Laporan Kasus BPH

May 6, 2018 | Author: Diky Sukma Wibawa | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Lapsus BPH...

Description

LAPORAN KASUS BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

Disusun Oleh : Diky Sukma Wibawa H2A008014

Pembimbing: dr. Irwan Syafril, Sp.B

BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2012

2

BAB I PENDAHULUAN Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut1. Istilah BPH atau benign  prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat1,2,3. Hiperplasia prostat  benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun 1,4. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari  pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement  (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh  pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO)1,5. Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menye-babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah. Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary tract   symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding   symptoms) maupun iritasi ( storage  symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine1,2,4. Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak  semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan  jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh padapria yang menginjak  usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam

3

 proliferasi sel-sel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor-faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis protein  growth factor , yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya  proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein growth factor  dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein  growth factor  dikenal sebagai faktor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat3. Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Colok dubur atau digital rectal examina-tion (DRE) merupakan  pemeriksaan yang penting  pada pasien BPH, disamping pemerik-saan fisik pada regio suprapubik untuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Dari  pemeriksaan colok dubur ini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan

prostat5.

Mengukur volume prostat dengan

DRE cenderung

underestimate daripada pengukuran dengan metode lain, sehingga jika prostat teraba besar, hampir pasti bahwa ukuran sebenarnya memang besar. Kecurigaan suatu keganasan pada pemeriksaan colok dubur, ternyata hanya 26-34% yang  positif kanker prostat pada pemeriksaan biopsi. Sensitifitas pemeriksaan ini dalam menentukan adanya karsinoma prostat sebesar 33%. Perlu dinilai keadaan neurologis, status mental pasien secara umum dan fungsi neuromusluler  ekstremitas bawah. Disamping itu pada DRE diperhatikan pula tonus sfingter ani dan refleks bulbokavernosus yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada  busur refleks di daerah sakral5.

4

BAB II KASUS IDENTITAS PASIEN

 Nama

: Tn. Rupii

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 62 tahun

Alamat

: Brayo Barat Rt 2 Rw 3 Kertosari Kendal

Pekerjaan

: Petani

Biaya pengobatan

: JAMKESMAS

 No. CM

: 395151

ANAMNESIS Keluhan Utama :

Sulit buang air  Riwayat Penyakit Sekarang :

± 2 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh sulit buang air  kecil. Setiap kali buang air kecil pasien memerlukan waktu lama untuk mulai  buang air kecil, harus mengedan untuk buang air kecil, buang air kecil menetes dan setelah buang air kecil masih terasa ada sisa. Kencing berwarna merah (-), kencing berpasir (-), nanah (-), nyeri pinggang (-), demam (-). ± 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan sulit buang air kecil dengan nyeri perut. Kencing berwarna merah (-), kencing berpasir (-), nanah (-), nyeri pinggang (-), demam (-). Saat masuk rumah sakit, pasien masih merasakan keluhan yang sama. Karena tidak nyaman, pasien memutuskan berobat ke RS untuk penanganan lebih lanjut

5

Riwayat Penyakit Dahulu :

Sakit seperti ini disangkal Hipertensi disangkal Diabetes melitus disangkal Penyakit Jantung disangkal Asma disangkal Alergi obat disangkal Alergi makanan seafood (-) Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini. Hipertensi disangkal Diabetes melitus disangkal Riwayat Sosial Ekonomi

Pekerjaan pasien adalah petani. Biaya pengobatan dengan menggunakan JAMKESMAS. Riwayat Pribadi :

Merokok disangkal Minum minuman beralkohol disangkal Pemeriksaan fisik 

Keadaan umum : Terlihat sakit Kesadaran : Compos mentis Vital sign : TD

: 120/80 mmHg

Suhu

: 36,8oC (Axilla)

RR

: 27x/menit 6

 Nadi

: 80x/menit reguler, isi dan tegangan cukup

Status Generalis :

Kepala

: Mesocepal

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-) , Sklera ikterik (-/-), RCL (+/+), RCTL (+/+)

Hidung

: Septum deviasi (-), sekret (-/-), mukosa hiperemis (-/-), konka hipertrofi (-/-)

Mulut

: Sianosis (-), lidah kotor (-), gigi karies (-),

Tenggorok

: Faring hiperemis (-) tonsil T1-T1

Telinga

: Normotia, deformitas (-), serumen (-/-), sekret (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), struma (-), deviasi trakhea (-)

