Laporan Kasus Anemia Anak
July 29, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Kasus Anemia Anak...
Description
LAPORAN KASUS
SUPERVISOR : dr. H. Abdul Razak D. Sp.A
Disusun oleh: Honesti Trijuniarni H1A 007 022
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPA KEPANITERAAN NITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PEDIATRI/SMF ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA FAKULT FA KULTAS AS KED KEDOKTERAN OKTERAN UNIVE UNIVERSITAS RSITAS MATA MATARAM RAM 2013
1 1
BAB I TINJAUAN PUSTAKA Definisi
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang tulang dan limfa limfa (Reeve (Reeves, s, 2001). 2001). Sifat Sifat khas khas leukem leukemia ia adalah adalah prolif prolifera erasi si tidak tidak ter teratu aturr atau atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Pr Prol olif ifer eras asii juga juga te terj rjad adii di ha hati ti,, limp limpa, a, da dan n nodus nodus li limf mfat atik ikus us.. Ter erja jadi di in inva vasi si or orga gan n no nonnhematologis seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit 1 yang beragam, ditandai Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi transformasi maligna dari sel-sel sel-sel pembentuk darah di tulang dan jaringan sumsum tulang dan jaringan limfoid limfoid.. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam da dara rah h perif perifer er atau atau da dara rah h te tepi pi.. Se Sell le leuke ukemi miaa mempe mempenga ngaru ruhi hi he hema mato topoi poies esis is at atau au pr pros oses es pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita 2 penderita ditemukan banyak sel darah putih Kata leukemia leukemia berarti berarti darah putih, putih, karena pada penderita sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit promielosit.. Jumlah Jumlah yang yang semaki semakin n meninggi meninggi ini dapat dapat menggan mengganggu ggu fungsi fungsi normal dari sel lainnya.
Klasfikasi
Leukemia dapat diklasifikasikan atas dasar:1,2 Dasar klasifikasi Perjal alan anan an 1. Perj penyakit
jenis alam alamia iah hAkut
Keterangan
•
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan membur mem buruk. uk. Apabil Apabilaa tidak tidak diobat diobatii segera segera,, maka maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu 2 2
hingga hari. kronis
•
Leukemi Leuk emiaa kronis kronis memili memiliki ki perjal perjalanan anan penyaki penyakitt ya yang ng ti tida dak k
be begi gitu tu ce cepa patt
se sehi hing ngga ga memi memili liki ki
harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun. Tipe pe sel predom predominan inanlimfoid 2. Ti yang
terlibat
ditemukan
Disebut leukemia limfositik
dan padamieloid
Disebut leukemia mieloid
hapusan darah tepi 3. Jumlah leukosit dalamLeukemia
darah
•
leukemik Leukemia
normal, terdapat sel-sel abnormal •
subleukemik, Leukemia aleukemik
bila jumlah leukosit di dalam darah lebih dari
bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, terdapat sel-sel abnormal
•
bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal, tidak terdapat sel-sel abnormal
3 3
IA LEUKEMIA LEUKEM
mia nonlimf nonlimf leukemia ya dise dise but leuke dahulun ulunya Tipe ini ini dah ak.Tipe ipada anak-an anak-anak. asa dar ipada dewasa terjadi di pada pada dew ing terja lebih ser ing lebih AML
CML CM L
gat sedi sedi sangat nak , namun namun san anak-anak jadi pad jadi padaa anak-a juga ter a. Dapa Dapatt juga ter g dewas dewasa. orang terjadi di pada pada oran ser ing ing terja
utama t ter utama dewasa sa yang yang ter at pada pada dewa terdapat it ini jug ini jugaa terdap Penyak it ak . Penyak padaa anak-an anak-anak terjadi adi pad g sering sering terj mia palin paling leukemia tipee leuke merupakan erupakan tip ALL ALL
sa muda, muda, da h dewa dewasa erita ole oleh juga did diderita -kadang ng juga Kadang ang-kada un. Kad dari 55 tah 55 tahun. mur lebih lebih dari berumur yang beru orang g dewas dewasaa yang ita oleh oleh oran ng dider dider ita sering seri CLL
Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) Epidemiologi
Le Leuki ukimi miaa akut akut pada pada masa masa anakanak-ana anak k meru merupak pakan an 30 30-4 -40% 0% da dari ri kegana keganasa san. n. Di ne nega gara ra berkembang 83% ALL, 17% AML dan lebih tinggi pada anak kulit putih dari pada kulit hitam. Di Jepang Jepang mencapa mencapaii 4/100. 4/100.000 000 anak, anak, dan diperk diperkira irakan kan ti tiap ap tahun tahun ter terjad jadii 100 kasus kasus baru. baru. Sedangkan di Jakarta pada tahun 1994 insidennya mencapai 2.76/100.000 anak usia 1-4 tahun. Padaa tahun Pad tahun 1996 1996 didapat didapatkan kan 5-6 pasien pasien leukemi leukemiaa baru baru setiap setiap bulan bulan di RSUP RSUP dr dr.. Sardgi Sardgito to Yogyakarta, sementara itu di RSU dr. Soetomo sepanjang tahun 2002. Di jumpai 70 kasus leukemia baru.3 Leukemia Leukem ia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak, dan terdiri dari 2 tipe yaitu LMA 18% dan LLA 82%. Leukemia kronik mencapai 3% dari seluruh leukemia pada
4 4
anak. Di RSU dr. Sardgito LLA 79%, LMA 9% dan sisanya leukemia kronik, sementara itu di RSU dr. Soetomo pada tahun 2002 LLA 88%, LMA 8% dan 4% leukemia kronik. 3 Rasio laki-laki dan prempuan adalah 1,15 mendekati 1 utuk LMA. Puncak kejadian 2-5 tahun, spesifik untuk anak kulit putih ALL, hal ini disebabkan banyaknya kasus pre B-LLA pada rentan usia ini. Kejadian ini tidak tampak kulit hitam. Kemungkinan puncak tersebut merpakan pengaruh factor-faktor lingkungan di Negara industri yang belum diketahui. 3
Etiologi
Penyebab leukemia belum diketahui namun anak-anak dengan cacat genetic (trisomi 21, sinrom sinr om Bloom’s Bloom’s,, anemia. anemia. fanconi dan ataksia ataksia telangiektas telangiektasia) ia) mempunyai mempunyai lebih tinggi untuk menderita leukemia mozigot. 3 Studi faktor lingkungan difokuskan pada inutero dan pascanetal. Mosko melakukan studi kasus kelola pada 204 pasien dengan paparan paternal atau maternal terhadap pestisida dan produk minyak bumi. Terdapat Terdapat peningkatan resiko pada keturunannya. 3 Penggunaan Penggun aan marijuana marijuana maternal maternal jika menunjukan hubungan yang signifikan signifikan.. Radiasi Radiasi dosis tinggi merupakan merupakan leukem leukemoginik oginik,, seperti seperti dilaporkan dilaporkan di Hirosima Hirosima dan Nagasaki Nagasaki sesudah sesudah ledakan ledakan bom atom. Meskipun demikian paparan radiasi dosis tinggi inutero secara signifikan tidak mengarah pada peningkatan insiden leukemia, demikian juga halnya dengan radiasi dosis rendah. Namun hal ini masih merupakan perdebatan. Pemeriksaan X-ray abdomen selama trimester 1 kehamilan menunjukkan peningkatan kasus sebanyak 5 kali.
3
Kontro Kon trover versi si tentan tentang g paparan paparan elektr elektroma omagnet gnetik ik masih masih tet tetap ap ada. ada. Beberap Beberapaa studi studi tidak tidak menemukan tingkatan tapi studi terbaru menunjukan peningkatan 2x diantara anak-anak yang tingga dijalur listrik tegangan tinggi. Namun tidak signifikan karena jumlah anak yang terpapar sedikit. Hipotesis yang menarik saat ini mengenai etiologi leukemia pada anak-anak adalah serangan infeksi virus dan bakteri. 3
5 5
Faktor Prognostik
Faktor-faktor prognostik LLA sebagai berikut: 3 1. Jumlah leukosit awal yaitu pada saat diagonis di tegakkan, mungkin merupakan faktor prognosis yang bermakna tinggi. Ditemukan hubungan linier antara jumlah leukosit awal dan perjal perjalanan anan pasien pasien LLA pada anak, anak, yaitu yaitu bahwa bahwa pasien pasien dengan dengan jumlah jumlah leukos leukosit it >50.000 ul mempunyai pronosis yang buruk. 2. Ditemukan pula adanya hubungan antara umur pasien saat diagonis dan hasil pengobatan. Pasien dengan umur dibawah 18 bulan atau diatas 10 tahun mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan dengan pasien yang berumur diantara itu. Kasusu pasien dibawah umur 1 tahun atau bayi terutama dibawah 6 bulan mempunyai prognosis paling buruk. Hal ini dikatakan karena mereka mempunyai kelainan biomolekuler tertentu. 3. Feno Fenotip tip imunol imunologi ogiss dari dari limfob limfoblas lastt saat saat diagoni diagoniss juga juga mempuny mempunyai ai nil nilai ai prognos prognostik tik.. Leukemia sel-B (L3 pada kasus FAB) dengan antibodi “kappa” dan ”lambda“ pada permukaan blast diketahui mempunyai prognosis yang buruk. Dengan adanya protokol spesifik untuk sel B prognosisnya semakin membaik. Sel-T leukemia juga mempunyai prognosis yang jelek, dan diperlakukan sebagai resiko tinggi. Dengan De ngan terapi intensif, selT leukemia murni tanpa faktor prognostik buruk yang lain, mempunyai mempunyai prognosis yang sama dengan leukemia sel pre-B. LLA sel-T diatas dengan protokol resiko tinggi. 4. Anak perempuan mempunyai prognosis yang lebih baik dari anak laki-laki. Hal ini dikatakan karena timbulnya relaps testis dan kejadian leukemia sel-T yang tinggi di hiperl hip erleuko eukosit sitosi osiss dan organo organomeg megali ali serta serta massa massa mediat mediatinu inum m pada anak anak laki-l laki-laki aki.. Penyeba Peny ebab b pasti pastinya nya belum belum diketa diketahui hui,, tatapi tatapi diketa diketahui hui pula pula perbeda perbedaan an metabol metabolism ismee merkaptorin dan metotreksat. 5. Respon terhadap terapi dapat diukur daru jumlah sel blast di darah tepi setelah satu minggu terapi prednisone dimulai. Adanya sisa sel blast pada sum-sum tulang pada induksi hari ke-7 atau 14 menunjukan prognosis buruk. 6. Ke Kela lain inan an
juml jumlah ah
krom kromos osom om
juga juga
memp mempen enga garu ruhi hi
pr prog ogno nosi sis. s.
LL LLA A
hi hipe perl rloi oid d
(>50/kromosom) yang bias ditemukan pada 25% kasus mempunyai prognosis yang baik. 6 6
LLA haploid (3-5%) memiliki prognosis intermediate seperti t (1;19). Translokasi t (9;22) pada 5% anak atau t (4;11) pada bayi berhubungan tdengan prognosis buruk.
Patofisiologi
Leukemia Leukem ia akut dimulai dari sel tunggal yang berpr berprolife oliferasi rasi secara klonal sampai mencapai sejumlah sejum lah populasi populasi sel yang dapat terdeteksi. terdeteksi. Diperkirakan Diperkirakan agen penyebab penyebab leukimia leukimia mempunyai mempunyai kemampuan melakukan modifikasi nucleus DNA, dan kemampuan ini meningkat bila terdapat suatu kondisi (mungkin (mungkin suatu kelainan) genetik tertentu tertentu seperti seperti translokasi translokasi,, amplifikas amplifikasii dan mutasi onkogen seluler. 3 Penelitian yang dilakukan pada leukemia limfoblastik akut menunjukkan bahwa sebagian besar LLA mempunyai homogenitas pada fenotip permukaan sel blas dari setiap pasien. Oleh ka kare rena na itu itu ho homo moge geni nita tass itu itu maka maka dibua dibuatt klas klasif ifik ikas asii LL LLA A se seca cara ra morf morfol olog ogik ik un untu tuk k le lebih bih memudahkan pemakaian dalam klinik sebagai berikut : L-1
terdiri dar dari sel-sel li limfoblas ke keccil serupa, den dengan kromat omatiin homo omoge gen n, anak int inti umumnya tidak nampak dan sitoplasma sempit.
