Laporan Histologi Reproduksi Hewan Janta

September 5, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Histologi Reproduksi Hewan Janta...

Description

 

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU REPRODUKSI TERNAK ACARA II HISTOLOGI JANTAN

Disusun oleh :  Givari Cahya Oktovidhar 13/349122/PT/06536 XII  Asisten : Nadya Irsalina Nur Kholis

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK BAGIAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA  YOGYAKARTA  YOGYAKA RTA 2014

 

ACARA II HISTOLOGI JANTAN

Tinjauan Pustaka Menurut Dellmann dan Brown (1992), sistem reproduksi jantan terdiri dari testis testis   yang dikelilingi tunica vaginalis, vaginalis, epididymis, ductus deferens,

kelenjar

aksesori

(kelenjar

vesikulosa,

prostat,

dan

bulbouretralis), urethra, dan dan penis  penis yang dilindungi oleh preputium. oleh preputium. Menurut  Menurut Frandson (1992), sistem reproduksi berhubungan erat dengan sistem urin. Keduanya sering dikenal dengan nama sistem urogenital . Urethra Urethra   digunakan sebagai saluran baik sistem urin maupun sistem reproduksi  jantan.

Testis Testis   agak bervariasi dari spesies ke spesies dalam hal bentuk, Testis ukuran, dan lokasi, tetapi struktur dasarnya adalah sama. Masing-masing testis   terdiri dari banyak sekali tubulus seminiferosa yang testis seminiferosa yang dikelilingi oleh kapsul berserabut atau trabekula trabekula,, melintas masuk dari tunica albuginea  albuginea  untuk membentuk kerangka atau stroma stroma,, untuk mendukung tubulus seminiferosa. Trabekula ini bergabung membentuk korda fibrosa, yaitu mediastinum testis (Frandson, 1992). 1992). Rete testis terdiri dari saluran-saluran yang beranastomose dalam mediastinum testis.

Saluran-saluran ini terletak di antara

tubulus

seminiferosa dan duktuli eferen yang berhubungan dengan ductus epididymis dalam kepala epididymis. Sel-sel Leydig menghasilkan hormon epididymis dalam kelamin jantan testosteron testosteron   yang terdapat di dalam jaringan pengikat antara tubulus seminiferosa (Frandson, 1992). Menurut Dellmann dan Brown (1992), bila testis diangkat dari skrotum,, lapis  parietal tunica vaginalis tetap melekat pada skrotum skrotum skrotum,, sedangkan lapis

viseralis,, viseralis

pembalut  peritoneum  peritoneum   pada

testis dan

epididymis tetap bertaut pada kapsula testis  testis  di bawahnya, yakni tunica albuginea. Lapis albuginea.  Lapis viseralis tunica vaginalis terdiri vaginalis terdiri dari mesotel dan jaringan

 

ikat yang melekat pada tunica albuginea. Tunica albuginea merupakan kapsula   yang padat, terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur. Materi kapsula utamanya adalah serabut kolagen da sedikit serabut elastik. Tunica albuginea   berlanjut dengan trabekula albuginea trabekula   yang disebut septula septula   testis testis,, yang arah susunannya memusat ke mediastinum testis. Jaringan ikat yang mengisi ruang

intertubular mengandung

pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas, dan selsel interstisial endokrin (sel Leydig). Sel Leydig ini menghasilkan hormon androgen testikular (testosteron (testosteron)) dan juga banyak mengandung hormon estrogen. Bentuk sel-sel interstisial endokrin tidak teratur, sel-selnya polihedral dengan inti bulat dengan kandungan kromatin perifer. Tubuli seminiferi konvoluti berbentuk buluh yang berliku-liku dengan diameter 200 sampai 400 µm dibalut oleh epitel banyak lapis yang mengandung dua jenis sel dasar yang berbeda, yakni sel Sertoli dan sel spermatogenik (Dellmann dan Brown, 1992).

Epididymis Spermatozoa   bergerak dari tubulus seminiferosa  Spermatozoa seminiferosa  lewat ductulus eferens   menuju kepala epididymis eferens epididymis.. Epididymis Epididymis   merupakan pipa panjang dan berkelok-kelok yang menghubungkan vasa eferensia  eferensia  pada testis testis   dengan ductus eferens (vas deferens)  deferens)  (Frandson, 1992). Ductus epididymis   sangat berliku-liku dan mengulir. Panjang ductus cukup epididymis bervariasi di antara spesies dan diperkirakan panjangnya 40 meter pada sapi dan babi jantan, dan 70 meter pada kuda jantan. Transpor spermatozoa  melalui epididymis spermatozoa  epididymis   memerlukan 10 sampai 15 hari pada sebagian besar mamalia mamalia (Dellmann  (Dellmann dan Brown, 1992). Epididymis dapat Epididymis  dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Kepala (caput epididymis) membentuk epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung  proximal testis testis.. Epididymis   berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi Epididymis seluas satu per tiga dari bagian depan testis testis.. Saluran epididymis epididymis tersusun  tersusun dalam lobuli   dan mengandung ductuli efferentes testis melalui melalui   serosa.  serosa. 

 

Saluran tersebut terakhir yang menghubungkan rete testis dengan testis dengan saluran epididymis berjumlah epididymis  berjumlah 13 sampai 15 buah. Caput epididymis di epididymis di dekat ujung  proximal testis menjadi pipih dan bersambung ke badan (corpus epididymis)   dan berjalan distal   sepanjang tepi  posterior testis. epididymis) testis. Corpus Corpus   menjelma menjadi cauda epididymis  epididymis  pada ujung distal testis. testis. Saluran epididymis menjadi epididymis  menjadi lebih kasar di dekat ligamentum testis (Feradis, testis (Feradis, 2010).

Ductus Deferen Deferenss   Ductus deferens merupakan deferens merupakan kelanjutan dari ductus epididymis yang epididymis yang setelah membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk ductus deferens  deferens  dengan ciri histologinya. Bagian awal ductus deferens terdapat deferens terdapat dalam funiculus spermaticus, spermaticus, dan dalam rongga perut berlanjut dalam bentuk lipatan peritoneum lipatan  peritoneum (plica ductus deferentis). deferentis).   Lipatan mukosa ductus deferens dibalut oleh epitel silinder banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran, epitel berubah menjadi silinder sebaris. Sel-sel silinder memiliki mikrovili pendek dan bercabang di dekat epididymis.. Jaringan ikat longgar pada propria-submukosa banyak epididymis mengandung pembuluh darah, fibroblas, dan serabut elastik. Tunika muskularis   terdiri dari campuran susunan melingkar, memanjang, dan muskularis miring (kuda, sapi, dan babi jantan), namun pada ruminansia kecil dan karnivora, lapis dalam melingkar dan lapis luar memanjang. Lamina Lamina   serosa   dengan komponen biasa membalut organ tersebut. Tunika serosa Tunika   muskularis   pada bagian terminal ductus deferens  muskularis deferens  terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot polos yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia. adventisia. Lumen Lumen   bagian ductus deferens   yang berkelenjar dan celah lebar dari kelenjar ke dalam lumen deferens lumen   mengandung sejumlah

spermatozoa   pada spermatozoa

semua

hewan

piaraan

(Dellmann dan Brown, 1992). Vas deferens  deferens  atau ductus deferens mengangkut deferens mengangkut spermatozoa spermatozoa dari  dari ekor epididymis epididymis menuju  menuju ke urethra urethra.. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisasi pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameter ductus deferens mencapai deferens mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali.

 

Kedua vas deferens  deferens  yang terletak berdampingan di atas vesica urinaria, urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus deferens (Feradis, 2010). deferens (Feradis,

Penis Penis   adalah organ kopulatoris hewan jantan, mempunyai tugas Penis ganda yaitu pengeluaran urin dan perletakkan semen ke dalam saluran reproduksi betina. Penis Penis   terdiri dari akar, badan, dan ujung bebas yang berakhir pada glans penis. penis. Bagian ujung atau glans penis terletak penis terletak bebas dalam preputium dalam  preputium.. Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang penis yang relatif besar dan diselaputi oleh suatu selubung fibrosa tebal dan berwarna putih, tunica albuginea. albuginea. Urethra dikelilingi oleh corpus cavernosum urethra,   suatu struktur yang relatif lebih kecil di bagian ventral. Kedua urethra, corpora cavernosa bersifat cavernosa bersifat seperti spons dan terbagi atas rongga-rongga yang dapat dianggap sebagai kapiler-kapiler yang sangat membesar dan bersambung dengan venae penis (Feradis, penis (Feradis, 2010). Penis terdiri Penis  terdiri dari dua struktur erektil, corpora cavernosa penis dan corpus spongiosum penis, mengitari urethra spongiosa dan glans penis. Corpora cavernosa penis muncul dari tuberositas ischiadiscus dan membentuk badan penis badan  penis (  (corpus corpus penis). penis). Corpora  Corpora cavernosa penis dibalut oleh tunica albuginea, berbentuk jaringan ikat pekat tidak teratur dan tebal, mengandung serabut elastik dan otot polos.  polos.  Glans penis  penis  dibalut oleh tunica albuginea yang kaya akan serabut elastik, berlanjut membentuk trabekula trabekula yang  yang mengitari rongga yang mengandung jaringan erektil, mirip dengan corpus spongiosum penis (pada kuda) atau  plexus caverna besar (pada anjing). Glans penis ditutup oleh preputium caverna besar oleh  preputium.. Bagian kranial  penis  penis   dan glans penis terletak dalam kantung terdiri dari lipatan kulit berbentuk buluh disebut  preputium  preputium   yang terdiri dari bagian luar dan bagian dalam (Dellmann dan Brown, 1992).

 

Materi dan Metode

Materi Alat.  Alat yang digunakan dalam praktikum histologi organ reproduksi jantan adalah mikroskop cahaya, pensil warna, dan kertas kerja. Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum histologi organ reproduksi jantan adalah preparat testis, ductus deferens, epididymis, dan dan    penis..  penis

Metode Metode yang digunakan pada praktikum histologi organ reproduksi  jantan antara lain lain   preparat histologi testis, ductus deferens, epididymis, dan   penis diamati oleh praktikan dengan menggunakan mikroskop dan cahaya.. Bagian-bagian alat reproduksi jantan tersebut diidentifikasi. Hasil cahaya pengamatan digambar di kertas kerja dengan pensil warna.

 

Hasil dan Pembahasan

Menurut Dellmann dan Brown (1992), sistem reproduksi jantan terdiri dari testis testis   yang dikelilingi tunika vaginalis, epididymis, ductus deferens,

kelenjar

aksesori

(kelenjar

vesikulosa, vesikulosa,

prostat,

dan

bulbouretralis), urethra, dan  penis yang dilindungi oleh  preputium.  preputium. Setiap  Setiap organ reproduksi memiliki fungsi masing-masing. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengamatan organ reproduksi  jantan sebagai berikut.

Testis Testis   merupakan organ utama yang menghasilkan sel sperma Testis untuk proses reproduksi (Ulum et. al., 2013). Jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe limfe,, fibrosit , sel-sel mononuklear bebas dan sel-sel interstisial endokrin  endokrin  (sel  (sel  Leydig). Jumlah sel interstisial  bervariasi  bervariasi pada spesies yang berbeda, dan tergantung pula pada umur hewan. Sel-sel interstisial endokrin (sel endokrin (sel  Leydig) tersusun dalam kelompok atau berbentuk tali, sehingga tidak tiap sel dekat dengan kapiler. Antara sel-sel yang berbatasan tersebut, terdapat kanalikuli  kanalikuli   interselular serta gap junction. junction. Bentuk sel-sel interstisial endokrin tidak teratur, sel-selnya polihedral  polihedral  dengan inti bulat dengan kandungan kromatin perifer (Dellmann dan Brown, 1992).

Gambar 1. Histologi Testis Testis   (Anonim, 2008) Spermatogenesis adalah suatu proses dimana sel-sel kelamin primer dalam testis testis   menghasilkan spermatozoa spermatozoa.. Jumlah kromosom

 

direduksi menjadi separuh jumlah normal yang terdapat dalam sel-sel somatik

pada

masing-masing

spesies

selama

meiosis

dalam

spermatogenesis. Spermatogenesis spermatogenesis. Spermatogenesis   meliputi serangkaian tahapan dalam pembentukan spermatozoa spermatozoa.. S permatogonia  permatogonia,, sel-sel yang pada umumnya terdapat pada perifer tubulus seminiferus, seminiferus, jumlahnya bertambah secara mitosis kemudian spermatosit primer, dihasilkan oleh spermatogonia spermatogonia,, mengalami migrasi menuju pusat tubulus tubulus   dan mengalami pembelahan meiosis yang mana kromosom-kromosom bergabung dalam pasanganpasangan yang kemudian satu dari masing-masing pasangan menuju ke masing-masing dari dua spermatosit  sekunder.   sekunder. Dua spermatosit  sekunder  sekunder yang terbentuk dari masing-masing spermatosit   primer terbagi secara mitosis menjadi empat spermatid . Masing-masing spermatid   mengalami serangkaian perubahan nukleus dan sitoplasma (spermiogenesis ( spermiogenesis)) dari sel yang bersifat non-motil menjadi sel motil dengan membentuk flagelum flagelum   (ekor)

untuk

membentuk

spermatozoa.. spermatozoa

Spermatozoa   adalah Spermatozoa

sel

kecambah yang mana setelah masak bergerak melalui epididymis epididymis   yang membuahi

ovum   setelah ovum

terjadi

kapasitasi

pada

hewan

betina.

Spermatozoa aktif bergerak setelah menyentuh bahan-bahaan yang disekresikan oleh kelenjar aksesoris (Frandson, 1992).

Gambar 2. Spermatogenesis Spermatogenesis   (Anonim, 2012) Hormon yang diproduksi oleh testis ada 3 baik yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi spermatogenesis spermatogenesis.. Ketiga hormon ini adalah testosteron, estradiol, dan inhibin. Sel Leydig

 

memproduksi testosteron dan ditempatkan di dekat tubulus seminiferus. seminiferus. Sel sertoli terletak di dekat tubulus seminiferus dan seminiferus dan memproduksi estradiol  estradiol   serta inhibin. Menurut Frandson (1992), sel-sel Leydig berfungsi untuk menghasilkan hormon kelamin jantan testosteron. Menurut Dellmann and Brown (1992), sel sertoli bentuknya tidak teratur dan memanjang. Basisnya

yang

luas

menopang

pada

lamina

basalis  dan basalis 

sisa

sitoplasmanya mengarah ke lumen tubulus seminiferus. seminiferus. Sel sertoli memiliki fungsi nutritive nutritive,, protektif dan menunjang sel-sel spermatogenik. Hasil praktikum yang diperoleh sesuai dengan literatur. Mekanisme hormonal dalam pengaturan proses spermatogenesis spermatogenesis   secara lengkap sebetulnya tidak diketahui namun pada kenyataannya adalah bahwa 10 perkembangan spermatogenesis spermatogenesis   pada usia dewasa tergantung pada hipothalamus, hipothalamus, kelenjar  kelenjar hypophysis hypophysis dan  dan fungsi sel leydig  leydig   (sebagai penghasil testosteron )   )  dalam testis testis.. Spermatogenesis Spermatogenesis   tidak dapat diawali oleh FSH dan testosteron  testosteron   apabila tidak terdapat kelenjar hypophyisis.. FSH diperlukan untuk perkembangan androgen binding hypophyisis  protein (ABP) (ABP)  dan untuk perkembangan barrier perkembangan barrier testis-darah testis-darah dan fungsi lain dari sel. Testosteron secara sendirian tanpa bantuan hormon lain akan memelihara spermatogenesis pada waktu pertama kali fungsi sel sertoli baru berkembang. Produksi spermatozoa spermatozoa bagaimanapun  bagaimanapun akan meningkat  jika

terdapat

FSH.

FSH

diketahui

dapat

meningkatkan

produksi

spermatogonia dengan spermatogonia  dengan cara mencegah diferensiasi spermatogonia spermatogonia tipe  tipe A. Lima puluh persen dari spermatogonia spermatogonia tipe  tipe A akan mengalami degenerasi. Pengurangan jumlah spermotogonia spermotogonia   tipe A juga dapat terjadi karena peningkatan aktivitas seksual, sedangkan level FSH sendiri pada jantan

Commented Commente d [u1]: Jangan idepan

akan meningkat kadarnya oleh aktivitas seksual dan menurun oleh pengaruh inhibin. Hormon androgen ditransportasikan dari tempat produksi (sel Leydig) untuk mempengaruhi perkembangan sel germinatif.

Commented Commente d [u2]:

 Androgen binding protein yang protein  yang diproduksi oleh sel sertoli  sertoli  dan dikeluarkan

Commented Commente d [u3]:

menuju bagian adluminal , membantu androgen dalam jumlah besar menuju caput epididymis. epididymis. Sintesa androgen binding protein oleh protein oleh sel sertoli

 

ini tergantung pada stimulasi FSH tetapi hanya setelah sel sertoli dipengaruhi oleh hormon androgen (Lestari, 2007).

Gambar 3. Feedback  Hormon  Hormon pada Spermatogenesis Spermatogenesis   (Anonim, 2013)

Commented Commente d [u4]:

Determinasi abnormalitas spermatozoa spermatozoa   berbeda-beda di antara peneliti maupun laboratorium. Menurut Chenoweth (2005) cit. Riyadhi (2012), abnormalitas spermatozoa spermatozoa   terbagi dalam dua kategori, yakni berdasarkan sekuen proses pembentukan spermatozoa spermatozoa   (primer dan sekunder) dan berdasarkan dampaknya bagi fertilitas. Kategori kerusakan spermatozoa   spermatozoa

bersifat

spermatogenesis,, spermatogenesis

primer

sedangkan

adalah

yang

sekunder

jika

terjadi

pada

kejadiannya

saat

setelah

spermiasi . Pengelompokkan kelainan mayor dan minor didasarkan pada dampaknya terhadap fertilitas jantan tersebut. Kelainan mayor akan berdampak besar pada fertilitas, sebaliknya kelainan yang bersifat minor dampaknya kecil pada fertilitas. Menurut Ax et al. (2000) cit. Riyadhi (2012), mengelompokkan abnormalitas spermatozoa spermatozoa   ke dalam tiga kategori, yaitu primer (mempunyai hubungan erat dengan kepala spermatozoa   dan akrosom spermatozoa akrosom), ), sekunder (keberadaan droplet   pada bagian tengah ekor), dan tersier (kerusakan pada ekor). McPeake dan Pennington (2009) cit. Riyadhi (2012), mengelompokkan abnormalitas dalam dua kategori, yaitu primer (yang meliputi abnormalitas kepala dan bentuk midpiece midpiece,, abnormalitas midpiece dan tightly coiled tails) tails) dan

 

sekunder (kepala normal

yang terputus, droplet dan ekor yang

membengkok).

Gambar 4. Bentuk Abnormal Spermatozoa Spermatozoa   (Anonim, 2010) Testis turun Testis  turun dari rongga tubuh ke dalam scrotum scrotum pada  pada saat hewan lahir melalui saluran atau kanal inguinal. Penurunan testis testis kadang-kadang  kadang-kadang tidak terjadi, atau hanya satu testis testis saja  saja yang turun. Hal tersebut disebut dengan criptorchidism criptorchidism (Blakely  (Blakely dan Bade, 1998). Menurut Feradis (2010), criptorchidism   adalah suatu keadaan dimana testis criptorchidism testis   gagal menggantung keluar menuju scrotum scrotum   dan tetap tinggal di abdomen abdomen.. Pengeluaran hormon dari testis tidak nyata terpengaruh dan perkembangan hewan serta aktivitasnya sebagai pejantan dapat berjalan dengan baik, tetapi tidak dapat memproduksi spermatozoa yang normal sehingga ternak menjadi infertil. Penurunan satu testis testis saja  saja disebut unilateral criptorchidism. criptorchidism. Kedua testis   apabila tidak turun disebut bilateral  testis bilateral  criptorchidism. criptorchidism. Unilateral criptorchidism  dapat mengakibatkan kelainan dalam efisiensi reproduksi, criptorchidism  sedangkan bilateral  bilateral  criptorchidism  criptorchidism  menyebabkan keadaan yang lebih

Commented Commente d [u5]: Cari gambar

berat yaitu seekor hewan jantan menjadi steril (Blakely dan Bade, 1998).

Commented Commente d [u6]: Jangan lupa masukin di dapus & copy bukunya.

 

 

Gambar.  Penurunan Gambar. Penurunan testis  testis (Frandson, 1992)

Epididymis Epididymis   mamalia merupakan alat kelamin aksesori dinamik, Epididymis tergantung

pada

androgen

testikularis  untuk testikularis 

memelihara

status

diferensiasi epitel (Dellmann dan Brown, 1992).  1992).  Berdasarkan hasil praktikum, secara histologis epididymis epididymis   dibungkus oleh membran yaitu mukosa, musculus musculus,, dan membran yang sangat tipis yang disebut membran serosa. Membran mukosa berfungsi untuk menghasilkan mukus atau lendir sebagai pelicin agar proses transpor spermatozoa spermatozoa   lebih mudah. Musculus berfungsi untuk membantu pergerakan spermatozoa spermatozoa   di dalam epididymis epididymis   dengan gerak meremas dan mendorong. Membran serosa berfungsi untuk melindungi epididymis epididymis   dari kontaminan dan mikroorganisme dari luar.  luar. Epididymis Epididymis berupa  berupa saluran yang dilewati sperma yang berbentuk seperti pipa yang lunak. Lubang epididymis epididymis   disebut lumen. Ductus epididymis  epididymis  dibalut oleh epitel banyak lapis, dikitari oleh sedikit jaringan ikat longgar dan otot polos dengan susunan melingkar. Lumen cauda epididymis dan epididymis dan saluran eksternal lainnya, ductus deferens  deferens  dan urethra adalah serupa pada saluran tubuler dari saluran reproduksi betina. Tunika serosa  serosa  di bagian luar, diikuti dengan otot daging licin pada bagian tengah dan lapisan paling dalam adalah epithelial  (Dellmann   (Dellmann dan Wrobel, 1992). Epididymis Epididymis mempunyai  mempunyai empat fungsi yaitu, pengangkutan, penyimpanan, pemasakan, dan pengentalan (konsentrasi) sperma.

 

Struktur ini, yang panjangnya diperkirakan sekitar 40 meter berperan untuk menyalurkan sperma dari testes testes ke  ke kelenjar kelamin aksesoris. Air diserap kembali guna meningkatkan konsentrasi. Pemasakan dicapai karena ekskresi sel dan sperma disimpan terutama pada epididymis epididymis   bagian ekor (cauda (cauda)) (Frandson, 1992).

Gambar 5. Histologi Epididymis (Anonim, 2010)

Ductus Deferen Deferenss   Ductus deferens merupakan deferens merupakan kelanjutan dari ductus epididymis yang epididymis yang setelah membuat lengkung tajam pada ujung ekor, kemudian berlanjut lurus membentuk ductus deferens  deferens  dengan ciri histologinya. Bagian awal ductus deferens  deferens  terdapat dalam funiculus spermaticus. spermaticus. Rongga perut, berlanjut dalam bentuk lipatan  peritoneum  peritoneum   ( plica   plica  ductus deferentis). deferentis). Lapisan mukosa ductus mukosa ductus deferens dibalut deferens dibalut oleh epitel silindris banyak lapis, sebelum mencapai akhir saluran saluran, epitel berubah menjadi silinder sebaris. Sel-sel silinder di dekat epididymis epididymis memiliki  memiliki mikrovili pendek dan bercabang (Dellmann dan Brown, 1992). Berdasarkan praktikum histologi

yang

dilakukan

dengan

menggunakan preparat ductus deferens  deferens  domba terdiri dari lumen, sel epitel,, lamina propia, musculus circular, musculus longitudinal dalam epitel dalam,, musculus longitudinal   luar, dan tunika serosa. serosa. Secara histologis, ductus deferens

tersusun atas jaringan fibrosa. Bagian-bagiannya berbentuk

musculus-musculus yang meliputi musculus longitudinal   luar, musculus

 

sirkuler (di tengah), dan musculus longitudinal   dalam. Bagian sel epitel terdapat lamina propria dan lumen.

Gambar 6. Histologi Ductus Deferens  Deferens  (Anonim, 2010) Ujung terminal ductus deferens, deferens, terlepas apakah membentuk ampulla   (pada kuda, ruminansia, anjing) atau tidak (pada babi, kucing), ampulla mengandung kelenjar tubuloalveolar  bercabang  bercabang sederhana dalam propriasubmukosa. Tunika muskularis pada bagian terminal ductus deferens  deferens  terdiri dari susunan bervariasi dari berkas otot polos, yang dikelilingi oleh  jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah dari tunika adventisia. Lumen bagian ductus deferens  deferens  yang berkelenjar dan celah lebar dari kelenjar ke dalam lumen mengandung sejumlah spermatozoa spermatozoa   pada semua hewan piaraan (Dellmann dan Brown, 1992). Ductus deferens berfungsi menyalurkan semen yang telah masak dari ekor epididymis epididymis   menjauhi kelenjar-kelenjar kelamin aksesoris, vesicula seminalis  seminalis  (seminal vesicles), vesicles), kelenjar cowpery , dan kelenjar prostata (yang umumnya disebut

kelenjar-kelenjar kelamin sekunder).

Kelenjar-kelenjar itulah yang menghasilkan cairan yang lazim disebut semen..  Cairan semen tersebut banyaknya antara 5 sampai 10 cc dan semen diejakulasikan melalui  penis  penis   ke dalam saluran reproduksi betina. Rangsangan kelamin menyebabkan sejumlah darah dipompakan ke dalam ruang-ruang didalam penis sehingga mengakibatkan ereksi dengan cara meluruskan flexura sigmoidea, sigmoidea, dengan demikian kopulasi dapat berlangsung. Flexura sigmoidea  sigmoidea  setelah kopulasi mengalami kontraksi

Commented Commente d [u7]:

 

oleh kerja otot retractor otot retractor penis yang penis yang bekerja menarik penis menarik penis masuk  masuk ke dalam bungkus pelindungnya (Frandson,1992).

Penis Penis   adalah organ kopulasi yang dimilki hewan jantan. Penis Penis Penis   berfungsi untuk mengeluarkan urin dan perletakan semen ke dalam saluran reproduksi hewan betina. Bagian yang membentuk huruf S dalam keadaan relaks disebut dengan flexura sigmoidea  sigmoidea  yang mempunyai  jaringan pengikat lebih tinggi dari jaringan jaringan erektil (Frandson, 1992). Berdasarkan hasil pengamatan,  penis  penis   berisi bagian-bagian yaitu tunica albuginea, corpus cavernosum urethra, corpus cavernosum penis,  penis,   uretra dan lumen lumen.. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bagian yang menyusun penis adalah tunica albuginea,  jaringan ikat, corpus cavernosum penis yang berfungsi untuk menegangkan penis, urethra,, urethra

dan

corpus

cavernosum

urethra

yang

berfungsi

untuk

merelekskan penis. Menurut Dellmann dan Brown (1992), penis (1992),  penis terdiri  terdiri dari dua struktur erektil, corpus cavernosa penis, penis, corpus spongiosum penis, penis, mengitari urethra spongiosa  spongiosa  dan glands penis. penis. Corpus cavernosa penis  penis  dibalut oleh tunica albuginea, albuginea, berbentuk jaringan ikat pekat tidak teratur dan tebal, mengandung serabut elastik dan otot polos. Glans penis dibalut penis dibalut oleh tunica albuginea  albuginea  yang kaya akan serabut elastik, berlanjut membentuk trabekula yang mengitari rongga yang mengandung jaringan erektil, mirip dengan korpus spongiosum penis (pada kuda) atau  pleksus kaverna besar (pada anjing).

Gambar 7. Histologi Penis Penis  

 

 

(Anonim, 2010)

Commented Commente d [u8]: naikin

 

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa organ reproduksi jantan secara histologinya terdiri atas testis, epididymis, ductus deferens, dan  penis  penis.. Testis bagian dalam terdapat tunika albugenia yaitu jaringan pembungkus testis testis   bagian luar, jaringan ikat putih dibawah tunika vaginalis propia, tubulus seminiferus  seminiferus  dan sel leydig.

Epididymis

disusun

oleh

sel-sel

pembuluh

darah,

lumen

epididymis,   sel interstitial, dan tubulus seminiferus.  epididymis, seminiferus.  Ductus deferens  deferens  bagian dalam terdapat sel epithel , tunika serosa, muskulus sirkuler, muskulus longitudinal luar dan dalam, lamina propia  propia  dan juga lumen. Penis  tersusun atas sejumlah sel-sel uretra Penis  uretra,, tunika albugenia, lumen, corpus cavernosum penis, penis, dan corpus cavernosum urethra. urethra. Penis Penis   terdiri dari dua struktur erektil, corpus cavernosum penis,  penis,  corpus spongiosum  penis,, mengitari urethra spongiosa, dan  penis spongiosa, dan glands penis. penis.

 

Daftar Pustaka  Anonim. 2008. Testis. Available http://anatomyforme.blogspot.com/2008/04/endocrine-histologyplenty-of-histo.html. Diakses plenty-of-histo.html.  Diakses tanggal 2 Oktober 2014.

at:

 Anonim. 2010. Ductus Deferens. Available at: http://www.google.co.id/imglanding?q=ductus+deferens&hl=id&gbv= 2&tbs=isch. Diakses tanggal 24 November 2013.  Anonim. 2010. Abnormalitas spermatozoa. Available at http://wombwithastory.blogspot.com. http:/ /wombwithastory.blogspot.com.   Diakses tanggal 7 Desember 2013.  Anonim. 2010. Epididymis. Available http://www.webpathology.com/image.asp?n=4&Case=27

at

 Anonim.

at

2010.

Histologi

jantan

Available

http://instruction.cvhs.okstate.edu/Histology/HistologyReference/hrm alers.htm  Accestion date 7 Desember 2013  Anonim. 2012. Gametogenesis in Human: Human: Spermatogenesis and Oogenesis. Available at: http://www.yourarticlelibrary.com/biology/gametogenesis-process-inhuman-spermatogenesis-and-oogenesis/11843/. Diakses human-spermatogenesis-and-oogenesis/11843/.  Diakses tanggal 2 Oktober 2014  Anonim. 2013. What are the hormones involved in regulation of spermatogenesis. Available at: http://www.biology.lifeeasy.org/97/what-are-the-hormones-involvedregulation-spermatogenesis. Diakses regulation-spermatogenesis.  Diakses pada 2 Oktober 2014. Blakely and Bade. 1998. Ilmu Dellmann, H.D dan Karl-Heinz Wrobel. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Feradis. 2010. Reprodusi Ternak. Alfabeta. Bandung. Frandson, R. D. 1992. Anatomi. dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Yogyakarta. Lestari, Tita Damayanti. 2007. Peran Inhibin pada Proses Reproduksi Ternak. Universitas Padjadjaran. Bandung. Riyadhi, Muhammad, R. Iis Arifiantini, dan Bambang Purwantara. 2012. Korelasi morfologi abnormalitas primer spermatozoa terhadap umur pada beberapa bangsa sapi potong. Agroscientiae. Volume 19 Nomor 2 Agustus 2012. Ulum, Fakhrul Mokhamad., Paramitha, Devi., Muttaqin, Zultinur., Utami, Nur Fitri., Utami, Nindya Dwi., Gunanti, dan Deni Noviana. 2013. Pencitraan Ultrasonografi Organ Reproduksi Domba Jantan Ekor

Commented Commente d [u9]: after 6 before 0

 

   

Tipis Indonesia. Acta Veterinaria Indonesiana. ISSN 2337-3202, EISSN 2337-4373 Vol. 1, No. 2: 54-59, Juli 2013.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF