Laporan Home Visit Bry

March 20, 2017 | Author: Chanifia Izza Millata | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Home Visit Bry...

Description

LAPORAN HOME VISIT “DIABETES MELITUS”

Disusun Oleh : Yohan Parulian

G1A009130

Bellindra Putra H G1A009135 Rifqi M

G1A007054

Pembimbing : dr.Viva Ratih Bening Ati NIP

BLOK ECCE I JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

DESEMBER 2011

HALAMAN PENGESAHAN Laporan Home Visit “Diabetes Insipidus”

Yohan Parulian

G1A009130

Bellindra Putra H

G1A009135

Rifqi M

G1A007054

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Lapangan Blok ECCE I Jurusan Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Diterima, disetujui, dan disahkan Purwokerto, 1 Desember 2011 Preseptor Fakultas,

dr.Viva Ratih Bening Ati

NIP

BAB I BAGIAN UTAMA

A.

KARATERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA 1. Daftar Anggota Keluarga Berikut adalah daftar anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ny. Painah:

Nama

Kedudukan dalam

Pardi Painah

keluarga Kepala keluarga Istri

Sahidah Aristiani Estri Fikri

Anak ke 2 Anak ke 3 Cucu Cucu

L/P

Usia

L P

60 51

SD Buruh Tani Tidak tamat Buruh Tani

27 19 11 3

SD SD SMP SD Belum

P P P L

Pendidikan

Pekerjaan

Buruh Tani Karyawan Pelajar

Sekolah Tabel. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah 2. Bentuk Keluarga

Keluarga besar (extended family) adalah keluarga yang disamping terdiri dari suami, istrri, dan anak-anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara lainnya, baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu, cicit) dan ataupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang dapat berasal dari pihak suami atau pihak istri (Azwar, 1997). Dari tabel di atas terlihat bahwa keluarga ini terdiri dari 9 anggota keluarga yang bertempat tinggal dalam satu rumah sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga ini adalah extended family.

3. Family Genogram

Ket

muslim

dahlan

pardi

painah sumiarto turiah

sariah

yoga

yoland

sahidah

pariah w inarso tursem jumirah

aristiani

estri

f ikri

Bagan 2. Family Genogram Ny. Painah 4. Family Life Cycle Keluarga Ny. Painah berada dalam skala 7, yaitu middle – aged parents karena sudah memiliki anak dan anak tersebut sudah memiliki keluarga sendiri.

Bagan 3. Family Life Cycle

B.

STATUS PENDERITA 1. Identitas Pasien a. Tanggal Periksa

: 28 November 2011

b. Nama

: Ny. Painah

c. Usia

: 51 tahun

d. Jenis Kelamin

: Perempuan

e. Status

: Menikah

f. Agama

: Islam

g. Suku bangsa

: Jawa

h. Kewarganegaraan

: Indonesia

i. Pekerjaan

: Buruh Tani

j. Pendidikan

: Tidak Tamat SD

k. Penghasilan/bulan

:-

l. Alamat

: Desa Banjaranyar RT/RW : 4/7 Kec : Sokaraja Kab: Banyumas Prop: Jawa Tengah

2. Hasil Anamnesis a. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

1) Keluhan utama

: Nyeri

seperti tertusuk- tusuk jarum

2) Onset

: sekitar satu tahun

3) Lokasi

: seluruh tubu

4) Kualitas

: Seperti tertusuk – tusuk jarum

5) Kuantitas

: Hilang timbul

6) Kronologis : Ny. Painah sering merasa nyeri seperti tertusuk – tusuk jarum yang kadang timbul pada sebagian extremitas maupun kadang timbul pada bagian tubu yang lainnya. Pada awalnya

nyeri yang dirasakan

tidak begitu menggangu

Ny. Painah

dalam menjalankan kegiatannya sehari- hari, namun semakin lama nyeri yang dirasakan semakin berat. Ny. Painah merasa agak baikan saat ia mulai mengurut sendiri pada daerah nyeri. 7) Perberat

: Capek, lelah dan telat makan.

8) Peringan

: Tidur, minum obat warung.

9) Penyerta

: Malaise, gemetar, nafsu makan menurun, berat badan menurun

b. Riwayat Penyakit Dahulu 1) Riwayat alergi disangkal 2) Riwayat operasi rectal sejak satu tahun yang lalu c. Riwayat Penyakit Keluarga

d.

Ayah

: Tidak ada riwayat penyakit yang berarti

Ibu

: Ada riwayat penyakit stroke dan hipertensi

Adik

: Diabetes

Suami

: Hipertensi

Sosial Ekonomi Community

: dilingkungan rumahnya ny. Painah sering berkumpul dengan para saudarannya untuk berinteraksi, dan kadang bila ada pekerjaan serabutan ibu painah bersedia untuk ikut bekerja.

Home

: sirkulasi udara buruk, pencahayaan buruk, lembab, kebersihan rumah kurang terjaga dan banyak barang-barang berserakan.

Hobby

: bekerja

Occupation

: Ibu rumah tangga

Diet

: gemar mengkonsumsi makanan yang manis-manis

Personal habbits

: kebiasaan buang air besar di kolam.

e. Review of System

Ibu Painah mengalami nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum hampir di seluruh tubuh. Selain merasakan nyeri, Ibu Painah merasakan lemas, gemetar, nafsu makan turun, disertai berat badan turunb dan merasakan dingin pada siang hari. Riwayat buang air kecil pada malam hari yang sering dan sampai mengganggu tidur. Awalnya bisa sampai 10x BAK namun sekarang berkurang jadi 1-2 kali. 3. Hasil Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

: Kompos mentis

b. Tanda vital 1) Tensi

: 125/90mmHg

2) Nadi

: 86 kali/menit

3) RR

: 16 x

4) Suhu

: 36,5 0C

c. Pemeriksaan Kepala 1) Rambut lebat, tidak rontok, hitam 2) Telinga (N) 3) Mata

: penglihatan normal, sklera ikterik (-/-), konjunctiva anemis (-/-)

4) Hidung: mukosa hidung hiperemis, sisa sekret mengering (+), tidak deviasi, krepitasi dan nyeri tekan (-) 5) Nyeri tekan sinus (-), transluminasi merah cerah 6) Mulut: Tonsil (T0/T0), faring (N), mukosa mulut (N), nyeri telan (-) 7) Pembesaran dan nyeri tekan limfa nodi (-)

d. Pemeriksaan toraks 1) Inspeksi

: simetris, nafas normal, tidak ada bekas luka

2) Palpasi

: fremitus simetris, nafas tidak ada yang tertinggal

3) Perkusi

: batas jantung normal, sonor dikedua lapang paru

4) Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2, paru vesikuler e. Pemeriksaan Abdomen 1) Inspeksi

: adanya bekas luka operasi, datar

2) Auskultasi : bising usus (+), frekuensi (N)

f.

3) Palpasi

: tidak teraba masa tumor, teraba supel

4) Perkusi

: timpani dan 9 regio

Pemeriksaan Ekstermitas 1) Oedem (-) 2) Capillary refill < 2 detik (N)

C.

g. Genitalia

: tidak dilakukan pemeriksaan

h. Anorektal

: tidak dilakukan pemeriksaan

i. Ekstremitas

: odema (-), dbn

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA 1. Fungsi Biologis a. Penyakit herediter/ degeneratif Pada keluarga Ny. Painah , nampak adanya penyakit antara lain diabetes melitus, hipertensi, dan stroke b. Penyakit menular dan kronik Penyakit menular yang diderita 2 bulan terakhir tidak ada. Untuk penyaki kronik tidak diketahui. 2. Fungsi Fisiologis

Dengan metode penilaian APGAR Keluarga : a. Adaptation (A) adaptasi  tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang dibutuhkannya dari anggota keluarga lain b. Partnership (P) kemitraan  tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, urun rembug dalam menganbil suatu keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya.

c. Growth (G) pertumbuhan  tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga. d. Affection (A) kasih sayang  tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emocional yang berlangsung dalam keluarga. e. Resolve (R) kebersamaan  tingkat kepuasan anggota keluarga dalam kebersamaan membagi waktu dan ruang antar anggota keluarga. Untuk

dapat

mengukur

sehat

atau

tidaknya

suatu

keluarga

dikembangkanlah suatu metode penilaian yang dikenal dengan nama APGAR keluarga, yang dilakukan penilaian terhadap lima fungsi keluarga. Berikut ini adalah nilai APGAR keluarga Ny. Painah: NO 1

PERNYATAAN

SERING

KADANG

JARANG

(1)

(0)

Saya puas bahwa saya dapat kembali

(2) V

kepada keluarga saya, bila saya 2

menghadapi masalah. Saya puas dengan cara-cara keluarga saya

3

membahas

serta

V

membagi

masalah dengan saya. Saya puas bahwa keluarga saya

V

menerima & mendukung keinginan saya 4

melaksanakan

kegiatan

&

ataupun arah hidup yang baru. Saya puas dengan cara-cara keluarga

V

saya menyatakan rasa kasih sayang 5

& menanggapi emosi. Saya puas dengan cara-cara keluarga saya membagi waktu bersama.

Interpretasi Skor APGAR:

V

Skor APGAR 8 menandakan bahwa keluarga dinilai dalam status sangat sehat. Hal ini menandakan bahwa dalam keluarga ny. Painah tidak terdapat masalah yang terjadi dalam keluarga, berarti tidak terdapat masalah yang terlalu penting dalam proses fisiologis dalam hal adaptation, partnership, growth, affection dan resolve.

3. Fungsi Patologis

a. Social

:

kehidupan sosial baik, hubungan sosial dengan penduduk sekitar baik, dan sering

mengikuti b. Cultural

kegiatan di masyarakat. :

kehidupannya sederhana serta selalu menjunjung tinggi nilai – nilai kebersamaan

c. Religion

:

taat beribadah dan rutin mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat.

d. Economic

:

ekonomi keluarga termasuk kurang mampu

e. Education

:

keluarga ini memandang pendidikan sebagai salah satu hal terpenting yang harus

diberikan f. Medical

:

Selalu datang ke puskesmas secara rutin 1 bulan sekali untuk periksa kesehatan.

D.

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN 1. Faktor Internal Faktor internal Tn. Wartono yang berpengaruh terhadap kesehatan adalah: a. Pendidikan yang rendah (SD) b. Pekerjaan yang sering lembur c.

Penghasilan yang kurang mencukupi

2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kesehatan Ny. Painah adalah sebagai berikut: a. Sanitasi lingkungan buruk b. Pelayanan kesehatan dapat diakses c.

Perekonomian keluarga yang ditopang bersama

d. Menu makanan yang tidak cukup seimbang

E.

DIAGNOSTIK HOLISTIK & PENANGANAN KOMPREHENSIF

Diagnostik Holistik (Multi Aspek) meliputi : 1. Aspek Personal a. RFE

: Nyeri Seperti tertusuk – tusuk jarum

b. Concern : pasien ingin tahu keluhan yang dideritanya c. Expected : berharap tidak mengganggu aktifitas pasien d. Anxiety : takut terjadi hal yang tidak diinginkan pada dirinya 2. Aspek Klinis Diagnostik Kerja

: Diabetes Insipidus

DD

: Diabetes Melitus, Ketoasidosis

Penyakit penyerta

: Hemorroid

3. Aspek Faktor Risiko Internal (Intrinsik) a. Usia

: 51ahun

b. Jenis kelamin

: wanita

c. Nutrisi

: sering minum teh Manis dan mengkonsumsi makanan

yang mengandung karbohidrat d. Perilaku

: kebiasaan makan kurang teratur, kebiasaan mengcuci

tangan tanpa menggunakan sabun. e. Kebiasaan

: Buang air besar di kolam

f. Life style

: sering berolahraga

g. RPK

: di dalam keluarga ada riwayat penyakit hipertensi dan hiperglikemia

h. Ras

: jawa

4. Aspek Faktor Risiko Eksternal (Extrinsik)

a. Dukungan sosial keluarga

: Keluarga sepenuhnya mendukung dalam setiap hal yang dilakukan ny.