Thorax Pulmo Depan Ins Pal Per  Aus Belakang Ins Pal Per  Aus

Dextra

Sinistra

Simetris statis dinamis Stem fremitus ka = ki Sonor seluruh lapang paru SD Vesikuler, Ronki Wheezing (-) Simetris statis dinamis Stem fremitus ka = ki Sonor seluruh lapang paru SD Vesikuler, Ronki Wheezing (-)

(-),

(-),

Simetris statis dinamis Stem fremitus ka = ki Sonor seluruh lapang paru SD Vesikuler, Ronki Wheezing (-) Simetris statis dinamis Stem fremitus ka = ki Sonor seluruh lapang paru SD Vesikuler, Ronki Wheezing (-)

(-),

(-),

Cor :

Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba ICS V 1-2 cm media linea midclavicula sinistra

Perkusi

: Batas atas : ICS II linea parasternal kiri

7

Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis kanan Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal kiri Batas kiri bawah : ICS V 1-2 cm media linea midclavicula sinistra Konfigurasi jantung : normal Auskultasi

: BJ I-II normal, gallop (-) murmur (-)

Abdomen :

Inspeksi

: Perut katak (-), defans muscular (-)

Auskultasi

: Peristaltik (+) normal, metalic sound (-)

Palpasi

: Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

Perkusi

: Pekak sisi (-), pekak alih (-), tympani (+)

Ekstrimitas

superior

inferior

Oedema

-/-

-/-

Sianosis

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Clubbing finger

-/-

-/-

Refleks fisiologis

+/+

+/+

Refleks patologis

-/-

-/-

Pemeriksaan Fisik Tambahan

Digital Rectal Examination: Sekitar anus: tidak tampak hemorrhoid Tonus sfingter ani: cukup Mukosa rectum licin, tak teraba massa Kelenjar prostat :

8

-

Diameter laterolateral 4 cm

-

Konsistensi kenyal,

-

Sulkus medianus tak teraba,

-

Polus anterior tidak teraba

-

Nodul (-)

Handscoen : darah (-), fecal material (+) Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium (tanggal 7 september 2012) Darah rutin

Hasil

Satuan

Nilai normal

Lekosit

4.53

10^3/ ul

3.8 – 10.6

Eritrosit

4.15

10^6/ uL

4.4 – 5.9

Hb

12.5 0

g/ dL

13.2 – 17.3

%

40 – 52

fL

80 – 100

Pg

26 – 34

g/dL

32 – 36

10^3/ ul

150 – 440

%

11.5 – 14.5

Ht MCV MCH MCHC Trombosit

35.9 0 86.5 0 30.1 0

RDW Diff count

34.8 0

Eosinofil Absolute

275

10^3/ ul

0.045 – 0.44

Basofil Absolute

12.9 0

10^3/ ul

0 – 0.2

10^3/ ul

1.8 - 8

 Netrofil Absolute Limfosit Absolute

10^3/ ul 0.00

9

0.9 – 5.2

Monosit Absolute

0.02

10^3/ ul

0.16 – 1

Eosinofil

3.28

%

2–4

Basofil

0.85

%

0–1

 Neutrofil

0.38

%

50 – 70

Limfosit

0.00

%

25 – 40

Monosit

0.40

%

2–8

KIMIA KLINIK (Serum)

72.4 0

mg/dL

< 125

U/L

0 – 35

U/L

0 – 35

mg/dL

10.0 – 50.0

mg/dL

0.60 – 0.90

mmol/L

3.5 – 5.0

mmol/L

135 – 145

mmol/L

95.0– 105

g/dL

8.1 – 10.4

GDS SGOT SGPT

18.8 0 8.40

Ureum Creatinin Kalium  Natrium Chlorida Albumin

92 13 9 25.0 0.82 3.7 136 105 3.8

Pemeriksaan USG Abdomen (Tanggal 8 september 2012)

Hepar : ukuran normal, tepi tajam, permukaan rata, nodul (-), parenkim homogen, v. porta tak melebar, v. hepatika tak melebar  Vesika felea :ukuran normal, dinding tak menebal, batu (-) Pankreas : ukuran dan parenkim normal, kalsifikasi (-) 10

Kelenjar para aorta : tak membesar  Lien : ukuran normal, parenkim normal, v. linealis tak melebar, nodul (-) Ginjal kanan : ukuran normal, parenkim normal, PCS tak melebar, batu (-) Ginjal kiri : ukuran normal, parenkim normal, PCS tak melebar, gambaran hiperekoik. Vesika urinaria : dinding tak menebal, batu (-) Prostat : ukuran = 1,05x0,52x5,8x6,2x6 = 117,80 gr  Kesan : pembesaran kelenjar prostat Diagnosis Banding : •

Benign Prostat Hiperplasia



Carcinoma Prostat



Batu Uretra



Striktur Uretra

Diagnosis Klinis : •

Benign Prostat Hiperplasia

Penatalaksanaan : Non medikamentosa: •

Menjaga higienitas makanan, kebersihan diri dan lingkungan sekitar.



Istirahat cukup



Hindari minuman alkohol

Medikamentosa : •

Infus RL



Antibiotik untuk profilaksis penyakit infeksi

Operatif : •

Prostatectomy

Monitoring : •

Monitoring Keadaan umum



Monitoring Vital Sign



Watchful Waiting : memperhatikan volume urin

Edukasi 11



Berolahraga teratur 



Mengurangi konsumsi makanan tinggi kolesterol



Minum air putih minimal 8 gelas sehari



Banyak konsumsi sayur dan buah yang memiliki kandungan anti oksidan yang tinggi

Prognosis

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad sanam

: dubia ad bonam

Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam

BAB III PEMBAHASAN

BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut 1. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat1,2,3. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun 1,4. Pada kasus ini pasien adalah laki – laki dengan usia 62 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Berdasarkan jenis kelamin serta usia pasien menunjukan salah satu faktor resiko terhadap BPH. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat insidensi BPH pada laki – laki. Salah satunya adalah  produksi testosterone pada testis serta beberapa faktor lainnya yang dicurigai dapat memicu munculnya BPH ini seperti gaya hidup semsasa muda, faktor  lingkungan. Pembesaran prostat ini akan berdampak pada obstruksi pada leher   buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder  outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO)1,5. Obstruksi ini lama kelamaan dapat

12

menimbulkan perubahan struktur buli-buli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah. Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary tract   symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding   symptoms) maupun iritasi ( storage  symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine1,2,4. Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak  semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Berdasarkan anamnesis didapatkan keterangan bahwa pasien mengeluhkan sukar kencing, mulai 2 tahun yang lalu. Saat buang air kecil dirasakan tidak tuntas dan harus menunggu untuk memulai kencing. Kemudian pasien berobat ke tenaga kesehatan setempat dan dipasang kateter. Pasien tidak memeriksakan ke dokter  karena takut dioperasi. Kemudian 3 hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan yang dirasakan pasien bertambah berat dan akhirnya pasien memeriksakan ke RSUD TUGUREJO. Berdasarkan

pemeriksaan  Rectal

Toucher  didapatkan

:

Diameter 

laterolateral 4 cm Sulkus medianus menghilang, Polus atas tidak teraba. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukan adanya kecurigaan telah terjadinya pembesaran prostat pada pasien yang bersangkutan. Dari hasil pemeriksaan penunjang yaitu pada USG abdomen didapatkan  pembesaran prostat pada pasien. Oleh karena itu, pasien perlu mendapat tindakan  bedah berupa prostatectomy.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahardjo D. Prostat: Kelainan-kelainan jinak, diagnosis, dan penanganan. Jakarta: Asian Medical, 15, 1999 2. AUA practice guidelines committee. AUA guideline on management of   benign prostatic hyperplasia (2003). Chapter 1: diagnosis and treatment recommendations. J Urol 170: 530-547, 2003 3. Barry MJ, Fowler FJ, O’Leary MP, et al . The American Urological Association Symptom Index for Benign Prostatic Hyperplasia. J Urol 148: 1549, 1992 4. Chatelain Ch, Denis L, Foo KT, Khoury S, Mc Connell J (editors). Benign  prostatic hyperplasia. 5th International consultation on BPH. London, Health Publication Ltd, 519-535, 2001 5. Kirby RS, Christmas TJ. Benign prostatic hyperplasia, 2nd edition. Mosby Int, 1997.

14

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF