Laporan Iodoform Nia Dan Jimmy
May 9, 2017 | Author: Jimmy Bayu Wibowo | Category: N/A
Short Description
segala tentang iodoform...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II “IODOFORM”
KELOMPOK : 4 1. Bayu Sugio Wibowo ( 1130152 / D ) 2. Nia Ayu Tantha Aulia ( 1130159 / D )
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA BAB I 1
TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mampu menjelaskan reaksi haloform, terutama reaksi iodoform 2. Mampu menjelaskan cara rekristalisasi dengan pelarut etanol dan air 3. Mendapatkan kristal iodoform yang berwarna kuning
BAB II PROSEDUR
2
In a 500 cc Florence flask place 10 g of iodine and pour on to this 10 g of acetone. Add in small portions and with constant shaking, as much as is needed of a solution made up of 20 cc of 8 N sodium hydroxide solution and 80 cc of water. If the flask becomes hot to the hand, cool it at once with running water. When sufficient sodium hydroxide solution has been added set the flask aside. No free iodine should be present at this time, nor any suggestion of brown colour in the liquid. Look carefully on the bottom of the flask for unattacked iodine. After 5 minutes collect the yellow precipitate, using the small Buchner funnel. Place filtrate at once in bottle labeled “Iodoform filtrate.” Wash the solid on the funnel with a little water. The compound is then to be dissolved in the smallest possible quantity of hot ethyl alcohol as follows: put the iodoform in a small flask arranged for refluxing (see Expt.19). Pour a few cc of alcohol down the condenser (no flames within 6 ft), and warm on the electric hot plate or the steam-bath, shaking the flask at times. When the mix is warm add a little more alcohol, then wait till it becomes hot to see whether enough has been added to dissolve all (there will always be a few shreds of filter paper, etc, which should not be mistaken for iodoform). Do not heat longer than necessary and avoid actual boiling if it possible. When enough solvent (about 40 cc) has been added to dissolve all the iodoform at the boiling point of the solution, add about 2 cc, additional solvent, then filter the hot solution through a fluted filter paper, using a funnel previously warmed over the hot plate or steam-bath. Caution : do not inhale the vapor from the solution. Cover the filtered solution and set aside to cool slowly. In 15 minutes add about 25 cc of water, meanwhile stirring vigorously to completely precipitate the iodoform, then filter with the Buchner funnel. Wash the crystals on the funnel with a few drops of cold alcohol (cut of suction during the washing). Remove the crystals from the filter paper and spread them on the fresh, dry piece of filter paper. The best way to remove paper from the Buchner funnel is to hold it over a clean filter paper and blow gently through the steam. The end of the funnel-steam should first be washed so that no chemical can get on the lips. Any crystals remaining in the funnel are removed with knife or spatula. The crystals are to be placed in the desiccator. Place an identification slip in the desiccator. Products in course of preparation should always be labeled; do not rely on the memory.
3
The bottom of desiccator should contain granules of calcium chloride to a depth of about 15 mm. The melting point and weight of the preparation will be determined after it is dry, at the next laboratory period. For directions for melting point determinations see Expt.4. Submit the product in a sample bottle, properly labeled (see Expt.18, p.46).
BAB III DASAR TEORI 3.1 Haloform
4
Reaksi haloform adalah salah satu reaksi organik tertua. Pada tahun 1822 Serullas mereaksikan etanol dengan iodium dan sodium hidroksida dalam air menjadi sodium format dan iodoform, pada saat itu disebut sebagai hydroiodide of carbon. Pada tahun 1831 Justus Liebig melaporkan reaksi dari klorida dengan kalsium hidroksida menjadi kloroform dan kalsium format. Reaksi ini ditemukan kembali oleh Adolf Lieben pada tahun 1870. Tes Iodoform juga disebut reaksi haloform Lieben. Tinjauan reaksi haloform dengan bagian sejarahnya diterbitkan pada tahun 1934. Reaksi haloform adalah reaksi kimia dimana haloform (CHX3, dimana X adalah halogen) dihasilkan oleh halogenasi lengkap dari metil keton (sebuah molekul yang mengandung gugus R-CO-CH3) dalam suasana basa. Iodoform termasuk senyawa haloform selain kloroform dan bromoform. Iodium adalah salah satu zat bakterisit terkuat (sudah efektif pada kadar 2- 4 mcg/ml air = 2- 4 ppm), dengan daya kerja cepat. Hampir semua kuman patogen, termasuk fungi dan virus, dimatikan olehnya. Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama : larutan 2% memerlukan waktu 2-3 jam. Iod merupakan antiseptikum yang sangat efektif untuk kulit, maka sebagai tingtur iod banyak digunakan untuk desinfeksi kulit sebelum injeksi atau pembedahan, juga untuk mengobati infeksi karena fungi (derato mikosis) 3.2
Sifat-sifat Iodoform Iodoform termasuk senyawa haloform selain kloroform dan bromoform. Haloform
dapat terbentuk bila halogen direaksikan dengan senyawa metil keton. Sehingga halogen α dapat digunakan sebagai dasar uji iodoform untuk senyawa-senyawa metil keton. Senyawa dari iodoform adalah CHI3. Bentuknya berupa kristal berwarna kuning, mudah menguap, dan baunya menusuk. Iodoform dapat disamakan dengan klorofom. Iodoform agak larut dalam gliserol, petroleum eter atau alkohol (78g/l pada suhu 25ºC), rata-rata larut dalam kloroform, asam asetat dan eter (136g/l pada suhu 25ºC) dan sangat mudah larut dalam benzena dan aseton (120g/l pada suhu 25ºC). Iodoform dapat disintesis dari reaksi haloform dengan mereaksikan Iod dan NaOH dengan salah satu dari empat macam senyawa organik di bawah ini : Metil keton
: CH3COR, di mana R adalah suatu rantai samping organik.
Asetaldehid
: CH3CHO
Etanol
: CH3CH2OH
5
Alkohol sekunder : CH3CHROH, di mana R adalah suatu gugus alkil atau aril. Iodoform test biasa dipakai untuk mengetahui suatu metil keton dan alkohol sekunder yang mempunyai gugus metil yang berdekatan dengan karbon yang memuat gugus hidroksil, jika metil keton berbentuk larutan maka akan terbentuk endapan berwarna kuning. Alkohol dioksidasi menjadi metil keton oleh iodin. Iodinasi terjadi terutama pada
Iodoform
gugus
metil.
Pemutusan
menghasilkan
garam
karboksilat dan
iodoform.
Hasil
positif
ditunjukkan
oleh
adanya
endapan
kuning pucat-
pasi
dari
triiodometana IUPAC name
(yang dulunya iodoform)
Triiodomethane
-
Other names Iodoform, Methyl triiodide, Carbon triiodide, TIM
dapat dikenali
Identifiers
disebut CHI3.
Selain
dari warnanya,
triiodometana
CAS number
75-47-8
juga
dikenali
PubChem
6374
aromanya yang
ChemSpider
6134
UNII
KXI2J76489
"obat".
EC number
200-874-5
KEGG
D01910
ChEBI
CHEBI:37758
RTECS number
PB7000000
Jmol-3D images
Image 1
mirip
dari aroma
Properties Molecular
CHI3
formula Molar mass
393.73 g/mol
Appearance
Yellow crystals
Density
4.008 g/cm3
Melting point
123 °C
Boiling point
217 °C (expl.)
Solubility inwater 0.1 g/L at 20 °C (slightly soluble in glycerol and petroleum ether; moderately soluble in chloroformand acetic acid, highly soluble inbenzene, ethanol (78 g/L at 25 °C), acetone (120 g/L at 25 °C) and ether (136 g/L at 25 °C)) log P
3.83
kH
0.34 mol.kg-1.bar-1 Structure
Crystal structure
Hexagonal
Molecular shape
Tetrahedral
6 Hazards
EU classification Harmful (Xn), Dangerous for the environment (N)
dapat
O R
C CH3
+ I2
NaOH
CHI3
+
O R
iodoform (Kuning)
C
ONa
Tabel 3.1 Tabel Sifat Iodoform
3.3
Reaksi Iodoform
Gambar 3.2 Gambar Reaksi yang Terjadi Pereaksi yang kita gunakan adalah larutan iodin , aseton dan natrium hidroksida. Tahap pertama melibatkan substitusi ketiga atom hidrogen dalam gugus metil dengan atom-atom iodin. Keberadaan ion-ion hidroksida cukup penting untuk berlangsungnya reaksi - ion-ion ini terlibat dalam mekanisme reaksi. Pada tahap kedua, ikatan antara C I3 dan ikatan lainnya pada molekul terputus menghasilkan triiodometana (iodoform) dan garam dari sebuah asam. Jika semua persamaan ini digabungkan, persamaan lengkap diperoleh sebagai berikut:
7
Beberapa peraksi dapat mengubah iodoform menjadi diiodometan. Selain itu, dapat juga mengubah iodoform menjadi karbondioksida. Iodoform dapat bereaksi dengan AgNO3 menghasilkan karbonmonoksida, yang dioksidasi oleh campuran antara H 2SO4 dan iodium pentaoksida. Reaksi haloform dari iodine dan sodium hidroksi encer disebut reaksi iodoform. Reaksi iodoform sering digunakan struktur determinasi karena reaksi iodoform ini memberikan identifikasi untuk 2 gugus di bawah ini:
-C-CH3
dan - CH-CH3
║
│
O
OH Gugus –COCH3 atau –CHOHCH3 berfungsi untuk mengikat aril, alkil,
atau hidrogen. Jadi, etil alkohol dan asetaldehid memberikan hasil positif pada tes iodoform. CH3-C-H ║
I2(berlebih)
HC-O--+ CHI3
NaOH/H2O
║
O
O
asetaldehid OH │ CH3-C-H │
I2(berlebih)
HC-O- + CHI3
NaOH/H2O
║
H
O
Etil alkohol Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki alkohol untuk pembuatan iodoform Etanol merupakan satu-satunya alkohol primer yang menghasilkan reaksi triiodimetana (iodoform).
8
Jika "R" adalah sebuah gugus hidrokarbon, maka dihasilkan alkohol sekunder. Banyak alkohol sekunder yang dapat menghasilkan reaksi triiodometana, tetapi semuanya memiliki sebuah gugus metil terikat pada karbon yang memiliki gugus -OH. Tidak ada alkohol tersier yang bisa mengandung gugus ini karena tidak ada alkohol tersier yang bisa memiliki sebuah atom hidrogen terikat pada karbon yang memiliki gugus -OH. Tidak ada alkohol tersier yang dapat menghasilkan reaksi triiodometana (iodoform). Iod Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut, dan sebagai iodat dalam garam Chili (guano). Berbagai bentuk kehidupan laut mengkonsentrasikan iod. Produksi I 2 menyangkut baik mengoksidasi I- ataupun mereduksi iodat menjadi I- diikuti oleh oksidasi. MnO2 dalam larutan asam biasanya digunakan sebagai pengoksidasi. Iod adalah padatan hitam dengan sedikit kilap logam. Pada tekanan atmosfer, seperti CS2 dan CCl4, larutan semacam itu berwarna merah lembayaung, seperti dalam uapnya. Dalam pelarut-pelarut polar, hidrokarbon tidak jenuh, dan SO 2 cair, terbentuk larutan coklat atau coklat kemerahjambuan. Warna-warna ini menunjukan
pembentukan kompleks lemah I2…S, yang dikenal sebagai
kompleks penyerahan muatan. Energy ikatan adalah hasil dari penyerahan sebagian dari muatan dalam arti I2-S+. kompleks-kompleks I2 dan juga Br2, Cl2, dan ICl kadang-kadang dapat diisolasi sebagai padatan Kristal pada suhu rendah. Iod membentuk kompleks biru dengan pasti, dimana atom iod terarah dalam saluran-saluran polisakarida amylose. Keton Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah gugus karbonil (O=C) yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun senyawa kimia yang mengadung gugus karbonil. Keton memiliki rumus umum: R 1(CO)R2. Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari asam karboksilat, aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa beroksigen lainnya. Ikatan ganda gugus karbonil membedakan keton dari alcohol dan eter.
9
Keton yang paling sederhana adalah aseton (secara sistematis dinamakan 2propanon). Atom karbon yang berada di samping gugus karbonil dinamakan karbon-α. Hydrogen yang melekat pada karbon ini dinamakan hydrogen-α. Dengan keberadaan asam katalis, keton mengalami tautomerisme keto-enol. Reaksi dengan basa kuat menghasilkan enolat.
a. Sifat-sifat fisika Gugus karbonil bersifat polar, sehingga mengakibatkan senyawa keton polar. Gugus karbonil akan berinteraksi dengan iar melalui ikatan hydrogen, sehingga keton larut dalam air. Ia merupakan akseptor ikatan hydrogen, dan bukannya donor, sehingga ia tidak akan membentuk ikatan hydrogen dengan dirinya sendiri. Hal ini membuat keton lebih mudah menguap daripada alcohol dan asam karboksilat. b. Keasaman Hydrogen-α keton lebih asam (pKa=20) daripada hydrogen alkana biasa (pKa=50). Hal ini disebabkan oleh stabilisasi resonansi ion enolat yang terbentuk ketika berdisosiasi. Keasaman relative hydrogen-α sangatlah penting dalam reaksi enolisasi keton dan senyawa karbonil lainnya. c. Sifat-sifat spektroskopi Spektroskopi adalah salah satu cara yang penting untuk mengin=dentifikasi keton. Keton dan aldehida akan menunjukkan puncak yang signifikan pada spektroskopi infremerah di sekitar 1700 cm-1 (agak tinggi atau rendah, bergantung pada lingkungan kimiawi). d. Aplikasi keton sering digunakan pada pargum dan cat untuk menstabilisasi ramuan lainnya sehingga tidak berdegradasi dengan cepat. Kegunaan lainnya adalah sebagai pelarut dan zat antara dalam industry kimia. 3.2 Rekristalisasi Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dengan cara mengkristalisasi kembali dari cairan pelarut atau campuran pelarut, melarutkan Kristal dalam pelarut panas (atau
10
campuran pelarut), kemudian mendinginkan larutan secara perlahan sampai terbentuk Kristal yang murni. Metode Rekristalisasi: Rekristalisasi langsung dari pelarut (tunggal atau campuran) Rekristalisasi dengan cara penguapan Rekristalisasi dengan cara presipitasi Rekristalisasi atas dasar reaksi asam basa Tujuan Rekristalisasi: Menghilangkan kotoran yang dihasilkan selama reaksi baik mekanis maupun fisis Mendapatkan kristal yang bagus Proses rekristalisasi terdiri dari: Melarutkan zat yang belum murni ke dalam pelarut yang cocok pada atau dekat titik didihnya Menyaring larutan panas dari partikel-partikel/kotoran-kotoran/bahan yang tidak larut Pendiaman larutan panas menjadi dingin, sehingga terbentuk kristal Pemisahan kristal dari larutan induk Pengeringan
BAB IX GAMBAR PEMASANGAN ALAT
11
I. Penyediaan Alat
6 ml aseton
etanol
3,2 gram NaOH
5 gram iodium
II. Cara Kerja
aqua dem
air 10 ml
6 ml aseton 5 g iodium
3,2 gram NaOH
larutkan NaOH digoyang-goyang sampai larut
camp iodium + aseton pipet NaOH
aquadem NaOH dipipet ditambahkan sedikit demi sedikit sampai warna coklat menjadi tidak berwarna saring dengan corong buchner
dinginkan dengan air keran
camp. iodium + aseton + NaOH + aqua dem
dihubungkan dg labu isap
kristal iodium
12
REKRISTALISASI
etanol panas
corong kaca
kristal iodium
kapas
kristal iodium
etanol
magnetic bar
magnetic panaskan etanol stirer etanol+kristal iod +air dingin air dingin
dihubungkan dg labu isap
kapas camp. etanol+ kristal iod
saring dg corong buchner
dicuci dg beberapa tetes etanol sumbat gabus
kristal iod
timbang hasil dikeringkan dalam oven
13
BAB X HASIL PRAKTIKUM
Hasil teoritis
: 2.58 g
Hasil praktikum
: 2.15
Presentase hasil
: 2.15 g / 2.58 g X 100% = 83.33 %
Titik didih teoritis
: 120°C
g
14
BAB XI PEMBAHASAN
15
Iod adalah padatan hitam dengan sedikit kilap logam. Pada tekanan atmosfer ia menyublim
tanpa
meleleh.
Segera
melarut
dalam
pelarut
non
polar.
Iodoform merupakan senyawa yang dibentuk dari treaksi antara iodin dengan etanol/ aseton dan asetildehida dalam suasan basa. Untuk membuat iodoform dari aseton digunakan reaksi elektrofilik. Iodoform termasuk senyawa haloform selain kloroform dan bromoform. Haloform dapat terbentuk bila halogen direaksikan dengan senyawa metil keton. Sehingga halogenasi α dapat digunakan sebagai dasar uji iodoform untuk senyawasenyawa metil keton. Reaksi iodoform adalah suatu reaksi yang spesifik untuk gugus metil keton. Gugus metil dari suatu metil keton diiodinasi dalam suasana basa sampai terbentuk iodoform (CHI3) padat berwarna kuning. O R-C-CH3 + I2
O CHI3 + R-C-ONa iodoform (kuning)
Pada percobaan ini aseton berfungsi sebagai gugus metil keton kemudian direaksikan dengan iodium dalam suasana basa oleh NaOH menghasilkan iodoform. Iodoform berwarna kuning pucat, kristal, substansi tidak stabil,memiliki bau, sejalan dengan khloroform, rasa agak manis, digunakan sebagai obat dalam penyembuhan dan antiseptik untuk luka luka. Aseton yang digunakan diencerkan terlebih dahulu untuk mencegah penguapan karena aseton memiliki sifat mudah menguap sehingga dengan adanya penambahan air, diharapkan dapat memperkecil penguapan sehingga volume dari aseton yang dibutuhkan dalam reaksi tidak berkurang. Oleh karena itu dalam percobaan ini setelah iodoform habis bereaksi harus segera ditambahakan air dengan tujuan supaya menyempurnakan kristal yang dihasilkan.
16
Kegunaan NaOH yaitu: sebagai suasana basa dalam reaksi iodoform, sebagai oksidator yang akan bereaksi dengan I2 membentuk NaIO, kemudian terurai menjadi NaI dan O yang memiliki sifat sebagai oksidator yang mengubah aseton menjadi triiodoaseton, dan sebagai nukleofil yang menyerang atom karbonil sehingga membentuk keton yang terhalogenasi dan ion Cl3 yang tidak stabil yang segera membentuk CHI 3 (iodoform). Setelah iodoform habis bereaksi, harus segera ditambahkan sejumlah air karena bila iodoform telah habis bereaksi berarti sudah terbentuk kristal iodoform. Penambahan air diperlukan untuk mengurangi oksidasi iodium oleh cahaya sehingga kristal yang dihasilakan bagus. Dilakukan penambahan air banyak dengan segera setelah terjadi Kristal iodoform juga dengan maksud mengencerkan NaOH yang mungkin berlebih. Jadi mengurangi kecepatan hidrolisisnya iodoform yang terjadi dengan NaOH. Kristal segera disaring agar filtrat tidak bereaksi alkalis lagi, karena dengan adanya suasana alkalis maka pada rekristalisasi dengan alcohol maka iodoform akan terurai dan kemungkinan akan dibebaskan iodium yang terlihat dengan berwarna coklatnya larut. Faktor -faktor yang menyebabkan kegagalan terbentuknya iodoform: Penimbangan yang tidak tepat dan kurang akurat Suasananya kurang basa, penambahan NaOH harus tepat karena jika terlalu sedikit, suasananya menjadi kurang basa dan akibatnya kristal yang terbentuk sedikit. Sedangkan bila berlebih, iodoform akan larut dalam NaOH Reaksi antara aseton dan iodium kurang sempurna sehingga tidak semua reaksinya membentuk iodoform Dapat pula dikarenakan iodium menguap Rekristalisasi adalah pemurnian zat padat dimana dalam keadaan panas larut dalam suatu pelarut tertentu, tetapi dalam keadaan dingin atau pada suhu kamar, zat atau kristalnya akan terjadi cara rekristalisasi dengan memanaskan pelarut tertentu yang sesuai ( dalam hal ini etanol panas). Etanol dipanaskan di atas hot plate sebanyak 42 ml (berdasarkan kelarutan di pustaka 1:16) dengan diberi corong yang sudah disumbat dengan kapas. Etanol dipanaskan di atas hot plate, bukan di atas api bebas karena etanol
17
sifanya mudah terbakar. Masukkan kristal iodoform yang sudah disaring tersebut kedalam Erlenmeyer, yang kemudian dilarutkan dalam etanol panas. Dilarutkan dalam etanol panas karena apabila etanol dalam keadaan dingin akan mengurangi kelarutan iodoform sehingga larutan yang terbentuk menjadi keruh. Jika etanol ditambahkan berlebih maka kristal iodoform yang larut saat panas nantinya akan sulit mengendap atau mengkristal kembali. Metode Rekristalisasi: Rekristalisasi langsung dari pelarut (tunggal atau campuran) Rekristalisasi dengan cara penguapan Rekristalisasi dengan cara presipitasi Rekristalisasi atas dasar reaksi asam basa Tujuan Rekristalisasi: Menghilangkan kotoran yang dihasilkan selama reaksi baik mekanis maupun fisis Mendapatkan kristal yang bagus Proses rekristalisasi terdiri dari: Melarutkan zat yang belum murni ke dalam pelarut yang cocok pada atau dekat titik didihnya Menyaring larutan panas dari partikel-partikel/kotoran-kotoran/bahan yang tidak larut Pendiaman larutan panas menjadi dingin, sehingga terbentuk kristal Pemisahan kristal dari larutan induk Pengeringan Setelah itu ditambahkan air dan segera disaring dengan corong Buchner, hasil kristal yang terbentuk dikeringkan dalam oven 40oC lalu ditimbang.
18
View more...
Comments