Painah baik

yang berhubungan

dengan kesehatan

maupun

dengan masalah pemenuhan kebutuhan hidup. b. Fisik rumah

: Luas 10 x 7 meter2

c. Bangunan tempat tinggal

: kurang memenuhi syarat kesehatan, sirkulasi udaha buruk, pencahayaan

buruk,

kebersihan kurang terawat,

atap

menggunakan asbes.

d. Lingkungan pemukiman

: kebersihan lingkungan rumah kurang terjaga, masih banyak peternakan

sapi

didepan rumah warga

sehingga

menimbulkan bau

yang kurang sedap. e. Pendidikan

: tidak tamat SD

f. Pekerjaan

: Buruh tani

g. Layanan kesehatan

: Puskesmas Sokaraja II

Penanganan Komprehensif 1. Personal Care a. Plan Penegakkan diagnosis DM tipe I Px Penunjang 1) Pemeriksaan Darah Lengkap 2) Urinalisis 3) Rujuk b.

Terapi Farmakologis dan non Farmakologis 1) Terapi farmakologis a) Sulfonylurea

b) Biguanid c) inhibitor alfa glukosidase d) insulin sensitizing agent

2) Terapi non – farmakologis a)

Prinsip dasar diit diabetes Prinsip dasar diit diabetes adalah pemberian kalori sesuai dengan kebutuhan. Cara sederhana untuk mengetahui kebutuhan dasar adalah sebagai berikut: Untuk wanita : (Berat Badan Ideal x 25 kalori) ditambah 20 % untuk aktifitas Untuk pria

: (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20 %

untuk aktifitas Prinsip kedua adalah menghindari konsumsi gula dan makanan ynag mengandung gula didalamnya. Sebaiknya juga menghindari konsumsi hidrat arang hasil dari pabrik yang berupa tepung dengan segala produknya. Hidrat arang olahan ini akan lebih cepat diubah menjadi gula di dalam darah. Prinsip ketiga adalah mengurangi konsumsi lemak dalam makanan sehari-hari. Tubuh penderita diabetes akan lebih mengalami kelebihan lemak darah, kelebihan lemak ini berasal dari gula darah yang tidak terpakai sebagai energi. Prinsip keempat adalah memperbanyak konsumsi serat dalam makanan. Yang terbaik adalah serat yang larut air seperti pectin (ada dalam buah apel), segala jenis kacang-kacangan dan biji-bijian (asal tidak digoreng). serat larut air ini terbukti dapat

menurunkan kadar gula darah. Semua jenis serat akan memperbaiki pencernaan, mempercepat masa transit usus, serta memperlambat penyerapan gula dan lemak.

b) Latihan Jasmani Latihan Jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur 3-4 kali setiap minggu selama kurang lebih setengah jam yang sifatnya sesuai dengan CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training). Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah senam santai, jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung. c) Edukasi Penyakit Penjelasan singkat tentang penyakit-penyakit di atas, mencakup faktor predisposisi dan faktor pemicu, pencegahan dan

penanganan dini.

d) Monitoring 1) Pasien diminta kembali atau menghubungi dokter keluarga 2) Pengawasan rumah pasien 3) Pengawasan keadaan sosial keluarga pasien 2. Family Focused 1. Dukungan keluarga terhadap kesembuhan a) Farmakologis: Mengawasi pasien dalam meminum obat yang diberikan oleh dokter dengan harapan pasien menjadi lekas sembuh.

b) Non farmakologis 1) Menyiapkan makanan dengan nutrisi yang cukup untuk pasien 2) Menyediakan lingkungan keluarga yang kondusif (tenang, saling mendukung antar anggota keluarga terutama kepada pasien, saling berbagi cerita dan memberikan solusi atas permasalahan pasien) 3) Memberikan sugesti positif kepada pasien agar mau sembuh 4) Mengajak pasien refreshing untuk coping stressor-nya 5) Menyediakan lingkungan rumah yang kondusif untuk seluruh anggota keluarga, terutama untuk pasien. 2. Dukungan psikologis keluarga a) Perbaiki APGAR Score 1) Berikan kesempatan untuk keluarga menentukan solusi yang akan diambil 2) Catat lagi APGAR Score  melihat apakah fungsi keluarga sudah kembali sebagaimana mestinya •

Adaptation : saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah



Partnership : saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya



Growth : saya cukup puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru



Affection : saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian, dll



Resolve : saya cukup puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

3) Edukasi penyakit dan pencegahan  lihat bagian edukasi di Personal Care. 4) Edukasi penyakit keluarga

Edukasi tentang Hipertensi dan Diabetes Mellitus  penyakit keturunan, dan berisiko tinggi mengenai anggota keluarga lain  perkenalkan gejala DM, faktor predisposisi DM, dan pencegahan DM 5) Edukasi Faktor Risiko Eksternal a) Pemicu Sosial Keluarga : a.

APGAR Score

Edukasi meliputi poin-poin APGAR Score, lihat poin edukasi keluarga b.

Pertemukan tiap anggota keluarga, diskusikan masalah yang ada,

cari solusi bersama. c.

Keluarga diminta mendukung untuk kesembuhan dan kehamilan

pasien, memberikan support seputar sugesti kesembuhan, kehamilan, membantu mempersiapkan kehamilan (nutrisi, ANC, dsb) b) Pendidikan dan Pergaulan : c) Layanan Kesehatan: a.

Menganjurkan kepada keluarga apabila ada keluhan kesehatan 

segera ke Dokter d) Lingkungan Fisik Rumah: e) Bangunan Tempat tinggal: f) Lingkungan Pemukiman: g) Lingkungan Kerja: c.

Screening penyakit keluarga a. Pemeriksaan GDP  screening DM b. Pemeriksaan TD  screening HT



Community focused

- edukasi penyakit dan pencegahannya pada community - faktor risiko ekstenal yg berhubungan dengan lingk rumah

- faktor risiko intrinsik/eksternal yg berhubungan dengan ling kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

PELAYANAN DOKTER KELUARGA 1. CENTRAL VALUE OF FAMILY MEDICINE Central value of family medicine adalah sebaga berikut (Wahyuni, 2003): a. Berbasis pada patient centered care dan mengedepankan hubungan dokter – pasien b. Melakukan pendekatan holistic pada pasien dan permasalahan yang dihadapinyayang dapat mempengaruhi kesehatan pasien. Dengan cara melihat pasien dari tiga dimensi yaitu dimensi biopsikososial. c.

Lebih menekankan pada preventif daripada kuratif

d. Mencari masalah kesehatan yang memungkinkan menjadi masalah serius untuk kedepannya. e. Menangani pasien berdasarkan spektrum seluruh kelompok usia yang luas. f.

Menangani pasien tidak hanya di ruang konsultasi saja, tetapi juga dapat dilakukan dimana saja.

2. PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA ADA 4 PRINSIP POKOK a.

Primer Layanan kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu primer (dokter praktekumum), sekunder (dokter spesialis), dan tersier (tim dokter) . Dokter keluarga menjadi tingkat pertama dari kontak individu, keluarga dan masyarakat dengan sistem kesehatan nasional, membawa perawatan kesehatan sedekat

mungkin ke tempat orang tinggal dan bekerja dan merupakan elemen pertama dari proses perawatan kesehatan berkelanjutan. b. Personal Pelayanan yang bersifat personal (invidual) bukan keluarga. Setiap pasien yang diobati adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk

menangani

makhluk

individu,

dokter

harus

bisa

menjaga

kerahasiaan. Sementara sebagai makhluk sosial, pasien harus disikapi sebagai bagian dari lingkaran teman atau keluarganya sendiri (Sudjoko, 1996). c.

Komperhensif Yang dimaksud layanan komperhensif adalah kemampuan promotif, memberi informasi tentang pencegahan (preventif), diagnosis, pengobatan (kuratif) dan rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan). Termasuk mengendalikan penyakit kronis dan kecacatan melalui penilaian risiko. Kalau seorang pasien cacat, dokter harus bisa melakukan rehabilitasi agar pasien bisa beraktivitas kembali sesuai potensi yang ada (Sudjoko, 1996). Tidak hanya berfokus pada penyakit, penyakit dan penyakit. Semua aspek dari jenis manusia yaitu bio-psiko-sosioekonomi-budaya-spiritual.

d. Kontinu The continuity of care atau kesinambungan pelayanan. Jangan sampai seseorang itu dilayani oleh banyak dokter, sehingga mengulang pelayanan lagi, pemeriksaan lagi, obatnya jadi double-double dan seterusnya. Demikian pula Dokter Keluarga akan mengontrol, dalam tanda kutip tindakan spesialistis, mana yang perlu dan mana yang tidak. Dokter keluarga harus memberikan pelayanan secara berkala dan berkesinambungan. Misal, sejak pasien ditangani sampai seterusnya. Atau dimulai dari usia balita hingga lanjut usia. Ini berlaku bagi seluruh anggota keluarga yang ia tangani (Sudjoko, 1996). B.

Diabetes Melitus 1. DEFINISI

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Penyakit diabetes terdapat pada sekitar 1% wanita usia reproduksi dan 1–2% diantaranya akan menderita diabetes gestasional. Diabetes melitus (DM) merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia (meningkatanya kadar gula darah) yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

karena

keduanya.

2. EPIDEMIOLOGI Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di seluruh dunia menderita Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total populasi. Insidensinya terus meningkat dengan cepat, dan diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari populasi dunia. Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlahpenderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat sekitar 4,5 juta pengidap diabetes, sedangkan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita, sedangkan dari data Depkes, jumlah penderita diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta pendudukdunia menderita diabetes dan pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yangmerupakan 6% dari populasi dewasa. Sehingga secara global WHO

memperkirakan PTM (penyakit tidak menular) telah

menyebabkan kematian sekitar 60% dan kesakitan 43% di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64 tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.

3. TANDA DAN GEJALA

Gejala Khas : a. Penurunan berat badan dan rasa lemah Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk

ke

dalam

sel,

sehingga

sel

kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus. b. Banyak kencing (poliuria) Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam. c. Banyak minum Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak d. Banyak makan Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, oleh karena itu penderita selalu merasa lapar Gejala Tidak Khas : a. Gangguan saraf tepi/kesemutan Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur. b. Gangguan Penglihatan

Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik. c. Gatal Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal-hal dianggap yang tidak berbahaya seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti. d. Gangguan Ereksi Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang. e. Keputihan Seorang wanita dengan keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satusatunya gejala yang dirasakan. Etiologi Klasifikasi 1. Diabetes Melitus Tipe I / Juvenile Diabetes tipe 1 dulu dikenal sebagai tipe juvenile-onset dan tipe dependen insulin; namun, kedua tipe ini dapat muncul pada sembarang usia. Insidens diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtipe yaitu autoimun dan idiopatik. 2. Diabetes Melitus Tipe II / Onset maturitas Diabetes tipe 2 dulu dikenal sebagai tipe dewasa atau tipe onset maturitas dan tipe nondependen insulin. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.

3. Diabetes Gestasional (GDM) Diabetes gestasional (GDM) dikenali pertama kah selama kehamilan dan memengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah

suatu keadaan

diabetogenik. Pasien yang mempunyai predisposisi diabetes secara genetic mungkin akan memerlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi klinis diabetes pada kehamilan.

Diabetes Melitus Tipe 1 Pada diabetes tipe 1 timbul karena adanya reaksi atoimin yang disebabkan adanya peradangan pada sel-β insulinitis. Ini menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel-β. Insulinitis bisa disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV, herpes dan lain-lain. Yang diserang pada insulinitis itu hanya sel-β, biasanya sel-α dan delta tetap utuh Melalui bidang farmakologi, dapat diberikan obat oral yang terdiri dari 3 golongan, yaitu sulfonylurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase, dan insulin sensitizing agent. Pada sulfonylurea, obat ini diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya berlebih. Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Contoh obat ini adalah Glimepirid yang diberikan dengan dosis maksimal 6 mg/hari dengan frekuensi 1 kali/hari.

Biguanid bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah, namun tidak sampai dibawah batas normal. Obat ini dianjurkan bagi pasien gemuk sebagai obat tunggal. Contoh dari obat ini adalah metformin yang diberikan dengan dosis maksimal 2500 mg/hari dengan frekuensi 1-3 kali/hari. Berikutnya adalah inhibitor alfa glukosidase. Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascapandrial. Contoh dari obat ini adalah acarbose yang diberikan dengan dosis maksimal 300 mg/hari dengan frekuensi 1-3 kali/hari. Thiazolidinediones yang termasuk ke dalam insulin sensitizing agent mempunyai efek farmakologi meningkatkan senstivitas insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF