Laporan Hemodialisa
July 10, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Hemodialisa...
Description
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………….....................................................................................1 ……………….....................................................................................1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………… …………...................................................................................2 ...................................................................................2 1.2 Batasan Masalah ………. ………....................................................................................2 ...................................................................................2 1.3 Rumusan Masalah ……......................................................................................3 ……......................................................................................3 1.4 Tujuan ………………….. …………………....................................................................................3 ..................................................................................3 1.5 Manfaat ……………….. ……………….....................................................................................3 ...................................................................................3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hemodialisa …………………….. ……………………........................................................................4 ......................................................................4 2.2 Prosedur Pelaksana Hemodialisa ........................................................................7 2.3 Pemasangan Hemodialisa ……...........................................................................9 ……...........................................................................9 2.4 Analisis Teknis ………………...........................................................................9 ………………...........................................................................9 2.5 Pemeliharaan Alat Hemodialisa ............................. .......................................................... ...........................................9 ..............9 2.6 Kalibrasi Alat Hemodialisa ...............................................................................10 2.7 Penempatan Alat Hemodialisa pada pasien ......................................................10 2.8 Perbaikan pada Alat Hemodialisa .....................................................................10 2.9 Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Alat Hemodialisa ..................10 2.10 Pencatatan pada Alat Hemodialisa ...................................................................12 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan …………….. ……………....................................................................................14 ..................................................................................14 3.2 Saran ……………………. ……………………..................................................................................14 .................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA ……… ………................................................................................ ................................................................................ 15
Laporan Hemodialisa
Page 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kualitas peralatan kesehatan di rumah sakit merupakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan ini berdampak pada kemajuan di segala bidang khususnya dalam bidang kesehatan yang telah membawa dampak positif besar yang dapat dilihat pada perkembangan teknologi peralatan kesehatan rumah sakit, terutama pada peralatan elektromedik sebagai penunjang pelayanan kesehatan. Begitu juga dengan perkembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan semakin meningkat dan optimal sebagai wujud untuk kesejahteraan umum. Salah satu peningkatan pelayanan kesehatan, maka perlu ditunjang dengan perkembangan alat kesehatan, salah satunya dengan peralatan terapi dengan harapan agar lebih mudah dan efektif pada penggunaannya, dan tidak berdampak negatif bagi operator ataupun pemakai peralatan tersebut. Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Kusuma & Nurarif, 2012). Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah, dan dialisis = pemisahan atau filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialis yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Tetapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan). Hemodialisis dapat dilakukan pada saar toksin atau zat beracun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian (Mutaqin & Sari, 2011). Hemodialisis adalah suatu usaha untuk memperbaiki kelainan biokimiawi darah yang terjadi akibat terganggunya fungsi ginjal, dilakukan dengan menggunakan mesin hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy/RRT) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada penderita PGK stadium V dan pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury) yang memerlukan terapi pengganti ginjal. Menurut prosedur yang dilakukan HD dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: HD darurat/emergency, HD persiapan/preparative, dan HD kronik/reguler (Daurgirdas et al., 2007).
Laporan Hemodialisa
Page 2
1.2 Batasan Masalah
Mahasiswa dapat memahami pengertian, penempatan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, pencatatan, analisis teknis, penerapan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja pada alat hemodialisa.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian hemodialisa? 2. Bagaimana penempatan dan pemasangan alat hemodialisa?
3. Bagaimana pengoperasian dan pemeliharaan alat hemodialisa?
4. Bagaimana pencatatan, analisis teknis, serta penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada alat hemodialisa? 5. Apa saja perbaikan pada alat hemodialisa? 1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami pengertian hemodialisa. 1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami penempatan dan pemasangan alat hemodialisa.
2. Mahasiswa dapat memahami pengoperasian dan pemeliharaan alat hemodialisa. 3. Mahasiswa dapat memahami pencatatan, analisis teknis, dan penerapan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja pada alat hemodialisa. 4. Mahasiswa dapat menentukan perbaikan pada alat hemodialisa.
