebenar sebenarnya nya sudah sudah ada indikas indikasii untuk untuk melaku melakukan kan interve intervensi nsi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif.



Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup  berpengalaman  berpengalaman biasanya biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila diperkirakan diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga sehingga reseksi tidak tidak akan akan seles selesai ai dala dalam m satu satu jam maka maka seba sebaikn iknya ya dilak dilakuk ukan an oper operasi asi terbuka.



Deraj Derajat at empat empat tinda tindaka kan n perta pertama ma yang yang haru haruss sege segera ra dike dikerja rjaka kan n ialah ialah membeb membebask askan an penderi penderita ta dari dari retensi retensi urin total, total, dengan dengan jalan jalan memasa memasang ng kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau operasi terbuka. Terapi erapi sedini sedini mungk mungkin in sangat sangat dianjurk dianjurkan an untuk untuk mengur mengurang angii gejala, gejala,

meningkatkan kualitas hidup dan menghindari komplikasi akibat obstruksi yang  berkepanjanga  berkepanjangan. n. Tindakan Tindakan bedah masih merupakan merupakan terapi utama untuk  hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir terakhir dikemb dikembang angkan kan pula pula beberap beberapaa terapi terapi non-bed non-bedah ah yang yang mempun mempunyai yai keunggulan kurang invasif dibandingkan dengan terapi bedah. Mengingat gejala

klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu pembesaran kelenjar   periuretral,  periuretral, menurunnya menurunnya elastisitas elastisitas leher vesika, dan berkurangnya berkurangnya kekuatan kekuatan detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk : 1.

Meng Menghi hilan langk gkan an atau atau mengu mengura rang ngii volum volumee prost prostat at

2.

Mengu Mengurang rangii tonus tonus leher leher vesik vesika, a, otot otot polos polos prost prostat at dan kapsul kapsul pros prostat tat

3.

Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusor  Tujuan ujuan terapi terapi pada pada pasien pasien hiperp hiperplasi lasiaa prostat prostat adalah adalah mengh menghilang ilangkan kan

obst obstru ruks ksii pada pada leher leher vesic vesicaa urina urinaria ria.. Hal Hal ini ini dapat dapat dicapa dicapaii deng dengan an cara cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif.

Pilihan Terapi Terapi pada Hiperplasi Prostat Benigna

Observasi

Watchfull waiting 

Medikamentosa

Operasi

Invasif Minimal

Penghambat

Prostatektomi

TUMT

adrenergik α

terbuka

TUBD

Penghambat

Endourologi

Strent uretra

reduktase α

1. TURP

dengan prostacath

Fitoterapi

2. TUIP

TUNA

Hormonal

3. TULP TULP (laser (laser))

Terapi Konservatif Non Operatif  1. Observasi (Watchful waiting)

Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Nasihat yang dibe diberi rika kan n adal adalah ah meng mengur uran angi gi minu minum m sete setela lah h mengu ngurang rangii

nokturia, ia,

menghi nghin ndari ari

maka makan n mala malam m

obat-ob -obata atan

untu untuk  k 

dek dekonge ngestal tal

(paras (parasim impat patol oliti itik), k), meng mengur urang angii minu minum m kopi, kopi, dan dan tidak tidak dipe diperb rbole olehk hkan an minuman alkohol agar tidak sering miksi. Setiap 3 bulan lakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan colok dubur.

2. Medikamentosa Medikamentosa

Tujuan terapi medikamentosa adalah untuk:

1.

mengurangi

resistensi

leher

buli-buli

dengan

obat-obatan

golongan  blocker (penghambat alfa adrenergik) 2.

menurunkan vo volume pr prostat de dengan ca cara me menurunkan ka kadar ho hormon testosteron/dehidrotestosteron (DHT)

Obat Penghambat adrenergik 

Dasar pengobatan ini adalah mengusahakan agar tonus otot polos di dalam prostat dan leher vesica berkurang dengan menghambat rangsangan alpha adrenergik. Seperti diketahui di dalam otot polos prostat dan leher  vesica banyak terdapat reseptor alpha adrenergik. Obat-obatan yang sering digunakan digunakan prazosin, prazosin, terazosin, terazosin, doksazosin, doksazosin, dan alfuzosin. alfuzosin. Obat penghambat penghambat alpha alpha adren adrener ergi gik k yang yang lebi lebih h selek selektif tif terha terhada dap p otot otot polo poloss prosta prostatt yaitu yaitu α1a (tamsulosin), sehingga efek sistemik yang sistemik  yang tak diinginkan dari pemakai obat obat ini ini dapa dapatt diku dikura rang ngi. i. Dosi Dosiss dimu dimula laii 1 mg/h mg/har arii seda sedang ngka kan n dosi dosiss tamzulosin 0,2-0,4 mg/hari. Penggunaan antagonis alpha 1 adrenergik untuk  mengurangi obstruksi pada vesica tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat-obatan golongan ini memberikan perbaikan laju pancaran urine, menurunkan sisa urine dan mengurangi keluhan. Obat-obat ini juga memberi  penyulit  penyulit hipotensi, hipotensi, pusing, pusing, mual, lemas, dan meskipun meskipun sangat jarang bisa terjadi ejakulasi retrograd, biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya keluhan dalam waktu 1-2 minggu setelah pemakaian obat.

Obat Penghambat Enzim 5 Alpha Reduktase

Obat Obat yang yang dipakai dipakai adalah adalah finaster finasterid id (proska (proskar) r) dengan dengan dosis dosis 1x5 1x5 mg/ha /hari. ri.

Obat

golong longaan

ini ini

dapat

mengh nghamb ambat

pembentu ntukan

dehidrotestosteron sehingga prostat yang membesar dapat mengecil. Namun obat obat ini ini beke bekerj rjaa lebi lebih h lamb lambat at dari daripa pada da golo golong ngan an alph alphaa bloc blocke kerr dan dan manfaat manfaatnya nya hanya hanya jelas jelas pada pada prostat prostat yang yang sangat sangat besar besar.. Salah Salah satu satu efek  efek  samping obat ini adalah melemahkan libido dan ginekomastia.

Fitoterapi

Merupakan terapi alternatif yang berasal dari tumbuhan. Fitoterapi yang digunakan untuk pengobatan BPH adalah Serenoa repens atau Saw

Palmetto dan Pumpkin Seeds. Keduanya, terutama Serenoa repens semakin diterima pemakaiannya dalam upaya pengendalian prostatisme BPH dalam konteks “watchfull waiting strategy”. Saw Palmetto menunjukkan perbaikan klinis dalam hal: •

frekuensi nokturia berkurang



aliran kencing bertambah lancar 



volume residu di kandung kencing berkurang



gejala kurang enak dalam mekanisme urinaria berkurang.

Mekanisme kerja obat diduga kuat: •

menghambat aktivitas enzim 5 alpha reduktase dan memblokir reseptor  androgen



 bersifat antiinflamas antiinflamasii dan anti oedema oedema dengan cara mengham menghambat bat aktivitas aktivitas enzim cyclooxygenase dan 5 lipoxygenase.

Terapi Operatif 

Tindakan operasi ditujukan pada hiperplasi prostat yang sudah menimbulkan  penyulit  penyulit tertentu, antara lain: retensi urin, batu saluran kemih, hematuri, hematuri, infeksi saluran

kemih,

kelainan

pada

saluran

kemih

bagian

ata atas,

atau

keluhan LUTS  keluhan LUTS yang yang tidak menunjukkan perbaikan setelah menjalani pengobatan medikamentosa. Tindakan operasi yang dilakukan adalah operasi terbuka atau operasi endourologi transuretra. 1. Prost Prostate atekto ktomi mi ter terbuk buka a a.1. Retropubic infravesica (Terence Millin)

Keuntungan : •

Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal



Mortaliti rate rendah



Langsung melihat fossa prostat



Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli



Perdarahan lebih mudah dirawat



Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila membuka vesika

Kerugian : •

Dapat memotong pleksus santorini



Mudah berdarah



Dapat terjadi osteitis pubis



Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal



Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus

dikerjakan dari dalam vesika Komplikasi : perdarahan, infeksi, osteitis pubis, trombosis

a.2. Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)

Keuntungan : •

Baik untuk kelenjar besar 



Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat



Oper Operas asii bany banyak ak diper dipergu gunak nakan an pada pada hipe hiperpl rplas asia ia pros prostat tat deng dengan an  penyulit  penyulit : batu buli, batu ureter distal, divertikel, divertikel, uretrokel, uretrokel, adanya sistos sistostom tomi, i, retropu retropubik bik sulit sulit karena karena kelaina kelainan n os pubis pubis,, kerusak kerusakan an sphingter eksterna minimal.

Kerugian : •

Memerlukan Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica sembuh



Sulit pada orang gemuk 



Sulit untuk kontrol perdarahan



Merusak mukosa kulit



Mortality rate 1 -5 %

Komplikasi : •

Striktura post operasi (uretra anterior 2 – 5 %, bladder neckstenosis 4%)



Inkontinensia (
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF