Laporan Indikator Korosi.doc
March 26, 2018 | Author: Nelsarahmita_170694 | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Indikator Korosi.doc...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KOROSI LABORATORIUM PENGENDALIAN KOROSI SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2014/2015
MODUL
: Indikator Korosi
PEMBIMBING Praktikum
: : 08 Oktober2014
Penyerahan : 16 Oktober 2014 Oleh : Kelompok : VI Nama
Kelas
: 1. Mira Lestari Safitri
NIM 121411051
2. M. Rohmatulloh Insan K
NIM 121411052
3. Nelsa Rahmita
NIM 121411053
: 3B
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2014
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaam indikator dilakukan untuk menerangkan daerah-daerah logam yang mana yang bersifat anodik dan yang mana yang bersifat katodik, serta untuk melihat suatu keberhasilan untuk dikurangi laju korosinya dengan proteksi katodik. Elektrolit agar-agar digunakan supaya laju perpindahan produk reaksi yang terbentuk pada permukaan logam dapat dihambat. Percobaan ini dilakukan untuk menambah penjelasan tentang mekanisme korosi galvanik dan mekanisme terbentuknya sel elektrokimia logam homogeny. 1.2 Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasi korosi logam berdasarkan indikator dengan menunjukan daerah yang bersifat anodik dan katodik pada logam homogen. 2. Menuliskan reaksi anodik dan katodiknya.
BAB II LANDASAN TEORI
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimiadengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam yang dari bijih mineralnya. Contohnya bijih besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Deret volta dan persamaan Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi (Anonim, 2008). Korosi dipandang sebagai peristiwa elektrokimia, karena proses korosi melibatkan adanya transfer elektron dari elektroda negarif (anoda) menuju elektroda positip (katoda) Proses korosi di lingkungan basah atau lingkungan air dapat dijelaskan sebagai berikut: Besi di lingkungan asam akan melibarkan reaksi Anoda
; Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e- (oksidasi)
Katoda
2H+ (aq) → 2H(aq) ( reduksi )
Atom-atom H bergabung menghasilkan H2 :2H(aq) → H2(g) atau Atom-atom H bergabung dengan oksigen
2H(aq) + ½ O2(aq) → H2 O(l)
Jika konsentrasi H+ cukup tinggi (pH rendah), terjadi reaksi : Fe + 2H+ (aq) → 2H(aq) + Fe2+ (aq) dan 2H(aq) → H2(g) Reaksi keselurahan logam besi dalam larutan asam dapat dituliskan : Fe + 2H+ (aq) Fe 2+ (aq) + H2 (g) Untuk lingkungan air teraerasi atau air yang mengandung oksigen atau udara lembab , maka reaks korosi yang terjadi antara logam besi dengan lingkungan dapat dituliskan Anodik
Fe Fe 2+ + 2e
Katodik
H2O + ½ O2
2 OH -
Adanya ion Fe2+ dan ion hidroksida (OH-) di permukaan logam, bereaksi membentuk Fe(OH) 2, yang
juga bereaksi dengan oksigen dan membentuk karat (coklat keerah-merahan ) yang
menempel di permukaan logam dengan reaksi Fe (OH)2 + O2 (g)→ Fe (OH)3 Reaksi totalnya menjadi
2Fe2O3. x H2O(s)
4Fe(s) + 3O2(aq) + 2 H2 O(l) → 2Fe2O3 xH2O(s)
Reaksi reduksi oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara pereaksi, yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya, istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut dengan oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baik oksigen maupun hidrogen yang tidak ambil bagian belum bisa dikelompokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum definisi oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron, disusun orang (Svehla, 1990). Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan pendek dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan lainnya sebagai anoda, dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran electron menuju besi itu sendiri. Sel elektrokimia terbentuk pada bagian logam dimana terdapat pengotor atau di daerah yang terkena tekanan (Oxtoby, dkk., 1999). Hambatan terhadap korosi pada besi tuang kelabu yang terendam dalam air, relatif baik bila dibandingkan dengan hambatan pada baja lunak. Hambatan terhadap korosi dan kekuatan bahan ini ditingkatkan sedikit dengan menambahkan 3 persen nikel. Ketahanannya terhadap tumbukan juga dapat ditingkatkan dengan mengubah prosedur pengecoran sehingga menghasilkan steroid-steroid grafit alih-alih serpih-serpih yang normal, bila besi mengalami korosi, serpih-serpih grafit seringkali tetap mencuat di permukaan, dan secara berangsur membentuk lapisan yang lebih mulia dan kaya akan karbion pada logam tersebut (Chamberlain, 1991). Aluminium adalah logam yang dangat reaktif. Kalau berada di lingkungan yang menghasilkan oksigen, logam ini bereaksi untuk membentuk sebuah selaput tipis oksida yang transparan di seluruh permukaannya yang terbuka. Selaput ini mengendalikan laju korosi dan melindungi logam di bawahnya. Oleh karena itu, komponen-komponen yang terbuta dari aluminium dan paduan-paduannya bisa memiliki umur panjang, Jika selaput itu rusak dan tidak dapat dipulihkan lagi, korosi logam ini akan berlangsung cepat sekali. Tembaga murni adalah logam yang sangat lunak dan mudah ditempa. Logam ini biasanya dipadukan dengan sedikit
logam lain seperti Be, Te, Ag, Cd, As, dan Cr untuk mengubah sifat-sifatnya pada penerapanpenerapan tertentu, sambil tetap memperahankan ketahanan terhadap korosinya yang istimewa dalam kondisi-kondisi kerja yang lebih buruk (Chamberlain, 1991). Tembaga, adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur pada suhu yang sangat tinggi, yakni 1038 oC. Karena potensial elektrod standarnya positif, yaitu (+0,34 untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990). Zink adalah logam yang putih kebiruan, logam ini cukup mudah untuk ditempa dan liat. Zink melebur pada suhu 410oC. Dan mendidih pada 906oC. Logamnya murni melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali. Adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini, mempercepat reaksi. Ini menjelaskan larutnya zink-zink komersial (Svehla, 1990). Besi yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Ia melebur pada suhu 1535oC. Jarang terdapat besi komersial yang murni, biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur pada 1038o+C. Karena potensial elektroda standarnya positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990). Pada sebuah generator untuk cairan logam, sebagai raktor, terjadi penentrating selama transfer panas, yang akan menyebabkan tingginya suhu air agar dapat dituang pada natrium suhu rendah dengan mengisi bagian kosong pada tube, pada proses ini akan terjadi korosi, yang kemudian akan berakibat pada keadaan ekonomi dan pemasaran generator ini, sehingga perlu adanya sebuah prosedur baru untuk kemudian mencegah berlanjutnya proses korosi, diantaranya adalah dengan pengetesan reaksi natrium dengan air, dll (Hamada dan Tanabe, 2004). BAB III METODELOGI 3.1 Alat dan Bahan
Alat Spesimen Fe (2 buah) Spesimen Cu Cawan Petri (2 buah) Hot Plate
Bahan Kimia Agar-agar (2 gram) Kalium Ferricyanida (0,06 gram) Kaliumm Ferrocyanida (0,06 gram) Garam NaCl (0,1 gram) Phenolphtalein (3 tetes)
Gelas Kimia 500 mL Gelas Kimia 250 mL Gelas Ukur 250 mL Botol Semprot Magnetic Stirrer Spatula
3.2 Prosedur Kerja 3.2.1 Persiapan Spesimen Mengamplas specimen Fe dan Cu
3.2.2 Persiapan Larutan Menimbang bahan – bahan
Mencuci spesimen Fe dan Cu
Mengeringkan spesimen Fe dan Cu
Mengamplas kawat tembaga dalam kabel
Mengikis 4 bagian spesimen Fe (2)
Menghubungkan specimen Fe (1) dan Cu dengan menggunakan kabel Melarutkan bahan hingga mendidih
Mendinginkan larutan hingga 60˚C
Menambahan 3 tetes Phenolphtalein
3.2.3 Pelaksanaan Proses Indikator Menyiapkan cawan petri sebanyak 2 buah
Meletakkan spesimen Fe dan Cuke dalam cawan petri
Menunggu larutan membeku, tutup cawan
Menunggu larutan membeku, tutup cawan
Mengamati selama 3 hari
Meletakkan specimen Fe ke dalam cawan petri
Menuangkan larutan ke dalam cawan petri sampai spesimen terendam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Kondisi awal sebelum diberi larutan agar
Specimen yang digunakan adalah logam Fe dan
Spesimen yang digunakan merupakan logam Cu
logam Cu. Kedua specimen tersebut dihubungkan
dan disimpan dalam cawan petri
menggunakan kawat dan disimpan dalam cawan petri. Hari pertama
Pada hari pertama mulai terlihat warna biru muncul pada logam Fe. Hal tersebut menunjukan bahwa Fe bersifat anodic sedangkan pada logam Cu terjadi perubahan warna menjadi pink dan hal tersebut menunjukan bahwa Cu bersifat katodik.
Belum terjadi perubahan warna pada logam Cu
Hari kedua
Pada hari kedua warna biru pada logam Fe
Belum terjadi perubahan warna pada logam Cu
semakin banyak, begitu pula dengan warna pink pada logam Cu Hari Kelima
Pada hari kelima warna bitu pada logam Fe dan warna
Pada hari kelima sudah mulai terlihat perubahan
pink pada logam Cu semakin banyak, bahkan untuk
warna pada logam Cu menjadi warna pink pada
warna pink pada logam Cu sudah mulai menyebar
beberapa sisi. Hal tersebut menunjukan
mendekati logam Fe.
daerah yang mengalami korosi tersebut merupakan anodic.
View more...
Comments