Laporan Jurnal Praktikum Anfisman Jantung Dan Sirkulasi
March 17, 2017 | Author: Nandika Puteri Trisani | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Jurnal Praktikum Anfisman Jantung Dan Sirkulasi...
Description
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin, 26 November 2012 yang bertempat di Laboratorium Farmasi Universitas Pakuan Bogor Sistem sirkulasi memegang peranan penting terhadap metabolisme tubuh. Sistem sirkulasi berperan dalam homeostasis dengan berfungsi sebagai sistem transportasi tubuh. Pembuluh darah mengangkut dan mendistribusikan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari morfologi dan denyut jantung, mempelajari beberapa faktor yang mempengaruhi denyut jantung, mempelajari otomasi jantung, mempelajari asal denyut jantung, mempelajari sifat-sifat aliran darah dalam sistem pembuluh darah arteri, kapiler dan vena. Pada pengamatan Berat badan katak memiliki hubungan terbalik dengan kerja jantung. Denyut jantung mengalami perubahan denyut (cepat /lambat) ketika dipengaruhi rangsang berupa larutan ringer, air panas, air es. Kata kunci :Denyut jantung,Arteri,Arteriol,Kapiler,Vena,Otomasi Jantung,Konvergen, Divergen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Percobaan Mempelajari morfologi dan denyut jantung, mempelajari beberapa faktor yang mempengaruhi denyut jantung, mempelajari otomasi jantung, mempelajari asal denyut jantung, mempelajari sifatsifat aliran darah dalam sistem pembuluh darah arteri, kapiler dan vena. 1.2. Hipotesis Rumusan Masalah : a. Pengaruh temperatur dan zat kimia terhadap denyut jantung. b. Pengaruh pemberian larutan Ringer terhadap otomasi jantung dan asal denyutnya. c. Jenis-jenis pembuluh darah dan percabangannya
mempengaruhi sifat aliran darah. d. Mengidentifikasi morfologi jantung. 1. Pengumpulan Data Alat dan Bahan: Katak,larutan fisiologis 0,65 %, kapas, khloroform, papan berlubang, jarum sonde, jarum pentul, stoples, mikroskop. Metode kerja: Morfologi dan denyut jantung. Katak dibius dengan khlorofrom atau katak deserebrasi. Letakkan katak telentang & fiksasi kaki-kakinya pada papan fiksasi dengan jarum pentul. De-ngan sebuah pinset jepitlah kulit bagian dada kemudian gunting arah kranial terus kearah lateral. Lipat kulit keatas, potong tulang sternum dan klavikula
Dari rongga akan terlihat jantung yang masih berdenyut, bebaskan dari lapisan perikardium maka akan tampak bulbus arteriosusnya. Gambarlah bagian-bagian jantung. Amati kontraksi jantung, kontraksi otot jantung yang disebut sistole ditandai oleh warna pucat, relaksasi jantung disebut diastole ditandai dengan warna merah kecoklatan. Pengaruh suhu dan zat kimia terhadap denyut jantung. Basahi jantung dengan larutan Ringer (suhu kamar) hitunglah frekuensi denyutnya. Dinginkan cairan ringer dengan dengan es yang tersedia sampai suhu 4-100C, teteskan beberapa tetes disekitar jantung, biarkan sebentar kemudian hitung frekuensi denyutnya. Perlakuan cairan ringer dingin berturut-turut diganti dengan ringer panas (40-500C), asetiklin, adrenalin. Setiap pergantian perlakuan hendaknya denyut jantung dinormalkan dulu dengan pemberian ringer suhu kamar. Mempelajari otomasi jantung. Sediakan cawan petri yang diisi larutan ringer suhu kamar. Jepitlah ujung ventrikel jantung dan angkat keatas. Bebaskan jantung dari jaringan sekitarnya, kemudian potong pembuluh- pembuluh darah yang berhubungan dengan jantung sejauh mungkin dari jantung. Angkat jantung dan simpan diatas cawan petri, jantung akan tetap berdenyut, hitung frekuensinya. Asal denyut jantung.
Letakkan jantung pada kertas saring yang dibasahi dengan cairan ringer, amati denyut bagian-bagian jantung dan hitung lagi frekuensinya. Dengan menggunakan pipet yang berisi air dingin atau batang gelas dingin, tempelkan pada bagian sinus venosus, hitung frekuensinya. Ulangi hal tersebut diatas dengan menempelkan pipet yang berisi air panas atau batang gelas panas pada sinus venosus. Setiap pergantian perlakuan normalkan denyut jantung dengan pemberian ringer suhu kamar. Potong jantung pada batas atrium ventrikel, hitung frekuensi potongan-potongan tersebut. Sirkulasi pada pembuluh darah perifer. Katak dibius dengan khloroform atau katak deserebrasi. Bentangkan selaput renang pada papan berlubang dan jepitlah dengan jarum pentul Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x atau 450x Identifikasi pembuluh darah arteri, kapiler & vena dengan cara memperhatikan ketebalan dinding dan percabangan pembuluh, sifat aliran dan kecepatannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung sangat berperan penting dalam hubungannya dengan pemompaan darah ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah. Sirkulasi darah adalah sistem yang berfungsi dalam pengangkutan dan penyebaran enzim, zat nutrisi, oksigen, karbondioksida, garam-garam, antibodi (kekebalan) dan senyawa N, dari tempat asal ke seluruh bagian tubuh
sehingga diperlukan tekanan yang cukup untuk menjamin aliran darah sampai ke bagian jaringanjaringan tubuh (Afrianto, 2012). Keefektifan kerja jantung dikendalikan oleh faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik adalah sistem nodus, yang mengantarkan rambatan depolarisasi dan pacu jantung (sinus spenosus ke bagian-bagian dari jantung. Meskipun kontraksi otot jantung tidak tergantung pada impuls saraf tetapi laju kontraksinya dikendalikan oleh saraf otonom. Selain itu aktivitas jantung juga dipengaruhi oleh bermacam-macam bahan kimia, hormon, ion-ion, dan metabolit (Tim Dosen, 2012: hal 11). sistem kardiovaskular terdiri dari jantung sebagai pemompa dan pembuluh darah sebagai saluran. Darah dipompakan oleh jantung ke dalam pembuluh darah dan akan disebarkan ke seluruh tubuh dan kemudian kembali lagi ke jantung sebagai suatu sirkulasi (Halwatiah, 2009: h. 42). Otot jantung berbeda dari otot kerangka dalam hal struktur dan fungsinya. Untuk berkontraksi otot jantung tidak memerlukan stimulus sebab otot jantung memiliki sifat otomatis. Pada sel otot jantung dapat terjadi peristiwa depolarisasi secara spontan tanpa ada stimulus. Selain itu otot jantung juga memiliki sifat ritmis, peristiwa depolarisasi dan repolarisasi berjalan menurut irama tertentu (Susanto, 2012). Jantung berongga ditemukan pada vertebrata. Jantung ini merupakan organ berotot yang
mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk menjamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Apabila cairan tubuh berhenti sirkulasi maka hewan mati (Isnaeni, 2006:178179). Otot jantung (cardiacmuscle) vertebrata hanya ditemukan pada satu tempat yakni jantung. Seperti otot rangka, otot jantung berlurik. Perbedaan utama antara otot rangka dan otot jantung adalah dalam sifat membran dan listriknya. Sel-sel otot jantung mempunyai daerah khusus yang disebut cakram berinterkalar (intercalateddisc), dimana persambungan longgar memberikan pengkopelan listrik langsung di antara sel-sel otot jantung. Dengan demikian suatu potensial aksi yang dibangkitkan pasa satu bagian jantung akan menyebar keseluruh sel otot jantung. Dengan demikian, suatu potensial aksi yang dibangkitkan pada satu bagian jantung akan menyebar ke seluruh sel otot jantung. Dan jantung akan berkontraksi. Sel-sel otot jantung tidak akan berkontraksi kecuali dipicu oleh impuls neuron motoris yang mengontrolnya. Akan tetapi, sel-sel otot jantung dapat membangkitkan potensial aksinya sendiri, tanpa suatu input apapun dari sistem saraf. Membran plasma otot jantung mempunyai ciri pacu jantung yang menyebabkan depolarisasi berirama, yang memicu potensial aksi dan menyebabkan sel otot jantung tunggal untuk berdenyut bahkan ketika diisolasi dari jan-
tung dan ditempatkan dalam biakan sel. Potensial aksi sel otot jantung berbeda dari potensial aksi sel otot rangka, yang bertahan sampai dua puluh kali lebih lama. Potensial aksi sel otot rangka hanya berfungsi sebagai pemicu kontraksi dan tidak menguntrol durasi kontraksi tersebut. Pada sel jantung durasi potensial aksi memainkan peranan penting dalam pengontrolan durasi kontraksi (Campbell, 2004: h. 262). Katak dan amfibia lainnya mempunyai jantung berbilik tiga, dengan dua atria dan satu ventrikel. Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri bercabang yang mengarahkan darah melalui dua sirkuit : pulmokutaneuscircuit mengarah ke jaringan pertukaran gas (dalam paru-paru dan kulit pada katak), dimana darah akan mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler. Darah yang kaya oksigen kembali ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di antaranya dipompakan ke dalam sirkuit sistematik. Sirkuit sistemik (systemiccircuit) membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh organ tubuh dan kemudian mengembalikan darah yang miskin oksigen ke atrium kanan melalui vena. Skema ini, yang disebut sirkulasi ganda (doublecirculation), menjamin aliran darah yang keluar ke otak, otot, dan organ-organ lain, karena darah itu dipompa untuk kedua kalinya setelah kehilangan tekanan dalam hamparan kapiler pada paru -paru atau kulit (Campbell, 2004: h. 45). Tugas jantung sebagai pompa darah dengan dua sistem sirkulasi yang terpisah. Sistem sir-
kulasi yang lebih besar, meliputi seluruh jaringan tubuh, sehingga untuk itu jantung memompa darah ke pembuluh nadi lewat aorta. Sedangkan sistem sirkulasi yang lebih kecil, meliputi sirkulasi darah ke paru-paru (pulmonium), tempat dimana terjadi pertukaran udara (oksigenasi). Setelah kembali ke paru-paru darah yang kembali ke jantung itu merupakan darah bersih yang kaya akan zat asam (oksigen). Untuk kemudian dipompa oleh jantung keseluruh tubuh. Setelah darah memberimakan jaringan ke seluruh tubuh, maka darah kembali ke jantung lewat pembuluh balik (vena), darah ini miskin akan zat asam. Darah ini kemudian dipompakan ke paru paru kembali untuk diperbaharui (dioksigenasi). Cara kerja jantung pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida (darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner kedalam arteri pulmonalis, menuju ke paruparu . Darah akan mengalir mela-
lui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen (darah bersih) mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran darah di antara bagian kanan jantung, paruparu dan atrium kiri disebut sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong menuju ventrikel kiri, yang selanjutnya akan memompa darah bersih ini melewati katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru.
Pemotongan Atrium+sinus venosus ventrikel
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN III.1. Hasil Percobaan Macam percobaan
Frekuensi denyut jantung/menit Sesudah Sebelum
Faktor temperatur pada frekuensi denyut 59x/mnt 64 x/mnt Dingin 61x/mnt 64 x/mnt Panas Otomasi
31x/mnt 64 x/mnt
Asal denyut
29x/mnt 64x/mnt
Pendinginan Pada sinus ve- 30x/mnt 64 x/mnt nosus Pada ventrikel Pemanasan Pada sinus ve- 28x/mnt 64 x/mnt nosus 23x/mnt 64 x/mnt Pada ventrikel
Jenis pembuluh darah Arteri Arteriol Kapiler Vena
Mati
Mati
Percabangan
Sifat aliran
Divergen Divergen Divergen Konvergen
Cepat Cepat Lambat Lambat
III.2. Pembahasan Jantung katak berbeda dengan jantung manusia. Secara anatomis jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Sinus venosus adalah ruangan sekitar jantung. Melalui pengamatan darah mengalir melalui sinus venosus kemudian darah mengalir ke atrium dan mengisi ruang ventrikel sebelum darah dipompa kembali oleh otot- otot di ventrikel keseluruh tubuh. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium. Dari atrium, darah mengalir ke ventrikel yang kemudian di pompa keluar melalui arteri pulmonalis. Secara garis besar peredaran darah katak sama seperti peredaran darah manusia namun saat darah dialirkan kembali melalui vena darah terlebih dahulu mengisi sinus venosus. Jantung katak memiliki respon yang kurang lebih sama dengan jantung manusia, contohnya denyut jantung akan meningkat saat panas dan melambat saat dingin, kerjanya dapat dipengaruhi oleh hormone, dan memiliki band moderator.
Aliran darah diawali dari seluruh tubuh yang kaya CO2 masuk ke jantung melalui vena kava. Darah ini mula-mula berkumpul di sinus venosus dan akan masuk ke atrium kanan, dan menuju ventrikel, lalu dipompa menuju paruparu. Selanjutnya, darah dari paru -paru yang kaya O2 masuk ke atrium kiri dan menuju ventrikel. Selain dari paru-paru, O2 juga dapat diperoleh melalui kapiler-kapiler di bawah kulit. O2 ini masuk ke dalam kulit secara difusi. Jadi, didalam ventrikel kedua jenis darah bercampur. Selanjutnya, darah kaya O2 dari ventrikel dipompa menuju arteri untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Kulit amfibi juga berperan sebagai alat pernapasan. Oksigen masuk melalui kulit secara difusi,
ke kapiler-kapiler di bawah kulit. Darah beredar dari jantung ke seluruh tubuh, kemudian kembali lagi ke jantung. Selain itu, juga terjadi aliran darah dari jantung menuju paru-paru, kemudian kembali lagi ke jantung. Percobaan pertama yang dilakukan pada jantung katak adalah mengenai pengaruh suhu terhadap jantung katak. Saat jantung katak di beri larutan Ringer sebanyak 3 tetes pada suhu kamar jantung bekerja 64x/menit, itu adalah kerja normal jantung pada suhu normalnya, dalam rata-rata 59,25. Dapat dilihat bahwa kontraksi jantung terdiri dari kontraksi atrium dan kontraksi ventrikel (pada perubahan warna, dimana saat jantung berkontraksi warna jantung pucat, dan saat relaksasi warna jantung merah kecoklatan). Kedua macam kontraksi menunjukkan bahwa siklus jantung terdiri dari sistole dan diastole. Systole merupakan periode kontraksi ventrikel, saat jantung memompakan darahnya dari ventrikel ke sirkulasi pulmonal (A pulmonalis) dan ke sirkulasi sistemik (Aorta). Pada saat sistole katub-katub AV (mitralis dan bikuspidalis) menutup sedangkan katub-katub semilunaris (katub aorta dan katub pilmonal) membuka sehingga ventrikel yang berkontraksi (tekanannya meningkat) memompakan darahnya ke aorta dan A pulmonalis. Sedangkan diastole menunjukkan periode relaksasi ventrikel (kontraksi atrium) saat ventrikel menerima darah dari atrium yang sebelumnya telah menerima darah dari paru (V pulmonalis) dan dari seluruh tubuh (vena cava). Pada saat distole katub-katub semilunaris (katub aorta dan katub pulmonal) menu-
tup sedangkan katub-katub AV (mitralis dan bikuspidalis) membuka sehingga atrium yang berkontraksi (tekanannya meningkat) memompakan darahnya ke ventrikel. Kontraksi atrium terjadi hampir bersamaan dengan relaksasi ventrikel, walaupun pada saat ventrikel relaksasi, atrium berkontraksi namun besarnya tekanan kedua ruangan ini hampir sama. Sedangkan pada saat atrium relaksasi juga tak tampak karena tertutup oleh besarnya tekanan pada ventrikel yang sedang berkontraksi, dimana proses kontraksi dan relaksasi (sistole dan diastole) dari atrium maupun ventrikel pada keadaan normal akan terjadi terusmenerus. Setelah jantung diberi 3 tetes larutan Ringer pada suhu 410°C, dimana sebelumnya bekerja 64x/menit ternyata ritme jantung katak menurun menjadi 59x/menit. Dari percobaan terlihat adanya penurunan frekuensi dan amplitudo setelah pemberian larutan Ringer dengan suhu dingin (4-10° C). Hal ini disebabkan oleh respon feed back mechanism otot jantung yang bekerja lebih lambat untuk mempertahankan suhu normal jantung. Penurunan suhu menyebabkan penurunan permeabilitas membran sel otot jantung terhadap ion, sehingga diperlukan waktu lama untuk mencapai nilai ambang, jadi self excitation juga akan menurun. Akibatnya kontraksi otot jantung juga mengalami penurunan.Perubahan denyut jantung pada suhu yang berbeda terlihat lebih jelas pada percobaan ini karena digunakan jantung katak yang memiliki sifat poikilotermik yang dapat menyesuaikan dengan suhu lingkungan.
Suhu air yang digunakan mungkin lebih tinggi dari suhu tubuh katak itu sendiri serta lingkungannya, itu sebabnya mengapa penelitian ini tidak sesuai dengan beberapa referensi yang ada. Begitu pula seharusnya saat ditetes larutan ringer yang kurang lebih memiliki suhu yang sama dengan suhu tubuh katak dan lingkungannya dimana seharusnya denyut jantung katak kembali pada kecepatan normal. Namun hasil yang kami dapatkan adalah denyut jantung melambat. Hal ini mungkin dikarenakan kurang telitinya praktikan saat mengamati kecepatan denyut jantung dimana sebenarnya kecepatan denyut jantung katak saat ditetesi larutan ringer pada suhu kamar mungkin kembali dalam keadaan normal. Begitu pula pada saat jantung diberi 3 tetes larutan Ringer dengan suhu 40-50°C. Jantung bekerja lambat menjadi 61x /menit. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi pada jantung. Karena seharusnya peningkatan suhu sebesar 1°C saja akan meningkatkan denyut jantung sekitar 10 denyut per menit. Kenaikan suhu mengakibatkan permeabilitas membran sel otot jantung terhadap ion meningkat, sehingga mempercepat self excitation proses dari SA node. Kenaikan suhu menyebabkan permeabilitas sel otot terhadap ion meningkat sehingga ion inflow meningkat, terjadilah depolarisasi. Saat potensial membran mencapai nilai ambang, maka akan terjadi potensial aksi yang kemudian dikonduksikan ke AV node, lalu ke bundle of his, kemudian ke saraf purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel berkontraksi secara
cepat. Akibatnya frekuensi denyut jantung meningkat, tetapi amplitudonya tetap. Tapi perlu diperhatikan bahwa bila peningkatan suhu>42˚C atau berlangsung lama, dapat melemahkan sistem metabolik. Hal ini disebabkan karena enzim tidak bisa bekerja dalam suhu tinggi sehingga menyebabkan kerusakn protein. Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah suhu air yang kami gunakan baik air dingin, normal dan panas tidak berada dalam suhu yang stabil. Dengan kondisi demikian tentunya sangat berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Penurunan suhu sangat menurunkan frekuensi denyut jantung, sehingga turun sampai serendah beberapa denyut per menit. Dengan larutan ringer tersebut, kita dapat mengetahui dan melihat secara jelas dampak yang terjadi terhadap jantung katak. (Ganong, 1995), menyatakan bahwa bertambah cepatnya denyut jantung dapat disebabkan karena pada jantung ditetesi dengan larutan ringer, yang berperan dalam memacu syaraf simpatis, sehingga frekuensi dan amplitudo denyut jantung naik dan menjadikan kebutuhan oksigen (O2) dalam jantung juga bertambah. Jantung katak mempunyai centrum automasi sendiri/system jantung sendiri yang tidak dipengaruhi oleh system syaraf otaknya sehingga ketika praktikan merusak susunan sistem saraf otaknya kemudian diputuskan semua sistem syaraf pusatnya, maka jantung katak akan tetap berdenyut seperti dalam keadaan normal meski katak sudah tidak berdaya. Hasil pengamatan
dari percobaan ini, dapat dilihat denyut jantung normal pada katak permenit sebanyak 64 x/menit denyutan. Kemudian ditambahkan larutan ringer denyutan berkurang menjadi 29 kali denyutan. Bertambahnya denyutan setelah ditetesi larutan ringer ini tidak sesuai dengan pernyataan (Ganong ,1995) dimana pengaruh larutan ringer mampu memacu kerja jantung. Akan tetapi, dari percobaan penambahan tidak tampak adanya pacuan kecepatan denyut. Terhitung kecepatan denyut menurun menjadi 29 denyutan. Jumlah ini tidak berubah meskipun telah ditambahkan ringer kembali larutan ringer, denyut jantung seharusnya bertambah cepat, hal ini disebabkan oleh kurang telitinya praktikan dalam memisahkan jantung katak. Menurut Adisowirjo (2003), ketidaksesuaian tersebut dikarenakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi denyut jantung, diantaranyaa: a. Faktor Kimiawi 1. Larutan ringer: menaikkan frekuensi denyut jantung. 2. Kadar dioksida: menaikkan frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. b. Suhu Tubuh Suhu tubuh naik, maka frekuensi denyut jantung naik, sedang bila suhu tubuh turun, maka frekuensi denyut jantung me-nurun. c. Umur Hewan Muda mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih cepat bila dibandingkan dengan hewan yang lebih tua. d. Aktivitas Aktivitas kerja tinggi, akan meningkatkan frekuensi denyut jantung. e. Ukuran Tubuh
Tubuh besar, maka frekuensi denyut jantung lebih kecil, dan begitupun sebaliknya. Percobaan ketiga adalah melihat otomasi jantung diluar tubuh. Jantung memang memiliki otomasi sendiri di otot jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Terbukti tanpa adanya koordinasi saraf simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak diluar tubuh yaitu 31/menit. Tetapi karena kondisi diluar tubuh tidak cocok dengan jantung maka jantung kerjanya menjadi semakin melemah. Jadi, sifat otomasi jantung mampu menyebabkan jantung tetap berdenyut meski tanpa ada impuls dari saraf. Kontraksi jantung tidak semata-mata tergantung dari impuls yang dihantarkan oleh saraf. Jantung mempunyai kemampuan untuk self excitation sehingga dapat berkontraksi secara otomatis walaupun telah dilepas dari tubuh dan semua saraf menuju jantung telah dipotong. Pada peristiwa self excitation, SA node menghantarkan impuls ke AV node yang kemudian diteruskan keserabut purkinje sehingga otot jantung dapat berkontraksi. Ini menunjukkan bahwa self excitation adalah suatu sistem konduksi khusus dari SA node sebagai pace maker. Self excitation ini dilakukan olehn SA node sebagai pace maker karena membran selnya mudah dilewati ion Na sehingga RMP-nya rendah. Selain itu juga karena kebocoran alamiah ion Na+. Selanjutnya dilakukan pemotongan antara sinus venosus dengan ventrikel untuk melihat asal denyut jantung. Ternyata setelah dipotong sinus venosus dan ventrikel tidak berdetak. Hal ini
disebabkan oleh katak yang kami gunakan dalam praktikum sangat besar. Berdasarkan referensi yang kami dapatkan, hewan yang berukuran lebih besar dan lebih banyak beraktivitas memerlukan l aju metabolisme sel yang lebih tinggi (Wiwi Isnaeni,2006). Berat badan yang berlebihan memberikan tegangan atau beban ekstra pada jantung dan pembuluh darah. Tegangan atau beban pada jantung inilah yang akan menyebabkan frekuensi denyut jantung semakin menurun. Berat badan yang besar akan membuat beban pada otot jantung saat berkontraksi memompa darah menuju atau dari jantung (Ganong, 2008).Para ahli fisiologi telah menentukan bahwa jumlah energi yang diambil he wan untuk mempertahankan setiap gram bobot tubuhnya berbanding terbalik dengan ukuran tubuh nya.Setiap gram mencit, misalnya, mengkonsumsi energi sekitar sepuluh kali lebih besar dari pada satu gram gajah (meskipun keselu ruhan individu gajah itu mengkonsumsi lebih banyak kalori dari pada keseluruhan individu mencit itu). Semakin tinggi laju metabolisme, jaringan tubuh hewan yang lebih kecil memerlukan laju pengiriman oksigen (O2) ke jaringan yang lebih tinggi secara proporsional. Berkorelasi juga dengan laju metabolismenya yang tinggi itu, mamalia yang lebih kecil juga memiliki laju respirasi, volume darah (relatif terhadap ukuran tubuhnya), dan laju denyut jantung yang lebih tinggi (Campbell et al, 2004). Ritme denyut jantung juga dapat diubah oleh berbagai faktor selain saraf, antara lain rangsang kimiawi seperti hormon dan peru-
bahan kadar O2 dan CO2, ataupun rangsang panas. Berbagai rangsang psikis juga dapat mempengaruhi kecepatan denyut jantung (Wiwi Isnaeni, 2006). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa berat badan dengan frekuensi denyut jantung berbanding terbalik. Semakin besar berat badan suatu makhluk hidup maka semakin kecil frekuensidenyut jantungnya. Pembuluh darah berdasarkan fungsinya terbagi dalam 5 jenis yaitu: 1) Arteri Arteri adalah pembuluh darah yang menerima darah dari jantung yang berisi zat-zat pengatur untuk dikirimkan ke sel-sel seluruh tupbuh. Arteri terdiri dari 3 lapisan yaitu : Tunika Intima (lapisan yang paling dalam), tunika media (lapisan tengah) dan tunika adventisia (lapisan paling luar). Tunika intima merupakan dinding yang licin yang melancarkan aliran darah, tetapi mempunyai afinitas terhadap lemak tertentu sehingga mempunyai kecenderungan untuk terbentuknya plak selama pertambahan usia. Arteri terbagi dua: Arteri koroner kiri berfungsi sebagai melingkari jantung antara atrium dan ventrikel (sulkus atrioventrikuler) dan memisahkan kedua ventrikel (sulkus interventrikuler), sedangkan arteri koroner kanan berfungsi sebagai memberi nutrisi pada atium kanan, ventrikel kanan dan dinding sebelah dalam dari ventrikel kiri. 2) Arteriol Adalah cabang-cabang paling ujung dari system arteri. Berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler dan mampu berkontriksi /menyempit secara komplit atau
dilatasi/melebar sampai beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler. 3) Kapiler Berfungsi sebagai tempat pertukaran cairan dan nutrisi antara arah dan ruang interstisial. Untuk peran ini kapiler dilengkapi dinding yang sangat tipis dan permeable terhadap substansi-substansi bermolekul halus. 4) Venul Berfungsi menampung darah dari kapiler dan secara bertahap bergabung kedalam vena yang lebih besar. Dinding Venul hanya sedikit lebih tebal daripada dinding kapiler. 5) Vena Berfungsi sebagai jalur transportasi darah dari jaringan kembali ke jantung. Dinding Vena tipis namun berotot dan ini memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
Berdasarkan percobaan diperoleh bahwa arteri memiliki percabangan divergen ( menyebar/dari satu pembuluh menjadi banyak pembuluh ) dengan sifat aliran cepat. Karena arteri menyalurkan darah bertekanan tinggi ke jaringan. Arteriol memiliki percabangan divergen dengan sifat aliran cepat. Kapiler memiliki percabangan
divergen dengan sifat aliran lambat. Sedangkan vena memiliki percabangan konvergen ( mengumpul/dari banyak pembuluh menjadi satu pembuluh) dengan sifat aliran lambat. Karena vena menyalurkan darah dari pembuluh kapiler ke jantung melalui vena sehingga darah bertekanan rendah dan lambat. BAB III KESIMPULAN Jantung katak terbagi menjadi tiga ruang yaitu sinus venosus, dua atrium dan satu ventrikel. Suhu dan zat kimia dapat mempengaruhi frekuensi denyut jantung. Suhu rendah (dingin) akan menurunkan frekuensi denyut jantung, sedangkan suhu tinggi akan meningkatkn frekuensi denyut jantung. Jantung memiliki otomasi sendiri di otot jantung berupa serabut purkinje dan serabut his. Tanpa adanya koordinasi syaraf simpatis dan parasimpatis jantung tetap dapat berdetak diluar. Sifat aliran darah dipengaruhi oleh jenis pembuluh beserta percabangannya. SARAN Adapun saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya praktikan memperhatikan frekuensi denyut jantung sampel pengamatan agar dapat membandingkan pengaruh dari larutan terhadap aktivitas otot.
DAFTAR PUSTAKA Campbell, Neil A. Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell,Biologi Edisi ke 5 Jilid 3. Jakarta: Erlangga, 2004. Halwatiah, Fisiologi. Alauddin press, 2009.
Makassar:
Isnaeni, Wiwi. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius, 2006. Tim Dosen, Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2012. Anonymous, 2009. Sistem Sirkulasi pada Manusia, http:// massofa.wordpress.com Diakses 26 Desember 2011 Anonymous, 2007. TEORI RINGKAS BIOLOGI. LP3T Technos: malang Isnaeni, wiwi. 2006. FISIOLOGI HEWAN. Yogyakarta: Kanisius Soewolo, dkk. 1999. FISIOLOGI HEWAN. Um press: Malang Sumarjito, 2006. PANDUAN BELAJAR BIOLOGI.Primagama: yogyakarta Widodo,nur.2002. Fisiologi Hewan.umm press:malang Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell,L.G J u n q u e i r a , L u i z Carlos and JoséCarneiro. (2007). Histologi Dasar. Jakarta:EGC. Gotera, Wira dan Muhammad Ridwan.2009.Pengaruh Insulin TerhadapFungsi Kardiovaskula.
Denpasar :Universitas Udayana Isnaeni, Wiwi. 2006.Fisiologi Hewan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Mitchel, Reece. 2000.Campbel l Biologi Jilid 1.Jakarta : Erlangga Mitchel, Reece. 2000. Campbell Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga Ganong, W. F. (2008) . Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Guyton and Hall. 2002. Fisiologi Kedokteran J a k a r t a : E G C P e n e r b i t Buku Kedokteran Theil, Elizhabet. 1973. T h e J o u r n a l O f Biological Chemistry . “Amphibian RedBlood Cell Ferritin”. Vol 248 No.2
View more...
Comments