laporan granulasi kering
June 5, 2018 | Author: Muhammad Arif | Category: N/A
Short Description
laporan praktikum sediaan solida granulasi kering...
Description
PERCOBAAN II GRANULASI KERING
I. Tujuan Menentukan pengaruh konsentrasi pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik granulasi kering dengan zat aktif asetosal. II.
Teori Dasar Pada Farmakope Indonesiia edisi 3 Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat
secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (DepKes RI. 1979). Lalu pada Farmakope Indonesia edisi 4 direvisi menjadi sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (DepKes RI. 1995) Sedangkan menurut Farmakope Indonesia edisi V disebutkan seperti pada Farmakope Indonesia edisi 4 bahwa tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (DepKes RI. 2014) Untuk pemakaian obat secara oral, maka bentuk tablet merupakan sediaan yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan tablet efektif dan memberikan akseptibilitas yang baik dari
pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat pada
umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil. Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut : 1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis. 2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup. 3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
1
atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 1994) Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan pembantu (eksipien). Bahan tambahan (eksipien) yang digunakan dalam mendesain formulasi tablet dapat dikelompokan berdasarkan fungsionalitas eksipien sebagai berikut (Goeswin, 2012) : 1.
Pengisi/pengencer (diluents) Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert, secara
signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat fisika dan kimia dari tablet jadi (akhir) 2. Pengikat (binder) Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan. 3. Penghancur (disintegrants) Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran tablet sesaat setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat ditambahkan sebelum dilakukan granulasi atau selama tahap lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua tahap proses. 4. Pelincir (lubricant) Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat pada antarmuka tablet dan dinding cetakan logam selama pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan. Pelincir dapat pula menunjukan sifat sebagai antilengket (anti adherant) atau pelicin (glidant) 5. Antiadheran Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan tendensi mudah tersusun/terkumpul. 6. Pelicin (glidantt) Glidant dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper ke dalam lobang lumpang. Glidant dapat meminimalkan ketidak merataan yang sering ditemukan/ditunjukan
formula
kempa
langsung.
Glidant
meminimalkan
kecenderungan granul memisah akibat adanya vibrasi secara berlebihan. Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
2
Hipotesis mekanisme kerja glidant menurut beberapa penelitian : 1) Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul. 2) Distribusi glidant dalam granul. 3) Adsorpsi preferensial gas pada glidant versus granul. 4) Meminimalisasi forsa v.d. Waals melalui pemisahan granul. 5) Penurunan fraksi di antara partikel dan kekerasan permukaan karena glidant teradhesi pada permukaan granul. Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukan kualitas sebagai berikut : a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pemucatan, kintaminasi, dan lain lain. b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan. c. Stabil secara fisika, kimia. d. Mampu melepas zat berkhasiat sesuai dengan yang diharapkan. e. Bioavailibilitas (Lachman, 1994). f. memenuhi keseragaman ukuran g. memenuhi keseragaman bobot h. memenuhi waktu hancur i. memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat j. memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M., 2005). k. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan dalam batas yang dizinkan (spesifikasi). l. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur, transportasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan menggunakan. m. Tablet harus menghantarkan dosi obat pada lokasi dan kecepatan yang dipersyaratkan. n. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan pasien. (Goeswin, hlm 304) Secara umum tablet dibuat dengan 3 cara yaitu : granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa. (DepKes RI. 1995)
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
3
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum (Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet (Anief, 1994). Sedangkan granulasi kering adalah proses pembentukan granul dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar, bongkahan kompak, atau lempengan yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul yang dihasilkan secara mekanis, tanpa penambahan pelarut pengikat ke dalam massa serbuk, di mana ikatan partikel terbentuk melalui gaya adhesi dan kohesi partikel padat. Metode granulasi kering diterapkan pada pembuatan tablet dengan zat aktif yang memiliki dosis efektif terlalu tinggi untuk dikempa langsung, serta memiliki sifat aliran yang sukar mengalir, kompresibilitas kurang, tidak tahan lembab dan panas(Anief, 1994) Proses pembentukan granul dapat diperoleh dengan metode slugging maupun penggunaan mesin roller compactor/chilsonator. Pada metode slugging, komponenkomponen tablet dikompakkan dengan mesin cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakkan dengan punch sehingga diperoleh massa yang disebut slug. Setelah itu, slug diayak menggunakan ayakan dengan mesh tertentu untuk mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal. Bila slug yang didapat sifat alirannya belum memuaskan, maka proses diatas dapat diulang. Roller compactor/chilsonator merupakan mesin pembentuk granul yang prinsipnya menggunakan dua penggiling/roda yang putarannya saling berlawanan antara yang satu dengan yang lainnya, dengan bantuan teknik hidrolik pada salah satu penggiling mesin sehingga dihasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir dintara penggiling (Anief, 1994).
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
4
Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak terlampau kering, dan hancur baik di dalam air (Voigt, 1984). Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk antara lain: 1. Waktu alir serbuk Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir dan diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong perdetik (Lachman et al, 1994). 2. Sudut diam serbuk Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik (Lachman et al, 1994). 3. Pengetapan serbuk Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping device. Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah konstan (Vt) (Sulaiman,2007). Asetosal (asam asetil salisilat) dikenal dengan nama dagang aspirin, merupakan obat pereda nyeri golongan 'anti radang non steroid' (ains), sering digunakan sebagai pereda nyeri (analgesik), dan penurun demam (antipiretik). asetosal juga mempunyai efek mengurangi daya beku darah, sehingga dalam dosis rendah sering digunakan untuk penderita penyakit jantung koroner dan stroke (sweetman. 2009) Asetosal memiliki laju alir dan kompresibilitas yang buruk sehingga apabila akan dijadikan tablet perlu dilakukan granulasi terlebih dahulu agar laju alir dan kompresibilitasnya lebih baik. Namun karena asetosal memiliki kestabilan yang terbatas terhadap air maka granulasi yang dilakukan adalah granulasi kering.
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
5
III.
Resep
Formula 1 BAHAN
Fase dalam
Asetosal
KADAR 250 mg
Lactosa Anhidrat
Fase luar
q.s
Amprotab
10%
Amilum
5%
Talk
2%
Mg-stearat
1%
Formula 2 BAHAN
Fase dalam
Asetosal
KADAR 250 mg
Lactosa Anhidrat
Fase luar
q.s
Amylum
10%
PVP Amylum
2% 5%
Talk
2%
Mg-stearat
1%
Formula 3 BAHAN
Fase dalam
Asetosal
KADAR 250 mg
Lactosa Anhidrat
Fase luar
q.s
Amylum
10%
PVP Amylum
4% 5%
Talk
2%
Mg-stearat
1%
Formula 4 BAHAN
Fase dalam
Asetosal
KADAR 250 mg
Lactosa Anhidrat Amylum
q.s 10%
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
6
Fase luar
IV.
PVP
6%
Amylum
5%
Talk
2%
Mg-stearat
1%
Preformulasi Zat Aktif Asetosal
Struktur Kimia
Rumus molekul Nama Nama lain Nama kimia Berat molekul Pemerian
C9H804 Asetosal Asam asetil salisilat 2 – (Asetiloksi) benzoic acid 180,2 Putih atau hamper putih, bubuk Kristal atau Kristal
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
7
Suhu Lebur pH Kelarutan Stabilitas
tidak berwarna. 143o pH stabilitas 2-3 Sedikit larut dalam air, mudah larut dalam etanol 96 %. Stabil di dalam udara kering, namun dapat terhidrolisis dengan
Inkompatibilitas
adanya
lembab,
dekomposisi
dipercepat
dengan adanya panas. Incompatible dengan asam bebas, garam besi, Na fenobarbital, garam kuinin, sodium iodide, basa alkali,
Penyimpanan Daftar Pustaka
karbonat dan stearat. Disimpan dalam wadah kedap udara BP 2009, Hal 442 TPC ed 12 hal 741
V.
Preformulasi Eksipien Amilum
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
8
Struktur molekul
Rumus molekul Nama kimia Berat molekul Pemerian
(C6H10O5)n dengan n= 300-1000 Starch atau amylum 50 – 500 Juta Da Serbuk tidak berbau dan tidak berasa, berwarna putih hingga
Suhu Lebur Kelarutan Stabilitas
putih pucat. Tidak ditemukan di FI IV, FI V, HOPE Edisi 6th Praktis tidak larut dalam air dingin dan alkohol 96%. Amilum kering stabil apabila terlindung dari kelembaban tinggi, amilum harus disimpan di wadah kedap udara dan di
Inkompatibilitas
tempat dingin dan kering. Amilum inkompatibel dengan zat pengoksida kuat
Penyimpanan Kegunaan
Dalam wadah kedap udara, di tempat dingin dan kering Dilluent tablet dan kapsul, penghancur tablet dan kapsul,
Pustaka
pengikat tablet, agen penebalan HOPE Edisi 6th halaman 685-689
Talkum
Rumus molekul
Mg6(Si2O5)4(OH)4
Nama kimia
Magnesium silicat
Pemerian
Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Beriklat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
9
Kelarutan
Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Stabilitas
Talkum merupakan bahan stabil dan dapat di sterilkan dengan suhu 160ᵒC tidak lebih dari 1 jam. Talkum juga dapat di sterilkan dengan gas etilen oksida dan iradiasi gamma.
Inkompabilitas
Inkompatibel dengan senyawa amonium kuartener.
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik , ditempat sejuk dan kering.
Kegunaan
Untuk glidantt, tablet dan kapsul diluent, tablet dan kapsul lubrikan.
Daftar pustaka
Farmakope Indonesia IV halaman 771 HOPE edisi 6 tahun 2009 halaman 728-730
Laktosa anhidrat
Struktur molekul
Rumus molekul Nama kimia Berat molekul Pemerian
C12H22O11 O-β-D-galactopyranosyl-(1 4)-β-D-glucopyranose 342,30 Laktosa anhidrat adalah serbuk atau partikel kristal berwarna putih,
Suhu Lebur Kelarutan Density Stabilitas
rasa manis, tidak berbau. 2320C Larut dalam air, sedikit larut dalam ethanol 95% dan eter. 1,589 g/cm3 Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan
dalam
penyimpanan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh panas, kondisi Inkompatibilitas
lembab yang kelembabannya hingga 80%. Laktosa anhidrat inkompatibel dengan oksidator kuat. Dapat mengalami reaksi maillard dengan amin primer dan sekunder bila
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
10
disimpan dalam kondisi kelembaban tinggi pada waktu tertentu. Penyimpanan Kegunaan Pustaka
Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering. Tablet filler atau diluent atau pengisi. Handbook of Pharmaceutical Exipient Halaman 359 – 361
PVP
Struktur molekul
Rumus molekul Berat molekul Pemerian
(C6H9NO)n 2500 – 3000000 Serbuk halus, berwarna putih atau putih krim, tidak berasa atau
Suhu lebur Kelarutan
hampir tidak berasa, serbuk higroskopis 150oC Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol 95 %, keton, methanol, dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak
Stabilitas
mineral Pada pemanasan 150oC povidon secara bertahap berubah warna menjadi gelap, dengan disertai penurunan kelarutan dalam air. PVP
Inkompatibilitas
stabil pada siklus pendek dari paparan panas pada suhu 110-130oC Povidone kompatibel dengan beberapa macam garam anorganik,
Penyimpanan Kegunaan Pustaka
resin alami dan sintetik dan beberapa bahan kimia lainya, Disimpan dalam wadah kedap udara ditempat sejuk dan kering. Pengikat Handbook of Pharmaceutical Exipient Halaman 581
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
11
VI.
