Laporan Kasus Abortus Imminens - Dr Wahyu Jatmiko, Sp.og - Periode 25 Januari Sd 02 April 2016
March 12, 2018 | Author: Don Gibson | Category: N/A
Short Description
laporan kasus ab iminens...
Description
KEPANITERAAN KLINIK STATUS OBSTETRI FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat SMF OBSTETRI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama
: Beby Pricilia Tanesia
NIM
: 11.2014.073
Dr pembimbing / penguji
: dr. Wahyu Jatmika, Sp.OG
Tanda tangan :
A. IDENTITAS PASIEN Identitas Pasien
Identitas Suami
No RM
: 291484
Nama
: Tn. FR
Nama
: Ny. SK
Usia
: 35 tahun
Usia
: 30 tahun
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
: Swata
Suku / bangsa : Indonesia / jawa
Anamnesis Dilakukan autoanamnesis tanggal 7 Maret 2016 Pukul 20.15 WIB Keluhan utama Keluar flek flek berwarna coklat dari jalan lahir Riwayat Penyakit Sekarang Wanita berusia 30 tahun, hamil 8 minggu, datang ke Rumah Sakit Mardi Rahayu dengan keluhan keluar flek-flek berwarna coklat dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS. Tidak ada gumpalan darah. Keluar flek disertai dengan nyeri perut kiri. Nyeri perut dirasakan seperti diremas – remas. Riwayat trauma disangkal. Riwayat pijat disangkal. Riwayat minum obat atau jamu disangkal. Mual, muntah dan panas badan disangkal pasien. Ini merupakan kehamilan kedua. Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. Pasien memiliki HPHT 5 Januari 2016, saat ini pasien hamil 8 minggu.
21
Riwayat Kehamilan Pasien melakukan ANC di bidan. Tidak ada masalah yang ditemukan. Riwayat Haid Menarche
: 14 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
Dismenorrhea
: (-)
Leukorrhea
: (-)
Menopause
: (-)
HPHT
: 5 Januari 2016
HPL
:-
- Perkawinan 1 kali - Menikah usia
: 18 tahun
- Lama menikah
: 12 tahun
- Riwayat KB
:-
Riwayat Kehamilan Riwayat Kehamilan dan Kelahiran Hamil
Usia
Jenis
Penyulit
Penolong
Jenis
BB/TB
Umur
ke
kehamilan 9 bulan Sekarang
persalinan Spontan
-
bidan
kelamin perempuan
lahir 3600
sekarang 11 tahun
1 2
Riwayat Penyakit Dahulu
Os tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
Tidak pernah menderita penyakit jantung, kencing manis, asma dan alergi.
Os tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, asma dan alergi.
Pemeriksaan Fisik
21
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,5oC
Mata
: Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-
Telinga
: Tidak tampak kelainan
Hidung
: Tidak tampak kelainan
Mulut/gigi
: Tidak tampak kelainan
Leher
: Tidak tampak pembesaran KGB dan tiroid
Jantung
: BJ I-II reguler murni, gallop (-), murmur (-)
Thorak
: Suara napas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
: Nyeri tekan suprapubik (+)
Ekstremitas
: Edema -/-
Status Ginekologi Pemeriksaan Luar Wajah Payudara Abdomen
: Chloasma gravidarum (-) : Pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+), puting susu menonjol (+), pengeluaran ASI (-) : Linea nigra (-) striae gravidarum (-), sikatrik (-), bekas operasi laparotomi(-), TFU setinggi symphisis pubis
Periksa Dalam -
Fluxus (+), flour (-)
-
V/U/V : tak ada kelainan
-
Portio : sebesar jempol tangan
-
OUE tertutup
-
Corpus uteri sebesar telur bebek
-
Adnexa : tak ada kelainan
-
Cavum Douglas : tak ada kelainan
Pemeriksaan Penunjang Darah Rutin 21
-
Golongan Darah / Rh Waktu pendarahan/BT Waktu pembekuan Hemoglobin Leukosit Hematokrit Trombosit
O/Positif 1.30 menit 3.3 menint 12. 5 gram/dL 10. 9ribu 36,2% 337 ribu
Kimia Gula darah sewaktu
93 mg/dl
Imunoserologi HbsAg
Negatif
Ringkasan/Resume Wanita berusia 30 tahun, hamil 8 minggu, datang ke Rumah Sakit Mardi Rahayu dengan keluhan keluar flek-flek coklat dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS. Disertai nyeri perut kiri. Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. Pasien memiliki HPHT 5 Januari 2016, saat ini pasien hamil 8 minggu. Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan nyeri tekan suprapubik. Pada pemeriksaan fisik ginekologi didapatkan Flx (+), Fl (-), V/U/V tak ada kelainan, portio sesuai jempol tangan, OUE tertutup, corpus uteri sebesar telur bebek, adnexa dan cavum douglas tak ada kelainan. Pada pemeriksaan laboraturium darah dalam batas normal.
Riwayat Haid Menarche
: 14 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 7 hari
HPHT
: 5 Januari 2016
HPL :Tekanan darah : 120/80 mmHg Nadi : 84x/m Pernapasan : 20x/m Suhu
: 36,5oC
Diagnosis Kerja
21
G2 P1 A0 30 tahun hamil 8 minggu dengan abortus imminens Tatalakasana
IVFD RL 20 tetes per menit
Crome 2 x 1 inj
Amoxycilin tab 500 mg 3 x 1
Premaston tab 1 x 1
Follow Up 08 Januari, pukul 08.00 WIB S : keluar flek coklat ada namun sudah tinggal sedikit O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis TD : 110/60 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,7°C Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-) Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-) Abdomen : membuncit, nyeri tekan (-), bekas operasi (-), bising usus (+), normal Thorax : SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) PPV : (+) Flek coklat A : G2P1 A0, umur 30 tahun, dengan abortus immenes P : Terapi teruskan USG 09 Maret 2016 pukul 08.00 WIB S : (-) O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis TD : 100/60 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,8°C Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-) Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-) Thorax : SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : membuncit, nyeri tekan (-), bekas operasi (-), bising usus (+), normal PPV : (-) Flek coklat USG abdomen Kantong kehamilan tampak janin. Ukuran kantong kehamilan sesuai dengan umur kehamilan saat ini. 21
A : G2P1 A0, umur 30 tahun, dengan abortus immenes P : IVFD RL 20 tetes per menit Amoxycilin tab 500 mg 3 x 1 Premaston tab 1 x 1 10 Maret 2016, pukul 08.00 WIB S : (-) O : Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis TD : 110/60 mmHg Nadi : 88 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,5°C Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-) Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-) Thorax : SN (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : membuncit, nyeri tekan (-), bekas operasi (-), bising usus (+), normal PPV : (-) A : G2P1 A0, umur 30 tahun, dengan abortus immenes P :Bed rest Boleh pulang Edukasi :
Kontrol kehamilan setiap bulan ke pelayanan kesehatan
Istirahat yang banyak dan jangan terlalu lelah
21
TINJAUAN PUSTAKA ABORTUS Abortus merupakan suatu proses berakhirnya suatu kehamilan dimana janin belum mampu hidup di luar rahim (belum viable); dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Klasifikasi abortus 1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis. 2. Abortus buatan, (Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) yaitu: a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya adalah penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri atau psikolog. b. Abortus buatan kriminal ( Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum, atau dilakukan olehyang tidk berwenang. Secara klinis abortus dibedakan menjadi : 1) abortus immens (keguguran mengancam), 2) abortus insipiens (keguguran berlangsung), abortus inskompletus (keguguran tidak lengkap), abortus kompletus (keguguran lengkap), abortus tertunda (missed abortion), abortus habitualis (keguguran berulang). 1 Abortus Iminens Threatenes abortion, ancaman keguguran Didiagnosis bila seseorang wanita hamil < 20 minggu mengeluarkan darah sedikit per vaginam. Pendarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Setengah dari abortus iminens akan menjadi abortus komplet atau inkomplet, sedangkan pada sisanya kehamilan akan terus berlangsung. Beberapa kepustakaan menyebabkan adanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan dalam rahim ( intrauterine growth retardation) pada kasus seperti ini.
21
Pendarahan sedikit pada hamil muda mungkin disebabkan oleh hal-hal lain, misalnya placental sign ialah perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah sekitar plasenta. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis; nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul; atau rasa tidak nyama atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Pencitraan dengan USG berguna untuk menentukan kesejahteraan janin. 2 Terapi dengan bed rest total, obat hormonal, antispasmodika. Observasi kehamilan.
Gambar 1. Abortus imminens
Abortus Insipien Abortus insipien (abortus sedang berlangsung) didiagnosis apabila wanita hamil sebelum 20 minggu ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebakan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan indikasi kontra. Terapinya berprinsip pada dilakukan evakuasi atau pembersihan kavum uteri (DK atau suction curretage ) sesegera mungkin. 2
21
Gambar 2. Abortus insipien
Abortus Inkomplet Abortus inkomplet proses abortus dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Abortus inkompletus ditangani hampir sama dengan abortus insipien, kecuali jika pasien dalam keadaan syok karena perdarahan banyak. Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing. Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipien. Pada beberapa kasus perdarahan tidak banyak dan bila dibiarkan serviks akan menutup kembali. 2 Pengelolaan dengan memperbaiki keadaan umum: bila syok atasi syok harus dilakukan resusitasi cairan (bahkan mungkin perlu tranfusi); bila Hb < 8 gr% tranfusi. Evakuasi, uretonik dan antibiotik selama tiga hari. DK (dilatasi dan kuretase dapat dilakukan setelah syok teratasi. 2
Abortus Kompletus Abortus kompletus adalah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pengamatan (minimal 1 jam) adanya perdarahan lebih lanjut mungkin sudah memadai. Jika terdapat hasil konsepsi, harus diperiksa kelengkapannya dan dapat diserahkan untuk keperluan analisis genetik atau pemeriksaan patologis lainnya. Pada kasus-kasus yang meragukan, pencitraan uterus dengan USG akan merinci hasil konsepsi tersisa. Setelah pengamatan selesai, pasien yang mengalami abortus komplit dapat pulang ke rumah dengan intruksi untuk
21
mempertahankan adanya tanda-tanda infeksi (demam, mengigil, nyeri), mengamati adanya perdarahan per vaginam dan jangan melakukan hubungan seksual atau pencucian vagina sampai pemeriksaan ulang dalam waktu sekitar 2 minggu untuk menentukan ada tidaknya kekurangan penutupan serviks atau kelainan lainnya.2 Terapi tidak memerlukan tindakan DK, mungkin perlu tranfusi dan pengobatan suportif laiinya untuk anemianya.
Gambar 3. Abortus Kompletus
Abortus Tertunda (Missed Abortion) Abortus tertunda (Missed abortion) adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi ini tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih. Dengan pemeriksaan USG tampak janin tidak utuh, dan membentuk gambaran kompleks, diagnosis USG tidak selalu harus tertahan ≥ 8 minggu. Sekitar kematian janin kadang-kadang ada perdarahan pervaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminen. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin. Buah dada mengecil kembali. Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenore berlangsung terus. Abortus spontan biasanya berakhir selambat-lambatnya 6 minggu setelah janin mati. Penatalaksanaan terbaru missed abortion adalah induksi persalinan dengan suposutoria prostaglandin E2, jika perlu diperkuat dengan oksitosin encer. 3 Risiko utama missed abortion adalah kemungkinan hipofibrinogenemia. Karena jika hasil konsepsi tertahan lebih dari 4 minggu setelah kematian janin, pemantauan ketat fibrinogen serum merupakan keharusan. 3 21
Abortus Habitualis Bila abortus spontan terjadi 3 kali berturut-turut atau lebih. Kejadiannya jauh lebih sedikit daripada abortus spontan (kurang dari 1%), lebih sering terjadi pada primi tua. Penyebab abortus habitualis yang paling mungkin adalah kelainan genetik, kelainan anatomis saluran reproduksi, kelainan hormonal, infeksi, kelainan faktor imunologis atau penyakit sistemik. Namun pada sepertiga kasus abortus habitualis penyebabmya tetap tidak diketahui. Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada trimester II. Tindakan cervical cerclage Shirodkar atau McDonald pada beberapa kasus memperlihatkan hasil yang positif. Pengelolaan abortus habitualis bergantung pada etiologinya. 1
Blighted Ovum Blighted Ovum atau yang dikenal sebagai kehamilan tanpa embrio atau kehamilan kosong. Pada saat terjadi pembuahan, sel-sel tetap membentuk kantung ketuban, plasenta, namun telur yang telah dibuahi (konsepsi) tidak berkembang menjadi sebuah embrio. Pada kondisi blighted ovum kantung kehamilan akan terus berkembang, layaknya kehamilan biasa, namun sel telur yang telah dibuahi gagal untuk berkembang secara sempurna, maka pada ibu hamil yang mengalami blighted ovum, akan merasakan bahwa kehamilan yang dijalaninya biasa-biasa saja, seperti tidak terjadi sesuatu karena memang kantung kehamilan berkembang seperti biasa. Pada saat awal kehamilan, produksi hormon HCG tetap meningkat, ibu hamil ketika dites positif, juga mengalami gejala seperti kehamilan normal lainnya, mual muntah, pusing-pusing, sembelit dan tanda-tanda awal kehamilan lainnya. Namun ketika menginjak usia kehamilan 6-8 minggu, ketika ibu hamil penderita blighted ovum memeriksakan kehamilan ke dokter dan melakukan pemeriksaan USG maka akan terdeteksi bahwa terdapat kondisi kantung kehamilan berisi embrio yang tidak berkembang. jadi gejala blighted ovum dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG atau hingga adanya perdarahan layaknya mengalami gejala keguguran mengancam (abortus iminens) karena tubuh berusaha mengeluarkan konsepsi yang tidak normal. Untuk penanganan kehamilan blighted ovum tidak ada jalan lain kecuali mengeluarkan hasil konsepsi dari dalam rahim. Caranya bisa dilakukan dengan kuretase atau
21
dengan menggunakan obat. Namun kuretase dianggap memiliki kelebihan karena dapat mencegah terjadinya infeksi dan juga pemeriksaan kromosom.
Gambar 4. USG Blighted ovum
Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik Abortus infeksiosus adalah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi, baik yang diperoleh dari luar RS maupun yang terjadi setelah tindakan di RS. Tandanya amenore, perdarahan, keluar jaringan. Abortus septik adalah keguguran yang disertai dengan infeksi berat, penyebaran kuman sampai peredaran darah/ peritonium. Tandanya sakit berat, panas tinggi, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, syok. Pada pemeriksaan kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, tanda infeksi genital.
21
Gambar 2. Klasifikasi abortus
Pengobatan meliputi rawat inap, terapi antibiotik IV dosis tinggi (sesuai dengan organisme yang dicurigai), pemberian cairan dan elektrolit dan pemantauan ketat tanda-tanda vital serta pengeluaran urin. Uterus harus dikosognkan dan ini harus dikerjakan dengan DK segera setelah pasien stabil. Semua hasil konsepsi harus dikeluarkan meskipun kuretase menyeluruh uterus yang terinfeksi akan sangat memperbesar risiko sinekia uteri *sindrom Asherman).3
Tabel 1. Perbedaan abortus
21
ABORTUS IMMINENS Definisi Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan viabel, dan serviks tertutup. 1
Penyebab 1.
Kelainan pertumbuhan hasil komsepsi, menyebabkan kematian janin atau cacat, penyebab antara lain: a.
Kelainan kromosom, misalnya trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks. Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi paling sering menyebabkan abortus, 50% angka kejadian pada trimester pertama, lalu insiden menurun pada trimester kedua sekitar 20-30% dan 5-10% pada trimester ketiga.2
b.
Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu hamil saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan endokrin atau sindroma ovarium polikistik
c.
Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut teratogen.
2.
Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili korlales menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3.
Penyakit ibu, baik yang akut seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain, maupun kronik seperti, anemia berat, keracunan laparotomi, peritonitis umum,
dan
penyakit
menahun
seperti
brusellosis,
mononukleosis
infeksiosa,
toksoplasmosis. 4.
Kelainan traktus genetalia, misalnya retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus. Terutama retroversio uteri gravidi inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain keguguran dalam trimester dua ialah serviks
21
inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.1,2
Patofisiologi Pada awal abortus terjadi pendarahan desiduabasalis, diikuti dengan nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat pendarahan subdesidua menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Selain itu Embiro rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan vili korialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis. Pada kehamilan 8-14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan pendarahan. Ini terjadi dapat diawali dengan pecahnya selaput ketuban terlebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Ini sering menimbulkan pendarahan pervaginam banyak. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda asing yang tidak jelas bentuknya (bligtes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.2,3
Tanda dan gejala Adanya pendarahan pada awal kehamilan melalui ostium uteri eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali. Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang semakin bertambah buruk dengan atau tanpa kelemah dan uterus membesar sesuai usia kehamilan.3
21
Dasar diagnosis 1. Anamnesis – pendarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan. 2. Pemeriksaan dalam – fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan 3. Pemeriksaan penunjang USG dapat menunjukkan a.
Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.
b.
Meragukan. Jika hasil meragukan pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian
c.
Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
4. Tes kehamilan positif kadar human chorionic gonadotropin (hCG). Kadar HCG serum wanita hamil yang mengalami keguguran diawali dengan gejala abortus imminens pada trimester pertama lebih rendah dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens yang kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa gejala abortus imminens. Nilai batas β hCG bebas 2ng/ml untuk norma (kontrol dan abortus imminen namun kehamilan berlanjut) dan abnormal (abortus imminens yang mengalami keguguran dan kehamilan tuba). 1,3
Komplikasi Pendarahan, perforasi syok adan infeksi. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.3
Penatalaksanaan Efektivitas penatalaksanaan aktif masih dipertanyakan karena umumnya penyebab abortus imminens adalah kromosom abnornal pada janin. Messkipun banyak penelitian menyatakan tidak ada terapi yang efektif untuk abortus imminens. Penatalaksanaan aktif terdiri atas:
21
1. Tirah baring Tirak baring merupakan unsur penting karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik. Dosisnya 24-28 jam diikuti dengan tidak melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi aktivitas ringan sehari-hari. 2. Abstinensia Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens, karena pada saat berhubungan seksual, oksitosin disekresi oleh puting atau akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina. 3. Progesteron Progesteron merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau memiliki efek progesteron diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta memelihara kehamilan. Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens disuga dapat mencegah keguguran, karena fungsinya diharapkan dapat menyokong defisiensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Kadar< 5-10 nanogram. Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Penelitian dilakukan pada 154 wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat usia kehamilan kurang dari 13 minggu. Persentase keberhasilan mempertahankan kehamilan lebih tinggi (95,9%) pada kelompok yang mendapatkan dosis awal dydrogesterone 40 mg dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu dibandingkan kelompok yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%. 4. hCG (Human Chorionic Gonadotropin) hCG diproduksi plasenta dan diketahui bermanfaat dalam mempertahankan kehamilan. Karena itu hCG digunakan pada abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan. Namun hasil tiga penelitian tidak ada cukup bukti tentang efektivitas penggunaan hCG pada abortus imminens untuk mempertahankan kehamilan. 5. Antibiotik hanya jika ada tanda infeksi
21
Penelitian retrospektif pada 23 wanita dengan abortus imminens pada usia awal trimester kehamilan, mendapatkan 15 orang (65%) memiliki flora abnormal vagina. Tujuh dari 16 orang mendapatkan amoksisilin ditambah klindamisin mengalami perbaikan, tidak mengalami nyeri abdomen dan pendarahan vaginal tanpa kambuh. Disimpulkan bahwa antibiotik dapat digunakan sebagai terapi dan tidak menimbulkan anomali bayi. 6. Relaksan otot uterus Bupherine hydrochloride merupakan vasidilator yang juga digunakan sebagai relaksan otot uterus, pada penelitian RCT menunjukkan hasil yang tidak baik dibandingkan penggunaan plasebo, namun metode penelitian ini tidak jelas, dan tidak ada penelitian lain yang mendukung pemberian tokolisis pada awal terjadinya abortus imminens. Namun untuk keefektivitasan penggunanaan relaksan otot uterus dalam mencegah abortus imminens belum banyak bukti yang cukup. 7. Profilaksis Rh (rhesus) Konsesus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12 minggu. 3
Pencegahan 1. Vitamin Mengonsumsi vitamin sebelum atau selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko keguguran, namun dari 28 percobaan yang dilakukan ternyata hal tersebut tidak terbukti. 2. Antenatal care (ANC) Merupakan intervensi lengkap pada wanita hamil yang bertujuan untuk mencegah atau mengidentifikasi dan mengobati kondisi mengancam kesehatan fetus/ bayi baru lahir dan atau ibu, dan membantu wanita dalam menghadapi kehamilan dankelahiran sebagai pengalaman yang menyenangkan. Pada penelitian Herbst, dkk (2003) ibu hamil yan tidak melakukan ANC memiliki risiko dua kali lipat untuk mengalami risiko kehamilan prematur. 3
21
Prognosis Abortus immines merupakan salah satu faktor risiko keguguran, kelahiran prematur, BBLRm pendarahan anterpartum, KPD dan kematian prenatal. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama, nyeri perut yang disertai pendataran serta pembukaan serviks. Tabel 1. Faktor-faktor yang memengaruhi prognosis abortus imminens
21
DAFTAR PUSTAKA 1. Sastrawinata S. Ilmu kesehatan reproduksi obstetri patologi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2004.h.1-9. 2. Hadijanto B. Dalam ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo: Pendarahan pada kehamilan muda. Edisi ke-4. Cetakan ke-4. Jakarta: Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.h.461-74. 3. Sucipto N. Abortus imminens: upaya pencegahan, pemeriksaan, dan penatalaksanaan. CDK-206. Volume 40 no.7; 2013. Diunduh http://www.kalbemed.com/Portals/6/06_206Abortus%20Imminens-Upaya%20Pencegahan %20Pemeriksaan%20dan%20Penatalaksanaan.pdf . 29 October 2014. 4. Manuaba IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC; 2007.h. 396-400.
21
View more...
Comments