1.5 Manfaat 1.5.1
Manfaat Teoritis
1. Mahasiswa dapat memahami penempatan dan pemasangan alat hemodialisa. 2. Mahasiswa dapat memahami pengoperasian dan pemeliharaan alat hemodialisa. 3. Mahasiswa dapat memahami pencatatan, analisis teknis, dan penerapan prinsip kesehatan dan keselamatan kerja pada alat hemodialisa. 4. Mahasiswa dapat menentukan perbaikan pada alat hemodialisa. 1.5.2
Manfaat Praktis
Mahasiswa dapat memahami pengertian hemodialisa.
Laporan Hemodialisa
Page 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemodialisa 2.1.1 Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit berp enyakit aku akutt yan yang g memb membutuhkan utuhkan dialisis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006). Hemodialisis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti urine dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fungsi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi. Hemodialisa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan (Christin Brooker, 2001). Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dializer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena ( fistula arteriovenosa) arteriovenosa) melalui pembedahan. 2.1.2 Indikasi Hemodial Hemodialisa isa
1. Indikasi Segera Koma, perikarditis, atau efusi pericardium, pericardium, neuropati perifer , hiperkalemi, hipertensi maligna, over hidrasi atau edema paru, oliguri berat atau anuria. 2. Indikasi Dini a. Gejala uremia Mual,
muntah,
perubahan
mental,
penyakit
tulang,
gangguan
pertumbuhan dan perkembangan perkemb angan seks dan perubah perubahan an kulitas hidup. b. Laboratorium abnormal Asidosis, azotemia (kreatinin 8-12 mg %) dan blood urea nitrogen (BUN) : 100-120 mg %, TKK : 5 ml/menit. 3. Frekuensi Hemodialisa Frekuensi dialisa bervariasi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali / minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika: a. Penderita kembali menjalani hidup normal. b. Penderita kembali menjalani diet yang normal. c. Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi. d. Tekanan darah normal. e. Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif.
Laporan Hemodialisa
Page 4
2.1.3 Tujuan Hemodialisa
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain. 2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat. 3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal. 4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain. 2.1.4 Peralatan Hemodialisa
1. Arterial Venouse Blood Line (AVBL) Line (AVBL) a. Arterial
blood
line line (ABL)
adalah
tubing
tubing/line
plastik
yang
menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah. b. Venouse blood line adalah tubing/line plastik yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser. Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat, port darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul. 2. Dializer atau ginjal buatan (artificial ( artificial kidney) kidney) adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang/kompartemen, yaitu: a. Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah. b. Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat. Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat. 3. Air Water Treatment Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu dengancara “water “ water treatment ” sehingga memenuhi standar AAMI ( Association Association for the Advancement of Medical Instrument ). ). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 liter. 4. Larutan Dialisat Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate.. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu: bicarbonate jenis standart , free potassium potassium,, low calsium calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate bicarbonate ada Laporan Hemodialisa
Page 5
yang powder yang powder , sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai). 5. Mesin Haemodialisis Ada bermacam-macam mesin hemodilisis sesuai dengan mereknya. Tetapi prinsipnya sama yaitu blood pump, pump, sistem pengaturan larutan dilisat, sistem pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dan dillisat circuit dan dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, pump, tombol bicarbonate, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor. 2.1.5 Proses Hemodialisa
Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal buatan (dialyzer (dialyzer ). ). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata – rata manusia mempunyai sekitar 5,6 sampai 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar tubuh. Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan disaring oleh dialyzer kemudian kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses yaitu arteriovenous (AV) fistula, fistula, AV graft dan dan central venous catheter . AV fistula fistula adalah akses vaskular yang paling direkomendasikan karena cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien. Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda-tanda vital pasien untuk memastikan apakah pasien layak untuk menjalani hemodialysis hemodialysis.. Selain itu pasien melakukan timbang badan untuk menentukan jumlah cairan didalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blod line (selang line (selang darah) dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan dan akses untuk jalan masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai. Pada proses hemodialisa, darah sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui selang darah dan dialyzer . Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin HD juga mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut membantu mengumpulkan racun – racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh. 2.1.6 Komplikasi Hemodialisa
1. Kram otot Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot Laporan Hemodialisa
Page 6
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi. 2. Hipotensi Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan. 3. Aritmia Hipoksia,
hipotensi,
penghentian
obat
antiaritmia
selama
dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa. 4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi p pada ada p pasien asien yang menjalan menjalanii hemo hemodialisa dialisa pertama dengan azotemia berat. 5. Hipoksemia Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar. 6. Perdarahan Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai
dengan
mengukur
waktu
perdarahan.
Penggunaan
heparin
selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan. 7. Gangguan pencernaan Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala. 8. Pembekuan darah Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
2.2 Prosedur Pelaksana Hemodialisa
A. Perawatan Sebelum Hemodialisa 1. Sambungkan selang air dengan mesin hemodialisa. 2. Kran air dibuka. 3. Pastikan selang pembuang air dan mesin hemodialisis sudah masuk kelubang atau saluran pembuangan. Laporan Hemodialisa
Page 7
4. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak. 5. Hidupkan mesin. 6. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit. 7. Matikan mesin hemodialysis. 8. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat. 9. Sambungkan selang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin hemodialis. 10. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap). B. Menyiapkan Sirkulasi Darah
1. Bukalah alat-alat dialysis dialysis dari dari set nya. 2. Tempatkan dializer pada tempatnya dan posisi “inset “ inset ” (tanda merah) m erah) diatas dan posisi “outset ” (tanda biru) di bawah. 3. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung “inset” dari dialyzer. 4. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung “outset” dari dializer dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi po sisi tengah. 5. Set infus ke botol NaCl 0,9% – 0,9% – 500 500 cc. 6. Hubungkan set infus ke slang arteri. 7. Bukalah klem NaCl 0,9%, isi slang arteri sampai ke ujung slang lalu diklem. 8. Memutarkan letak dializer dengan posisi “inset” di bawah dan “outset” di atas, tujuannya agar dializer bebas dari udara. 9. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin. 10. Buka klem dari infus set ABL, VBL. 11. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/menit, kemudian naikkan secara bertahap sampai dengan 200 ml/menit. 12. Isi bable-trap dengan NaCl 0,9% sampai ¾ cairan. 13. Berikan tekanan secara intermiten pada VBL untuk mengalirkan udara dari dalam dializer, dilakukan sampai dengan dializer bebas udara (tekanan lebih dari 200 mmHg). 14. Lakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl 0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat pada botol (kalf) sisanya ditampung pada gelas ukur. 15. Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong dengan kalf NaCl 0,9% baru. 16. Sambungkan ujung biru VBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan konektor. 17. Hidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk dializer baru 15-20 menit untuk dializer reuse dengan aliran 200-250 ml/menit. 18. Kembalikan posisi dializer ke posisi semula di mana “inlet” di atas dan “outlet” di bawah. 19. Hubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-10 menit, siap untuk dihubungkan dengan pasien) soaking.
Laporan Hemodialisa
Page 8
C. Persiapan pasien
1. Menimbang berat badan. 2. Mengatur posisi pasien. 3. Observasi keadaan umum. 4. Observasi tanda-tanda vital. 5. Melakukan
kamulasi/fungsi
untuk
menghubungkan
sirkulasi,
biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti di bawah ini: a. Dengan interval A-V shunt / fistula simino. b. Dengan external A-V shunt / schungula. c. Tanpa 1 – 1 – 2 2 (vena pulmonalis). 2.3 Pemasagan Hemodialisa
Cuci darah merupakan proses medis yang dilakukan untuk menghilangkan kotoran atau sisa limbah tubuh yang seharusnya secara alami diproses oleh ginjal. Jika ginjal mengalami gangguan atau kegagalan (gagal ginjal) maka limbah dalam darah yang seharusnya disaring dan dikeluarkan dalam tubuh tidak dilakukan sehingga limbah tersebut akan menumpuk dalam darah dan dapat membahayakan tubuh. Untuk melakukan prosedur cuci darah tentunya perlu dilakukan serangkaian pemeriksaan apakah seseorang memerlukan cuci darah atau tidak. Beberapa hal yang menjadi perhatian adalah tes fungsi ginjal seperti kadar ureum dan kreatinin, creatinine clearance, dan juga kondisi fisik orang tersebut. Jika bersihan kreatinin yang normalnya 90-110/menit turun menjadi 10-12cc/ menit maka perlu dilakukan prosedur cuci darah. Proses cuci darah yang sering dilakukan adalah hemodialisis atau dimana proses pembersihan dilakukan dua selang yang dipisahkan oleh mesin penyaring dimana satu menuju mesin penyaring dan satu lagi menuju ke tubuh. Dimana tidak jarang pada penderita gagal ginjal tahap akhir (end stage renal disease) dipasangkan alat bantu untuk melancarkan hemodialisa seperti pemasangan kateter double lumen pada vena jugularis ataupun pemasangan alat yang menghubungkan arteri radialis dengan vena chepalica untuk akses dialisa yaitu A-V shunt atau dikenal dengan cimino. Lama hemodialisa sendiri ditentukan oleh dokter berdasarkan beberapa kondisi pasien dimana rata-rata durasinya berlangsung sekitar empat jam.
2.4 Analisis Teknis
Perilaku
mengontrol
cairan
pada
pasien
hemodialisis
dapat
menentukan
keberhasilan terapi hemodialisis. Pasien hemodialisis yang tidak mematuhi pengontrolan cairan
dapat
mengalami
komplikasi
seperti
gagal
jantung
kongestif.
Bertujuan
mengidentifikasi perilaku pasien hemodialisis dalam mengontrol cairan tubuh. Desain yang digunakan adalah deskriptif dengan populasi 250 pasien hemodialisis. Total sampel 38 responden dengan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan Skor T dengan kategori perilaku Laporan Hemodialisa
Page 9
baik dan buruk. Hasil penelitian terhadap 38 responden didapatkan 20 responden (52,63%) memiliki perilaku buruk dan 18 responden (47,36%) memiliki perilaku baik. Perilaku mengontrol cairan pada pasien hemodialisis dapat ditingkatkan dengan memberikan dukungan baik dari tenaga kesehatan dan keluarga pasien selama menjalani hemodialisis dan training efikasi diri.
2.5 Pemeliharaan Alat Hemodialisa
1. Melakukan pembersihan alat setiap selesai digunakan. 2. Penggantian dializer pada setiap pasien yang berbeda. 3. Membersihkan selang saluran darah. 4. Melakukan charge charge pada pada alat apabila baterai kosong karena jarang dipakai. 5. Membersihkan filter-filter. 6. Memeriksa pada blood pump dari pump dari kotoran, jangan sampai mengganggu putaran. 7. Pembersihan pada tabung pembuangan dan tabung cairan dialisat. 8. Matikan Matikan power power apabila apabila indikasi baterai sudah penuh. 2.6 Kalibrasi Alat Hemodialisa
1. Penggantian pada dializer . 2. Kalibrasi pada blood pump. pump. 3. Kalibrasi pada vacuum dan semua navigasi pada alat hemodialisa. 2.7 Penempatan Alat Hemodialisa pada Pasien
1. Pasien dengan HBSAg positive dirawat diruang tersendiri. 2. Alat Alat – – alat alat terpisah. 3. Dialyzer tidak di re-use untuk penderita Hepatitis B, untuk Hepatitis C, dan Non B Non C akan di re-use sesuai pedoman dari PERNEFRI. 4. Petugas tersendiri & sudah mendapat imunisasi. 5. Penataan ruang, aksesibilitas, penerangan dan pemilihan material harus sesuai dengan ketentuan yang mengacu pada patient pada patient safety. safety. 6. Isolasi mesin hemodialisis hanya diharuskan pada pengidap virus Hepatitis B (VHB), tidak pada pengidap virus Hepatitis C (VHC) dan HIV. 7. Pemakaian dialiser proses ulang pada kasus infeksi hanya diperkenankan pada pasien pengidap VHC, akan tetapi teta pi dilarang pada pengidap VH VHB B dan HIV.
2.8 Perbaikan pada Alat Hemodialisa
1. Masalah pada Power Ketika ada masalah pada power, mesin akan mengalami gangguan dan akan muncul cahaya kuning dan mesin pompa darah tidak akan bekerja. Solusinya: a. Bukalah pompa darah pada bagian arterinya. Laporan Hemodialisa
Page 10
b. Putar pompa darah berlawanan arah jarum jam dengan setengah putaran pada kecepatan rendah, perhatikan udara dan pastikan jarum tidak hancur. c. Jika power masih mengalami gangguan selama lebih dari 15 menit, proses hemodialisa pada pasien harus dihentikan sampai power kembali normal. 2. Masalah pada Air a. Mesin akan me-restart dan alarm akan berbunyi. b. Pastikan air terhubung dengan mesin dan pastikan pipa dalam kondisi lurus (tidak berliku). Jika masalah tersebut tetap terjadi, maka hubungilah teknisi yang berkaitan dengan alat tersebut. Jika keadaan air tidak kunjung normal dalam waktu 15 menit, maka proses hemodialisa harus dihentikan sampai keadaan air kembali normal. 3. Jarum yang Lepas Jika ada jarum yang lepas pada proses dialysis, solusinya adalah : a. Matikan pompa darah. b. Tekanlah jarum pada sisi jarum yang lepas tadi. c. Jika pendarahan telah selesai, lakukan kembali proses hemodialisa tersebut. 2.9 Prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Alat Hemodialisa
Risiko penularan infeksi yang dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan disebabkan karena kontak dengan darah dan sekresi tubuh pasien sewaktu tindakan keperawatan rutin. Petugas perawatan kesehatan dapat melindungi diri mereka sendiri dari kontak dengan bahan infeksius atau terpajan pada penyakit menular dengan memiliki pengetahuan tentang proses infeksi. Memang pada kenyataannya masih banyak petugas kesehatan seperti dokter dan perawat tidak menggunakan sarung tangan pada saat melakukan tindakan keperawatan seperti tindakan menyuntik dengan alasan karena mereka khawatir akan kehilangan kepekaan dan selain itu juga karena merasa tidak nyaman8 . Menurut informan kunci penggunaan sarung tangan saat menyuntik atau memasukkan jarum ketubuh pasien sebelum dan sesudah tindakan wajib menggunakan sarung tangan bahwa semua penyakit pasien berisiko atau infeksi berbahaya sehingga mereka harus menggunakan APD karena darah termasuk infeksius. Penggunaan APD seperti sarung tangan sebenarnya sangatlah mutlak dilakukan, disamping penggunaan alat-alat medis yang steril dalam setiap pemberian tindakan keperawatan, pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret dan selaput lendir. Selain melindungi petugas kesehatan, sarung tangan juga mengurangi penyebaran infeksi dari pasien. Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan, merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi. Baju pelindung bertujuan untuk melindungi baju dari bahan-bahan yang infeksius, melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain yang dapat mencemari baju atau kulit petugas kesehatan. Penggunaan masker di unit HD menjadi suatu perdebatan. Hemodialisa (HD) potensi menularnya melalui darah bukan melalui udara. Laporan Hemodialisa
Page 11
Masker bertujuan mencegah membran mukosa petugas terkena kontak dengan percikan darah dan cairan tubuh, sedangkan untuk pasien mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung mikroorganisme saat bicara , batuk dan bersin. Berdasarkan informasi dari petugas unit HD menyatakan bahwa pasien di unit HD ada yang menderita penyakit TBC sebanyak 4 orang. Pasien yang menderita TBC sudah diberikan arahan untuk menggunakan masker tetapi pasien tidak mau memakainya karena susah untuk bernafas. Sedangkan petugas sendiri juga enggan untuk memakainya. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa semua informan utama memiliki pengetahuan tentang alat pelindung diri (APD). Untuk sikap yang dimiliki informan utama dalam menggunakan APD A PD bersikap positif. Sedangkan keyakinan dalam penggunaan APD informan utama sangat yakin jika ada 32 ketentuannya karena APD dapat melindungi petugas. Penelitian lain yang mendukung adalah, penggunaan sarung tangan, relevansi untuk praktik klinis, pendidikan dan prakek cuci tangan yang benar dan pemakaian sarung tangan antara kesehatan rumah sakit dan dukungan pekerja yang diperlukan9 . Di unit HD pengawasan belum berjalan dengan maksimal mengingat supervisor masih disibukkan dengan kegiatan pelayanan sehingga fungsi manajerial belum terlaksana dengan baik. Waktu pengawasan juga belum terjadwal dengan baik. Pengawasan yang dilakukan secara berkala dan intens, kondisi yang berbahaya atau kegiatan ke giatan yang tidak aman d dapat apat diketahui den dengan gan segera dan dapat dilakukan usaha untuk memperbaikinya. Teknik pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung10 . Hal ini juga dikuatkan dengan pendapat Ayu dan Denny (2013), bahwa pengawasan yang dilakukan setiap hari oleh supervisor dapat membentuk perilaku perawat agar disiplin untuk berperilaku aman dalam bekerja, dan dengan adanya pengawasan akan mengurangi risiko yang ada misalnya kesalahan perawat dalam menangani pasien.
2.10
Pencatatan pada Alat Hemodialisa
Laporan Hemodialisa
Page 12
Laporan Hemodialisa
Page 13
BAB 3 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dializer. Prosedur ini memerlukan jalan masuk ke aliran darah. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dibuat suatu hubungan buatan diantara arteri dan vena ( fistula arteriovenosa) arteriovenosa) melalui pembedahan.
4.2 Saran
Dalam penyusunan laporan ini, kami merasa masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca akan sangat kami hargai dan kami terima untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi banyak orang.
Laporan Hemodialisa
Page 14
DAFTAR PUSTAKA
[1]. No Name, 2011. 2011 . “Teori “Teori Hemodialisa” Hemodialisa”. http://kartikareinkarnasi.blogspot.com/2011/12/teori-hemodialisa-terbaru.html Diakses pada : 15 Desember 2018. [2]. No Name, 2011. 2011 . “Analis “Analis Teknis” Teknis”. http://kartikareinkarnasi.blogspot.com/analisi-hemodialisa-terbaru.html Diakses pada : 15 Desember 2018. [3]. No No Name, 2011. 2011 . “Pemeliharaan “Pemeliharaan dan Kalibrasi Hemodialisa” Hemodialisa”. http://obby-allinone.blogspot.com http://obby-allinone.blogspot.com Diakses pada : 15 Desember 2018. [4]. No Name, 2017. 2017 . “Prosiding “Prosiding SEMNAS K3 UGM” UGM”. http://kesker.fk.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Prosiding-SEMNAS-K3-UGM2016.compressed.pdf Diakses pada : 15 Desember 2018. [5]. No Name, 2017. 2017 . “Pencatatan “Pencatatan Alat” Alat”. http://e-katalog.lkpp.go.id/backend/produk/download_lampiran/121377/ Diakses pada : 15 Desember 2018. [6]. No Name, 2018. “Troubleshooting Troubleshooting””. https://www.derbyhospitals.nhs.uk/about/depts/home-haemodialysis/troubleshooting/ Diakses pada : 15 Desember 2018. [7]. Setiananda, Suhud, 2013. “Hemodialisa Hemodialisa””. http://waton-nuliss.blogspot.com/2013/03/hemodialisa.html Diakses pada : 15 Desember 2018. [8]. Pasha, Adhi, 2016. “Pemasagan Hemodialisa”. Hemodialisa”. https://www.alodokter.com/komunitas/topic/terapi-hemodialisa Diakses pada : 15 Desember 2018. [9]. Sudardjoe, 2011. 2011. “Penempatan “Penempatan Alat Hemodialisa pada Pasien” Pasien ”. http://roro-wasbada.blogspot.com Diakses pada : 15 Desember 2018.
Laporan Hemodialisa
Page 15
View more...
Comments