Laporan Hematologi

March 25, 2017 | Author: rissa | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Hematologi...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN HEMATOLOGI

Oleh : Nama

: Rissa Rochimah

NIM

: 1147020056

Kelompok

:5

Dosen

: Risda Arba Ulfa, M.Si

Asisten

: Bintan

Tanggal Praktikum

: 5 April 2016

Tanggal Masuk Laporan

: 10 April 2016

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2016

I.

PENDAHULUAN I.1 Tujuan - Membuat preparat apusan darah dari darah mencit dan manusia. - Mengklasifikasikan jenis-jenis darah. - Menentukan nilai dan parameter hematologi dari darah sampel. I.2 Dasar teori Hematologi adalah cabang ilmu fisiologi yang mempelajari struktur, fungsi dan penyakit darah, serta mempelajari jaringan tubuh dan organ yang membentuk bagian-bagian darah. Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah dan memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah. beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan Hb yaitu jumlah SDM normal tapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil daripada normal yang disebut anemia mikrositik dan jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kuarang daripada normal yang disebut anemia hipokromik (Rifai, 2002). Metode membuat ulas darah pada slide adalah darah yang telah ditetes ke slide disentuh menggunakan slide pelebar dengan cara menarik pelan-pelan kebelakang. Setelah kontak terjadi, slide pelebar tadi digerakan ke depan dengan gerakan yang lembut. Ulas darah yang sudah terbentuk dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam kedalam metil alkohol selama 3-5 menit dan dikeringkan. Ulas darah yang sudah kering kemudian dimasukkan ke dalam larutan giemsa 10% selama 30 menit. Setelah 30 menit, cuci slide menggunakan air kran yang mengalir selama 30 detik dan dikeringkan dari air. Untuk pemeriksaan ulas darah dilakukan dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 1000x dengan bantuan minyak imersi dengan arah mengamatan zigzag dan xylol sebagai larutan pembersih. Penghitungan differensiasi leukosit dilakukan dengan menghitung setiap jenis sel leukosit (Limfosit, monosit, netrofil band, netrofil adult, basofil, eosinofil, limfoblas, dan mieloblas) hingga mencapai jumlah sel 100 leukosit. (Anshoril, 2011).

Pada darah terdapat hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen.

Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, Oksihemoglobin, atau Sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandarisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin, dan karboksihemoglobin. Dua metode yang lain (Oksihemoglobin dan Sianmethhemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari kedua metode tersebut, metode Sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhemoglobin. (Olson dan Chuang, 2002). Darah merupakan cairan yang terdiri atas dua bagian yaitu selah darah dan plasma. Di waktu sehat volume darah adalah konstan dan sampai batas tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan. Plasma darah terdiri atas : air (91 %), mineral (0,9 %), protein (8 %), dan sisanya diisi oleh bahan organik yaitu : glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino. Selain itu plasma juga berisi gas (COdarah 2), hormon, enzim dan antigen. Darah berfungsi sebagai sistem transpor dari tubuh, menghantarkan oksigen ke jaringan, melindungi tubuh terhadap serangan bakteri, pembentukan jaringan, menyegarkan cairan jaringan, dll. (Evelyn, 2005). Jumlah sel darah merah lebih banyak di dalam tubuh. Pada orang dewasa sel darah dibentuk dalam sum-sum tulang belakang (bonemarrow). Pada waktu mula- mula dibentuk sel darah merah mempunyai nucleus dan hemoglobin tidak begitu banyak. Jangka hidup sel darah adalah 120 hari, apabila terjadi pendarahan sum-sum tulang belakang secara cepat mengembalikan jumlah sel darah merah secara cepat. (Komang, 2009). Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin,

faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor

makanan

yang

dikonsumsi

dan

faktor

jenuh

pencernaan air. Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Proses evaporasi yang dilakukan berfungsi untuk menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia (Shofy dan Diah, 2009). II.

METODE II.1 Alat dan bahan Adapun alat yang digunakan adalah mikroskop, blood lancet, glass object, cover glass, tabung sahli, counter, hemocytometer, pipa kapiler dan centrifuge. Sedangkan bahan yang digunakan adalah darah manusia, alcohol, giemsa, kapas,aquades, larutan hayem, HCL 1N, malam dan larutan Truck. II.2 Cara kerja a. Pembuatan preparat apusan darah Pertama setetes darah ditempatkan di daerah ujung kaca objek. Kemudian ditempatkan salah satu sisi kaca objek lain diatas kaca objek yang telah ditetesi darah, setelah itu digeserkan kaca objek tersebut hingga menyentuh darah sehingga darah menyebar. Kemudian digeserkan kembali kaca objek tersebut berlawanan arah, setelah itu difikasasi lalu diberi warna dengan giemsa. Kemudian diamati dibawah mikroskop. b. Penghitungan jumlah sel darah merah Pertama darah dihisap dengan diggunakannya pipet khusus, lalu dengan diggunakannya pipet yang sama dihisap larutan Hayem sampai skala 101. Lalu pipet tersebut dibolak-balik agar homogen, kemudian dengan diggunakkannya tisu dibuanglah 3 tetes dari ujung pipet. Kemudian beberapa tetes larutan diteteskan pada sisi kaca tutup Hemocytometer, lalu diamati dan dihitung. c. Perhitungan jumlah leukosit Pertama darah dihisap dengan diggunakannya pipet khusus, lalu dengan diggunakannya pipet yang sama dihisap larutan Truck sampai skala 11. Lalu pipet tersebut dibolak-balik agar homogen, kemudian dengan diggunakkannya tisu dibuanglah 3 tetes dari ujung pipet.

Kemudian beberapa tetes larutan diteteskan pada sisi kaca tutup Hemocytometer, lalu diamati dan dihitung. d. Pengukuran konsentrasi hemoglobin Dimasukkan larutan 0,1 N HCl kedalam tabung sahli hingga batas skala 10. Dibasahi ujung jari dengan kapas yang diberi alkohol 70% lalu ditusuk dengan lanset. Dihisap darah yang keluar dengan pipet sahli skala. Kemudian dimasukkan dalam tabung yang sudah berisi HCl. Diamati warna dan dibaca tinggi permukaan miniskus angka yang ditunjukan pada tabung merupakan nilai % Hb darah atau g Hb per 100 ml darah. e. Pengukuran volume hematocrit Tabung kapiler diisikan dengan darah dan ujungnya ditutup dengan malam, setelah itu tabung kapiler diletakkan pada centrifuge, lalu di sentrifugasi selama 2-5 menit dengan kecepatan 10.000-15.000 rpm. Kemudian volume hematokrit ditentukan dengan skala wintrobe. Bagian dasar tabung yang berisi eritrosit diletakkan di garis paling bawah skala. Garis pembatas skala antara warna merah eritrosit dengan warna kekukningan plasma darah ditentukan. III.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini pertama kami melakukan percobaan smear darah atau apusan darah. Pembuatan preparat apus darah ini, dilakukan dengan metode apus/smear/oles. Sampel darah yang digunakan yaitu darah manusia. Berdasarkan hasil dan foto yang didapatkan saat pengamatan di bawah mikroskop, preparat apus darah dengan pewarnaan Giemsa ini terlihat cukup baik dan dapat terlihat adanya eritrosit dan beberapa macam leukosit yang tampak menonjol dengan warna ungu. Jumlah eritrosit tampak paling menonjol jika dibandingkan dengan leukosit. Menurut Mescer (2012) darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap sebagai jaringan pengangkut,karena pada dasarnya darah terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma .Darah memiliki fungsi yaitu membawa nutrien ke jaringan dan membawa oksigen ke jaringan. Hal ini sesuai dengan Watson (2007) Darah memiliki fungsi yaitu membawa nutrien ke jaringan,membawa oksigen ke jaringan dalam bentuk oksihemoglobin,membawa air ke jaringan,membawa produk sisa ke organ yang akan mengekskresinya,dan melawan infeksi bakteri melalui kerja sel darah putih dan antibodi. Tabel 1. Smear Darah

4

5

Foto

Literature

3 2

(Arum, 2011). 1

(Dokumentasi pribadi, 2016). Keterangan : 1. basofil 2. neutrofil 3. limfosit 4. leukosit 5. eritrosit

Keterangan : a. eritrosit dan leukosit b. limfosit c. neutrophil d. basofil

Pada hasil pengamatan eritrosit berbentuk bulat, dan tidak memiliki inti sel jumlahnya sangat banyak dari leukosit. Leukosit berbentuk bulat yang terdapat nukleus yang berlobus-lobus. Sedangkan basophil berentuk bulat yang didalamnya terdapat nukeleus yang terdiri dari 2 atau 3 lobus, lalu pada neutrophil nukleusnya terdapat 2 sampai 5 lobus. Limfosit ini berukuran sangat kecil dan terdapat sitoplasma transparan di dalamnya. Hal ini sesuai denga Menurut Sloane (2003), eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7,65 µm. Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil). Sedangkan leukosit jumlahnya lebih sedikit, dengan perbandingan sekitar 1 sel darah putih untuk setiap 660 sel darah merah. Terdapat 5 jenis utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk membangun mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi, termasuk menghasilkan antibodi. Dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit sedangkan sel tanpa granula disebut agranulosit. Selanjutnya percobaan kedua yaitu perhitungan jumlah sel darah putih. Untuk percobaan perhitungan sel darah putih ini dengan cara darah dihisap hingga skala

1 lalu diteruskan dengan menghisap larutan Truck hingga skala 11. Komposisi dari larutan Turk adalah 2% asam asetat glasial dan 1 ml larutan gentian violet 1% , serta 475 ml air suling. Menurut Syaifuddin (2007) menyatakan bahwa asam asetat glasial berfungsi untuk melisiskan eritrosit dan trombosit, sedangkan gentian violet merupakan zat warna ungu bersifat basa yang dapat berikatan dengan inti dan sitoplasma sel sehingga memberikan kejelasan warna di bawah mikroskop yang selanjutnya akan memudahkan perhitungan sel target yang dalam hal ini adalah sel darah putih. Pada perhitungan leukosit dilakukan pengenceran 10 kali. Hal ini disebabkan jumlah leukosit di dalam tubuh manusia jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah eritrosit, yaitu 7.000-9.000 SDP/mm3 sehingga untuk menghitungnya tidak diperlukan pengenceran yang tinggi. Kotak yang digunakan untuk menghitung leukosit adalah kotak W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm) dimana ukuran kotak W lebih besar daripada kotak perhitungan eritrosit (kotak R). Apabila pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi (seperti pada perhitungan eritrosit), maka jumlah leukosit yang terdapat pada kotak W sangat sedikit sehingga tidak mewakili jumlah SDP yang seharusnya. Tabel 2. Perhitungan SDP Nama Muhammad Dzaky

Jumlah Sel Darah 1+4+2+1 = 8

SDP SDP = ni x p x 2 = 8 x 20 x 2 = 320 Siti Nur Sifa 2+4+2+4 = 12 SDP = ni x p x 2 = 12 x 20 x 2 = 480 Dapat dilihat pada hasil pengamatan yaitu tabel 2, bahwa dai jumlah leukosit semua pada tabel tidak normal. Jumlah leukosit normal pada manusia dewasa berkisar antara ± 4.000-11.000 SDP/mm3, sedangkan pada Dzaky jumlah leukositnya hanya 320 SDP/mm3

dan leukosit Siti Nur Sifa sebesar 480

SDP/mm3. Dalam sel darah, jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Hal ini terkait dengan fungsi leukosit dan eritrosit. Menurut Campbell (2004), eritrosit berfungsi untuk mengangkut atau membawa oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dari paru-paru ke seluruh jaringan dan organ.

Beberapa karbon dioksida yang dihasilkan di dalam jaringan dan organ juga diangkut berikatan dengan hemoglobin ke paru-paru dan dikeluarkan, beberapa diubah menjadi asam karbonik yang dipecah. Sel darah merah juga berfungsi mengatur pH darah sedangkan leukosit berfungsi sebagai pengatur sistem imun pada tubuh. Karena itulah jumlah maksimum leukosit hanya akan tampak jika keadaan tubuh seseorang kurang sehat (sakit). Akan tetapi, jumlah leukosit tetap tidak akan sebanyak jumlah eritrosit manusia. Pada percobaan ketiga yaitu perhitungan eritrosit atau sel darah merah. Untuk menghitung jumlah eritrosit, darah dihisap hingga skala 1 lalu diteruskan dengan menghisap larutan Hayem hingga skala 101, artinya pengenceran dilakukan 100 kali. Pengenceran dapat dilakukan hingga 200 kali jika darah dihisap hingga skala 0,5 dan konsentrasi darah terlalu pekat. Menurut Syaifuddin (2007) larutanHayem sebagai pengencer eritrosit karena larutan Hayem mengandung zat-zat yang sifatnya tidak merusak eritrosit. Kandungan larutan Hayem tersebut berupa 5 gr Natrium Sulfat, 1 gr Natrium clorit, formalin 40% dan 200 ml air suling. Setelah pengenceran kedua ujung pipet dipegang dan dikocok selama dua menit dimana pengocokan tersebut berfungsi untuk menghomogenkan larutan yang ada di dalam pipet thoma. Setelah itu sebelum dimasukkan ke dalam Haemacytometer, tiga tetesan darah pertama dibuang. Prosedur ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan akurasi (validitas) sel darah yang akan dihitung karena pada ujung pipet thoma kemungkinan kecil tidak terdapat sel-sel darah, dimana ada dua kemungkinan. Pertama bagian ujung pipet thoma adalah larutan Hayem sedangkan darah terdapat di bagian pangkal (atas) pipet. Hal tersebut berkaitan dengan massa jenis sel darah dan larutan Hayem dimana massa jenis sel darah lebih rendah dibandingkan massa jenis larutan Hayem sehingga sel darah terletak di atas larutan Hayem. Kemungkinan kedua adalah saat pengocokan darah dan larutan Hayem tercampur sempurna hanya pada gelembung pipet. Kemungkinan ujung pipet telah diisi oleh darah yang mengendap sehingga sulit dilewati oleh larutan di dalam pipet thoma. Oleh karena itulah larutan di ujung pipet harus dibuang agar data yang di dapatkan benar-benar akurat.

Setelah itu larutan diteteskan ke dalam counting chamber (daerah kotak perhitungan) yang ditutupi oleh kaca penutup. Kemudian diamati di bawah mikroskop dalam kotak R (kotak kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm) pada counting chamber serta dihitung jumlah eritrositnya. Kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm). Kotak ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm). Apabila pengenceran yang dilakukan tidak tinggi (seperti pada perhitungan leukosit), maka eritrosit yang terdapat pada kotak R sangat banyak sehingga tidak jelas dan susah diamati. Tabel 3. Perhitungan SDM Nama Muhammad Dzaky

Jumlah Sel Darah 84+95+153+97+103 = 532

Siti Nur Sifa

40+35+36+116+127 = 354

SDM SDM = ni x p x 2 = 532 x 200 x 50 = 5.320.000 SDM = ni x p x 2 = 354 x 20= x 50 = 3.540.000

Dari hasil perhitungan dapat dikatakan bahwa jumlah eritrosit dari masingmasing yaitu normal. Hal ini dikarenakan jumlah eritrosit normal dan data hasil praktikum tidak berbeda. Jumlah eritrosit normal pada laki-laki dewasa berkisar antara ± 4,2 - 5,5 juta SDM/mm3 dan wanita dewasa sehat ± 3,2 - 5,2 juta SDM/mm3. Jumlah eritrosit pada Dzaky 5.320 juta SDM/mm3 dan Siti Nur Sifa sebesar 3.540 juta SDM/mm3. Selanjutnya percobaan keempat yaitu pengukuran Hb darah, digunakan metode Sahli untuk mengukur kadar Hb. Metode Sahli mengandalkan pembentukan asam hematin yang kemudian diukur kadarnya dengan cara membandingkan warna hasil pengenceran dengan warna standart. Setalah homogen, kemudian larutan campuran didiamkan, hal ini dimaksudkan agar Hb

bereaksi dengan HCl sehingga dapat terbentuk asam hematin dan kadar asam ini dapat dihitung dan yang sekaligus kadar Hb juga dapat diketahui. Penggunaan HCl dalam praktikum kali ini bertujuan untuk melisiskan eritrosit sehingga Hb yang terdapat dalam eritrosit dapat keluar dan bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin. Hemoglobin adalah molekul air dalam eritrosit (sel darah merah) yang bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Menurut Ganong (2001), bahwa adanya hemoglobin dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna merah, karena hemoglobin merupakan penyusun 30% dari total isi eritrosit. Hemoglobin adalah suatu protein yang terdiri atas hemin dan globin. Hemin mengandung zat besi (Fe). Hb ini mempunyai daya ikat tinggi terhadap O 2. Dalam peredarannya ke seluruh tubuh, darah diikat oleh Hb yang kemudian diberi nama oksihemoglobin. Selain mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme tubuh untuk dibuang melalui organ ekskresi. Hb yang mengangkut CO2 ini disebut karbominohemoglobin. Kami mengukur kadar Hb dari setiap anggota kelompok. Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa kadar hemoglobin setiap orang berbeda-beda. Dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini

Tabel 4. Pengukuran Hb Darah Nama Kadar Hb (%) Keterangan Muhammad Dzaky 10% Rendah Nur Sadrina 10% Rendah Rissa Rochimah 10% Rendah Siti Nur Sifa 14% Tinggi Siti Syifa Nadia 10% Rendah Menurut Sadikin (2001), bahwa kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang diantaranya : a. Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah

b. c. d. e. f.

Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah Pada tabel pengamatan yang memilik Hb normal yaitu Siti Nur Sifa dengan

kadar Hb 14%. Kadar Hb rendah dapat menyebabkan anemia. Menurut Ganong (2001), anemia adalah difisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah atau jumlah sel darah merah tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal. Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi,yang mengakibatkan viskositas dan volume darah. Aliran darah yang mengalir melalui pembuluh darah terhalang dan aliran kapiler dapat tertutup. Selanjutnya percobaan terakhir yaitu pengukuran volume hematokrit. Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Tabel 5. Pengukuran Volume Hematokrit Nama Eritrosit Plasma Darah Muhammad Dzaky 40% 41% Rissa Rochimah 35% 43% Berdasarkan tabel 5 yaitu hasil pengamatan pengukuran volume hematokrit, bahwa hematocrit Dzaky sebesar 40%, berarti termasuk norma. Sedangkan hematokrit rissa sebesar 35% berarti termasuk kurang. Hal ini karena nilai hematokrit yang normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 40-48% sedangkan untuk wanita dewasa adalah 37-43%. Menurut Sadikin (2001) bahwa hematokrid adalah persentase volume seluruh SDM yang ada di dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semperit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan

dipindahkan ke dalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini, darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi antikoagulan.setelah tabung tersebut dipusingi dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Hematokrid berfungsi untuk memberikan gambaran umum, apakah konsentrasi SDM seseorang cukup atau tidak. Akan tetapi, bila terjadi anemia, kerap kali diperlukan informasi lebih lanjut, bagaimana konsentrasi rata-rata hemoglobin/SDM, bagaimana volume SDM, apak kecil (makrositik), biasa (normatik) atau lebih besar dari biasa (makrositik). IV.

KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa pada percobaan kali ini eritrosit berbentuk bulat, dan tidak memiliki inti sel jumlahnya sangat banyak dari leukosit. Leukosit berbentuk bulat yang terdapat nukleus yang berlobus-lobus. Sedangkan basophil berentuk bulat yang didalamnya terdapat nukeleus yang terdiri dari 2 atau 3 lobus, lalu pada neutrophil nukleusnya terdapat 2 sampai 5 lobus. Limfosit ini berukuran sangat kecil dan terdapat sitoplasma transparan di dalamnya. Pada nilai SDM Dzaky dan Siti Nur Sifa yaitu sebesar 5.320.000 dan 3.540.000 yang termasuk normal. Sedangkan nilai SDP sebesar 320 dan 480. Kemudan Hb normal hanya pada Siti Nur Sifa dengan sebesar 14%, yang lainnya memiliki kadar Hb rendah.

DAFTAR PUSTAKA Anshoril. 2011. Sistem Informasi dan Alat Pengujian Golongan Darah Sistem ABO via SMS. Semarang : Jurusan Elektro Program Studi Teknik Telekomunikasi. Arum. 2011. Biology Health and Disease. [arumaniez21.wordpress.com] [Diakses pada tanggal 4 April 2016]. Campbell, N. A. 2004. Biologi Jilid 3 Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga. Evelyn, C Pearce. 2005. Anatomi Dan Visiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Gamedia. Ganong, William F. 2001. Buku Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Komang. 2009. Aplikasi Ilmu Fisiologi Sistem Darah Dan Cairan Tubuh Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jurnal Sains. 3(2) : 11-20.

Mescher, Anthony L. 2012. Junqueira Basic Histology Text and Altas 12 th Edition. New York : MC Graw Hill. Olson, S.T. dan Chuang, Y.I. 2002. Haparin Activates Antithrombin Ancieogulant Function by Generating New Interaction Sites For Blood Clotting Proteinases. Trends Cardiovasc Med. 12(8) : 331-338. Rifai, A. M. 2002. Kamus Biologi. Jakarta : Balai Pustaka. Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika. Shofy dan Diah. 2009. Fisiologi Hewan. Jakarta : Balai Pustaka. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC. Syaifuddin. 2007. Anatomi Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Watson, Roger. 2007. Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta : EGC.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF