LAPORAN KASUS Arrum Kathrine

October 2, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download LAPORAN KASUS Arrum Kathrine...

Description

 

LAPORAN KASUS

PNEUMOPERITONEUM

Disusun oleh: Arrum Anggaeni 406172124 Kathrine Chia 406172093

Pembimbing : dr. Rokhmad Widiatma, Sp.Rad

KEPANITERAAN ILMU RADIOLOGI RSUD RAA SOEWONDO PATI PERIODE 31 DESEMBER 2018  –  3  3 FEBRUARI 2019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

 

 

BAB I PENDAHULUAN Pneumoperitoneum adalah istilah yang menggambarkan adanya udara  bebas / free /  free air  pada  pada intraperitoneal. Pneumoperitoneum ini bisa merupakan tanda keadaan yang tidak berbahaya, namun seringkali menggambarkan situasi kegawatdaruratan. Diagnosis dan penanganan yang cepat adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa pasien. Pemeriksaan X- foto polos abdomen maupun thoraks merupakan modalitas imaging pilihan pertama pert ama untuk mendiagnosis adanya  pneumoperitoneum. USG, MRI, CT scan juga dapat dilakukan d dengan engan kontras. Bila secara klinis terdapat tanda perforasi, perforasi , dan pada X- foto polos ditemukan adanya pneumoperitoneum, maka keadaan ini merupakan indikasi bedah emergensi. Penyebab paling umum pneumoperitoneum adalah perforasi organ  berongga abdomen yang dapat disebabkan oleh karena trauma, perforasi ulkus  peptikum, divertikulitis, maupun tumor maligna. Sekitar 70 % perforasi dari ulkus akan memperlihatkan adanya free adanya free air . 1,2,3 Pemeriksaan

CT

Scan

merupakan

kriteria

standar

pencitraan

 pneumoperitoneum. Pada pencitraan pencitraan MRI pneumoperitoneum terlihat sebagai area hipointens pada semua potongan gambar. Pada pencitraan USG pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau Distal atau  Distal Ring Down. Down. USG tidak dipertimbangkan sebagai pemeriksaan definitive untuk menyingkirkan pneumoperitoneum.4 

 

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Peritoneum

Peritoneum adalah membran serosa paling besar, semipermeabel yang membentuk garis batas dari kavum abdomen. Luas lapisan peritoneum sekitar 1- 2 m2. Peritoneum melapisi sebagian besar organ intraabdomen. Peritoneum terdiri dari 2 lapisan yaitu yaitu peritoneum parietal dan viseral. Peritoneum parietal merupakan lapisan peritoneum luar dan melekat pada dinding abdomen. Peritoneum viseral merupakan lapisan dalam peritoneum, terletak diantara organ –  organ –  organ  organ yang berada intraperitoneal. 5 Peritoneum parietal dari diafragma dan dinding posterior abdomen serta dari supraumbilikal dan dinding anterior abdomen pada tempat tertentu melipat ke arah visera dan membungkus visera tersebut sehingga disebut dengan peritoneum viseral. Bangunan  –  bangunan   bangunan yang dibentuk peritoneum akibat suatu bangunan ekstraperitoneal yang mendorong peritoneum parietal kearah dalam pada masa  pertumbuhan embrional dapat berupa plika (lipatan), kantung (saccus), cekungan (fossa atau recessus).5  Pada dinding anterior abdomen lipatan peritoneum ke arah hepar membentuk ligamentum falsiforme yang didalamnya berisi obliterasi vena umbilikalis. Pada linea mediana di kaudal umbilikus dapat ditemukan lipatan  peritoneum parietal yang disebabkan oleh obliterasi urachus (ligamentum umb umbilkal ilkal medial) yang disebut plika umbilikalis mediana. Disebelah lateralnya terdapat plika umbilikalis medialis yang ditimbulkan oleh obliterasi arteri umbilikalis. Sedangkan disebelah lateralnya lagi terdapat plika umbilikalis lateralis la teralis (yang ditimbulkan oleh vasa epigastrika inferior).5 Pada beberapa tempat peritoneum visceral dan mesenterium dorsal mendekati peritoneum dorsal dan terjadi perlekatan. Akibat perlekatan ini, ada  bagian-bagian usus yang tidak mempunyai alat-alat penggantung, dan akhirnya  berada disebelah dorsal dorsal peritonium sehingga disebut retroperitoneal. retroperitoneal. Bagian-bagian yang masih mempunyai alat penggantung terletak di dalam rongga yang dindingnya dibentuk oleh peritoneum parietal. Rongga tersebut disebut cavum peritonei, dengan demikian:5

 

 

1. Duodenum terletak retroperitoneal; 2. Jejenum dan ileum ile um terletak terleta k intraperitoneal intr aperitoneal dengan alat penggantung mesenterium; 3. Colon ascendens dan colon descendens terletak retroperitoneal; 4. Colon transversum terletak intraperitoneal dan mempunyai alat penggantung disebut mesocolon transversum; 5. Colon

sigmoideum

terletak

intraperitoneal

dengan

alat

penggatung

mesosigmoideum; cecum terletak intraperitoneal; 6. Processus vermiformis terletak intraperitoneal intraper itoneal dengan alat penggantung mesenterium.

Ruang potensial diantara 2 lapisan peritoneum disebut dengan rongga  peritoneum, yang secara normal berisi 50 - 100 ml cairan serosa

yang

memungkinkan kedua lapisan saling bergerak bebas satu sama lain. Rongga  peritoneum merupakan kantung k antung tertutup pada laki  –   laki, sedangkan pada wanita  berhubungan dengan ekstraperitoneal melalui tuba uterina. Rongga peritoneum  potensial dan lipatan peritoneum membentuk ligamentum peritoneal, mesenterium, dan omentum yang bisa membentuk lingkaran proses patologi dan juga bisa menjadi jalur penyebaran penyakit. 5 

Gambar 1. Gambar visera abdomen dan refleksi peritoneum mayor (Diambil dari Diagnostic imaging abdomen)

 

 

2.3 Definisi Pneumoperitoneum Pneumoperitoneum

Pneumoperitoneum adalah gambaran udara bebas /  free air   pada intraperitoneal / kavum peritoneum. Normalnya udara tidak terdapat pada kavum kavum  peritoneum, ekstraperitoneal, dinding usus, maupun sistem bilier. Pemeriksaan foto  polos abdomen maupun thoraks dapat mendeteksi adanya udara bebas /  free air   intrapertioneal, namun apabila jumlahnya sedikit hanya dapat terdeteksi pada  pemeriksaan CT –  CT –   Scan. Scan. Sebagian kasus pneumoperitoneum merupakan kasus yang tidak berbahaya, akan tetapi sering juga merupakan indikasi bedah emergensi untuk menangani perforasi organ berongga intraabdomen. 1,4

2.4 Etiologi

Penyebab yang paling umum pneumoperitoneum adalah perforasi organ  berongga abdomen, terutama perforasi ulkus peptikum, pecahnya divertikular, tumor, trauma iatrogenik, maupun trauma tumpul abdomen. Pneumoperitoneum  bisa juga terjadi te rjadi setelah proses pembedahan abdomen, manipulasi transperitoneal, maupun needle biopsi pada biopsi pada abdomen. Penyebab yang lain bisa berhubungan dengan kelainan pada thoraks seperti diseksi pneumomediastinum. Pneumoperitoneum  juga dapat disebabkan masuknya udara melalui traktus genitalia wanita.4,6 Penyebab pneumoperitoneum juga tergantung pada usia. Pada neonatus sering disebabkan oleh perforasi usus sebagai efek sekunder pada kasus enterokolitis nekrotikans dan ileus obstruktif. Juga bisa disebabkan iatrogenik misalnya pada perforasi gaster oleh karena nasogastric tube  tube  maupun ventilasi mekanik.4,6 Pada bayi dan anak –  anak  –  anak  anak pneumoperitoneum juga dapat disebabkan oleh trauma tumpul abdomen yang menyebabkan ruptur organ berongga, trauma  penetrasi, perforasi traktus gastrointestinal (ulkus peptikum, stress ulcer, kolitis ulseratif dengan toksik megakolon, Crohn disease, ileus obstruktif), terapi steroid, infeksi pada peritoneum oleh organisme penghasil gas atau oleh karena ruptur abses.6 Gambaran pneumoperitoneum pada pasien dengan nyeri abdomen akut merupakan

tanda

 pneumoperitoneum

 

yang akan

penting,

karena

membutuhkan

lebih

dari

tindakan

90

%

pembedahan

penyebab segera.