Rasionalisasi Formula Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa asetosal 250
mg dan bobot tablet total 400 mg, sehingga presentase zat aktif dalam sediaan adalah 62,5 %. Asetosal merupakan zat yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang buruk sehingga apabila akan dibuat sediaan tablet harus dilakukan granulasi terlebih dahulu, selain itu kadar asetosal dalam tabletpun lebih dari 5% sehingga pembuatan tablet asetosal menggunakan metode granulasi, namun karena asetosal tidak stabil terhadap air dan dapat terhidrolisis maka metode granulasi yang dipilih adalah granulasi kering. Bobot tablet yang diinginkan adalah 400 mg sedangkan bobot asetosal yang dipakai adalah 250 mg sehingga dibutuhkan pengisi berupa laktosa anhidrat untuk menggenapkan bobot tablet hingga 400 mg. Pemilihan laktosa anhidrat ini karena laktosa anhidrat lebih stabil dibandingkan bentuk.
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
12
Tablet asetosal dibuat menggunakan metode granulasi kering sehingga diperlukan pengikat yang dapat menyatukan zat aktif dengan berbagai zat tambahan lainya agar menjadi granul yang baik yang dapat meningkatkan sifat alir dan kompresiblitas dari asetosal. Maka ditambahkan pengikat berupa PVP kedalam sediaan untuk mengikat serbuk menjadi granul. Pemilihan PVP sebagai pengikat karena PVP kompatibel terhadap asetosal, selain itu PVP memiliki daya rekat yang baik sehingga dapat meningkatkan kompresibilitas dari serbuk yang akan dibuat granul. Tablet yang baik harus dapat terdisintegrasi sebelum 30 menit di saluran cerna agar dapat cepat terabsorbsi dan menimbulkan efek pada tubuh. Oleh karena itu tablet asetosal ditambahkan amilum untuk mempercepat disintegrasi dari tablet baik pada fase dalam maupun pada fase luar. Granul dikhawatirkan tersendat di hopper pada saat pengisian die, apabila hal ini terjadi dapat mengakibatkan bobot tablet yang dihasilkan tidak seragam. Maka ditambahkan glidantt kedalam sediaan agar tablet dapat mengalir dengan baik di hopper, glidant yang dipilih pada sediaan ini adalah Talkum, pemilihan talkum sebagai glidantt adalah karena talkum dapat mengurangi gaya elektrosatis yang muncul pada di hopper pada saat pengisian die sehingga serbuk tidak akan tersendat pada saat pengisian die pada hopper. Pada proses pencetakan tablet menggunakan mesin pencetak tablet dapat terjadi friksi antara die dengan serbuk yang dapat menimbulkan panas dan dapat merusak mesin, sehingga friksi tersebut harus dikurangi bahkan dihilangkan menggunakan lubrikan. Oleh karena itu, ditambahkan Mg-stearat kedalam sediaan sebagai lubrikan agar meminimalisir friksi yang terjadi pada saat proses pencetakan tablet. Namun dikarenakan asetosal dan Mg-stearat inkompatibel maka Mg-stearat dihilangkan dari formula dan sebagai gantinya talkum dinaikkan kadarnya agar dapat berfungsi sebagai lubrikan selain sebagai glidan
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
13
VII.
Perhitungan Formula 2
Kadar asetosal = 250 mg Bobot tablet
= 400 mg (dibuat untuk 500 tablet) Kondisi
Formula
Perhitungan 1 Tablet
Perhitungan Tablet
Sebenarny a
Fase dalam (92% ) Asetosal PVP (2%)
92 x 400 mg=368 mg 100
250 mg 2 x 400 mg=8 mg 100
250 mg x 500 tablet
125,004
= 125 gram 8 mg x 500 tablet = 4
gram
gram
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
4 gram
14
10 x 400 mg=40 mg 100
Amprotab (10%) Laktosa
40 mg x 500 tablet
20 gram 368 mg – (250 mg + 8 mg +40 mg) 70 mg x 500 tablet = 35
(q.s) = 368 mg – 298 mg = 70 mg Fase luar (8%) 5 Amilum x 400 mg=20 mg 100 (5%) 3 x 400 mg=8 mg Talk (3%) 100
=
Slug (93,5%) fase dalam +
1 2
gram
20 gram 35 gram
20 mg x 500 tablet = 10gram 8 mg x 500 tablet = 6 gram
(lubrikan + glidan)
Fase dalam (massa serbuk)
= 184 gram
Lubrikan + glidan
=
1 x 6 gram=3 gram 2
= 187 gram Jadi, total massa yang akan di slug untuk 500 tablet adalah 187 gram
Jumlah tablet yang diperoleh
=
bobot granul x 500 tablet massa serbuk( sebelum dislug )
=
167,402 gram x 500 tablet 187 gram
= 447,5989 tablet
Sisa fase luar yang harus ditambahkan
Amilum =
5 x 167,402 gram=8, 9520 g 93,5
1,5 Talk = 93,5 x 167,402 gram=2,6856 g
8,950 gram
2,684 gram
Jadi bobot fase luar = 8,950 gram + 2,684 gram = 11, 634 gram =
Bobot tablet yang diperoleh
bobot granul+ bobot fase luar 167,402 gram+11,634 gram = =0,400 gram per tablet jumlah tablet 447,599 tablet
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
15
VIII. Prosedur A. Milling 1. Asetosal diayak menggunakan ayakan mesh 40. 2. PVP diayak menggunakan ayakan mesh 40. 3. Amptotab diayak menggunakan ayakan mesh 40. 4. Laktosa diayak menggunakan ayakan mesh 40. 5. Talkum diayak menggunakan ayakan mesh 40 untuk pencampuran di fase dalam dan diayak menggunakan ayakan mesh 60 untuk fase luar 6. Amilum diayak menggunakan ayakan mesh 60. B. Penimbangan Bahan Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
16
Penimbangan Fase Dalam 1. Asetosal yang telah diayak ditimbang sebanyak 125 g di kertas perkamen. 2. PVP yang telah diayak ditimbang sebanyak 4 g di kertas perkamen. 3. Amprotab yang telah diayak ditimbang sebanyak 20 g di kertas perkamen. 4. Laktosa yang telah diayak ditimbang sebanyak 35 g di kertas perkamen. Penimbangan Fase Luar 1. Amylum yang telah diayak ditimbang sebanyak g di kertas perkamen. 2. Talkum yang telah diayak ditimbang sebanyak g di kertas perkamen. C. Pembuatan Tablet 1. Asetosal, PVP, amprotab, dan laktosa dicampurkan dengan setengah bagian fase luar (glidan dan lubrikan) menggunakan turbula mixer hingga homogen. 2. Campuran tersebut dibuat menjadi slug menggunakan punch yang berdiameter besar pada tekanan mesin tablet yang tinggi atau dapat juga menggunakan roller compactor dengan mengatur tekanan yang diberikan. 3. Slug yang sudah jadi digiling kassar dan diayak menggunakan ayakan mesh 12, sehingga dihasilkan granul-granul kasar. 4. Evaluasi dilakukan terhadap granul yang dihasilkan, apabila belum memenuhi syarat maka slugging dapat diulangi hingga diperoleh granul yang memenuhi syarat. 5. Slugging maksimum dilakukan hingga 3 kali (menghindari perubahan fisika atau kimia bahan karena pengaruh mekanik). 6. Granul yang diperoleh ditimbang lalu dilakukan perhitungan jumlah fase luar yang harus ditambahkan. 7. Sisa fase luar dicampur dengan granul yang telah memenuhi syarat dnegan jumlah yang sesuai dengan hasil perhitungan. 8. Massa cetak kempa dengan menggunakan punch sesuai bobot tablet yang telah dihitung. 9. Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan.
IX. Evaluasi Granul dan Tablet 1. Evaluasi Granul a. Kerapatan dan Kompresibilitas (USP 30 – NF 25, hal 242) Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk 1250x). Pengukuran kompresibilitas berdasarkan Carr’s index.
BJ nyata
bobot granul volume granul
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
17
BJ mampat
bobot granul volume mampat
Car r ' s index=
BJ mampat−BJ nyata ×100 Bj mampat
Penafsiran hasil : Jika % K: 5 – 10 % artinya aliran sangat baik 11 – 20 % artinya aliran cukup baik 21 - 25 % artinya aliran cukup >26 % artinya aliran buruk BJ nyata No. Replikas i 1 2 3
W
V
Kerapatan
(g)
(ml)
(g/ml)
71 73 70
0,7042 0.6830 0,7143 0,7012
50,001 50,002 50,000 Rata-rata
BJ mampat Interval Pengetukan 10 200 300 400 500 600 700 800 900 1250 ⌠(g/ml)
⌠ rata-rata
Volume (ml) 1 2 3 70 72 69 68 71 68 68 70 68 50,001 g 50,002 g 50,000 g =0,7373 g/ml =0,7143 g/ml =0,7353 g/ml 68 ml 70 ml 62 ml
= 0,7283 g/ml
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
18
Kompresibilitas
=
Kerapatan Mampat −Kerapatan Nyata x 100 Kerapatan Mampat
=
0,7012−0,7238 x 100 =3,7218 0,7283
(Excellent)
Formula
BJ nyata
BJ mampat
Kompresibilitas
1 2
(g/mL) 0,7212 0,7012
(g/mL) 0,8066 0,7283
(%) 10,58
3,7218
3 4
0,7336 0,7146
0,7673 0,7383
4,392 3,2100
b. Kecepatan alir dan sudut istirahat (USP 30, hal : 1174) Tujuan
: Menjamin keseragaman pengisian kedalam cetakan
Prinsip
: Sejumlah granul diposisikan diatas dasar diameter yang berada dalam hopper lalu dialirkan. Pembentukkan kerucut granul pada dasar diameter memungkinkan penentuan sudut istirahat.
Alat
: Flow Tester Manual
Penafsiran Hasi: Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan > 4 g granul adalah 1 detik dan memiliki sudut istirahat ≤ 350 Rumus :
tan a=
tinggi jari− jari
Sifat alir Sangat baik Baik Cukup baik Dapat lewat Buruk Sangat buruk Sangat sangat buruk
Sudut istirahat (o) 25-30 31-35 36-40 41-45 46-55 56-65 >66
Kecepatan alir No. W
Sebelum Penambahan Lubrikan T Kecepatan Alir
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
19
(gram) 100 100 100 Rata-rata
(detik) 1,32 1,74 1,85
(gram/detik) 75,7576 57,4713 54,0541 62,4277
H
R
α
(cm) 1,5 1,7 1,3
(cm) 12 11,8 11,2
(°) 7,1250 8,1981 9,1302 8,1511
1. 2. 3.
Sudut istirahat No. 1. 2. 3.
Rata-rata
Formul
Kecepatan alir (g/det)
Sudut istiraha ( )
256,52 125,6824
8,46 8,1511 8,0363
124.628
9.525
a 1 2 3 4
62,4277
c. Distribusi ukuran granul(Farmakope Indonesia ed. 5, hal : 1515) Tujuan
: Memastikan distrbusi ukuran granul mengikuti distribusi normal
Prinsip
: Menyusun pengayak berdasarkan derajat kekasaran yang meningkat. Zat uji ditempatkan pada pengayak paling atas. Bobot zat yang tertahan pada setiap pengayak ditimbang seksama.
Penafsiran hasil: Hasil uji menunjukkan persentase bobot serbuk dalam setiap rentang ukuran pengayak Formula 1 Ukuran Granul (µm) < 250 µm 251 µm – 425 µm 426 µm – 1400 µm 1400 µm – 1700 µm >1700 Jumlah
g 12,6237 6,7903 3,9501 1,5077 0,1340 25
% 50,4948 27,1612 15,8004 6,0308 0,5360 100
Bobot granul % kumulatif < 50,4716 77,6328 93,4332 99,464 100
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
% kumulatif > 100 49,5052 22,344 6,5436 0,5128
20
Formula 2 Ukuran Granul (µm) < 250 µm 251 µm – 425 µm 426 µm – 1400 µm 1400 µm – 1700 µm >1700 Jumlah
G
%
2,018 2,967 10,632 9,292 0,096 25,005
8,070 11,866 42,519 37,161 0,384 100
G
%
7,943 3,523 6,679 6,649 0,210 25,005
31,766 14,090 26,713 26,592 0,839 100 %
Bobot granul % kumulatif < 8,070 19,936 62,455 99,616 100
% kumulatif > 100 91,930 80,064 37,545 0,384
Formula 3 Ukuran Granul (µm) < 250 µm 251 µm – 425 µm 426 µm – 1400 µm 1400 µm – 1700 µm >1700 Jumlah
Bobot granul % kumulatif < 31,766 % 99,161 % 58,479 % 85,071 % 100 %
% kumulatif > 100 % 68,234 % 54,44 % 27,431 % 0,839 %
Formula 4 Ukuran Granul
Bobot Granul % kumulatif <
(µm)
g
%
> 1700 1400 – 1700 425 – 1400 250 – 425 < 250 Jumlah
0,4965 9,927 9,605 3,086 1,8855 25
1,986 39,708 38,420 12,344 7,542 100
undersize 1,986 41,694 80,114 92,458 100
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
% kumulatif < oversize 100 98,104 58,306 19,886 7,542
21
Grafik Frekuensi Ukuran 60 50
Formula 1
40
Formula 2 Formula 3
30
Formula 4
20 10 0 0-250
251-425
426-1400
1401-1700
>1700
Kurva Frekuensi Kumulatif Undersize 120 100 Formula 1
80
Formula 2 Formula 3
60
Formula 4
40 20 0 0-250
251-425
426-1400
1401-1700
>1700
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
22
Kurva Frekuensi Kumulatif Oversize 120 100 Formula 1
80
Formulasi 2 Formulasi 3
60
Formulasi 4
40 20 0 0-250
251-425
426-1400
1401-1700
>1700
2. Evaluasi Tablet a. Organoleptis Tujuan :Penerimaan oleh konsumen Prinsip :Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa Penafsiran hasil:Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai), rasa sesuai spesifikasi Kelompok 1
Warna
Penilaian tablet asetosal menurut: Kelompok 2 Kelompok 3 Warna homogen, bau
homogen,
sesuai
berwarna putih
spesifikasi,
tidak berbintik,
mulus tanpa
tidak berbau,
bintik-bintik,
rasa sedikit
rasa asam
pahit.
kepahit-
Kelompok 4
Berwarna putih
Warna putih
homogen, bau
homogeny, bau
khas asetosal,
khas asetosal,
rasa asam
permukaan halus,
diikuti rasa
tidak berbintik,
pahit
rasa pahit.
pahitan.
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
23
b.
Keseragaman ukuran (Farmakope Indonesia edisi III, hal 6) Tujuan :Menjamin penampilan tablet yang baik Prinsip :Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul ke dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap diameter dan tebal tablet. Alat : jangka sorong Penafsiran hasil:Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet. Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan jangka sorong.
Formula 1
c.
No
d (mm)
t (mm)
1.
12,15
2.
Formula 2
Formula 3
4,30
d(mm ) 12,1
t (mm) 4,3
d(m m) 12,1
t (mm) 4,25
12,20
4,30
12,1
4,3
12,0 5
4,40
3.
12,15
4,40
12,1
4,3
12,1
4,30
4.
12,1
4,35
12,1
4,3
12,1
4,20
5.
12,15
4,3
12,1
4,3
12,1
4,35
6.
12,10
4,3
12,1
4,3
12,1
4,40
7.
12,15
4,35
12,1
4,3
4,40
8.
12,1
4,3
12,1
4,3
12,0 5 12,0 5
9.
12,1
4,3
12,1
4,3
12,1
4,40
10.
12,15
4,3
12,1
4,3
12,0 5
4,30
Rata
12,135
4,32
12,1
4,3
12,08
4,33
Syar at
5,76 – 12,96
Friabilitas Tujuan
5,733 - 12,90
4,30
5,773 - 12,99
Formula 4 d(mm )
t (mm)
12,0 5 12,0 5 12,0 5 12,0 5 12,0 5 12,1 5 12,0 5 12,0 5 12,0 5 12,0 5 12,0 6
4,4 4,35 4,35 4,35 4,35 4,4 4,45 4,4 4,45 4,4 4,39
5,853 - 13,17
:Menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses, pengemasan dan penghantaran.
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
24
Prinsip
:Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu. :Friabilator
Alat
Penafsiran hasil : - Kehilangan bobot tidak boleh > 1% - Jika tablet pecah maka tidak memenuhi syarat dan tidak dimasukan dalam -
penimbangan tablet akhir. Jika hasil meragukan/kehilangan bobot lebih besar dari yang ditargetkan
maka pengujian diulang 2-3 kali. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat friabilitator terhadap 20 tablet yang diambil acak. Tablet yang diambil secara acak dibersihkan satu-satu dengan kuas lalu ditimbang. Tablet lalu dimasukkan pada alat dan diputar sebanyak 100 putaran. Tablet dibersihkan lagi dan ditimbang. Wo−W 1 Friabilitas= ×100 Wo Untuk formula 2: No. Replikasi
Bobot Awal (g)
1 2 3
Bobot Akhir (g)
Kerapuhan (%)
6,492 6,514 6,463
0,91 0,79 0,53 0,8767
6,552 6,566 6,529 Rata-rata
Formula si
Bobot awal (
Bobot akhir
g)
(g)
Friabilitas (%)
d.
Keragaman 1
6,558
6,505
0,81%
2
6,549
6,490
0,8767%
3
6,567
6,544
0,85 %
4
6,518
6,548
0,920%
bobot Tujuan : Menjamin keseragaman
Prinsip
kandungan zat aktif. :(untuk tablet tidak bersalut) Sebanyak 20 tablet diambil secara acak lalu ditimbang masing-masing tablet. Rata-rata bobot kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot ratarata. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
25
dalam persen dari jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan
kadar
masing-masing
tablet.
Hitung
nilai
penerimaannya Penafsiran hasil : Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 7,5%, dan tidak boleh ada satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 15%. nilai penerimaan 10 unit sediaan pertama kurang atau sama dengan nilai penerimaan maksimum yang diperbolehkan yaitu 15,0
Untuk formula 1 : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Ratarata Rentang
Bobot tablet (g) 0,507 g 0,512 g 0,515 g 0,505 g 0,516 g 0,507 g 0,510 g 0,507 g 0,509 g 0,516 g
Penyimpangan (%) 1,38 2,4 3 1 3,2 1,38 2 1,38 1,8 3,2
0,5104 g
2,074 %
0,505 g – 0,516 g
1 - 3,2
Untuk formula 2 : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Rata-
Bobot tablet (mg) 504 508 501 500 500 503 504 506 507 506 503
%Penyimpangan 0,199 0,994 0,398 0,596 0,596 0 0,199 0,596 0,795 0,596 0,497
rata
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
26
Rentang
500 - 508
0 – 0,994
Untuk formula 3 No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Rata-rata Rentang
Bobot
%Penyimpang
tablet
an
(mg) 0,504 0.505 0.502 0.501 0.503 0.506 0.502 0.502 0.501 0.506 0.5027 0,501-
0,8 % 1% 0,4 % 0,2% 0,6 % 1,2 % 0,4 % 0,4 % 0,2 % 1,2 % 0,64 % 0,2 – 1,2
0,506 Untuk formula 4 No.
Bobot tablet (mg)
%Penyimpang an
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
0,505 0,498 0,505 0,495 0,502 0,504 0,505 0,495 0,506 0,505
1% -0,4% 1% -1% 0,4% 0,8% 1% -1% 1,2% 1%
Rata-rata Rentang
0,502 0,4950,506
-0,4%-1,2%
FORMULA 1 2 3 4
0,6%
NILAI AV
1,9462 % 1,3706% 0,0972% 0,6554%
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
27
e.
Kekerasan tablet Tujuan : Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses, Prinsip
pengemasan dan penghantaran : Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan
pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah. Alat : Hardness tester Penafsiran hasil : Kekerasan tablet yang baik adalah 4-7 kg/cm2 Pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil acak. Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. No. Tablet
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Rata-rata Standar deviasi f.
Formula 1
4,3 3,4 3,6 4,1 3,9 3,5 3,8 3,9 3,5 3,9 3,79 0,0912
Formula 2 (kg/cm2)
Formula 3
Formula 4
6,2 6,4 5,1 6,2 5,4 6,0 7,0 7,5 6,3 6,2
8,2 7,5 8,5 7,9 8,8 8,2 8,5 7,5 8,8 8,5
5,914 6,628 7,342 5,507 7,138 6,934 6,118 5,609 5,914 5,914
6,23 0,712
8,24 0,569
6,3018 0,225
Waktu hancur Tujuan :Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained Prinsip
release). :Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2° kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1 N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
28
tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satusatu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal di atas kasa. Penafsiran hasil:Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, semua tablet hancur sempurna. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet tertinggal di atas kasa kecuali fragmen bahan pembantu. Menurut FI III, jika tidak dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut. No Tablet 1
X.
Formula
Formula 2
Formula 3
Formula 4
37 detik
74 detik
75 detik
1
8 detik
Pembahasan Asetosal (asam asetil salisilat) dikenal dengan nama dagang aspirin, merupakan
obat pereda nyeri golongan 'anti radang non steroid' (ains), sering digunakan sebagai pereda nyeri (analgesik), dan penurun demam (antipiretik). asetosal juga mempunyai efek mengurangi daya beku darah, sehingga dalam dosis rendah sering digunakan untuk penderita penyakit jantung koroner dan stroke (sweetman. 2009) Dalam pembuatan tablet yang dilakukan, selain bahan aktif asetosal maka ditambahkan juga bahan eksipien yaitu dari amylum sebanyak 10% sebagai penghancur (disintegrant) PVP sebanyak 2% sebagai pengikat (binder), laktosa sebagai
pengisi
(diluent), dan Talk sebanyak 3% sebagai glidant dan pelicin (lubrikan),. Pada metode granulasi kering, tiap bahan tambahan dibagi kedalam 2 fase yaitu fase dalam dan fase luar. Fase dalam terdiri dari zat aktif, pengikat, pengisi, dan 10% penghancur. Fase luar terdiri dari 5% penghancur, pelicin, dan glidant. Fase dalam adalah campuran yang kemudian akan dibuat menjadi massa granul, sedangkan fase luar adalah bahan yang membantu aliran granul fase dalam yang telah dibuat.
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
29
Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa asetosal 250 mg dan bobot tablet total 400 mg, sehingga presentase zat aktif dalam sediaan adalah 62,5 %. asetosal merupakan zat yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang buruk sehingga apabila akan dibuat sediaan tablet harus dilakukan granulasi terlebih dahulu, selain itu kadar asetosal dalam tablet pun lebih dari 5% dan asetosal memilii kstabilan yang terbatas terhadap air sehingga pembuatan tablet asetosal menggunakan metode granulasi kering. Tahapan atau prosedur yang dilakukan pada pembuatan tablet asetosal dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu : 1. Milling Milling adalah proses penggilingan/ penghalusan obat dan eksipien sehingga dihasilkan ukuran yang lebih kecil. Proses milling penting karena pada pembuatan tablet ini asetosal (zat aktif), laktosa, PVP, dan amilum masing-masing memiliki ukuran partikel yang berbeda-beda. Tujuan dari proses milling ini untuk menghindari kemungkinan terjadi segregasi dan demixing pada proses pencampuran berikutnya yang akan menyebabkan menurunnya homogenitas dari campuran bahan. Milling dilakukan dengan cara bahan bahan yang akan digunakan di ayak terlebih dahulu pada mesh 40, hal ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran dari partikel partikel pembentuk tablet dan menghindaari segregasi dari serbuk penyusun tablet. Jadi, sebelum dilakukan penimbangan bahan-bahan, terlebih dahulu dilakukan milling sehingga bahan yang telah ditimbang sudah memiliki ukuran yang sama satu sama lainnya 2. Mixing Mixing dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk menggabungkan dua atau lebih komponen, yang awalnya dalam keadaan tidak dicampur atau sebagian campuran, sehingga masing-masing unit (partikel, molekul dll) dari komponen terletak sedekat mungkin atau bercampur dengan unit atau partikel masing-masing komponen lainnya. Tujuan dari proses mixing adalah untuk mendapatkan/menjamin homogenitas campuran serbuk sehingga tablet yang dihasilkan merupakan campuran homogen. Pada tahap ini dilakukan mixing terhadap fase dalam bahan aktif yaitu asetosal sebanyak 125 gram , PVP sebanyak 4 gram, laktosa sebanyak 35 gram dan amylum sebanyak 20 gram. Mixing dilakukan dengan menggunakan toples sebagai turbula mixer . Dalam proses mixing ini zat yang akan dicampur ditambahkan sedikit demi sedikit dengan perbandingan 1 : 1 Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
agar 30
menghasilkan campuran yang mendekati random mix. Proses mixing fase dalam ini dilakukan dengan cara toples secara berputar dengan kecepatan yang konstan kurang lebih selama 10 menit. Sedangkan untuk fase luar hanya di campur selama 5 menit, hal ini bertujuan agar fase luar tidak terlalu homogen didalam tablet yang akan menyebabkan waktu hancur tablet menjadi semakin lama karena fase luar tablet biasanya bersifat hidrofob sehingga sulit terbasahi dan memperlama waktu hancur tablet. 3. Granulasi Granulasi merupakan proses peningkatan ukuran partikel dengan cara melekatkan partikel-partikel sehingga bergabung dan membentuk ukuran yang lebih besar . Pada tahap ini dilakukan pencetakan slug/ bongkahan besar dari serbuk yang telah di mixing menggunakan roller compactor atau mesin pencetak tablet dengan die dan punch yang lebih besar. Hal ini dilakukan agar serbuk tadi dapat bersatu membentuk slug ketika diberi tekanan yang besar. Setelah pencetakan, slug tersebut digiling kembali agar menjadi granul dengan ukuran yang di inginkan. 4. Pencetakan tablet Tahap – tahap pencetakan tablet yaitu die filling, compression, ejection. Pembuatan tablet pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan alat pencetak tablet single punch. Pada saat kompresi tablet perlu diperhatikan mengenai kekerasan tablet dan bobot tablet. Kekerasan tablet harus berada pada rentang 70 – 120 N sedangkan bobot tablet pada formula 2, berdasarkan perhitungan yang dilakukan yaitu sebesar 400,0 mg. Sehingga pada proses kompresi ini dilakukan optimasi sampai menghasilkan tablet yang memiliki kekerasan yang sesuai persyaratan dan bobot yang sesuai dengan perhitungan. Pada pembuatan tablet terdapat dua evaluasi yang dilakukan, yaitu evaluasi granul dan
evaluasi
tablet. Evaluasi granul
terdiri dari
uji kerapatan
granul dan
kompresibilitasnya, uji kecepatan alir granul dan sudut istirahatnya, uji distribusi ukuran granul. Sedangkan untuk tablet yang telah jadi dilakukan uji keseragaman sediaan, organoleptis, keseragaman ukuran, keregasan tablet (friability), keragaman bobot, kekerasan tablet, waktu hancur tablet, dan disolusi tablet. Untuk evaluasi granul pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi kerapatan granul dan kompresibilitasnya, uji kecepatan alir granul dan sudut istirahatnya, dan uji distribusi
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
31
ukuran granul. Evaluasi dilakukan oleh bagian IPC menggunakan prinsip yang berasal dari kompendial baik itu farmakope indonesia, maupun USP. Uji kerapatan dan kompresibilitas granul dilakukan berdasarkan prinsip dari USP yaitu, pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk 1250x). Pengukuran kompresibilitas berdasarkan Carr’s index. Setelah dilakukan evaluasi hasil yang didapat adalah sebagai berikut : Formula
BJ nyata
BJ mampat
1 2
(g/mL) 0,7212 0,7012
(g/mL) 0,8066 0,7283
3 4
0,7336 0,7146
0,7673 0,7383
Kompresibilitas (%) 10,58 3,7218 4,392 3,2100
Dari hasil pengujian kerapatan dan kompresibilitas diatas diketahui bahwa semua formula memilik kompresibilitas yang baik, adapun kompresibilitas terkecil dimiliki oleh formula 4 dan yang terbesar oleh formula 1. Selanjutnya dilakukan evaluasi kecepatan alir dan sudut istirahat granul. evaluasi ini dilakukan berdasarkan prinsip evaluasi yang tertera dalam USP yaitu Sejumlah granul diposisikan diatas dasar diameter yang berada dalam hopper lalu dialirkan, pembentukkan kerucut granul pada dasar diameter memungkinkan penentuan sudut istirahat. Dari hasil evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut: Formul
Kecepatan alir (g/det)
Sudut istiraha ( )
a 1 2 3 4
256,52 62,4277 125,6824 124.628
8,46 8,1511 8,0363 9.525
Pada USP-30 tertera bahwa sudut istirahat yang baik dibawah 35 o, dari hasil percobaan didapatkan bahwa semua formula memiliki sifat alir dan sudut istirahat yang baik, hal ini menunjukan bahwa granulasi yang dilakukan telah benar dan sesuai persyaratan kompendial. Selanjutnya dilakukan evaluasi distribusi ukuran granul, evaluasi ini dilakukan berdasarkan prinsip dari farmakope indonesia yaitu, Menyusun pengayak berdasarkan derajat kekasaran yang meningkat. Zat uji ditempatkan pada pengayak paling atas. Bobot Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
32
zat yang tertahan pada setiap pengayak ditimbang seksama. Namun karena keterbatasan alat maka metode yang dipakai dalam pengujian ini dirubah menjadi satu pengayak satu pengayak. Hasil dari pengujian apabila ditampilkan dalam grafik adalah sebagai berikut :
Grafik Frekuensi Ukuran 60 50
Formula 1
40
Formula 2 Formula 3
30
Formula 4
20 10 0 0-250
251-425
426-1400
1401-1700
Dari grafik diatas, diketahui bahwa hanya formula
>1700
2 dan 4 yang distribusi
ukurannya mendekati distribusi normal, sedangkan formula 1 mengikuti distribusi positif dan formula 3 mengikuti distribusi bimodal. Setelah pencetakan tablet selesai, tablet yang dihasilkan diuji karakteristik dan kandungannya. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tablet yang dihasilkan memiliki karakteristik yang sesuai dengan persyaratan dan memiliki mutu yang baik. Adapun pengujian yang dilakukan adalah uji keseragaman sediaan, organoleptis, keseragaman ukuran, keregasan tablet (friability), keragaman bobot, kekerasan tablet, waktu hancur tablet, dan disolusi tablet. Uji disolusi tablet tidak dilakukan karena keterbatas alat. Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji keseragaman sediaan, tujuan dari pengujian ini adalah untuk menjamin keseragaman kandungan dari tablet yang telah dibuat. Uji keseragaman sediaan terdiri dari uji keseragaman kandungan dan uji keragaman bobot, pada tablet asetosal dilakukan uji keragaman bobot karena tablet asetosal mengandung bahan aktif lebih dari 25 mg dan lebih dari 25%. Prinsip dari pengujian ini adalah Sebanyak 20 tablet diambil secara acak lalu ditimbang masingmasing tablet. Rata-rata bobot kemudian dihitung bersama penyimpangan terhadap bobot rata-rata. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang dinyatakan dalam persen dari
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
33
jumlah yang tertera pada etiket dari hasil penetapan kadar masing-masing tablet. Hitung nilai penerimaannya. Dari hasil pengujian didapat nilai AV sebagai berikut: FORMUL
NILAI AV
A 1 1,9462 % 2 1,3706% 3 0,0972% 4 0,6554% Persyaratan dari Farmakope indonesia dikatakan bahwa memenuhi syarat apabila nilai penerimaan yang didapat dari tablet yang diuji tidak kurang dari 15,0%. Maka dapat disimpulkan bahwa semua formula memiliki keseragaman sediaan yang memenuhi syarat. Pengujian selanjutnya adalah friabilitas atau kerapuhan tablet. Pengujian dilakukan terhadap tablet yang beratnya mendekati 6,5 gram. Prinsip dari percobaan ini adalah Pengukuran friabilitas dilakukan dengan menentukan persentase bobot tablet yang hilang selama diputar dan dijatuhkan dari ketinggian tertentu dalam waktu tertentu. Hasil dari pengujian ini adalah sebagai berikut
Formulasi Bobot awal Bobot (g) 6,558 6,549 6,567 6,518
1 2 3 4
akhir ( g ) 6,505 6,490 6,544 6,548
Friabilitas (%) 0,81% 0,8767% 0,85 % 0,920%
Hasil dari pengujian friabilitas kehilangan bobotnya tidak boleh lebih dari 1%. Dari hasil diatas diketahui bahwa kerapuhan semua tablet memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh farmakope indonesia. Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah uji kekerasan tablet, secara prinsip uji Kekerasan tablet menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada saat produksi, pengemasan, dan pengangkut. Pengujian dilakukan dengan memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak kemudian pecah. Dari hasil percobaan diketahui hasilnya sebagai berikut: No.
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
34
Tablet 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Rata-rata Standar
4,3 3,4 3,6 4,1 3,9 3,5 3,8 3,9 3,5 3,9
(kg/cm2) 6,2 6,4 5,1 6,2 5,4 6,0 7,0 7,5 6,3 6,2
8,2 7,5 8,5 7,9 8,8 8,2 8,5 7,5 8,8 8,5
5,914 6,628 7,342 5,507 7,138 6,934 6,118 5,609 5,914 5,914
3,79 0,0912
6,23 0,712
8,24 0,569
6,3018 0,225
deviasi Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kekerasan tablet dari formula 1 memiliki kekerasan yang kurang, hal ini mungkin disebabkan karena formula 1 tidak memakai pengikat dalam formulasinya. Pengujian selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian waktu hancur. Prinsip dari pengujian ini adalah Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37° ± 2° kecuali dinyatakan lain dalam monografi. Bejana diisi dengan HCl 0,1 N, volume diatur pada kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan terendah. Mulut tabung tetap diatas permukaan. Enam tabung dimasukkan satu-satu ke masing-masing tabung, lalu keranjang dinaik turunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang tertinggal di atas kasa. Hasil dari pengujian ini adalah : No
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Tablet 1 8 detik 37 detik 74 detik 75 detik Dari hasil diatas diketahui bahwa waktu hancur tablet meningkat dari formula 1 hingga formula 4. Hal ini mungkin disebabkan oleh kadar pengikat yang dipakai dalam formula ehingga waktu hancur dari tiap formula terus meningkat.
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
35
XI.
Kesimpulan Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa semakin besar konsentrasi tpengikat dalam tablet dapat memperlama waktu hancur dan membuat tablet semakin keras.
Tablet
Granul
Evaluasi
Formula
Formula
Formulasi
Formulasi
Uji Homogenitas Kandungan Lembab Kecepatan Aliran Bobot Jenis Uji Organoleptik
1
2
3
4
Keseragaman
X -
X -
X -
X -
Bentuk dan Ukuran Keragaman Bobot Kekerasan Friabilitas Friksibilitas Waktu Hancur Uji Disolusi
Keterangan:
= memenuhi syarat
X
= tidak memenuhi syarat
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
36
XII.
Daftar Pustaka
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung: ITB Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Ansel, Howard. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edis IV. Jakarta: Universitas Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,. edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,. edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia,. edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan. Lachman L, Lieberman. 1994. Teori dan praktek farmasi industri edisi ketiga. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI press Rowe, Raymond et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Exipients 6th ed. London: Pharmaceutical Press Sweetman, S.C., 2009.Martindale The Complete Drug Reference 36. Pharmaceutical Press : London Chicago USP 30 – NF 25. 2009. United States Pharmacopeia and The National Formulary. Rockville (MD): The United States Pharmacopeial Convention. Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendari Noerono. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
37
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA “Pembuatan Tablet Asetosal 250 mg Dengan Metode Granulasi Kering Menggunakan Pengikat PVP 2%” Disusun oleh: Mochamad Arif
P17335113048
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
38
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN FARMASI 2015
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida – Granulasi Basah
39
View more...
Comments