Laporan Ilmu Nutrisi Ternak
September 30, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Ilmu Nutrisi Ternak...
Description
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ILMU NUTRISI TERNAK
Oleh : FERDIAN REZA SAPUTRA 202010350311074
JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2021
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Ferdian Reza Saputra
NIM
: 202010350311074 202010350311074
Jurusan
: Peternakan
Fakultas
: Pertanian – Peternakan Peternakan
Mata Praktikum
: Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak
Laporan Praktikum ini telah diterima sebagai persyaratan untuk mengikuti ujian akhir praktikum pada program studi Peternakan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
Asisten I
Asisten II
(Renny Yuliana) 201910350311060
(Muhammad Aziz) 201910350311042
Malang, 30 November 2021 Mengetahui
Kepala, Laboratorium Peternakan
Instruktur Praktikum
Dr. Ir. Khusnul Khotimah, MM. MP NIP: 11091020208
Prof. Dr. Ir. Wahyu Widodo, MS NIDN: 0709016301
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan hidayah Nya dan juga kesehatan akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dengan tepat waktu. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penyusunan Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak ini penulis telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, maka melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Ketua Jurusan Peternakan Dr. Ir. Asmah Hidayati, Hidayati, MP, atas dukungan dukungan dan motivasinya.
2.
Kepala Laboratorium Peternakan dan Nutrisi Dr. Ir. Khusnul Khotimah, MM., MP. atas dukungan dan motivasinya.
3.
Instruktur Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Prof. Dr. Wahyu Wahyu Widodo, MS dan Prof. Dr. Ir. Indah Prihartini, MP atas bimbingan, motivasi, nasehat, dan semangat yang sangat berharga sejak awal hingga terselesainya laporan praktikum ini.
4.
Kakak – kakak kakak asisten yang telah memberikan arahan dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
5.
Semua pihak yang terlibat banyak banyak membantu sehingga laporan praktikum ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan. Karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan praktikum ini Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, 30 November 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN............................................. .................................................................... ..................................... .............. i KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ............................................ ......................... ... ii BAB II ............................................... ...................................................................... ............................................. ............................................. ....................... 15 Bomb Kalorimeter ................................. ....................................................... ............................................ .......................................... .................... 15 BAB III ............................................. .................................................................... ............................................. ............................................. ....................... 19 Analisa Serat Van Soest ............................ .................................................. ............................................ ...................................... ................ 19 BAB IV ............................................. .................................................................... ............................................. ............................................. ....................... 24 Kecernaan Bahan Kering Dan Organik In Vitro ........................................... ................................................... ........ 24 DAFTAR PUSTAKA..................................... PUSTAKA........................................................... ............................................ ................................29 ..........29 LAMPIRAN.................................. LAMPIRAN....... ................................................. ............................................ ............................................ ............................30 ......30
iii
BAB I
Analisa Proksimat Bahan Pakan Ferdian Reza Saputra 202010350311074/3B Laboratorium Nutrisi, Universitas Muhammadiyah Malang (Selasa, 02 November 2021)
Pendahuluan
Analisis
Proksimat
adalah
suatu
metode
analisis
kimia
untuk
mengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Hasil Analisis merupakan kumpulan dari beberapa zat makanan yang mempunyai sifat yang sama (fraksi). Istilah Proksimat mempunyai pengertian bahwa hasil analisis dari metode ini menunjukan nilai mendekati. Hal ini disebabkan dalam satu fraksi hasil analisis masih terdapat zat lain yang berbeda sifatnya dalam jumlah sangat sedikit. Analisis proksimat pada umumnya dipergunakan untuk mengetahui kandungan air, protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), serat kasar dan abu dari bahan pakan maupun pakan. Analisis proksimat merupakan analisis atau pengujian kimia yang dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar st andar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Hasil analisis kandungan zat gizi juga menjadi dasar pemberian biskuit kepada konsumen. Analisis proksimat adalah kunci untuk menetapkan pemanfaatan pema nfaatan bahan tercerna atau energi metabolik makanan, bukan untuk mendefinisikan kandungan zat makanan. Dari hasil analisis proksimat tersebut dapat digunakan untuk penyusunan ransum makanan dengan yang dikehendaki dan dapat mengetahui nilai gizi suatu makanan. Serat Kasar adalah komponen serat yang tidak larut dalam larutan asam maupun basa lemah. Kandungan serat kasar meliputi melip uti selulosa, hemiselulosa, lignin, kutin dan pentosan – pentosan. Kadar serat kasar yang tinggi pada pakan dapat menurunkan daya serap zat-zat makanan lainnya oleh saluran percernaan, dalam arti nilai kecernaannya rendah, Kandungan serat kasar dalam pakan sesuai dengan
1
standar minimal kadar serat kasar dalam pelet udang yaitu < 10 %. Kadar lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan mengekstraksikan bahan pakan dalam pelarut organik. Zat lemak terdiri dari karbon, oksigen dan hidrogen. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni akan tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain. lain-la in. Bahan pakan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh ternak. te rnak. Bahan pakan dapat berasal dari tanaman dan hewan. Bahan organik meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, sedangkan bahan anorganik meliputi mineral. Metode A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Penetapan Kadar Air dan Bahan Kering
1) Cawan porselin 2) Oven 3) Desikator 4) Penjepit 5) Timbangan analitik 2. Penetapan Kadar Abu dan Bahan Organik Or ganik
1) Cawan porselin 2) Tanur 3) Desikator 4) Penjepit 5) Timbangan analitik 3. Penetapan Kadar Serat Kasar
1) Oven 2) Waterbath 3) Timbangan analitik 4) Desikator 5) Penjepit 6) Beaker glass 250 ml 7) Pompa vacuum 8) Erlemneyer untuk menyaring
2
9) Gelas penyaring 4. Penetapan Kadar Lemak Kasar
1) Alat ekstraksi soxhlet 2) Labu khusus untuk lemak 3) Oven 4) Waterbath 5) Timbangan analitik 6) Desikator 7) Penjepit 5. Penetapan Kadar Protein Kasar
1) Timbangan analitik 2) Labu didih kjeldahl (50 ml) 3) Gelas ukur (25 ml, 50 ml) 4) Beaker glass (250 ml) 5) Alat untuk destilasi 6) Pipet volume 5 ml 7) Buret 25 ml B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Penetapan Kadar Air dan Bahan Kering
1) Jagung 2) BKK 3) Bekatul 2. Penetapan Kadar Abu dan Bahan Organik Or ganik
1) Jagung 2) BKK 3) Bekatul 3. Penetapan Kadar Serat Kasar
1) H2SO4 0.255N 2) NaOH 0.313N 3) Kertas saring 4. Penetapan Kadar Lemak Kasar
3
1) Petroleum Benzena, Kloroform,Acetone 99 % (Pro Analisis) 2) Kertas saring whatman 125mm Ø 5. Penetapan Kadar Protein Kasar
1) H2SO4 ( 95 – 95 – 97 97 % ) Pro Analisis 2) Katalisator (bubuk tablet kjeldahl buatan Merck) 3) Aquadest 4) NaOH 50 % 5) HCl 0,1 N 6) Indikator PP 1% 7) NaOH 0,1 N 8) Zink Powder/Zn C. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum ini adalah : 1. Penetapan Kadar Air dan Bahan Kering
1) Cawan porselin kosong dimasukkan dalam oven dengan suhu 105C selama 1 jam. Kemudian cawan diambil menggunakan tang penjepit dan dimasukkan dalam desikator selama + 30 menit (Sama dengan suhu ruang). Kemudian ditimbang dengan teliti dan catat (beratnya = A gram) 2) Timbang sample lebih kurang 2 gram dengan teliti lalu masukkan dalam cawan. dan catat (beratnya = B gram) 3) Selanjutnya cawan yang berisi sampele masukkan dalam oven dengan suhu 105C selama 4 jam (suhu konstant). Kemudian diambil dan dimasukkan dalam desikator (gunakan tang penjepit) selama sela ma + 30 menit (Sama dengan suhu ruang). Dan ditimbang dengan teliti dan catat (beratnya = C gram) 2. Penetapan Kadar Abu dan Bahan Organik
1) Cawan porselin kosong dimasukkan dalam oven dengan suhu 105C selama 1 jam. Kemudian cawan diambil menggunakan tang penjepit dan dimasukkan dalam desikator selama + 30 menit (Sama dengan suhu ruang). Kemudian ditimbang dengan teliti dan catat (beratnya ( beratnya = A gram) 2) Timbang sample/bahan sebanyak 2 gram (B) masukkan dalam cawan porselin tersebut.
4
3) Kemudian masukkan kedalam tanur/furnace dengan suhu 600 C, apabila suhu alat tersebut sudah mencapai 600C baru di hitung selama 1 jam. 4) Setelah selesai tunggu temperatur 100C dan masukkan ke dalam oven selama 1 jam dengan suhu 105C. 5) Masukan dalam desikator + 30 menit (Sama dengan suhu ruang). Setelah dingin timbang berat pengabuan (C). 3. Penetapan Kadar Serat Kasar
1) Sisa sample/bahan hasil ekstrasi lemak yang sudah diketahui beratnya (B gram). 2) Selanjutnya ambil kertas saring dan oven dengan suhu 105C selama 1 jam, kemudian masukkan dalam eksikator
20
menit dan timbang
dengan teliti catat hasilnya (A gram) 3) Masukkan sample kedalam beaker glass 250 ml, tambahkan 200 ml H2SO4 0.255N dan tutup dengan plastik dan diikat dengan karet gelang. 4) Kemudian masukkan kedalam waterbath atau di godok dan dihitung selama 1 jam dari mulai mendidih. Biarkan sampai dingin/hangat setelah itu di saring, sampai residu semua tertinggal di kertas saring. Bilas beaker glass yang masih ada sisasisa residu tadi dengan aquadest 200
ml.
5) Residu yang tertinggal di kertas saring kemudian di ambil dan masukkan beaker glass glass lagi, tambahkan 200 200 ml ml NaOH 0.313N tutup dengan dengan plastik plastik dan karet gelang, kemudian godok dan dihitung selama 1 jam dari mulai mendidih. Biarkan sampai dingin/hangat setelah itu di saring, 4. Penetapan Kadar Lemak Kasar
1) Timbang
2 gram sampel/bahan dengan teliti catat hasilnya dan
masukkan dalam kertas saring (B gram). 2) Masukkan Labu khusus untuk lemak kosong dalam oven dengan suhu 105 C selama 1 jam. kemudian dimasukkan ke dalam eksikator selama + 30 menit (Sama dengan suhu ruang) dan ditimbang dengan teliti dan catat (beratnya A gram).
5
3) Kemudian sample/bahan tersebut dibungkus dengan kertas saring dan masukkan dalam soxlet lemak serta tambahkan
30
ml acetone/ether
kemudian pasang pada alat ekstrasi tersebut. Proses ekstrasi lemak selama 4 jam. 4) Setelah di ekstrasi lemaknya selama 4 jam ambil labu tersebut yang sudah bersisi lemak, selanjutnya masukkan kedalam oven dengan suhu 105C selama 1 jam. 5) Ambil labu lemak dan masukkan ke dalam eksikator selama s elama + 30 menit (Sama dengan suhu ruang) dan ditimbang dengan teliti dan catat (beratnya C gram). 5. Penetapan Kadar Protein Kasar
1) Destruksi (Oksidasi) •
Timbang sample/bahan 0,2 gram dengan teliti dan catat (beratnya
A gram) lalu masukkan dalam labu didih Kjedahl. • Tambahkan 5 ml H2SO4 pekat dan 1 gram/1 sendok kecil katalisator (bubuk tablet Kjeldahl) kemudian masukkan di dalam lemari asam. •
Didestruksi sampai warnanya menjadi hijau jernih dan biarkan dingin.
2) Destilasi (Penyulingan) •
Setelah larutan menjadi jernih dan berwarna hijau dingin, labu destruksi diambil selanjutnya diproses destilasi.
•
. Labu destruksi tersebut ditambah dengan aquadest 50 ml aquadest, usahakan kalau memberi aquadest tiga kali, tetapi volumenya tetap 50 ml, larutan dimasukkan dalam labu destilasi, destilas i, dan ditambah NaOH 50% sebanyak 30 ml.
•
Sulingan/destilat (uap NH3 dan air) ditangkap oleh larutan HCl 0.1N 25 ml yang sudah deberi indikator PP 1% 3 tetes.
•
Hasil sulingan/destilat ditampung dalam beaker glass 250 ml, dihentikan apabila sudah tertampung sebanyak 50 ml.
3) Titrasi
6
•
Kemudian dititrasi dengan 0,1 N NaOH sampai warna berubah menjadi pink merah muda B = ml NaOH 0,1 N.
•
Buat blanko, caranya sama tetapi tidak memakai sample (perlu C ml NaOH 0,1 N
HASIL PRAKTIKUM
Adapun hasil dari praktikum Analisis Proksimat adalah sebagai berikut : Kadar
No.
Sampel
BK
1
Jagung
89,40% 89,40%
10,6% 10,6%
2
BKK
66,65%
3
Bekatul
91,87%
PK
LK
SK
197,2% -97,2% 197,2% -97,2%
98,44% 98,44%
1,5% 1,5%
3,41% 3,41%
33,35%
-9,47%
90,53%
115,12%
1,5%
4,5%
8,13%
15,2%
84,8%
115,15%
3,02%
22,13%
Air
Abu
BO
PERHITUNGAN 1. Penetapan Bahan Kering dan Kadar Air
Diketahui : A. Cawan kosong •
Jagung
= 33,4593
•
BKK
= 41,6670
•
Bekatul
= 41,1290
B. Berat sampel •
Jagung
= 2,07
•
BKK
= 2,00
Bekatul
= 2,08
•
C. Berat sampel setelah di oven •
Jagung
= 35,31
•
BKK
= 43,00
•
Bekatul
= 43,04
Jawab
:
KadarBK =
−
100%%
7
-Jagung
= 35,31 – 35,31 – 33,4593 33,4593 x 100% 2,07 = 89,40% = 43,00 – 43,00 – 41,6670 41,6670 x 100%
-BKK
2,00 = 66,65% -Bekatul
= 43,04 – 43,04 – 41,1290 41,1290 x 100% 2,08 = 91,87%
Kadar Air = 100 – 100 – BK BK = Air% -Jagung
= 100 – 100 – 89,40 89,40 = 10,6% = 100 – 100 – 66,65 66,65
-BKK
= 33,35% -Bekatul
= 100 – 100 – 91,87 91,87 = 8,13%
2. Penetapan Kadar Abu dan Bahan Organik
Diketahui : A. Cawan kosong •
BK
= 21,8505
B. Berat sampel •
BKK
= 2,01
C. Berat sampel setelah di oven •
BKK
= 21,66
Jawab : Kadar Abu =
−
100% = %
= 21,66 – 21,66 – 21,8505 21,8505 x 100% 2,01 = -9,47% Kadar BO = 100 – 100 – ABU ABU = BO% = 100 – 100 – (-9,47) (-9,47) = 90,53%
8
3. Penetapan Serat Kasar
Diketahui : A. Kertas kosong •
Jagung
= 0,9802
B. Kertas saring •
Jagung
= 2,00
C. Berat labu terisi •
Jagung
=1,0484
Kadar SK = C – A A x 100% = SK B = 1,0484 – 1,0484 – 0,9802 0,9802 x 100% 2,00 = 3,41 %
4. Penetapan Lemak Kasar Diketahui :
A. Berat labu kosong •
Jagung
= 50,57
B. Berat sampel •
Jagung
= 2,00
C. Berat labu terisi •
Jagung
= 50,60
Kadar LK = C – A A x 100% = LK B = 50,60 – 50,60 – 50,57 50,57 x 100% 2,00 = 1,5% 5. Penetapan Protein Kasar
Diketahui : A. Berat sampel •
BKK
= 0,20
B. Volume titran = 23,7 C. Titran
= 50
9
Kadar PK = (C – (C – B) B) x N x 14.008 x 6.25 x 10% = PK% A = (50 – (50 – 23,7) 23,7) x 0,1 x 14.008 x 6.25 x 10% 0,20 = 115,12% PEMBAHASAN 1. Penetapan Kadar Air dan Bahan Kering
Kadar air merupakan kandungan air dalam sel dari bahan baku. Kadar air semakin rendah dalam bahan pakan, semakin jauh terhindar dari aflatoksin. Kadar air bila kandungan airnya tinggi, dimungkinkan mudah rusak terkena aflatoksin. Prosedur pengujian kadar air sama dengan dengan pengujian kadar bahan kering/BK. Penetapan kadar bahan kering merupakan salah satu bagian penting dalam analisis proksimat dan secara umum telah banyak dipergunakan dalam pengukuran analitik. Kadar bahan kering sering dipergunakan sebagai indeks daripada kestabilan dan kualitas suatu bahan pakan. Hasil praktikum tersebut didukung oleh jurnal yang menyatakan bahwa Pengukur kadar air pada dasarnya dapat dilakukan mengunakan alat ukur dan pengukuran dengan menggunakan metode oven. Pengukuran dengan metode oven atau pengeringan merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur kadar air dalam suatu pangan dengan prinsip yaitu bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105o C selama sel ama waktu tertentu tert entu serta perbedaan per bedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air bahan tersebut. Ketelitian dan ketepatan penentuan nilai kadar air menggunakan metode oven sudah menjadi acuan Standar Nasional Indonesia, namun demikian penentuan kadar air menggunakan metode oven ini relatif agak rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Terdapat alat ukur kadar air menggunakan teknologi digital yang lebih cepat dan lebih mudah dalam hal pengoperasian dibandingkan perangkat analog. Dengan demikian bahan pangan yang akan digunakan akan lebih cepat diketahui kadar airnya dan konsumen atau para pelaku industi dapat memutuskan proses selanjutnya tanpa membuat resiko bahan pangan akan segera berkurang kualitasnya atau bahkan membusuk (Prasetyo dkk., 2019).
10
2. Penetapan Kadar Abu dan Bahan Organik
Penetapan kadar abu dimaksudkan dim aksudkan untuk mengetahui kandungan komponen yang tidak mudah menguap (komponen anorganik atau garam mineral) yang tetap tinggal pada pembakaran dan pemijaran senyawa organic. Kadar abu yang semakin rendah pada suatu bahan, maka semakin tinggi kemurniannya. Bahan organik adalah organik dapat
semua bahan yang berupa
berasal
dari
tumbuhan/tanaman,
mahluk
hidup.
Bahan
hewan/binatang,
dan
mikroorganisme. Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Hasil praktikum tersebut didukung oleh jurnal yang menyatakan bahwa Rata-rata kadar abu tongkol jagung perlakuan berkisar antara 2,84 sampai s ampai 4,33 %, dengan nilai tengah rata-rata 3,84 %. Rata-rata kadar abu ini lebih tinggi sedikit dari kadar abu tongkol jagung tanpa perlakuan, yaitu hanya 2,01 %. Peningkatan kadar abu ini bisa terjadi karena dalam proses fermentasi akan terjadi penurunan bahan organik, karena adanya proses degradasi bahan (substrat) oleh mikroba. Semakin banyak bahan organik yang terdegradasi maka relatif semakin banyak juga terjadinya peningkatan kadar abu secara proporsional. Peningkatan kadar abu ini sebenarnya tidak diharapkan, karena semakin meningkatnya kadar abu, berarti kandungan bahan organik akan semakin berkurang. Bahan organik mengandung zat-zat makanan yang cukup penting, yaitu protein, lemak, karbohidrat, karbohidrat, dan vitamin (Hastuti dkk., 2011). 3. Penetapan Serat Kasar
Serat kasar adalah suatu indikator dari daya cerna bulkinos dari suatu bahan. Serat kasar adalah senyawa yang tidak larut jika direbus dalam larutan H2SO4 dan NaOH. Tujuan penambahan H2SO4 untuk menguraikan senyawa N dan lemak dalam bahan pakan agar mudah larut. Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atu pertanian setelah diperlakukan dengan asam atau alkali mendidih, dan terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan pentosan. Pakan ternak harus cukup kadar seratnya untuk memepertahankan dan memeperbaiki kesehatan saluran pencernaan hewan ternak. Ternak ruminansia, hijauan merupakan komponen utama yang didalamnya terdapat kandungan serat yang cukup tinggi. Pakan unggas, komponen serat terdapat pada bijian.
11
Hasil praktikum tersebut didukung oleh jurnal yang menyatakan bahwa Serat makanan tidak sama pengertiannya dengan serat kasar (crude fiber). Serat kasar adalah senyawa yang biasa dianalisa di laboratorium, yaitu senyawa yang tidak dapat dihidrolisa oleh asam atau alkali. Pada buku Daftar Komposisi Bahan Makanan, yang dicantumkan adalah kadar serat kasar bukan kadar serat makanan. Tetapi kadar serat kasar dalam suatu makanan dapatdijadikan indeks kadar serat makanan, karena umumnya didalam serat kasar ditemukan sebanyak 0,2 - 0,5 bagian jumlah serat makanan. Mutu serat dapat dilihat dari komposisi komponen serat makanan terdiri dari komponen yang larut dan komponen tidak larut (Korompot dkk., 2018). 4. Penetapan Lemak Kasar
Lemak kasar adalah total lemak yang terdapat dalam sampel pakan. Lemak merupakan bahan yang tidak larut di dalam air, sangat sedikit larut di dalam alkohol dan larut di dalam pelarut organik seperti karbon tetraoksida, karbon disulfida, ether anhydrase, atau petroleum ether, acetone. Metode yang dipergunakan untuk menentukan kadar lemak adalah dengan “ekstraksi soxhlet” soxh let”.. Umumnya dengan metode ini hasil akhirnya dinyatakan sebagai “Crude Fat” atau Fat” atau acetone/ether extract. extract . Kandungan lemak kasar sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan hewan ternak namun jumlahnya masih harus dalam batas minimum sehingga perlu adanya monitoring yang dilakukan. Hasil praktikum tersebut didukung oleh jurnal yang menyatakan bahwa Penentuan kandungan lemak menggunakan pelarut, selain lemak komponenkomponen lain seperti fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lain akan ikut terlarut maka kadar lemak dise bur lemak kasar (“crude ( “crude fat”). Cara Cara analisis kadar lemak kasar secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu cara kering dan cara basah. Salah satu cara analisis lemak dengan cara kering yaitu menggunakan metode Ekstraksi Soxhlet. Penentuan kadar lemak menggunakan metode Soxhlet memerlukan waktu ekstraksi antara 4 sampai 6 jam untuk mencapai 5 – 6 sirkulasi. Mikro soxhlet adalah seperangkat alat ekstraksi soxhlet berukuran kecil dimana volume labunya 25 - 50 ml dan volume ekstraktornya 10-15 ml (Pargiyanti, 2019). 5. Penetapan Protein Kasar
12
Protein adalah merupakan senyawa organik nitrogen kompleks yang esensial bagi proses kehidupan dan merupakan unsur pokok dalam makanan. Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein) karena yang diamati sebenarnya senyawaan N bukan protein. Senyawa atau unsur Nitrogen merupakan indikasi adanya senyawa protein, sehingga penentuan total Nitrogen Nitr ogen dalam contoh bahan pakan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah protein yang terkandung dalam bahan pakan tersebut. Analisis protein terbagi tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Hasil praktikum tersebut didukung oleh jurnal yang menyatakan bahwa Kadar protein ditentukan dengan menggunakan metode Kjeldahl, karena pada umumnya metode ini digunakan untuk analisis protein pada makanan. Metode ini merupakan metode untuk menentukan kadar protein kasar karena terikut senyawa N bukan protein seperti urea, asam nukleat, purin, pirimidin dan sebagainya. Prinsip kerja metode Kjeldahl adalah mengubah senyawa organik menjadi anorganik. Metode Kjeldahl memiliki kekurangan yaitu purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, dan kreatina ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen. Walaupun demikian, cara ini masih digunakan dan dianggap cukup teliti digunakan sebagai penentu kadar protein (Rosaini dkk., 2015). Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pakan tersebut. Penentuan kadar air tersebut bisa dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven. 2. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Bahan organic tersebut dipanaskan dalam suhu 500-600 derajat celcius akan terbakar lalu menjadi karbondioksida dari nitrogen, silikat dan klorida. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut
13
pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya. Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara pengabuan yang digunakan 3. Serat Kasar (Crude Fiber) adalah komponen serat yang tidak larut dalam larutan asam maupun basa lemah. Kandungan serat kasar meliputi selulosa, hemiselulosa, lignin, kutin dan pentosan – pentosan. Pada hewan ruminansia,
serat
kasar
berperan
dalam
produksi
saliva
sebagai
penyeimbang (buffer) tingkat keasaman pada rumen. 4. .Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Kandungan lemak kasar ini sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan hewan ternak namun jumlahnya masih harus dalam batas minimum sehingga perlu adanya monitoring yang dilakukan. 5. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Protein kasar adalah semua zat yang mengandung nitrogen. Penetapan protein kasar dapat menggunakan metode Kjeldahl yang digunakan secara luas di seluruh dunia dan masih merupakan metode standard yang digunakan untuk penetapan kadar protein.
14
BAB II
Bomb Kalorimeter Ferdian Reza Saputra 202010350311074/3B Laboraturium Nutrisi, Universitas Muhammadiyah Malang (Selasa, 02 November 2021)
Pendahuluan
Bomb kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, atau bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Kalorimetri yaitu cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan calorimeter. Kalorimeter terbagi menjadi dua, yaitu calorimeter bom dan calorimeter sederhana. Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar atau khusus digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran. Kalorimeter makanan biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang reaksinya berlangsung dalam fase larutan
(misalnya
reaksi
netralisasi
asam – basa/netralisasi,
pelarutan
dan
pengendapan). Calorimeter sederhana dilakukan pada tekanan tetap yang dibuat dari gelas stirofoam. Prinsip kerja kalorimeter berdasarkan azas black yang berbunyi kalor yang dilepas oleh benda panas sama dengan kalor yang yang diterima oleh benda dingin. Hal ini terjadi terj adi ketika dua buah benda didekatkan satu s atu sama lainnya maka akan terjadi perpindahan kalor dari benda panas ke benda dingin hingga mencapai suatu kesetimbangan termal atau mencapai suhu setimbang. seti mbang. Kalor pembakaran biasanya diukur dengan menempatkan senyawa yang massanya diketahui dalam wadah baja yang disebut kalorimeter bom volume Nilai kalor adalah jumlah konstan, yang diisi dengan oksigen pada tekanan 30 atm. atm. Nilai energi yang dilepaskan ketika suatu bahan bakar dibakar secara sempurna dalam suatu proses aliran tunak. Nilai kalor bahan bakar terdiri dari Nilai Kalor
15
Value). Atas (Highest Heating Value) dan Nilai Kalor Bawah (Lowest Heating Value). Nilai kalor atas ata s atau highest heating heati ng value (HHV) dan komposisi biomassa padat merupakan sifat penting yang menentukan kandungan energi dan menentukan penggunaan energi bersih dan efisien ef isien suatu bahan bakar. Nilai Nil ai kalor bahan bakar adalah jumlah energi panas maksimum yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui reaksi pembakaran sempurna persatuan massa atau volume bahan bakar dengan satuan kJ/kg, kJ/m3 , kkal/kg, kkal/m3 , Btu/lb dan Btu/ft3. Metode A. Alat
Adapun alat pada praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Timbangan Analitik. 2. Mortar. 3. Testel. 4. Alat pengepras. 5. Palu Kombinasi. 6. Facial. 7. Bomb Calorimeter. B. Bahan
Adapun bahan pada praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Sampel jagung. C. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Preparasi sampel •
Haluskan sampel menggunakan mortar dan pastle
•
Timbang sampel sebanyak 1 g menggunakan timbangan analitik
•
Masukkan sampel ke dalam alat pengepress untuk memadatkan sampel sampai berbentuk tablet/kapsul
•
Timbang kembali sampel yang sudah berbentuk kapsul
2. Cara Kerja •
Tekan tombol “on” pada bomb kalorimeter dan tekan tombol power minichiller + 5 Detik (Untuk mengubah display suhu minichiller tekan
16
tombol power sambil tekan panah untuk menaikkan suhu minichiller dan tekan panah untuk menurunkan suhu minichiller). •
Untuk penggunaan isoperible 25ºC, menggunakan suhu minichiller 19ºC dan penggunaan isoperible 30ºC, menggunakan suhu minichiller 23ºC. Untuk pemanasan minichiller kira-kira ± 15 – 15 – 20 20 menit.
•
Tunggu suhu minichiller samapai stabil 190C, sampai muncul display di monitor monitor “OK for test” test”
•
Tekan tombol “sample” pada layar display display
•
Menimbang sampel yang sudah di press/pelleting + 1,00--gram, kemudaian masukkan dalam crussible yang sudah ada benang (sumbu) kemudian benang ditindih dengan sampel tersebut.
•
Masukkan sampel dan crussible tersebut kedalam facial dan ditutup rapat dan kuat.
•
Tulis/input berat sampel (weight in quant) yang sudah diketahui sebelumnya (ditimbang), tulis nama sampel dan nama penguji, tekan tombol TAB untuk memindah kursor.
•
Masukkan facial yang berisi sampel tersebut kedalam bomb kalorimeter
•
Prosesing + 25 menit
•
Data akan terbaca pada monitor kemudian dicatat
•
Setelah selesai ambil facial kemudian di lap kering dan bersih kemudian crussible dicuci bersih.
•
Tekan tombol menu pada monitor, pilih sistem, pilih exit, pilih “OK” “OK”
Hasil
Adapun hasil pada praktikum ini adalah 3781 cal/g Pembahasan
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor atau energi panas. Kalorimeter ada 2 jenis yaitu Bomb Calorimeter dan kalorimeter sederhana. Kalorimeter dilandasi oleh teori Asas Black yang menyatakan “Jumlah kalor yang dilepas oleh materi yang bersuhu lebih tinggi akan sama s ama dengan jumlah kalor yang diterima oleh materi yang suhunya lebih rendah”. Bomb Calorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih). Bahan yang dapat ditentukan kalor
17
bekerja dengan bomb calorimeter adalah bahan yang bisa terbakar. Cara kerjanya adalah sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Hasil praktikum ini didukung oleh jurnal yang menyatakan bahwa Kandungan energi biomassa dapat diukur dengan kalorimeter bomb. Efektifitas kerja kalorimeter bomb ditentukan oleh proses terjadinya pembakaran sampel secara sempurna. Untuk menghasilkan pembakaran sempurna dibutuhkan tekanan yang cukup di dalam bomb kalorimeter tersebut. Cara konvensional adalah adala h dengan memberikan oksigen secara statis hingga tercapai kondisi tekanan sekitar 30 atm. Cara non konvensional adalah dengan memberikan oksigen kedalam bomb secara kontinu (dinamis) hingga mencapai debit tertentu yang optimal. Pada penelitian ini telah dirancang kalorimeter bomb dengan sistem input oksigen secara kontinu. Untuk pencatatan perubahan temperatur air pada kalorimeter bomb digunakan sensor temperatur berbasis mikrokontroler arduino uno (Nurhilal dkk., 2017). Menurut (Suryaningsih dkk., 2018) menyatakan bahwa Pengujian nilai kalor yang terkandung pada briket dengan menggunakan alat Bomb Calorimeter. Jumlah kalor diukur dalam kalori dan dihasilkan apabila suatu briket dioksidasi dengan sempurna di dalam suatu bomb calorimeter disebut energi total dari briket. Proses pengujian emisi karbon monoksida dan laju pembakaran dilakukan pada saat bersamaan. Selama proses pembakaran briket diamati emisi karbon monoksida menggunakan CO meter dan diamati suhu pada briket pada interval pada interval waktu 2 menit hingga briket habis terbakar. Sebelum dan setelah dilakukan pembakaran briket ditimbang untuk mengetahui massa briket terbakar guna mengetahui laju pembakaran briket. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. bom adalah jenis kalorimeter volume-konstan yang digunakan dalam mengukur panas pembakaran reaksi tertentu. 2. Prinsip kerja kalorimeter berdasarkan azas black yang berbunyi kalor yang dilepas oleh benda panas sama dengan kalor yang diterima oleh benda dingin.
18
BAB III
Analisa Serat Van Soest Ferdian Reza Saputra 202010350311074/3B Laboraturium Nutrisi, Universitas Muhammadiyah Malang (Senin, 08 November 2021)
Pendahuluan
Metode Van Soest digunakan untuk mengestimasi kandungan serat dalam pakan dan fraksi-fraksinya ke dalam kelompok-kelompok tertentu didasarkan atas keterikatanya dengan anion atau kation detergen (metode detergen). Kemampuan ternak
ruminansia mencerna serat kasar,
maka dari analisis proksimat
dikembangkan oleh Van Soest untuk mengetahui komponen apa yang ada pada serat. Sistem analisis Van Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel dan dinding sel. Neutral Detergent Fiber (NDF) mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa, dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Bagian yang tidak terdapat sebagai residu dikenal sebagai Neutral Detergent Soluble (NDS) yang mewakili isi sel dan mengandung lipid, gula, asam organik, non protein nitrogen, pektin, protein terlarut, dan bahan terlarut dalam air lainnya. Sistem analisis Van Soest menggolongkan zat pakan menjadi isi sel (cell content) dan dinding sel (cell wall). Neutral Detergent Dete rgent Fiber (NDF) mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Serat kasar terutama mengandung selulosa dan hanya sebagian lignin, sehingga sehingga nilai ADF kurang lebih 30% lebih tinggi dari serat kasar pada bahan yang sama. Acid Detergent Fiber (ADF) mewakili selulosa dan lignin dinding sel tanaman. kualitas
serat
untuk
Analisis
ADF
dibutuhkan
untuk
evaluasi
pakan ruminansia. NDF merupakan dinding sel tanaman
yang terdiri atas ADF dan hemiselulosa. NDF mewakili bagian dinding sel yang berserat dan terkandung ter kandung di dalamnya lignin, selulosa, sel ulosa, hemiselulosa sert sertaa beberapa protein yang terikat oleh serat.
19
Kandungan NDF berhubungan erat dengan konsumsi pakan, sebab seluruh komponennya memenuhi ruang rumen dan lambat dicerna sehingga lebih rendah kandungan NDF lebih banyak pakan dapat dikonsumsi. Kandungan ADF merupakan indikator kecernaan hijauan, karena kandungan lignin merupakan bagian dari fraksi yang dapat dicerna. Nilai NDF selalu lebih besar dari ADF, karena ADF tidak mengandung hemiselulosa. Serat detergen netral neutraldetergen fiber, NDF, yang merupakan sisa setalah ekstraksi dalam keadaan mendidih
dengan
larutan
netral
natrium
lauril
sulfat
dan
asam
etilendiamintetraasetat EDTA, terutama atas lignin, li gnin, selulosa, dan hemiselulosa, dan dapat dianggap sebagai komponen dinding sel tumbuhan. tumbuhan. Komponen serat yang yang tergabung dalam NDF merupakan bahan yang tidak dapat larut dari matrik dinding sel tanaman. Serat tersebut secara kovalen terikat sangat kuat dengan ikatan hidrogen, kristalin atau ikatan intra molekular lain yang sangat resisten terhadap larutan yang masih berada pada tingkat konsentrasi fisiologi. Metode A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Timbangan analitis 2. Beaker glass khusus untuk serat kasar 3. Alat untuk mendidihkan 4. Cawan filtrasi (crusible) serta alat filtrasinya 5. Eksikator (silica gel biro) 6. Oven (140 ºC) 7. Tanur (550 – (550 – 600 600 ºC) B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. H2SO4 0,3 n 2. HCl 0,3 n 3. Aceton 4. NaOH 1,5 n 5. EDTA 6. Aquadest panas
20
7. Pasir bersih dan batu didih C. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Timbang kertas minyak (berat A g). 2. Ambil sampel kira-kira 1 g dan letakkan diatas kertas minyak 3. Timbang kembali (berat B g) 4. Tuangkan sampel (kertas minyak tidak diikutkan) dalam beaker glas khusus untuk analisa serat kasar 5. tambahkan H2SO4 0,3 n sebanyak 50 ml dengan menggunakan gelas ukur kemudian didihkan selama 30 menit. 6. Selanjutnya dengan cepat tambahkan 25 ml NaOH 1,5 n dan didihkan lagi selama 25 menit tepat. 7. Tambahkan 0,5 gram EDTA dengan cepat kemudian didihkan lagi selama 5 menit tepat. 8. Matikan tombol pemanas. Ambil beaker glass 9. Saring dengan cawan filtrasi yang sebelumnya sudah diisi dengan pasir. 10. Bersihkan beaker glas dengan aquadest panas sesedikit mungkin sampai semua larutan masuk ke cawan filtrasi. 11. Tambahkan 50 ml HCl 0,3 n kemudian diamkan 1 menit lalu dihisap dengan pompa vacuum. 12. Tambahkan 10 ml aquadest panas (sampai 5 kali). 13. Tambahkan lagi 40 ml aceton kemudian diamkan 1 menit lalu dihisap sampai kering. 14. Oven pada t = 105 ºC selama 1,5 jam, kemudian masukkan ke dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang dengan teliti (berat C g) 15. Masukkan ke dalam tanur 550 – 600 600 ºC selama 2 jam, keluarkan dengan tang penjepit dan masukkan kembali ke dalam eksikator, diamkan selama 1 jam dan timbanglah dengan teliti (berat D g). Pembahasan
Analisis Van Soest merupakan sistem analisa bahan pakan yang relevan bagi ternak ruminansia, khususnya sistem evaluasi nilai gizi hijauan berdasarkan kelarutan dalam detergent. Analisis serat dikembangkan oleh Van Soest dengan
21
menggunakan larutan deterjen untuk mengetahui jumlah komponen penyusunan dinding sel (terutama sel tanaman) yaitu analisis selulosa, hemiselulosa, lignin, dan silika. Selulosa dan hemiselulosa kecernaannya lebih lambat dibandingkan dengan yang lain tetapi keduanya merupakan sumber energi yang tertumpu pada ruminansia. Lignin tidak dapat dicerna dan menurunkan kecernaan ketiganya dalam pakan terutama pakan hijauan. hijauan. Penentuan zat gizi dengan metode Van Soest dapat mengetahui fraksi nitrogen yang terikat lignin sehingga nitrogen yang teranalisis adalah nitrogen yang tersedia untuk metabolisme. Hasil praktikum tersebut didukung oleh jurnal yang menyatakan bahwa Analisis serat menggunakan metode Van Soest yang digunakan mengestimasi kandungan serat dalam pakan dan fraksifraksinya ke dalam kelompok-kelompok tertentu didasarkan atas keterikatannya dengan anion dan kation detergen (metode detergen). Tujuan awalnya dari metode ini adalah untuk menentukan jumlah kandungan serat dalam pakan ruminant, tetapi kemudian dapat digunakan juga untuk menentukan kandungan serat baik untuk nonruminant maupun dalam pangan. Metode detergen terdiri atas sistem netral untuk mengukur total serat atau serat yang tidak larut dalam detergen netral (NDF), dan sistem detergen asam digunakan untuk mengisolasi selulosa yang tidak larut dan lignin serta beberap komponen yang terikat dengan keduanya (ADF). Kadar serat kasar buah nipah sebesar 4618%. Kadar serat ini lebih banyak dibandng kadar yang pernah dilaporkan yaitu 22,11%. Hal ini kemungkinanan terkait iklim tempat tumbuh dari nipah tersebut. ters ebut. Komponen dinding sel berupa ADF, NDF, Hemiselulosa dan Selulosa dapat menggambarkan tingkat kecernaan dan efek kenyang (Dalming dkk., 2018). Menurut (Aryani dkk., 2014) menyatakan bahwa Analisis Van Soest digunakan untuk mengestimasi kandungan serat dalam pakan dan fraksi-fraksinya kedalam kelompok-kelompok tertentu didasarkan atas keterikatanya dengan anion atau kation detergen (metode detergen). Metode ini dikembangkan oleh Van Soest (1963), kemudian disempurnakan oleh Van Soest dan Wine (1967) dan oleh Goering dan Van Soest (1970). Tujuan awalnya metode ini adalah untuk menentukan jumlah kandungan serat dalam pakan ruminan tetapi kemudaian dapat digunakan juga untuk menentukan kandungan serat baik untuk nonruminant maupun dalam pangan. Dalam penelitian dianalisis kandungan serat kasar terutama
22
NDF dan lignin dengan metode Van Soest, untuk mengetahui perbedaan komposisi dan mengetahui komposisi paling banyak dan paling rendah pada bagian tanaman utuh, daun muda, akar muda, daun tua, dan akar tua kiambang. Berdasarkan potensi ini maka kiambang dapat dijadikan salah satu alternatif bahan pakan pada ternak. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut : : 1. Penentuan zat gizi dengan metode Van Soest dapat mengetahui fraksi nitrogen yang terikat. 2. Analisis Van Soest digunakan untuk mengestimasi kandungan serat dalam pakan dan fraksi-fraksinya kedalam kelompok-kelompok tertentu didasarkan atas keterikatanya dengan anion atau kation detergen (metode detergen). 3. Metode Van Soest ada dua yaitu ADF dan NDF
23
BAB IV
Kecernaan Bahan Kering Dan Organik In Vitro Ferdian Reza Saputra 202010350311074/3B Laboraturium Nutrisi, Universitas Muhammadiyah Malang (Selasa, 09 November 2021)
Pendahuluan
Metode kecernaan in vitro merupakan metode pengukuran kecernaan suatu bahan pakan yang dilakukan di laboratorium dengan meniru proses terjadinya kecernaan pakan didalam saluran pencernaan ternak ruminansia. Kelebihan penentuan kecernaan secara in vitro vitro adalah jumlah sampel yang diperlukan sedikit, biaya lebih murah, dapat menentukan kecernaan kecernaan berbagai jenis sampelpakan dalam waktu yang relatif singkat (96 jam), dapat dipelajari proses fermentasi yang terjadi di dalam rumen dan aktivitas mikroba tanpa dipengaruhi oleh induk semang dan pakannya, serta hasilnya mempunyai korelasi positif dengan dengan kecernaan. Penyediaan dan pemberian pakan dalam usaha peternakan merupakan masalah pokok yang perlu mendapat perhatian. Kuantitas serta kualitas pakan merupakan faktor penting dalam menentukan produktivitas ternak. Hasil itu, perlu dilaksanakan banyak pengkajian mengenai pemanfaatan bahan-bahan pakan untuk ternak khususnya ruminansia. Kecernaan bahan kering suatu bahan pakan adalah kecernaan bahan organik dan anorganik bahan pakan tersebut. Kecernaan bahan kering yang tinggi menunjukkan tingginya nutrien yang dicerna. Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan pakan, berarti semakin tinggi kualitas bahan pakan tersebut. Kecernaan bahan organik terdiri atas ata s kecernaan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin vitam in serta erat kaitannya dengan kandungan bahan anorganik (abu). Kecernaan bahan organik dapat dipengaruhi oleh kandungan abu. Jika kandungan abu tinggi akan mengakibatkan kandungan bahan organik menjadi lebih rendah. Teknik fermentasi rumen secara in vitro adalah teknik yang mencoba untuk meniru fermentasi struktur komponen karbohidrat menjadi komponen yang larut oleh enzim mikroba rumen dalam anaerob dan temperatur serta pH yang terkontrol.
24
Fase kedua dari teknik fermentasi rumen 2 fase ini mencoba untuk meniru pencernaan protein oleh enzim pensin didalam alat pencernaan bawah ternak ruminansia. Fase pertama, sampel hijauan diinkubasikan dengan mikrobia rumen dan larutan buffer, sedangkan dalam fase kedua, residu fase pertama diinkubasikan dengan larutan pepsin dan HCl. Kandungan bahan kering dan bahan organik yang hilang erat hubungannya dengan nilai kecernaan secara in vitro. Hasil yang diperoleh diekspresikan sebagai kehilangan/pengurangan bahan kering atau bahan organik secara in vitro, dalam %. Metode D. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Tabung centrifuge, 100 ml, dari plastik atau gelas beserta raknya. r aknya. 2. Sumbat karet yang cocok untuk tabung centrifuge, dilengkapi dengan kelep bunsen untuk pengeluaran gas. 3. pH meter. 4. Timbangan analitik. 5. Oven pengering 6. Centrifuge. 7. Inkubator atau penangas air. 8. Tabung CO2. 9. Perangkat gelas : beaker glass, erlenmeyer, labu ukur 10. Sintered glass crusible. 11. Thermometer. 12. Desikator. 13. Kain kasa. 14. Corong buchner. E. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Khemikalia 1 L : a. NaHCO3 9,80 gr b. Na2HPO. 7H2O (3,71 g anhidrus) 7,00 gr c. KCl 0,57 gr d. NaCl 0,47 gr e. MgSO4. 7H2O 0,12 gr f. CaCl2 0,04 gr 2. Mercuric chloride 5% (5 gr HCl2/100 ml)
25
3. 1 N Na2CO3(143 gr Na2CO3. 10 H2O/liter) 4. 1 N HCl (86 ml HCl pekat/liter) 5. Larutan peptis : 2 gr 1 : 10000 peptis dan air, dilarutkan dalam 100 ml 1 N HCl/liter
6. Cairan rumen yang telah disaring dengan 8 lembar kain kasa. F. Langkah Kerja Adapun langkah kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Timbang 0,5 gr sampel dan masukkan ke dalam tabung centrifuge yang bernomor. Selain itu dikerjakan dikerjakan juga penimbangan penimbangan sampel untuk penetapan bahan kering dan bahan organik. organik. (duplicate). 2. Ditambahkan 40 ml larutan buffer pada masing-masing tabung, biarkan tabung-tabung tersebut didalam penangas air temperatur 39oC selama 15 menit baru kemudian ditambahkan 10 ml cairan rumen. Masing-masing tabung dialiri gas CO2 selama 15 detik sebelum ditutup dengan sumbat karet yang dilengkapi dengan kelep bunsen. Di inkubasikan juga tabungtabung blanko (4 buah) yang berisi larutan buffer dan cairan rumen. Lama inkubasi 48 jam. Digojok pelanpelan setelah 2, 4, 20 dan 28 jam dari permulaan inkubasi. 3. Setelah diinkubasikan selama 48 jam, diambil tabung centrifuge dari penangas air, dan diukur pH larutan blanko. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan 1 ml HgCl2 dan 2 ml Na2CO3, lalu diputar dalam centrifuge 2000 rpm selama 15 menit. Dibuang supernatan dengan hati-hati. Ditambahkan 50 ml larutan pepsin HCl dan digojok pelan-pelan. Tabungtabung diinkubasikan lagi tanpa sumbat karet dalam penangas air 39oC selama 48 jam. Digojok setelah 2, 4, 20 dan 28 jam inkubasi. 4. Setelah diinkubasikan selama 48 jam, isi masing-masing tabung disaring lewat sintered glass crusible yang telah ditimbang beratnya, kemudian crusible dikeringkan dalam oven 105oC selama 1 malam. Residu yang tertinggal adalah bahan yang tak dapat dicerna. Dinginkan didalam desikator dan timbang.
26
5. Crusible beserta residu diabukan dalam tanur 500oC selama 3 jam untuk penetapan kadar abu. Berat yang hilang dari residu bahan kering setelah pengabuan adalah residu bahan organik. organik. Pembahasan
Kecernaan bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat makanan yang diserap tubuh yang dilakukan melalui analisis dari jumlah bahan kering, baik dalam ransum maupun dalam feses. Selisih jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah yang diekskresikan adalah kecernaan bahan kering. Kecernaan in vitro merupakan metode pengukuran kecernaan suatu bahan pakan yang dilakukan di laboratorium dengan meniru proses terjadinya kecernaan pakan didalam saluran pencernaan ternak ruminansia. Teknik fermentasi rumen secara in vitro adalah teknik yang mencoba untuk meniru fermentasi struktur komponen karbohidrat menjadi komponen yang larut oleh enzim mikroba rumen dalam anaerob dan temperatur serta pH yang terkontrol. Fase kedua dari teknik fermentasi rumen 2 fase ini mencoba untuk meniru pencernaan protein oleh enzim pensin didalam alat pencernaan bawah ternak ruminansia. Hasil praktikum tersebut didukung oleh jurnal yang menyatakan bahwa Proses pencernaan makanan dalam rumen terutama dilakukan oleh mikroba. Rumen membutuhkan kondisi optimum agar bakteri mampu melakukan aktivitas fermentasi dengan baik. Pada kondisi tersebut, kecernaan ransum yang dikonsumsi akan meningkat baik kecernaan bahan kering maupun kecernaan bahan organik. Pada pakan dengan penambahan kombinasi tanin saponin terjadi peningkatan nilai kecernaan baik bahan kering maupun bahan organik. Penambahan tanin dan saponin pada pakan akan merubah pola mikroba dalam rumen (Wahyuni dkk., 2014). Menurut (Sofiani dkk., 2015) menyatakan bahwa Kecernaan bahan organik terdiri atas kecernaan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin serta erat kaitannya dengan bahan anorganik (abu). Kecernaan bahan organik dapat dipengaruhi oleh kandungan abu. Jika kandungan abu tinggi maka akan mengakibatkan kandungan bahan organik menjadi lebih rendah. Penambahan sumber nitrogen dan sulfur sampai 3% dan 0,225% dalam proses ensilase jerami ubi jalar memberikan pengaruh terhadap peningkatan nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik.
27
Penambahan 3% nitrogen dan 0,225% sulfur dalam proses ensilase jerami ubi jalar j alar menghasilkan kecernaan bahan kering (63,19%) dan bahan organik (53,02%) paling tinggi. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Kecernaan bahan kering suatu bahan pakan adalah kecernaan bahan organik dan anorganik bahan pakan tersebut. 2. Kecernaan bahan kering yang tinggi menunjukkan tingginya nutrien yang dicerna. Sedangkan Kecernaan bahan organik dapat dipengaruhi oleh kandungan abu. Jika kandungan abu tinggi akan mengakibatkan kandungan bahan organik menjadi lebih rendah. 3. Kecernaan bahan kering yang tinggi menunjukkan tingginya nutrien yang dicerna. Semakin tinggi nilai kecernaan suatu bahan pakan, berarti semakin semaki n tinggi kualitas bahan pakan tersebut.
28
DAFTAR PUSTAKA
Dalming, T., Aliyah, A., Mufidah, M., & Asmawati, A. (2018). Kandungan serat buah nipah (Nypa fruticans Wurmb) dan potensinya dalam mengikat kolesterol secara in vitro. Media Farmasi, 14(1), 144-149. Hastuti, D., & Awami, S. N. (2011). Pengaruh perlakuan teknologi amofer (amoniasi fermentasi) pada limbah tongkol jagung sebagai alternatif pakan berkualitas ternak ruminansia. Mediagro, 7 (1). (1). Korompot, A. R., Fatimah, F., & Wuntu, A. D. (2018). Kandungan Serat Kasar Dari Bakasang Ikan Tuna (Thunnus SP.) Pada Berbagai Kadar Garam, Suhu Dan Waktu Fermentasi. Jurnal Ilmiah Sains , 18 (1), (1), 31-34. Nurhilal, O., & Affandi, K. A. (2018). Pengaruh ukuran butir briket campuran sekam padi dengan serbuk kayu jati terhadap emisi emi si karbon monoksida (CO) dan laju pembakaran. JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Ino vasi Fisika) , 2(1), 15-21. 15-21. Nurhilal, O., Setianto, S., & Suhanda, A. (2017). Desain kalorimeter bomb biomassa dengan metode m etode oksigen dinamik. JIIF (Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika), 1(2), 105-111. Pargiyanti, P. Optimasi Waktu Ekstraksi Lemak dengan Metode Soxhlet Menggunakan Perangkat Alat Mikro Soxhlet. Indonesian Journal of Laboratory , 1(2), 7. 7. Prasetyo, T. F., Isdiana, A. F., & Sujadi, H. (2019). Implementasi alat pendeteksi kadar air pada bahan pangan berbasis internet of things. SMARTICS Journal , 5(2), 81-96. Rosaini, H., Rasyid, R., & Gramida, V. (2015). Penetapan Kadar Protein Secara Kjeldahl Beberapa Makanan Olahan Kerang Remis Dari Danau Singkarang. Jurnal Farmasi Higea , 7 (2). (2). Sofiani, A. (2015). Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (In Vitro). Students e-Journal, 4(3)Suryaningsih, S., Wahyuni, I. M. D., Muktiani, A., & Christiyanto, M. (2014). Kecernaan bahan kering dan bahan organik dan degradabilitas serat pada pakan yang disuplementasi tanin dan saponin. Jurnal Agripet , 14(2), 115-124. Ys, A. L. A., & Widodo, Y. (2014). Analisis Kandungan Serat Kasar pada Tanaman Kiambang (Salvinia Molesta) dengan Metode Van Soest di Waduk Batutegi Tanggamus Lampung. Jurnal Ilmiah Peternakan Peternaka n Terpadu, 2(1).
29
LAMPIRAN No.
1
2
3.
Gambar
Keterangan
Oven
Digital timer dan mbak risma wkwk
Tanur
30
4
Desikator
5
Bomb Kalorimeter
6.
Bekatul
31
7.
Bungkil kacang kedelai
8.
Jagung
9.
Hcl
32
10.
Indikator PP
33
View more...
Comments