L-2
pada jenis in ini sseel li limfobla blas lleebih bih be besar ttet etaapi uk ukuran be bervariasi , kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti.
L-3 L3
terdi erdiri ri dari dari se sell limf limfob obllas besa besarr, homo homoge gen n den denga gan n kr kromat omatiin ber berbe berc rcak ak,, ban bany yak
anak anak
inti serta sitoplasma yang basofilik dan bervakuolisasi.
Akib Ak ibat at terb terbent entuk uknya nya popul populas asii se sell le leuki ukimi miaa ya yang ng maki makin n la lama ma maki makin n ba bany nyak ak ak akan an menimbulkan dampak yang buruk bagi produksi sel normal dan bagi faal tubuh maupun dampak karena infiltrasi sel leukimia ke dalam organ tubuh. Kegagalan hematopoisis normal merupakan akibat yang besar pada patofisiologi leukimia akut, walaupun demikian patogenesisnya masih sangat sedikit diketahui. diketahui. Bahwa tidak selamanya selamanya pansitopeni pansitopeniaa yang terjadi disebabkan desakan populasi sel leukemia, terlihat pada keadaan yang sama (pansitopenia) tetapi dengan gambaran sumsum tulang yang justru ju stru hiposeluler. 7 7
Penurunan produksi eritrosit, trombosit, leukosit
s a t i r u t a M e d k a o l B
) s a l b ( a d u m l e s l e s a d a p i t n e h r e t d i o l e i m l e s l e s i s a i s n e r e f i d s e s o r P
d i o f m i l l e S
g n a l u t m u s m u s i d s a l b l e s l s e i s a l u m u k A
d i o l e i m l e S
s i s e s i e o p o t a m e h n a u g n a G
g n a ) l e u t m o r m d u s n m y s u s e r n u l a i l a a g f w a g e o r r k a m m o r e d n o n i b S (
g n a l u t m s u m u s i r a d r a u l e k s a l b l e S
n a g n i r a j n a d n a g r o e k i s a r t l i f n I
a i n e p o t i s o b m o r T
a i n e p o k u e L
i n e p o t i S
a i m e n A
8 8
Imunofenotip
Se Sell leuk leukem emia ia ad adal alah ah hasil hasil dari dari muta mutasi si pa pada da ta taha hap p pe perk rkem emba banga ngan n awal awal he hemo mopo poit itik ik.. Klasifikas Klasi fikasii imuninofenot imuninofenotip ip sangat berguna dalam mengklasifi mengklasifikasika kasikan n leukemia leukemia sesuai tahaptahap maturasi normal yang dikenal. Kebanyakan kelompok saat ini mengklasifikasikan, LLA dalam prekursor sel-B atau prekusor sel-T.prekusor sel-B termasuk CD19, CD20, CD21 dan CD79. 3
Diagnosis Banding
-
Anemia aplastik
-
Gang Ganggu guan an miel mielop opro role lefe fera rati tif f
-
ITP
-
Keganasan lain
-
Peny Penyak akit it reum reumat atol olog ogii
-
Peny nyaakit va vassku kullar
-
Sind Sindro rom m hem hemof ofag agos osit it fa fami mili lial al
-
Induksi v viirus
-
Infe Infeks ksii v vis isru russ Ebt Ebtei einn-Ba Barr rr
-
Inf Infeks eksi monon ononuk uklleo eossis
-
Reaksi le leukemoid
-
Sepsis
Pengobatan
Terapi induksi berlangsung 4-6 minggu dengan dasar 3-4 obat yang berbeda (dexametasol vinkristin, L-asparaginase dan atau antrasiklin). Kemungkinan hasil yang dapat dicapai remisi komplit, remisi parsial, atau gagal. Intensifikasi merupakan kemoterapi intensif tambahan setelah remisi komplit dan untuk profilaksi leukimia pada susunan saraf pusat. Hasil yang diharapkan adalah adal ah tercap tercapainy ainyaa perpanj perpanjanga angan n remisi remisi dan mening meningkat katkan kan kesemb kesembuhan uhan.. Pad Padaa pasien pasien resiko resiko sedang dan tinggi induksi diintensifkan guna memperbaiki kualitas remisi. Lebih dari 95% 9 9
pasien akan mendapatkan remisi pada pasien ini. Tetapi Tetapi SSP yaitu secara langsung diberikan melalui remisi intratekal dengan obat metotreksak sering dikombinasi dengan infus berulang metotreksat dosis sedang (500mg/m 2) atau dosis tinggi pusat pengobatan (3-5 g/m 2). Dibeberapa pasien resiko tinggi dengan umur >5 tahun mungkin lebih efektif dengan memberikan radiasi cranial (18-24 Gy) disamping pemakaian kemoterapi sistemik dosis tinggi. 3 Terapi lanjutan lumatan dengan menggunakan obat merkaptopurin tiap hari dan metotresak setiap minggu, secara oral dengan sitostartika lain selama perawatan tahun pertama. Lamanya terapi lumatan ini pada kebanyakan studi adalah 2-21/dua tahun dan tidak ada keuntungan jika perawatan selama tiga tahun. 3 Pasien dinyatakan remisi komplit apabila tidak ada keluhan dan bebas gejala klinis leukimia. Pada aspirasi sumsum tulang jumlah sel blast 12 gr/dl tanpa transfusi, jumlah leukosit >300/ul dengan hitung jenis leukosit normal, jumlah granulosit >6.000/ul, jumlah trombosit >100.000/ul, dan pemeriksaan cairan cerebrospinal normal. 3 Transplantasi sumsum tulang mungkin memberikan kesempatan untuk sembuh, khususnya bagi anak-anak dengan leukimia sel-T yang setelah relaps yang mempunyai prognosis yang buruk dengan terapi sitostatika konvensional. 3
LEUKIMIA MIELOBLASTIK AKUT Definisi
Leukimia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri myeloid. Bila tidak diobati penyakit ini akan mengakibatkan kematian secara cepat dalam waktu beberapa minggu sampai bulan sesudah diagnosis. 3 Insidensi •
Di negara negara maju maju sepert sepertii Ameri Amerika ka Serika Serikat, t, LMA merupaka merupakan n 32% dari dari seluru seluruh h kasus kasus leukemia.
•
Penyakit ini lebih sering ditemui pada dewasa (85%) daripada anak (15%). 10 10
•
Insidensi LMA umumnya tidak berbeda dari masa anak-anak hingga masa dewasa muda. Sesudah usia 30 tahun, insidensi LMA meningkat secara exponensial sejalan dengan meningkatnya usia.
•
Insidensi LMA pada orang yang berusia 30 tahun adalah 0,8%, pada orang yang berusia 50 tahun adalah 2,7 %, sedangkan pada orang berusia>65 tahun adalah sebesar 13,7%
•
Secara umum tidak didapatkan adanya variasi antar etnik tentang insidensi LMA.
3. Etiologi 3 •
Pada sebagian besar kasus, etiologi dari LMA tidak diketahui
•
Kelainan congenital dan penyakit yang didapat berpengaruh pada AML
•
Pengaruh factor congenital seperti; 1. Sindrom Down 2. Kembar dengan leukemia 3. Anemia Fanconi’s F anconi’s 4. Sindrom Bloom 5. Neutropenia congenital 6. Klinefelter’s syndrome
•
Pengaruh faktor yang didapat seperti; 1. Paparan prenatal pada zat seperti tembaco, alcohol, dan marijuana 2. Pestisida, herbicida, benzene, dan petroleum 3. Anemia aplastik 4. Sindrom myelodisplastik 5. Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria 6. Radiasi 7. Kemotrapi
11 11
Patognesis •
Patognesis Patogne sis utama utama LMA pada setiap setiap tahapan umur umur secara umum tidak tidak berbeda yaitu yaitu akibat adanya blockade blockade maturitas maturitas yang menyebabkan menyebabkan proses diferensias diferensiasii sel-sel sel-sel seri myeloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. 3
•
Akumulasi blast di sumsum tulang akan menyebabkan gangguan hematopoesis normal dan pada gilirannya akan menyebabkan sindrom kegagalan sumsum tulang yang ditandai dengan adanya sitopenia (anemia, lekopenia dan trombositopenia). 3
•
Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak dan SSP serta merusak organ-organ tersebut dengan segala akibatnya. 3
5. Ciri-ciri/kekhasan klinis dari AML •
Banyak cirri-ciri klinik dari AML yang mirip dengan gambaran ga mbaran pada ALL.
•
Ciri-ciri morfologi dari myeloblas dan cirri-ciri cytokimia cytokimia dari AML AML dapat dilihat pada table dibawah ini;
Diagnosis •
Di Diagn agnos osis is pasti pasti LMA LMA dite ditega gakan kan be berd rdas asar arka kan n pe peme meri riks ksaa aan n La Labo borat rator oriu ium m se sepe pert rtii pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan sitokimia. 12 12
Klasifikasi
3
FAB klasifikasi dari AML AML FAB FAB classification class ification
AML subtype
AML-M0
Acute myelogenous leukemia without cytologic maturation
AML-M1
Acute myelogenous leukemia with minimal maturation
AML-M2
Acute myelogenous leukemia with significant maturation
AML-M3
Acute promyelocytic leukemia
AML-M4
Acute myelomonocytic leukemia
AML-M4eo
AML-M4 with eosinophilia
AML-M5a
Acute monocytic leukemia, poorly differentiated
AML-M5b
Acute monocytic leukemia, well-differentiated
AML-M6
Acute erythroleukemia
AML-M7
Acute megakaryoblastic leukemia
3
Terapi •
Tujuan pengobatan pada pasien LMA adalah untuk mengeradikasi sel-sel klonal leukemik dan untuk memulihkan hematopoesis normal didalam sumsum tulang.
•
Survival jangka panjang hanya didapatkan pada pasien yang mencapai remisi komplit
•
Dosis kemotrapi tidak perlu diturunkan karma alas an adanya sitopenia, karma dosis yang diturunkan ini akan tetap menimbulkan efek samping berat berupa supresi sumsum tulang, tanpa tan pa punya punya efek efek yang cukup cukup untuk untuk menger mengeradik adikasi asi sel-se sel-sell leukemi leukemik k maupun maupun untuk untuk mengembalikan fungsi sum-sum tulang.
13 13
ANEMIA DEFISIENSI BESI 1. DEFINISI
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin.4 2. KLASIFIKASI IA A N E M
t dd i dd a p a k k i i t s a a l a p a a A n e m i a r ii tt ii oo n a l u t r n n a a i m e A n
k k e m o l ii tt ii H H a a i m A n e
a s e m i a i t t ee n z i m m tt hh a l a a pp e n y a k t t i a k k r e i bb e s i T i ee n s i s s i i f e d d a a A n e m i B1 2 V i tt. B i V s n e e i s s i i f d e aa d A n e m i
F o l aa t s i F n e e i s s i i f e aa dd A n e m i
a i nn l a k l i k a s t i A p l a k u t k a g i k a a r o m e t hh P o s t
l ss a b i tt S e l aa S i m e n A a i nn l a e r l i tt e d e e r e h h k ii tt ii k H e m o l
a t k dd i dd a p o l ii tt ii k H e m
k r oo n i ss k t t i k a y n a m pp e D a l a
a L a i nn n y
i nn ii oo n a l ll aa t t i i r r t u n n aa A n e m i
14 14
3. ETIOLOGI
Secara umum anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen 5: a.
Berkurangnya produksi sel darah merah
Anemia disebabkan karena kecepatan produksi sel darah merah lebih rendah dari 1
destruksinya. Penyebab berkurangnya produksi sel darah merah : Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat; dapat disebabkan oleh kekurangan
diet, malaborpsi (anemia pernisiosa, sprue pernisiosa, sprue)) atau kehilangan darah ( defisiensi Fe)
Kela Ke lain inan an su sum msum tulan ulang g (a (ane nem mia apl aplas asttik, pure red cell aplasia, mielodisplasia, infiltrasi tumor)
Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, radiasi)
Rend Re ndah ahny nyaa tr trop ophi hicc hormon hormonee unt untuk uk sti stimul mulasi asi produk produksi si sel darah darah merah merah (eritropoietin pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroidisme] dan androgen [hipogonadisme])
Anemia penyakit kronis/anemia inflamasi, yaitu anemia dengan karakteristik berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari makr ma krof ofag ag,,
be berk rkur uran angn gnya ya
ka kada darr
er erit itro ropo poie ieti tin n
(r (rel elat atif if))
da dan n
se sedi diki kitt
berkurangnya masa hidup erirosit. b.
Meningkatnya destruksi sel darah merah
Anemiaa hemolitik Anemi hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena berkurangnya berkurangnya masa hidup sel darah merah (kurang dari 100 hari). Pada keadaan normal, umur sel darah merah mer ah 110-1 110-120 20 hari. hari.4 Anemi Anemiaa hemolit hemolitik ik ter terjad jadii bila bila sumsum sumsum tulang tulang ti tidak dak dapat dapat mengat men gatasi asi kebutu kebutuhan han untuk untuk menggga menggganti nti lebih lebih dari dari 5% sel darah darah merah/ merah/har harii yang yang berhubungan dengan masa hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.5 Kehilangan darah.
15 15
4. PATOFISIOLOGI.
Terdapat Terdapat dua cara pen penyerapan yerapan zat besi dalam usus, yaitu:
4
1. Penyerapan dalam bentuk non-heme (sekitar 90% berasal dari makanan), yaitu besinya
harus diubah dulu menjadi bentuk yang diserap 2. Bentuk heme (sekitar 10% berasal dari makanan) besinya dapat langsung diserap tanpa memperhatikan cadangan besi dalam tubuh, asam lambung ataupun zat makanan yang dikonsumsi. Bioavailabilitas besi dipengaruhi oleh komposis zat gizi dalam makanan. Asam askorbat, daging, ikan dan unggas akan meningkatkan penyerapan besi non heme. Jenis makanan yang mengandung asam tanat (terdapat dalam teh dan kopi), kalsium, fitrat, beras, kuning telur, polifenol, oksalat, fostat, dan obat-obatan (antasida, tetrasiklin, dan kolestiramin) akan mengurangi penyerapan zat besi. 4 Dalam tubuh cadangan besi ada dua bentuk yaitu: 6 1.
Ferritin; sifatnya mudah larut, tersebar dan makrofag, terbanyak di hati. h ati.
2.
Hemosiderin; tidak mudah larut, lebih stabil tetapi lebih sedikit dibandingkan ferritin. Terutama Terutama ditemukan dalam sel Kupfer hati dan makrofag di limpa dan sumsum tulang. Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang berlangsung
lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang. Tahapan Tahapan defisiensi besi dibagi menjadi 3 yaitu:4 1.
Tahap pertama/ iron depletion depletion atau storage atau storage iron deficiency. deficiency. Ditan Ditandai dai dengan berkurangnya berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya masih masi h normal. normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorbsi non-heme. non-heme. Ferritin Ferritin serum menuru men urun n sedang sedangkan kan pemeri pemeriksa ksaan an lain lain untuk untuk menget mengetahui ahui adanya adanya defisi defisiens ensii besi besi masih masih normal.
2.
Taha hap p kedua kedua// iro iron n deficient deficient erythrop erythropoieti oietin n aattau ir iron on limited erythropoie erythropoiesis. sis. Didapatkan suplai sup lai besi besi yang yang tidak tidak cukup cukup untuk untuk menunj menunjang ang eri eritro tropoi poiesi esis. s. Dar Darii hasil hasil pemeri pemeriksa ksaan an labor laborat ator oriu ium m dipe dipero role leh h nila nilaii be besi si se seru rum m menu menuru run n da dan n sa satu tura rasi si tr tran ansf sfer erri rin n menu menuru run n sedangkan TIBC meningkatan dan FEP meningkat.
3.
Ta Tahap hap ketiga/ ketiga/ iron deficiency anemia. anemia. Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari gambaran 16 16
darah tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Pada tahap ini telah terjadi perubahan epitel terutama pada ADB yang lebih lanjut. Tabel. Tabel. Perbandingan ketiga tahapan ADB 4 Tahap 1 normal
Tahap II Sedikit menurun
Tahap 3 Menurun jelas (mikrositik/hipokromik)
Cadangan besi (mg)
View more...
Comments