 

Pneumoperitoneum juga dapat timbul pada 60 % pasien paska laparoromi. Pada sebagian besar pasien ini free ini free air  akan  akan diserap dalam waktu 5 –  5 –  7  7 hari, namun sering  pula free  pula  free air  baru  baru diserap semua pada hari ke 24 paska laparotomi.4

2.5 Gambaran Klinis Pneumoper Pneumoperitoneum itoneum

Gambaran klinis pasien dengan pneumoperitoneum tergantung pada  penyebabnya. Penyebab yang ringan biasanya gejalanya asimtomatik, tetapi pasien mungkin mengalami nyeri perut samar akibat perforasi viskus perut, tergantung  pada perkembangan selanjutnya bisa berupa peritonitis.. Gejala dan tanda pada  berbagai penyebab perforasi dapat berupa tanda peritoneal peritoneal seperti kaku dan tegang  pada abdomen, hilangnya hilangnya bising usus, nyeri epigastrik yang hebat sampai syok.7

2.6 Diagnosis

Temuan gas bebas intraperitoneal biasanya diasosiasikan dengan dengan perforasi dari viskus berongga dan membutuhkan intervensi bedah bedah dengan segera. anamnesis menyeluruh dan pemeriksaan fisik tetap yang paling penting dalam menegakkan diagnosa pneumoperitoneum. Cara terbaik untuk mendiagnosis udara bebas adalah dengan cara foto polos Thorax erect. Udara akan terlihat tepat di bawah hemidiaphragma, hemidiaphragma, sela antara diafragma dan hati. Jika foto polos Thorax erect tidak dapat dilakukan, maka pasien ditempatkan di sisi kanan posisi dekubitus dan udara dapat dilihat sela antara h hati ati dan dinding perut. Foto polos, jika benar benar dilakukan, dapat mendiagnosa udara  bebas di peritoneum. Computed Computed Tomography Tomography bahkan lebih sensitif dalam diagnosis  pneumoperitoneum. CT dianggap sebagai standar kriteria dalam penilaian  pneumoperitoneum. CT dapat dapat memvisualisasikan memvisualisasikan jumlah ≥5 cm³ udara udara atau gas.6

2.7 Pencitraan 2.7.1  Gambaran Foto Polos Radiologis

Pemeriksaan radiografi yang optimal sangat penting, pada kecurigaan adanya perforasi organ intra abdomen. Pemeriksaan foto polos untuk mendeteksi adanya pneumoperitoneum adalah foto thoraks posisi tegak, foto polos abdomen,  posisi supine, erek / tegak, dan left lateral dekubitus 

 

 

Pemeriksaan X- foto polos abdomen dan thoraks dapat memberikan gambaran pneumoperitoneum pada 75  –   80 % kasus perforasi perforasi organ berongga abdomen. Dengan teknik yang benar, 76 % kasus pneumoperitoneum dapat terdeteksi pada X- foto posisi erek, sedangkan bila ditambahkan posisi left lateral dekubitus dapat dekubitus  dapat mendeteksi 90 % kasus. Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran udara (radiolusen) b erupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow) diantara diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak area lusen bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar.   Posisi left lateral dekubitus  dekubitus  lebih sensitif dalam mendeteksi  free air   yang  berada antara tepi bebas hepar dan dinding lateral kavum peritoneum meskipun dalam jumlah kecil. Tekniknya harus benar, dimana pasien harus diposisikan  berbaring miring dengan sisi kiri dibawah selama 10 menit. Pada posisi lateral dekubitus kiri, didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan  permukaan peritoneum. Pada proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang meliputi Falciform Falci form Ligament Sign dan Rigler`S Sign.6

Gambar 2. Posisi Lateral dekunitus kiri. Terdapat udara bebas bebas diantara dinding abdomen dengan hepar (panah putih). Ada cairan bebas di rongga peritoneum (panah hitam). ge/Pneumoperitoneum eum   Sumber gambar http://www.wikiradiography.com/pa http://www.wikiradiography.com/page/Pneumoperiton

 

 

X- foto thorax posisi erect adalah pemeriksaan yang paling sensitif dalam mendeteksi udara bebas intraperitoneal. Tanda pneumoperitoneum pada x-foto thorax adalah sebagai berikut:  - 

Subdiaphragmatica free gas.

Sedikit udara bebas (1 ml) dapat dideteksi, mungkin pasien perlu berada dalam  posisi tegak kurang lebih 10 menit sebelum pemeriksaan. pemeriksaan.

Gambar 3. Subdiphragmatica Free Gas

-  Cupola sign/saddlebag/ mustache (dalam posisi supine) Cupola sign terlihat pada foto thorax posisi supine atau foto abdomen. Cupola sign menunjukan gas bebas yang terperangkap di bawah tendon pada sentral diafragma.

Gambar 4. Cupola sign

Gambaran pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar (>1000 ml) antara lain:

  Football sign, yang biasanya menggambarkan pengumpulan udara di dalam



kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak membungkus seluruh kavum abdomen, mengelilingi ligamen falsiformis sehingga memberi jejak

 

 

seperti bola. Gambaran football sign dapat dilihat pada gambar 4. Football 4.  Football sign  sign  dapat terlihat pada proyeksi abdomen supine. Berdasarkan penelitian tanda ini i ni dapat dijumpai sekitar 2 % kasus pneumoperitoneum pada dewasa.  Football  sign lebih  sign  lebih sering dijumpai pada bayi, sedangkan pada anak - anak dan dewasa lebih jarang.5 

5.neonatus dengan perforasi rektum X- foto abdomen supine : football : footballGambar sign pada sign pada r ektum sebagai akibat sekunder trauma penggunaan rectal tube. tube. Pneumoperitoneum terlihat sebagai gambaran radiolusen bentul oval besar dibatasi oleh peritoneum  parietal (panah lengkung). Ligamentum falsiforme falsiforme (panah lurus) juga dikelilingi oleh free oleh free air .  )   (Diambil dari  dari http://radiology.rsna.org/content/231/1/81 )

   Rigler’s Sign 



 Rigler’s sign adalah sign adalah gambaran dimana dua sisi dari dinding bowel dapat tervisualisasi pada foto polos abdomen. abdomen. Normalnya hanya permukaan mukosa dari bowel yang dapat terlihat, karena dibatasi oleh gas intraluminer. Permukaan serosa tidak dapat terlihat karena dikelilingi oleh jaringan yang mempunyai densitas sama. Apabila terdapat udara bebas pada kavum  peritoneum dan intraluminer maka akan dapat terlihat dinding dalam dan dinding luar dari usus / gaster.

13,20

 Rigler’s sign  sign  pertama kali dideskripsikan oleh Leo Rigler pada tahun 1941. Dikenal juga dengan double wall sign atau sign atau bas relief sign atau sign atau serosal  serosal  sign.. Rigler’s sign dapat  sign sign dapat terlihat pada foto polos abdomen supine. Variasi dari  Rigler’s sign bisa sign bisa berupa terlihatnya dinding luar dari usus karena lumen terisi 16,18

oleh cairan.

 

 

Gambar 6. Rigler’s sign  sign  (Diambil dari http://radiology.rsna.org/content/228/3/706)

 Rigler’s sign merupakan sign merupakan salah satu tanda pneumoperitoneum yang penting. Akan tetapi tanda ini tidak terlalu sensitif, dan akan muncul apabila volume  free air   mencapai 1 liter ( moderat) , sehingga tanda ini paling sering muncul pada  perforasi kolon dibandingkan usus halus. Pada keseluruhan kasus perforasi traktus gastrointestinal dapat didapatkan tanda ini sekitar 14 –  14  –  32  32 %.18  Gambaran yang dapat memperlihatkan positif palsu  Rigler’s sign  sign  perlu untuk diketahui. Pada loop usus yang saling berdekatan, udara intraluminer dari satu loop dapat membatasi dinding luar dari loop yang berdekatan, sehingga sehin gga seolah  –   olah menyerupai gambaran  Rigler’s sign. sign. Pada pasien yang yang habis menjalani  pemeriksaan CT -

Scan, sisa kontras yang jumlahnya sedikit dapat melapisi

 permukaan lumen usus sehingga meningkatkan meningkatkan atenuasi yang yang nyata nyata antara dinding usus, menyebabkan gambaran pseudo gambaran pseudo Rigler sign. sign. Pada Rigler’s Pada Rigler’s sign ( sign (true true posistif )  biasanya juga memperlihatkan me mperlihatkan dinding bowel yang lebih tebal dibandingkan pada gambaran positif palsu. Pada kasus yang tidak jelas, diperlukan pemeriksaan abdomen posisi LLD dan semi erek er ek untuk memastikan adanya free adanya free air .18

  I nv nve er ted V Si gn



Kedua garis ligamen umbilical lateralis mengandung pembuluh darah epigastric inferior dapat terlihat sebagai huruf V terbalik di daerah pelvis sebagai 6

akibat pneumoperitoneum dalam jumlah banyak.

 

 

Gambar 7. inverted V sign  sign   (Diambil dari Am J Roentgenol 1991; 156: 731-5)

Pada beberapa kasus dapat pula hanya satu sisi ligamentum yang terlihat, sehingga dikenal pula dengan sebutan lateral umbilical ligament sign. sign. Tanda ini akan lebih terlihat pada orang kurus.

  Urachus sign  merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat



 pada foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur  jaringan lunak intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi terj adi pneumoperitoneum, udara tampak melapisi urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah bagian  bawah abdomen yang berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah kepala.

Gambar 9. Urachus Sign6

Tidak jarang, pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami  perforasi tidak menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen. Sebagai

 

 

tambahan pemeriksaan, sekitar 50 ml kontras terlarut air diberikan secara oral atau lewat NGT pada pasien dengan posisi berbaring miring ke kanan. 2.7.3  CT Scan

CT scan merupakan kriteria standar untuk mendeteksi pneumoperitoneum, yang lebih sensitif dibanding foto polos abdomen. Namun CT tidak selalu dibutuhkan jika dicurigai pneumoperitoneum, menimbang biaya yang dibebanan kepada pasien yang lebih mahal dan memiliki efek radiasi yang besar. CT scan kurang dipengaruhi oleh posisi pasien dan teknik yang digunakan. Namun, CT tidak selalu dapat menbedakan antara pneumoperitoneum yang disebabkan oleh kondisi  benigna atau kondisi lain yang membutuhkan operasi segera. Pada posisi supine, udara yang terletak di anterior dapat dibedakan dengan udara di dalam usus. Jika ada perforasi, cairan inflamasi yang bocor juga dapat diamati di dalam peritoneum. Penyebab perforasi kadang dapat didiagnosis. Pada CT dan radiologi konvensional, kontras oral digunakan untuk mengopasitaskan lumen GIT dan memperlihatkan adanya kebocoran. Pemeriksaan kontras dapat mendeteksi adanya ekstravasasi kontras melalui diniding usus yang mengalami perforasi. Tetapi dengan kondisi adanya ulkus duodenum perforasi dengan

cepat ditutupi oleh omentum sehingga bisa tidak terjadi ekstravasasi

kontras. Gambaran kasus pneumoperitoneum dengan CT scan dapat dilihat pada gambar 11.6

Gambar 10. Gambaran udara bebas pada CT pada CT scan abdomen  2.7.4  MRI

Pneumoperitoneum terlihat sebagai area dengan intensitas rendah pada semua potongan gambar. Pneumoperitoneum dapat secara tidak sengaja ditemukan dengan MRI. MRI bukan modalitas pencitraan pertama. Adanya gerakan peristaltis usus dapat mengaburkan gambaran abdomen.6

 

 

2.7.5  USG

Pada pencitraan USG, pneumoperitoneum tampak sebagai daerah linier  peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau distal ring down. Pengumpulan udara terlokalisir berkaitan dengan perforasi usus dapat dideteksi, terutama jika berdekatan dengan abnormalitas lainnya, seperti penebalan dinding usus. Dibandingkan dengan foto polos abdomen, ultrasonografi memiliki keuntungan dalam mendeteksi kelainan lain, seperti cairan bebas intraabdomen dan massa inflamasi. Gambaran pneumoperitoneum pada USG dapat dilihat pada gambar 12.5

Gambar 11. Pneumoperitoneum pada USG 5

USG tersedia hampir di semua center, lebih murah dibanding CT, dan  bernilai terutama pada pasien dimana radiasi menjadi masalah seperti pada wanita hamil. Namun, USG sangat tergantung pada kepandaian operator, dan terbatas  penggunaannya pada orang obesitas dan yang memiliki udara intra abdomen dalam  jumlah besar. USG tidak dipertimbangkan sebagai pemeriksaan definitif untuk menyingkirkan pneumoperitoneum. Gambaran yang dapat mengimitasi pneumoperitoneum meliputi bayangan sebuah costa, artifak ring-down dari paru yang terisi udara, dan udara kolon anterior yang interposisi terhadap liver. Udara di kuadran kanan atas dapat keliru dengan kolesistitis emfisematosa, kalsifikasi mural, kalsifikasi vesika fellea, vesika fellea  porselen, adenomiosis, udara di dalam abses, tumor, udara bilier, atau udara di dalam vena porta.6

 

 

2.8  Diagnosa Banding

Pada X- foto polos abdomen maupun thoraks terdapat beberapa gambaran  positif palsu yang menyerupai adanya free adanya  free air  intraperitoneal.  intraperitoneal. Gambaran ini perlu dikenali dengan baik dan dihubungkan dengan keadaan klinis pasien untuk mencegah tindakan yang tidak perlu bagi pasien.   Berbagai gambaran yang meragukan tentang pneumoperitoneum perlu dikonfirmasi dengan X- foto polos abdomen posisi LLD, karena cukup sensitif dalam mendeteksi adanya sejumlah kecil  free air   apabila dilakukan dengan  persiapan yang baik.

 2.8.1  2.8 .1   Chilaiditi’s syndrom  syndrom  Adalah adanya interposisi usus diantara diafragma dan hepar. Gambaran ini dideskripsikan pertama kali oleh dr. Demetrius Chiladaiti, seorang radiolog Yunanai pada tahun 1910. Biasanya berasal dari distensi kolon, terutama fleksura hepatika. Seringkali Seringkali tidak menimbu menimbulkan lkan gejala klinis, namun bisa juga disertai adanya rasa tidak enak diperut, kembung, mual, muntah, m maupun aupun gejala konstipasi. Insidensinya sekitar 0.025 % - 0,28 % pada populasi. Dapat dibedakan dari gambaran pneumoperitoneum dengan melihat adanya lipatan haustra pada lusensi dibawah diafragma.5,10,14,21

Gambar 12 Chilaiditi’s syndrom berupa gambaran distensi usus, flexura hepatica colon interposisi diantara hepar dan diafragma, memberikan gambaran pseudopneumoperitoneum (Diambil dari http://emedicine.medscape.com/article/372053-overview ) 

2.8.2  Abses subfrenik

Abses subfrenik biasanya memberikan gambaran multipel lusen dibawah diafragma, terlokalisir, berbentuk bulat dengan tepi ireguler, dan tidak berada dalam

 

 

struktur loop usus. Abses subfrenik ini biasanya timbul paska proses pembedahan,  pada kasus elektif maupun abdomen akut. Pada 80 % kasus memperlihatkan gambaran diafragma letak tinggi, 70 % disertai konsolidasi atau kolaps pada basal  paru, dan 60 % disertai disertai efusi pleura.

5,14

 

Gambar 13 Pasien dengan abses subdiafragma yang telah dibuktikan d ibuktikan dengan  pemeriksaan Ct Scan. Tak tampak struktur haustra yang yang mengelilingi lusensi tersebut  )   (Diambil dari  dari http://emedicine.medscape.com/article/372053-overview )

2.9 Tatalaksana dan Prognosis

Prinsip tatalaksana dan prognosis tergantung dari penyebab utamanya. Ketika seorang pasien memiliki pneumoperitoneum, langkah pertama dalam  pengobatan adalah mencari tahu mengapa, dalam rangka untuk mengembangkan  pendekatan pengobatan yang tepat. Ini mungkin membutuhkan tes diagnostik tambahan bersama dengan wawancara pasien. Dalam beberapa kasus, pengobatan konservatif adalah program yang paling masuk akal, dengan dokter menunggu dan melihat pendekatan untuk melihat apakah tubuh pasien mampu menghilangkan gas sendiri. Jika pneumoperitoneum adalah komplikasi dari infeksi, maka ma ka operasi untuk memperbaiki masalah ini diperlukan secepat mungkin. Perforasi dan infeksi dengan cepat dapat menyebabkan kematian dengan segera.

 

 

BAB III  KESIMPULAN Pneumoperitoneum merupakan keadaan adanya udara bebas dalam kavum  peritoneum.

Pneumoperitoneum

dapat

dideteksi

dengan

menggunakan

 pemeriksaan radiologis foto polos abdomen, CT scan, MRI, dan ultrasonografi. Foto polos abdomen merupakan pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk  pada perforasi viskus abdomen, walaupun pencitraan standar adalah dengan modalitas CT scan. Pada foto polos abdomen, pneumoperitoneum dapat terlihat  paling baik terlihat dengan posisi lateral dekubitus kiri yang akan menunjukkan gambaran radiolusen antara batas lateral kanan dari hati dengan permukaan  peritoneum. CT scan merupakan kriteria standar yang dipilih untuk mendeteksi  pneumoperitoneum. Dengan MRI, pneumoperitoneum akan terlihat sebagai area dengan intensitas rendah pada gambaran semua potongan. Dengan menggunakan modalitas USG, pneumoperitoneum akan tampak sebagai daerah linier dengan  peningkatan ekogenisitas dengan artifak reverberasi atau distal ring down.

 

 

IV LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. K Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Lahir : 4 Januari 1954 Usia

: 65 tahun 0 bulan 22 hari

Alamat

: PANGGUNGROYOM PANGGUNGROYOM 7/3Wedarijaksa

Pendidikan

:-

Agama

: Islam

Suku

:-

ANAMNESIS Tanggal masuk rumah sakit

: 10-01-2019 pk. 20.18

Tanggal pemeriksaan

: 11-01-2019 pk 14.00

Tanggal keluar rumah sakit

:

Diambil dari

: Alloanamnesa dari istri pasien dan Autoanamnesa

Keluhan Utama

: Sakit perut

Keluhan Tambahan

: Mual, Muntah

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pada saat dilakukan anamnesis di bangsal Bugenvillle tanggal 11 januari 2019, istri  pasien dan pasien mengatakan bahwa pasien di bawa ke IGD RSUD RAA Soewondo karena sakit perut sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS), sakit dirasakan di seluruh perut, terutama dirasakan apabila duduk, miring ke kanan kiri, dan berdiri. Perut juga dirasakan dirasakan keras, dan kembung. Pasien juga mengeluhkan tidak bisa BAB sejak 2 hari SMRS dan tidak bisa kentut sejak 1 hari SMRS. Keluhan demam, mual dan muntah disangkal, namun nafsu makan menurun saat sakit. BAK tidak ada keluhan. Pasien memiliki riwayat pijat seluruh tubuh saat sakit.

 

 

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat Penyakit Dahulu :

  Riwayat stroke

o

  Riwayat hipertensi

o

  Riwayat DM

o

  Riwayat operasi (-)

o

  Riwayat trauma (-)

o

  Riwayat alergi obat (-)

o

  Riwayat Penyakit Keluarga :



  Tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa

o

  Riwayat HT (-)

o

  DM (-)

o

  Riwayat Kebiasaan :



 

o

Riwayat minum kopi, teh, jamu (-)

PEMERIKSAAN PEMERIKSAA N FISIK

Dilakukan di bangsal bugenville 11 Januari 2019 pukul 14.15 WIB Keadaan umum: Tampak sakit sedang, compos mentis. Tanda Vital

  Suhu

: 36.4° C

   Nadi

: 91x/menit, reguler, isi cukup





 



Laju Nafas   TD



: 22x/mnt : 80/60 mmHg

Status Internus :

  Kepala

:Normochepal, tidak ada deformitas.

  Rambut

:Hitam, tampak terdistribusi merata, tidak mudah dicabut 

  Mata

Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik(-/-), kelopak mata ::Konjungtiva







cekung(-/-) 

  Hidung



 

:Bentuk normal, simetris, sekret (-/-)  

 

  Telinga



:Bentuk dan ukuran normal, liang telinga lapang, sekret (-/-), serumen (-/-) 

  Mulut

:Mukosa bibir dan mulut kering, faring hiperemis (-), tonsil



T1/T1, faring hiperemis (-)

 



Leher   Thorax

:Simetris, trakea di tengah, pembesaran KGB (-) :Gerak dan bentuk simetris, retraksi (-)  



  Cor

o

: Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)

Perkusi

: Redup, batas jantung normal

Auskultasi

: Bunyi jantung I & II cepat, murmur (-), gallop (-)

  Pulmo : Inspeksi

o

: Retraksi dinding dada (-), simetris kanan dan

kiri Palpasi

: Krepitasi (-), stem fremitus sama kuat

Perkusi

: Sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

: SDV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-)

  Abdomen



  Inspeksi

: tidak terdapat benjolan, distensi (-)

  Auskultasi

: Bising usus (+)

  Perkusi

: Timpani, Nyeri ketok (-)

  Palpasi

: Defans muscular (+), Nyeri tekan di keempat

o

o

o

o

kuadran (+)

  Kulit

:Turgor kembali cepat.

  Extremitas

: Akral hangat, CRT
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF