LAPORAN Jumlah Eritrosit Dan Leukosit
November 7, 2017 | Author: Mad Mad | Category: N/A
Short Description
farmasi...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA MENGHITUNG JUMLAH ERITROCIT DAN LEUKOSIT PADA MANUSIA GROUP A
DISUSUN OLEH: Dina Rahmawati NPM. 1243057019
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA 2013
1
Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.atas segala rahmat-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia yang berjudul Menghitung Jumlah Eritrosit dan Leukosit pada Manusia Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian tugas dalam matakuliah Praktikum Anatomi Fisiologi. Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa akan mengerti lebih dalam tentang Jumlah Eritrosit dan Leukosit pada Manusia dan semua aspeknya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Praktikum Anatomi Fisiologi yang telah membimbing kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami menyadari makalah ini masih memerlukan perbaikan, untuk itu tim penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk meningkatkan kualitas makalah ini dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 21 Desember 2013
Penulis
2
JUDUL PERCOBAAN: Menghitung Jumlah Eritrosit dan Leukosit pada Manusia
1. TUJUAN PERCOBAAN menghitung jumlah eritrosit dan leukosit pada bilik hitungnya mengetahui jumlah eritrosit dan leukosit normal padamanusia
2. DASAR TEORI 2.1 Darah Darah terbentuk pada jaringan ikat lalu terbawa oleh plasma. Lebih berat dan lebih kental dibandingkan air. Rasa cenderung asin karena membawa garam-garam mineral bau khas (anyir). Darah memiliki pH 7,35 – 7, 45. Warna darah adalah merah terang sampai kebiruan tergantung kadar oksigen yang dibawa. Volume darah total ± 5 liter pada laki-laki dewasa, tergantung ukuran tubuh, dan konsentrasi elektrolit dalam tubuh. Ada 3 tipe unsur-unsur darah ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit dan keping-keping darah atau trombosit (Kimball, 1999). Darah manusia terdiri atas : (1) plasma darah yang terdiri atas 92% air, protein plasma 7% dan zat-zat terlarut lainnya sekitar 1% dan (2) elemen-elemen darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit). Protein plasma antara lain terdiri atas : albumen 60%, globulin 35%, fibrinogen 4%, dan protein pengatur seperti enzim, proenzim, hormon yang jumlahnya kurang dari 1%. Zat-zat terlarut lainnya adalah: (1) elektrolit-elektrolit yang penting untuk aktivitas sel itu sendiri dan menjaga tekanan osmosis cairan tubuh (Na+, K+, Mg2+, cal-, HCO3-, HPO42-, SO42-), Jenis otot pada vertebrata ada tiga : Otot polos, Otot rangka / Otot lurik dan otot jantung. (2) nutrien organik yang penting untuk menghasilkan energi ATP, untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel, yang antara lain terdiri atas; asam lemak, kolesterol, karbohidrat, dan protein.
3
(3) bahan organik sisa metabolisme seperti urea, asam urat, kreatinin, bilirubin,dan amonia. Elemen seluler yang disebut leukosit terdiri atas : neutrofil 50-70%, eosinofil 2-4%, basofil < 1%, limfosit 20-30% dan monosit 2-8% (Suripto, 2002) Darah memiliki dua fungsi utama dari darah ialah mengangkut bahanbahan (dan panas) ke dalam dari semua jaringan-jaringan badan dan mempertahankan badan terhadap penyakit. Fungsi darah secara umum adalah mengantar oksigen dan antioxidant ke seluruh tubuh, mengantar oksigen keseluruh tubuh, mengantar nutrisi ke organ-organ tubuh (karbohidrat, protein, vitamin, mineral, lemak dan lain sebagainya), membuang zat-zat racun serta bahan-bahan buangan lainnya (Karbondioksida), mengantar antibody yang dihasilkan oleh sistem limpa kita keseluruh tubuh, mengantarkan antioxidant yang bersumber dari vitamin, mineral dan enzym tertentu untuk melindungi tubuh dari radikal bebas yang merusak, membawa energi yang didapat dari sinar matahari, yang telah diproses oleh limpa, jantung dan organ tubuh lainnya (Kimball,1999). Darah terdiri dari berbagai komponen antara lain plasma darah, sel darah merah (Eritrosit), sel darah putih (Leukosit).
2.2 Plasma darah Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi (Darmadi, 2009).
2.3 Eritrosit Sel darah merah atau eritrosit berbentuk cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap mm3 darah terdapat 5.000.000 sel darah. Bila dilihat satu per satu warnanya kuning pucat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma dan berisi masa 4
hemoglobin. Sel darah merah terbentuk di dalam sumsum tulang (Pearce, 2002). Jangka hidup sel darah merah kira- kira 120 hari. Sel- sel darah merah yang telah tua akan ditelan oleh sel- sel fagostik yang terdapat dalam hati dan limpa. Jumlah sel darah merah pada wanita normal kira- kira 4,5 juta sel / mm3 darah. Sedangkan untuk laki- laki normal 5 juta / mm3 darah. Meskipun demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang hidup dan kesehatan (Kimball, 1999). Wanita normal mempunyai ± 4,5 juta sel dalam setiap milimeter kubik darah. Pada laki-laki normal, rata-rata jumlah ± 5 juta sel. Meskipun demikian nilai-nilai ini dapat turun-naik dalam suatu kisaran yang luas sekali, tergantung pada faktor-faktor seperti ketinggian tempat seorang hidup dan kesehatan (Kimball,1993). Akan tetapi, jumlah itu bisa naik atau turun, tergantung dari kondisi seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit adalah: 1. Jenis Kelamin Pada laki-laki normal jumlah (konsentrasi) eritrosit mencapai 5,1 – 5,8 juta per mililiter kubik darah. Pada wanita normal 4,3 – 5,2 juta per mililiter kubik darah. 1. Usia Orang dewasa memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibanding anak-anak. 1. Tempat Ketinggian Orang yang hidup di dataran tinggi cenderung memiliki jumlah eritrosit lebih banyak. 1. Kondisi Tubuh Seseorang Sakit dan luka yang mengeluarkan banyak darah dapat mengurangi jumlah eritrosit dalam darah (Ahmadi, 2010).
5
Sel-sel darah merah berbentuk cakram dengan diameter 75 nm, ketebalan di tepi 2 nm dan ketebalan di tengah 1 nm. Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang. Sel-sel pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi pada embrio (bayi), sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan limpa (Ahmadi, 2010). Warna sel-sel darah merah disebabkan karena pigmen merah yang disebut hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah suatu protein yang terdiri atas hemin dan globin. Hemin mengandung zat besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat tinggi terhadap O2. Dalam peredarannya ke seluruh tubuh, darah diikat oleh Hb yang kemudian diberi nama oksihemoglobin. Selain mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme tubuh untuk dibuang melalui organ ekskresi. Hb yang mengangkut CO2 ini disebut karbominohemoglobin (Ahmadi, 2010). Eritrosit dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun (Ahmadi, 2010). Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang mieloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar (Ahmadi, 2010). Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen yang disebut 6
oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb + karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan dikeluarkan di paru-paru (Anonim, 2010). Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan sel darah merah adalah anemia, sedangkan bila kelebihan sel darah merah akan menimbulkan polisitemia. Anemia adalah difisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah atau jumlah sel darah merah tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal. Karena kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang, maka seseorang akan keliatan pucat atau kurang tenaga. Beberapa jenis anemia, yaitu : 1. Anemia hemoragi terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang secara bertahap akan memproduksi sel darah merah baru untuk kembali kekondisi normal. 2. Anemia
defisiensi
zat
besi
terjadi
akibat
penurunan
asupan
makanan,penurunan daya absorsi atau kehilangan zat besi secara berlebihan 3. Anemia aplastik (sumsum tulang tidak aktif )ditandap dengan penurunan sel darah merah secara besar-besaran. Hal ini dapat terjadi karena pajanan radiasi yang berlebihan,keracunan zat kimia atau kanker. 4. Anemia pernicius karena tidak ada vitamin B12 5. Anemia sel sabit penyakit keturunan dimana molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya sel darah merah terdistorsi menjadi berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah. Selsel terdistorsi ini menutup kapiler dan mengganggu aliaran darah (Wijaya, 2009). Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi,yang mengakibatkan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran kapiler dapat tertutup. Ada 2 macam polisitemia 7
yaitu polisitemia vera akibat gangguan pada sumsum tulang dan polisitemia sekunder akibat hipoksia (kekurangan oksigen). Polisitemia sekunder dapat disebabkan oleh kediaman permanen didataran tinggi, aktivitas fisik berkepanjangan, dan penyakit paru atau penyakit jantung (Wijaya, 2009).
2.4 Leukosit Kurang dari 1 % darah manusia adalah leukosit. Ukuran leukosit lebih besar daripada eritrosit. Leukosit tidak mengandung haemoglobin, memiliki nucleus dan pada dasarnya dijumpai dalam keadaan tidak berwarna (Kimball, 1996). Ada 2 macam tipe leukosit yaitu granular dan agranular. Granulosit adalah leukosit sirkular dan memiliki granule pada sitoplasmanya. Sedangkan agranulosit tidak memiliki granule pada sitoplasmanya. Granulosit terdiri atas 3 tipe yaitu sel metrofil, dimana paling banyak dijumpai, mewarnai dirinya dengan pewarna netral atau campuran pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu; sel eusinofil, dimana sel ini sedikit dijumpai, penyerap warna yang bersifat asam atau eosin dan kelihatan merah; sel basofil yang menyerap pewarna basa dan menjadi biru. Sedangkan agranulosit terdiri atas monosit, yang berfungsi untuk menutup daerah luka, membungkus dan memfagosit setelah netrofil dan basofil (Pearce, 2002). Diferensiasi dini dari sel stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai sel stem commited. Selain sel-sel commited untuk membentuk sel darah merah, terbentuk pada dua silsilah utama dari sel darah putih, silsilah mielositik dan limfositik. Silsilah mielositik dimulai dengan mieloblas dan silsilah limfositik yang dimulai dengan limfoblas (Guyton, 1997). Granulosit dan monosit hanya ditemukan pada sumsum tulang. Limfosit dan sel plasma teritama diproduksi dalam organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil dan berbagai kantung jaringan limfoid dimana saja dalam tubuh, terutama dalam sumsum tulang dan plak player dibawah epitel dinding usus(Guyton, 1997). Sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, terutama granulosit, disimpan dalam sumsum sampai mereka diperlukan di sistem sirkulasi. Kemudian bila kebutuhannya meningkat, bermacam-macam factor 8
menyebabkan granulosit dikeluarkan. Dalam keadaan normal, granulosit yang bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira 3X jumlah yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit dalam 6 hari (Guyton, 1997). Limfosit sebagian besar disimpan dalam berbagai area jaringan limfoid kecuali pada sedikit limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah. Megakariosit juga dibentuk dalam sumsum tulang dan merupakan bagian dari kelompok mielogenosa dalam sumsum tulang. Megakariosit ini lalu pecah dalam sumsum tulang, menjadi fragmen kecil yang dikenal dengan platelets atau trombosit yang selanjutnya masuk ke dalam darah (Guyton, 1997). Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Luekosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius, jadi, menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada (Guyton, 1995). Komposisi sel darah putih dengan nilai normalnya yaitu Leukosit pada manusia memiliki nilai normalnya 5000 – 10.000/μL, dimana leukosit terdiri dari granular meliputi netrofil 60 – 70%, eosinofil 2 – 4%, basofil 0.5 – 1%; dan Agranular meliputi limposit 20 – 25% dan monosit 3 – 8% (Azhar, 2009). Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000—30.000/μl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 — 38.000 /μl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 — 11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 — 10.0004/μ1.’ Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl4 (Miale, 1972).
9
Penyakit yang disebabkan akibat kelebihan sel darah putih yaitu leukemia atau kanker darah yang merupakan sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup (Azhar, 2009). Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh. Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis (Ahmadi, 2010).
10
3. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT :
Blood lancet
Kapas
Haemocytometer IMPROVED NEUBAEUR
Mikroskop
Bilik hitung
Cover glass
B. BAHAN :
Alkohol 70%
Larutan Hayem
Larutan Turk
Darah probandus
Air
11
4. PROSEDUR KERJA
A. Menghitung jumlah eritrosit Jumlah eritrosit dapat dihitung dengan Haemocytometer. Pipet pengencer yang digunakan mempunyai skala 101 dengan inti gelas berwarna merah. 1. Ujung jari diolesi dengan alkohol 70 %, ditusuk dengan lanset steril dan biarkan darah keluar tanpa harus dipijit 2. Kemudian darah dihisap dengan pipet pengencer hingga skala 0,5. Kemudian isaplah larutan hayem, hingga tepat pada skala 101 3. kemudian pegang kedua ujung pipet dengan jari dan dikocok secara hatihati selama 2 menit 4. Setelah itu tetesan pertama dari pipet tersebut dibuang 5. kemudian sampel diteteskan, dan dibiarkan suspensi tersebut mengalir dengan sendirinya disekeliling counting chambers 6. Diamati sel serta jumlahnya dengan bantuan mikroskop 7. Dibiarkan 1-2 menit supaya sel-sel mengendap 8. Pengamatan dilakukan pada 5 kotak R yaitu 4 kotak ditiap ujung dan 1 kotak paling tengah.
B. Menghitung jumlah leukosit Perhitungan jumlah eritrosit dilakukan degan Haemocytometer. Pipet pengencer mempunyaui skala 11 dengan inti gelas berwarna putih. 1. Ujung jari diolesi dengan alkohol 70 % 2. Kemudian ditusuk dengan lanset steril dan biarkan darah keluar tanpa harus dipijit 3. Kemudian darah dihisap dengan pipet pengencer hingga skala 0,5. 4. Kemudian dihisaplah larutan turk, hingga tepat pada skala 11. 5. kemudian pegang kedua ujung pipet dengan jari dan dikocok secara hatihati selama 2 menit 6. Setelah itu tetesan pertama dari pipet tersebut dibuang 7. kemudian sampel diteteskan, dan dibiarkan suspensi tersebut mengalir dengan sendirinya disekeliling counting chambers 8. kemudian diamati sel serta jumlahnya dengan bantuan mikroskop. 12
9. Dibiarkan 1-2 menit supaya sel-sel mengendap 10.
Pengamatan dilakukan pada 5 kotak W yaitu 4 kotak ditiap ujung.
C. DATA HASIL PERCOBAAN
13
D. PEMBAHASAN Praktikum menghitung jumlah eritrosit mempunyai tujuan mengetahui jumlah eritrosit pada manusia. Pada praktikum ini ditentukan probandusnya yaitu Slamet Sumarko dan Fita Hadimarta, tuntuk mengetahui jumlah eritrosit pada laki – laki dan perempuan. Ujung jari tengah atau jari manis dibersihkan dengan alkohol 70%. Larutan alkohol 70% berwarna bening dan bersifat disinfektan, yaitu mencegah timbulnya mikroorganisme yang tidak dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar ujung jari praktikan menjadi steril dan tidak infeksi. Jari yang dipakai adalah jari tengah atau jari manis tangan kiri hal ini dikarenakan pada jari tersebut memiliki saraf sedikit. Pada percobaan ini digunakan tangan kiri karena jaringan epidermis pada tangan kiri lebih tipis dibandingkan tangan kanan sehingga pembuluh darah lebih cepat terluka dan darah lebih cepat keluar. Jari ditusuk dengan jarum lanset. Penusukan ini bertujuan untuk membuat luka (merusak) pembuluh darah sehingga darah mengucur keluar. Jarum yang digunakan pada masing-masing probandus harus baru sehingga tidak terjadi infeksi atau pencampuran darah yang tidak homogen. Kemudian dengan cepat darah yang mengucur keluar dihisap dengan pipet thoma hingga skala 0,5. Setelah itu, dengan segera dilanjutkan menghisap larutan hayem hingga skala 101. Larutan hayem yang memiliki fungsi antara lain mengencerkan darah, merintangi pembekuan, bentuk bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan trombosit lenyap. Komposisi larutan hayem adalah Natrium sulfat kristal (5,0 gram), natrium klorida (1,0 gram), merkuri klorida (0,5 gram) dan air suling (200 ml). Setelah diencerkan dengan larutan hayem maka pipet dikocok secara horisontal agar tercampur sempurna. Tetes pertama dan kedua dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini dilakukan agar dalam hemaecitometer benar benar mengandung sel darah merah bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem dimasukkan kedalam hemacytometer untuk diamati dan dihitung jumlah eritrositnya. Praktikum menghitung jumlah leukosit cara yang dilakukan sama dengan praktikum menghitung jumlah eritrosit. Larutan Turk berfungsi untuk pengenceran, melisiskan eritrosit, dan mencegah koagulasi darah, selain itu larutan Turk berfungsi sebagai pewarna leukosit karena adanya gentian violet yang terkandung dalam larutan Turk tersebut. 14
Pengenceran untuk eritrosit darah yang diambil dalam praktikum ini sampai menunjukkan skala 0,5 pada pipet thoma dan cairan pengencer sampai angka 101 maka darah dalam bulatan 0,5 bagian dan pengencer 95 bagian. Maka pengenceran darah dikatakan sampai 200 kali. Untuk leukosit karena jumlah leukosit sedikit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, maka pengenceran yang dilakukan juga lebih kecil yaitu 20 kali. Akibatnya pipet thoma yang digunakan memiliki skala maksimum yang lebih kecil, yaitu 11, sedang skala maksimum pipet thoma untuk eritrosit adalah 101. Kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm). Kotak ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm) karena ukuran leukosit lebih besar dibandingkan eritrosit dan jumlahnya juga jarang maka ktak pengamatannya juga harus lebih besar sehingga mudah untuk diamati. Kotak R digunakan untuk eritrosit karena eritrosit ukurannya lebih kecil daripada leukosit. Jika eritrosit diamati pada kotak W akan terlalu banyak sel yang terlihat dan luas daerah hitung terlalu besar sehingga akan menyulitkan perhitungan. Sel darah normal berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira 7,8 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau jurang. Volume rata-rata sel darah merah adalah 90 samapi 95 mikrometer kubik. Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler (Guyton, 1997). Eritrosit (sel darah merah) memiliki fungsi antara lain mentranspor oksigen melalui pengikatan oksihemoglobin
dan
mentranspor
karbondioksida
melalui
pengikatan
karbominohemoglobin serta mengatur pH darah (Hidayati, 2005). Sel-sel darah merah juga mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonik anhidrase, yang mengkatalisis reaksi antara karbondioksida dan air, sehingga meningkatkan kecepatan reaksi bolak-balik ini beberapa ribu kali lipat (Guyton, 1997). Sel darah putih atau leukosit berwarna bening, ukurannya lebih besar daripada sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap mm3 darah terdapat 6.000 sampai 10.000 sel darah putih. Fungsi umum dari sel darah putih yaitu melindungi tubuh dari infeksi (Evelyn, 2002). Sel darah putih terdiri dari 2 macam yaitu :
15
a.
Granulosit : memiliki granula sitoplasma. Terdiri dari neutrofil,
eusinofil, dan basofil b.
Agranulosit : tanpa granula sitoplasma. Terdiri dari limfosit dan monosit
(Hidayati, 2005). Monosit dan neutrofil adalah fagosit, yang menelan dan mencerna bakteri dan serpihan sel- sel mati dari tubuh. Sel darah putih menghabiskan sebagian besar waktu di luar system sirkulasi, berkeliling di dalam cairan interstitial dan system limfatik untuk melawan pathogen (Campbell, 2004). Pada praktikum ini ada dua larutan yang digunakan yaitu larutan hayem yang digunakan sebagai larutan pengencer untuk menghitung eritrosit sedangkan pada leukosit larutan yang digunakan adalah larutan turk. Larutan Hayem terdiri dari Natrium Sulfat yang merupakan zat anti koagulan yang akan mencegah terjadinya aglutinasi. Selain itu Natrium Sulfat 5 gr berfungsi untuk melisiskan leukosit dan trombosit, sehingga yang dapat diamati eritrosit sja. Larutan Natrium clorit 1 gr bersifat isotonis pada eritrosit (Syaifuddin,1997). Kandungan
lain
adalah
formalin
40
%
yang
berfungsi
untuk
mengawetkan/mempertahankan bentuk discoid eritrosit. Kandungan larutan Hayem ini mengakibatkan larutan Hayem dikenal sebagai larutan Formasitrat. Fungsi dari larutan hayem antara lain adalah : 1.
Isotonis pada eritrosit
2.
Untuk pengencer eritrosit
3.
Merintangi pembekuan
4.
Memperjelas bentuk eritrosit
5.
Mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak menyebabkan
aglutinasi ( Syaifuddin,1997 ) Pada leukosit, digunakan larutan Turk, karena larutan ini terdiri atas asam asetat 2 % berfungsi untuk melisiskan trombosit dan eritrosit, sehingga hanya leukosit yang bisa diamati; dan gention violet 1 % yang memberikan warna ungu muda pada inti dan sitoplasma granula leukosit, sehingga jelas dibawah mikroskop dan memudahkan perhitungan. Untuk pengenceran leukosit, darah yang keluar dari luka dihisap hingga skala 0.5. Lalu dihisap larutan Turk hingga skala 11. Yang berarti dalam praktikum ini digunakan pengenceran 20 kali. Larutan turk ini berfungsi sebagai : 1.
Memberi warna putih pada inti dangranula eritrosit 16
2.
Memecah eritrosit dan granula tetapi tidak memecah leukosit
( Syaifuddin,1997 ) Jumlah sel eritrosit dan leukosit pada manusia berbeda – beda, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: a.
Nutrisi, bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan memiliki sel darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan nutrisi.
b.
Usia / umur, jumlah eritrosit pada bayi yang baru lahir yaitu 6,83 juta / ml. Ketika bayi tersebut tumbuh eritrositnya berkurag menjadi sampai 4 juta / ml, kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat sekitar 4,5 juta / ml.
c.
Faktor lingkungan, di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki sel darah. Hal ini dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan oksigen lebih banyak sehingga tubuh akan meningkatkan produksi eritrosit lebih banyak agar hemoglobin dapat lebih banyak mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein yang mengandung senyawa hemin yang mengandung besi yang memilki daya ikat terhadap oksigen dan karbondioksida (Kimball , 1996).
d.
Aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi yang banyak sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.
e.
Jenis kelamin, perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit) lebih sedikit daripada laki – laki. Hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada perempuan ketika menstruasi.
f.
Kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu teknis, sampling, peralatan. Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat mengambil darah atau larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume pengenceran, penyedotan yang terlalu kuat sehingga volume darah yang diambil tidak sesuati dengan skala yang ditentukan, pengocokan yang kurang homogen menyebabkan sel darah akan sulit diamati karena bertumpuk atau tidak ada karena yang masuk pada haemacytometer adalah larutan pengencernya. Kesalahan peralatan bisa dikarenakan mikroskop yang memiliki fokus kurang tepat sehingga sel darah sulit diamati, pipet toma yang digunakan tidak berfungsi dengan baik sehingga sulit digunakan dalam penyedotan darah dan larutan pengencernya. Kesalahan sampling antara lain pada jari terdapat alkohol yang belum kering sehingga membuat darah yang keluar cepat beku, terdapat air pada pipet toma yang baru dibersihkan. 17
Hasil perhitungan yang dilakukan diketahui jika jumlah eritrosit Probandus (islami) adalah 3.361.077,5/ml. Jumlah eritrosit normail pada wanita sehat adalah 3,6 juta-5,6 juta sel/mm3 Hasil perhitungan leukosit pada Probandus (islami) yaitu 6.333,33/ ml. Jumlah yang ditunjukkan sel darahnya normal karena jumlah leukosit normal berkisar antara 4000 – 11.000/ml.
E. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum menghitung jumlah eritrosit dan leukosit sebagai berikut : jumlah eritrosit Probandus (islami) adalah 3.361.077,5/ml. Jumlah eritrosit normail pada wanita sehat adalah 3,6 juta-5,6 juta sel/mm3, Hasil perhitungan leukosit pada Probandus (islami) yaitu 6.333,33/ ml. Jumlah yang ditunjukkan sel darahnya normal karena jumlah leukosit normal berkisar antara 4000 – 11.000/ml. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, aktivitas, jenis kelamin, nutrisi, berat badan, dan faktor lingkungan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata R. 1989. Penuntun Laboratorium Klinik, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
Linman JM. Hematology Physiologic, Pathophysiologic and Clinical Principles, 1st . Ed., New York: MacMillan Publishing Co, 1975;p 495.
Miale JB. Laboratory Medicina Hematology. 4th .Ed. St. Louis; The C.V. Mosby Companya, 1972; p 759.
Campbell et all. 2008. Biology Eight Edition. Benjamin Cummings: San Fransisco
Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran. Penerbit EGC, Jakarta
Hidayati, Dewi. (2006). Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi FMIPA-ITS, Surabaya
Kimball, Jhon W, (1993). Biologi, Jilid 2, Erlangga, Jakarta
Pearce, Evelyn. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Buku Kedokteran EGC:Jakarta
19
View more...
Comments