Laporan Isi

July 19, 2018 | Author: Arif Susetyo | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan Sootblower Versi Lomba Karya Inovasi...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan pembangkit yang paling besar perannya dalam memenuhi kebutuhan

listrik di Indonesia terutama wilayah JAMALI.

Salah satu PLTU yang yang berada di Jawa adalah PLTU Pembangkitan Tanjung Jati B. PLTU Pembangkitan Tanjung Jati B terdiri dari 2 unit beroperasi sebesar 2x660 MW dan 2 unit dalam proses pengerjaan sebesar 2x660 MW, yang ditargetkan akan beroperasi (COD) pada bulan Oktober 2011 dan Januari 2012. Sampai saat ini PLTU Pembangkitan Tanjung Jati B membantu pasokan daya listrik kedalam sistem JAMALI sampai dengan 9%, jika 4 unit beroperasi akan meningkat menjadi 11%. Melihat besarnya kontribusi PLTU Pembangkitan Tanjung Jati B terhadap keandalan sistem JAMALI, maka kondisi pembangkit diharuskan andal juga. Untuk menjaga keandalan pembangkit, kondisi penyebab matinya (shut down) pembangkit down) pembangkit harus dikurangi seoptimal mungkin. Penyebab berhentinya (shut down)  suatu pembangkit bisa disebabkan oleh faktor kesengajaan atau ketidaksengajaan. Faktor kesengajaan disebabkan oleh adanya program pemeliharaan pembangkit yang merupakan suatu keharusan untuk menjaga agar kondisi mesin tetap andal dan beroperasi secara optimal, dimana kondisi shut down  tidak dapat dihindari. Penyebab lainnya adalah faktor ketidaksengajaan, berhenti beroperasinya suatu pembangkit lebih disebabkan oleh gangguan-gangguan yang tidak  terduga. Faktor gangguan ini dapat dikurangi pengaruhnya terhadap keandalan pembangkit setelah gangguan ini terjadi. Artinya gangguan dapat dikurangi atau dihilangkan melalui analisa penyebab gangguan untuk mendapatkan pemecahan masalah tersebut. Salah satu faktor ketidaksengajaan yang pernah terjadi di PLTU Pembangkitan Tanjung Jati B unit 1 adalah gangguan kerja pada wall sootblower (sootblower IR 881B)  disebabkan oleh patahnya coupling pin yang pin  yang mengakibatkan bocornya pipa dinding boiler (boiler wall tube). Sootblower 

berfungsi membersihkan jelaga pada dinding boiler

1

dengan menyemprotkan media uap. Ketika proses pembersihan selesai, sootblower  kembali ke posisi semula. Dalam perjalanannya menuju posisi semula, coupling pin patah pin  patah sehingga nozzle  masih tersangkut di dalam boiler dan terus menyemprotkan uap. Akan tetapi kondisi gangguan ini tidak terdeteksi oleh operator di CCR  (Central Control Room) . Sootblower  terus menyemprotkan uap sampai mengakibatkan kebocoran pada pipa dinding boiler yang menyebabkan forced outage  pada pembangkit untuk perbaikan. Berdasarkan gangguan tak terduga tersebut, perlu adanya suatu kajian pemecahan masalah untuk mencegah gangguan tidak terulang kembali. 1.2 Tujuan 

Mengembangkan sistem pengendalian sootblower IR 881B  yang memungkinkan DCS untuk mendeteksi semua modus kegagalan



Meningkatkan keandalan unit dan citra perusahaan



Memperkecil biaya perbaikan dan pemeliharaan

1.3 Metodologi 1.3.1 Lingkup Karya Inovasi ini difokuskan pada pengembangan sistem pengendaliani sootblower untuk  sootblower  untuk  mencegah terjadinya kegagalan kerja (tersangkut tanpa bisa dimonitor) sehingga kejadian kebocoran pipa dinding boiler dapat dihindari. 1.3.2 Sumber Data Sumber data dalam proses pembuatan karya inovasi ini diperoleh dari studi perpustakaan, laporan dan data operasi dan pemeliharaan PLTU, observasi lapangan dan wawancara langsung dengan personil terkait.

2

BAB II DASAR TEORI

Sootblower  Sootblower 

adalah alat yang berfungsi untuk membersihkan jelaga pada dinding boiler

dengan cara menyemprotkan uap panas, dan alat ini didesain untuk beroperasi 3 kali sehari. Sootblower  dapat dioperasikan melalui perintah dari DCS melalui PLC dengan rangakaian pengendali sebagai penggeraknya.

Rangkaian Listrik  Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu lintasan tertutup. Berbicara mengenai Rangkaian Listrik, tentu tidak dapat dilepaskan dari pengertian dari rangkaian itu sendiri, dimana rangkaian adalah interkoneksi dari sekumpulan elemen atau komponen penyusunnya ditambah dengan rangkaian penghubungnya dimana disusun dengan cara-cara tertentu dan minimal memiliki satu lintasan tertutup. Dengan kata lain hanya dengan satu lintasan tertutup saja kita dapat menganalisis suatu rangkaian.  Yang dimaksud dengan satu lintasan tertutup adalah satu lintasan saat kita mulai dari titik  yang dimaksud akan kembali lagi ketitik tersebut tanpa terputus dan tidak memandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang ditempuh.

SWITCH

LAMPU

AC

Gambar 2.1 Rangkaian tertutup

3

BAB III PEMBAHASAN

3.1  Kronologi Kebocoran Pipa Boiler  Pada tanggal 4 november 2010, diketahui bahwa sootblower IR sootblower  IR 881B pada riser wall  sisi utara Unit 1 tersangkut pada posisi menyemprot.

Setelah sootblower  dikembalikan

kepada posisi menutup secara manual, masih terdengar suara dari daerah sootblower  yang diduga merupakan kebocoran pipa boiler.

Setelah dikonfirmasi akan adanya

kebocoran, maka pada tanggal 5 November 2010 pukul 00:29, Unit 1 de-sinkron dari sistem jawa bali (TJBPS Distrubance Report TJB-PR-0632-ROO). TJB-PR-0632- ROO). Observasi visual boiler dalam kondisi shutdown menujukkan shutdown  menujukkan terjadinya kebocoran pada pipa dinding boiler tepat disamping sootblower  IR 881B. Setelah air di boiler dikosongkan, maka dimulai pemotongan pipa boiler, tanggal 5 November 2010 malam hari. Dari pipa yang telah dilepas, terdapat 4 lubang yang berasal dari penipisan pipa dinding boiler akibat kegagalan kerja sootblower.

Gambar 3.1 Kebocoran Riser Walltube sisi utara (5 november 2010)

4

3.2  Proses Operasi Sootblower 

Gambar 3.2 Sootblower tipe Sootblower  tipe IR 881B yang mengalami malfungsi

Gambar 3.3 Skema Mekanisme Motor penggerak sootblower  penggerak  sootblower 

5

IR887B CONTROL ELEMENTARY POWER BUS 3380VAC, 3ø 50hZ

FUSE

P176

F

R

START

D176

R

LSF

F

LSF

F

F R

LSR

LSR G176 MOTOR

A1

Gambar 3.4 Rangkaian daya dan pengendali sootblower existing 

Sootblower beroperasi Sootblower  beroperasi dengan menyemprotkan uap air bertekanan kedalam pipa dinding boiler untuk membersihkan abu akibat hasil pembakaran batu bara.

Mekanisme

penyemprotan sootblower adalah sootblower  adalah sebagai berikut: 1. Saat tombol “start” ditekan, arus listrik akan mengalir melalui limit switch forward  (LFR) dan (LFR)  dan mengaktifkan koil F (forward) sehingga (forward)  sehingga kontaktor F motor akan tertutup dan Motor akan berputar menggerakkan screw tube  dan cam , maka nozzle  akan masuk kedalam ruang boiler. 2. Bersamaan dengan masuknya nozzle 

kedalam ruang boiler, maka cam  akan

membuka trigger , dan poppet valve terbuka, valve  terbuka, sehingga uap panas tersalurkan melalui gooseneck , dan disemprotkan oleh nozzle menuju nozzle  menuju pipa dinding boiler. 3. Dan ketika motor berputar maju dan trip pin  mengenai limit switch forward  (LSF) , (LSF)  , maka LSF akan terbuka sedangkan LSR tertutup sehingga arus listrik mengalir melalui LSR dan mengaktifkan koil R (rear)  R  (rear) sehingga sehingga kontaktor R motor akan tertutup dan motor akan berputar berlawanan menarik kembali nozzle , trigger akan trigger  akan terlepas dari cam sehingga cam sehingga aliran uap air berhenti. Sedangkan motor akan berhenti ketika trip  6

pin  mengenai limit switch rear (LSR)  sehingga memutus arus listrik yang melewati rangkaian pengendali. Operator akan menerima informasi bahwa motor dan sootblower  telah berhenti bekerja melalui kondisi sinyal listrik yang tidak terkirim ke PLC dan DCS dikarenakan limit switch rear (LSR) terbuka. (LSR)  terbuka.

3.3  Kegagalan Kerja Sootblower  Pada salah satu siklus operasi sootblower 

IR 881B yaitu proses motor menarik 

sootblower  setelah selesai membersihkan jelaga boiler, terjadi patah pada coupling pin  penghubung antara gear reducer shaft  dan blower drive shaft . Meskipun motor terus berputar, blower drive shaft  akan tetap diam. Hal ini menyebabkan tertinggalnya nozzle  didalam boiler dalam posisi terus menyemprotkan uap. Akan tetapi status sootblower  terdeteksi normal dengan kondisi posisi limit switch rear (LSR)  terbuka. Terbukanya LSR  disebabkan motor terus berjalan normal sampai trip pin  mengenai (mengaktuasi) LSR. Posisi nozzle yang nozzle  yang terus menyemprot uap panas mengakibatkan erosi pada pipa dinding boiler. Tabel 3.1 Logika sistem pengendalian sootblower yang terpasang RETRACT CIRCUIT L OGIC TABLE Kondisi Aktual Soot

Retract

Retract pin patah

Extend Pin patah

blower

Normal

(Tersangkut Posisi

(Tersangkut Posisi

Extend)

Retract)

Extend Normal

Existing LSR (NC)

Open

Open

Closed

Closed

Kondisi Retract circuit

Open

Open

Closed

Closed

CCR Reading

Circuit active

Circuit Active

Circuit Inactive

Circuit Inactive

FORWARD CIRCUIT LOGIC TABLE Existing L.S (NC)

Closed

Closed

Open

Open

Kondisi Extend Circuit

Closed

Closed

Open

Open

CCR Reading

Circuit

Circuit Inactive

Circuit Active

Circuit Active

Retract / Stop

Retract / Stop

Extend / Run

Extend / Run

Normal

Erosi Pipa

Sootblower fail start

Normal

TIDAK TERDETEKSI

TIDAK TERDETEKSI

Inactive

CCR SOOTBLOWER STATUS Efek Kepada Boiler

7

Kesimpulan dari bocornya pipa dinding boiler adalah sistem pengendalian kerja dari sootblower  kurang memadai. Sistem pengendalian yang ada lebih fokus pada putaran timing gear  (motor) yang mengaktuasi limit switch . Padahal bagian paling utama dari sootblower  adalah pergerakan nozzle (screw tube&cam)  yang berfungsi utama mengalirkan uap panas.

3.4   Aplikasi Proximity Proximity Switch Switch dan Relay  Relay  Metode yang telah dilakukan untuk memonitor kegagalan kerja sootblower  ini adalah penambahan proximity switch dan relay . Proximity switch ini switch  ini berfungsi untuk memonitor pergerakan nozzle  melalui pembacaan lempengan yang ikut bergerak bersama nozzle . Penambahan proximity switch  ini memungkinkan DCS untuk mendeteksi semua modus kegagalan kerja sootblower . sootblower .

Jenis

: Proximity Switch Tipe NBB5-18GM60-WO Spesifikasi : I = 200mA V = 230 VAC

Gambar 3.5 Pemasangan proximity switch pada switch  pada sootblower  Proximity  tipe induksi ini merupakan jenis Normally Closed , dan akan berubah status ketika mendeteksi metal dalam radius lebih 5 mm dari muka detektor.

Gambar 3.6 Relay yang Relay yang ditambahkan pada LSR 

8

IR887B CONTROL ELEMENTARY POWER BUS 380VAC, 3 ø, 50Hz

FUSE

P176

R

F

START

D176

R

LSF

F

LSF

F

F R

LSR

LSR G176

P

MOTOR

P A1

P PS

Gambar 3.7 Modifikasi rangkaian daya dan pengendali sootblower  Perbedaan antara rangkaian existing  dengan modifikasi adalah adanya penambahan proximity switch (PS)  dilengkapi dengan 2 kontaktor relay  (P) yang dipasang seri. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, rangkaian modifikasi mampu mendeteksi modus-modus kegagalan kerja sootblower  sebagai berikut : 1. Couple pin  patah ketika nozzle  akan bergerak maju, maka kondisi LSR tertutup dan kedua kontaktor relay (P) relay  (P) terbuka maka rangkaian sinyal akan selalu terbuka. Kondisi ini dapat termonitor sebagai fail to start  oleh operator di CCR. Kegagalan ini dapat mengambat proses pembersihan jelaga pada pipa dinding boiler. 2. Couple p in in patah ketika nozzle tertinggal dan masih menyemprotkan uap panas. Kondisi rangkaian sinyal adalah posisi LSR terbuka akan tetapi kedua kontaktor relay  (P) tertutup maka rangkaian sinyal akan tertutup. Jika dalam waktu 3 menit (elapsed  time) rangkaian time) rangkaian sinyal masih tertutup, operator akan menganggap ini sebagai kondisi yang abnormal. 3. Jika terjadi kerusakan pada proximity switch (PS) tertutup, kondisi LSR terbuka dan kedua kontaktor relay (P) relay (P) selalu tertutup maka rangkaian sinyal akan selalu tertutup. Kondisi ini dapat termonitor sebagai elapsed time oleh time oleh operator di CCR.

9

Tabel 3.2 Logika kerja sootblower dengan proximity switch dan switch  dan relay  RETRACT CIRCUIT LOGIC TABLE Kondisi Aktual

Retract

Retract pin patah

Retract Normal

Extend Pin patah

Extend

Extend Normal

Soot blower

Normal

(Tersangkut

(Kabel P.S

(Tersangkut

Normal

(Kabel L.S

Posisi Forward)

putus)

Posisi Retract)

Open

Open

Open

Closed

Closed

Closed

Relay  1 (NC)

Open

Closed

Closed

Open

Closed

Closed

Relay  2(NC)

Open

Closed

Closed

Open

Closed

Closed

Proximity

Energized

De-Energized

De-Energized

Energized

De-

De-Energized

Existing L.S

Putus)

(NC)

Switch Kondisi

Energized

Open

Closed

Closed

Open

Closed

Closed

Circuit

Circuit Inactive

Circuit Inactive

Circuit Inactive

Circuit

Circuit Inactive

Retract circuit CCR Reading

active

Inactive

EXTEND CIRCUIT LOGIC TABLE Existing L.S

Closed

Closed

Closed

Open

Open

Open

Closed

Closed

Closed

Open

Open

Open

Circuit

Circuit Inactive

Circuit Inactive

Circuit Active

Circuit

Circuit Active

(NC) Kondisi Extend Circuit CCR Reading

Inactive

Active

CCR

Retract /

Elapsed time

Elapsed Time

Failed To Start

Forward /

Forward

SOOTBLOWER

Stop

Alarm

Alarm

Alarm

Run

NORMAL

Erosi Pipa

Sootblower

Sootblower tidak

NORMAL

(Penyebab

Tidak

Beroperasi

muncul pada

Bocor)

termonitor

TERDETEKSI

kondisi retract

TERDETEKSI

TERDETEKSI

STATUS Efek Kepada Boiler

Alarm akan

TERDETEKSI

Dari analisa dan percobaan, disimpulkan bahwa modifikasi sistem pengendalian ini dapat mendeteksi status-status abnormal sebagai berikut : 1. Sootblower tersangkut Sootblower  tersangkut pada posisi maju (forward)  2. Sootblower tersangkut Sootblower  tersangkut pada posisi mundur (retract)  3. Kegagalan kerja proximity switch 

10

BAB IV  MANFAAT DAN ANALISA RESIKO

4.1  Manfaat Non Finasial  Modifikasi sistem pengendalian sootblower  IR881B memiliki IR881B  memiliki manfaat non finansial antara lain : 1. Meringankan proses pekerjaan operator  Yang semula operator operator harus melakukan pengecekan tiap sootblower  di area lokal boiler ketika terjadi kegagalan kerja sootblower  (tiap unit pembangkit ada 32 sootblower). Dengan adanya modifikasi sistem pengendalian ini, semua modus kegagalan kerja akibat couple pin  patah dapat langsung termonitor di CCR. Operator dapat langsung menuju ke salah satu sootblower yang sootblower  yang mengalami kegagalan. 2. Loss aviability  pembangkit turun. Akibat kegagalan kerja sootblower ini, faktor ketersediaan pembangkit menjadi berkurang sebesar 7,49%. Jika Loss aviability  pembangkit turun maka akan meningkatkan keandalan unit dan citra perusahaan. 3. Kesempatan produksi kWh meningkat  Akibat kegagalan kerja sootblower  ini, unit pembangkit mengalami kehilangan produksi

kWh

sebesar

35.636,94

MWh.

Dengan

adanya

modifikasi

sistem

pengendalian ini, kesempatan produksi kWh akan meningkat.

4.2  Manfaat Finansial  Kegagalan kerja sootblower IR 801B 

ini menyebabkan kerugian-kerugian terhadap

kondisi finansial PLTU Tanjung Jati B. Berasarkan kondisi ini, akan dibandingkan antara kerugian yang dialami dengan biaya investasi untuk modifikasi sistem pengendalian kerja sootblower adalah sootblower  adalah sebagai berikut : 1. Biaya modifikasi sistem pengendalian kerja sootblower IR 801B  Biaya modifikasi meliputi biaya pengadaan proximity switch , relay  dan biaya pemasangan. Biaya modifikasi tiap sootblower mencapai sekitar Rp 3.000.000,-. Total biaya yang dikeluarkan untuk modifikasi sistem pengendalian kerja sootblower IR  801B 2 801B 2 unit pembangkit mencapai Rp. 216.000.000,1 unit pembangkit = 36 sootblower 11

Jumlah biaya modifikasi = jumlah unit x jumlah sootblower per unit x Rp. 3.000.000,= 2 x 36 x Rp. 3.000.000,= Rp. 216.000.000,Start

Coupling Pin

Kerusakan

Coupling Pin

Patah pada

pada proximity 

Patah pada

Posisi Forward 

switch

Posisi Retract 

Elapsed time

Failed to Start

Alarm @ DCS

Alarm @ DCS

Sootblower dinonaktifkan

Reparasi Lokal Sootblower

(BIAYA)

Normal Operation

Gambar 4.1 Flowchart jika terjadi kegagalan pada modifikasi sistem pengendalian sootblower IR 881B  2. Kerugian – kerugian akibat kegagalan kerja sootblower IR 801B  

Produksi energi yang tidak terjual Selama proses perbaikan pipa dinding boiler yang bocor akibat kegagalan kerja sootblower, kesempatan produksi energi yang hilang sebesar 35.636,94 MWh. Kerugian finansial

= kWh yang hilang x harga listrik per kWh = 35.636.940 kWh x Rp. 500,-/kWh = Rp. 17.818.470.000,-

12



Biaya perbaikan  Yang dimaksud biaya perbaikan disini adalah biaya yang dibutuhkan dibutuhkan untuk  perbaikan pipa dinding boiler yang bocor akibat semprotan uap panas yang terus menerus. Total biaya perbaikan sebesar Rp. 50.000.000,-.



Pemakaian solar untuk start-up  untuk  start-up  Setelah proses perbaikan pipa dinding boiler selesai, mesin pembangkit siap dioperasikan kembali (start-up). Proses start-up  sendiri membutuhkan solar sebanyak 80,82 ton atau 94,35 m3 atau 94350 Liter. Biaya pemakaian solar

= Volume solar x Harga solar industri = 94350 Liter x Rp. 8.000,-/Liter = Rp. 754.800.000,-

Karena unit mengalami shut down, maka terdapat batu bara yang tidak terbakar selama shutdown. shutdown. Hal ini menjadi biaya yang tidak dikeluarkan, dikeluarkan, sehingga sehingga menjadi faktor pengurang dalam perhitungan kerugian. Batu bara yang tidak terbakar = Pemakaian Batu Bara x Lama Shutdown x Harga Batu bara = 281.25 Ton/Jam x 54 Jam x Rp750.000/ Ton = Rp 11.390.625.000

Total kerugian

= Produksi energi yang tidak terjual + Biaya perbaikan + Pemakaian solar untuk  start-up  –  Batu Bara yang tidak  terbakar = Rp. 17.818.470.000+ Rp. 50.000.000 + Rp. 754.800.000 Rp 11.390.625.000 = Rp 7.232.645.000

13

Start

Coupling Pin Coupling Pin

Patah pada

Patah pada

Posisi Retract

Posisi Forward Sootblower tidak aktif  karena tersangkut pada Sootblower terus

osisi Istirahat

menyemprot karena tersangkut posisi Semprot

Terjadi slagging pada walltube, menghambat transfer panas, dan terjadi

Walltube

thermal stress

mengalami Erosi, terjadi Kebocoran Walltube Retak dan bocor akibat thermal stress

Pemakaian Make Up Water naik Terdeteksi kebocoran

Shutdown

(KERUGIAN) Pekerjaan Reparasi

(BIAYA) Start Up

(BIAYA)

Normal Operation

Gambar 4.2 Flowchart jika terjadi kegagalan pada sistem pengendalian sootblower IR 881B existing  881B  existing  14

4.3   Analisa Resiko  Resiko  Modifikasi Modifika si sistem pengendalian ini dapat bekerja lebih baik, baik, dan dapat mendeteksi kegagalan kerja sootblower IR 801B  yang tidak dapat dideteksi oleh sistem penngendalian penngendalian yang sudah ada (existing). Resiko yang diberikan oleh modifikasi ini rendah, karena modifikasi merupakan pertambahan sistem pengendalian yang sudah ada tanpa mengubah sistem existing . Berikut adalah tabel perbandingan skenario kegagalan kerja sootblower IR 801B  antara sistem pengendalian modifikasi dengan existing. Tabel 5.1 Analisa resiko kegagalan kerja Kejadian Patah couple pin  sootblower pada sootblower  pada posisi maju (forward) 

Modifikasi sistem pengendalian Elapsed Time Alarm  @ DCS 

Sistem pengendalian existing  Erosi Pipa boiler yang dapat menyebabkan bocor dan shutdown bila shutdown bila tidak  terdeteksi Elapsed Time Alarm  Bocor boiler akibat thermal  @ DCS  stress yang stress  yang tidak terdeteksi

Patah couple pin  sootblower pada sootblower  pada posisi mundur (retract)  Malfungsi alat Failed to Start  pengaman Sootblower   Alarm @ DCS  DCS 

-

15

BAB V  KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan  Penyebab shutdown  Unit 1 pada tanggal 4 November 2010 adalah kegagalan kerja sootblower yang tidak terdeteksi lebih awal akibat sistem pengendalian sootblower IR  881B yang 881B  yang kurang memadai. Hal ini menyebabkan unit s hutdown selama hutdown  selama 54 Jam, hilang produksi energi sebesar 35,636.94 MWh, dan kehilangan availability sebesar 7,49% (TJBPS Disturbance report TJB-PR-0632-R00). Shutdown  akibat kebocoran pipa dinding boiler tersebut dapat dihindari dengan melakukan modifikasi sistem pengendalian sootblower IR 881B. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan menambahkan proximity  switch dan switch  dan relay pada relay  pada rangkaian pengendalian. Berdasarakan hasil pengujian yang telah dilakukan, modifikasi ini mampu mendeteksi semua modus kegagalan kerja sootblower  IR 881B  secara cepat akibat couple pin patah. pin  patah. Dari segi finansial, biaya modifikasi 2 unit pembangkit hanya sebesar Rp. 216.000.000,- jauh lebih murah dibandingkan dengan kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan kerja

sootblower IR 881B  sebesar

Rp.7.232.645.000,-. 5.2  Saran  Modifikasi sistem pengendalian kerja sootblower IR 881B  merupakan salah satu solusi akibat

dari couple pin  patah.

Untuk

kedepannya,

sistem

pengendalian

dapat

dikembangkan lebih lanjut menyesuaikan gangguan lain yang terjadi pada sootblower IR  881B .

16

DAFTAR PUSTAKA Kevin R. Sullivan. Understanding Relays. Autosh Relays. Autoshop101.c op101.com, om, Allright Allright Reserved Reserved

17

LAMPIRAN A TIM INOVASI PLTU TANJUNG JATI B : 1. M. ARIF SUSETYO

8510765-Z

2. SUTOMO

8510223-Z

1. NAMA/NIP

: M. ARIF SUSETYO / 8510765-Z

2. Tempat, tgl lahir

: Jakarta, 9 Juli 1985

3. Jenis Kelamin

: Laki-laki

4. Pendidikan terakhir : S-1 Teknik Mesin 5. Jabatan/Peringkat Jabatan/Pe ringkat : Assistant Engineer Operasi Pembangunan Proyek  PT.PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B

1. NAMA/NIP

: SUTOMO / 8510223-Z

2. Tempat, tgl lahir

: Lamongan, 04 Oktober 1985

3. Jenis Kelamin

: Laki-laki

4. Pendidikan terakhir : S-1 Teknik Fisika (Instrumentasi & Kontrol) 5. Jabatan/Peringkat Jabatan/Pe ringkat : Assistant Engineer Operasi Pembangunan Proyek  PT.PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B

18

LAMPIRAN B Proses Perbaikan Boiler Walltube yang Walltube yang bocor dan Sootblower IR 811B 

1

3

2

BOILER WALLTUBE BOCOR

SOOTBLOWER DILEPAS

7

WALLTUBE DIPOTONG 6

SOOTBLOWER DENGAN PROXIMITY

4

5

WALLTUBE DIGANTI

LUBANG PADA WALLTUBE

WALLTUBE YANG RUSAK

19

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF