LAPORAN GEOLOGI TEKNIK
February 24, 2019 | Author: Herydictus Fridolin Pakiding | Category: N/A
Short Description
Download LAPORAN GEOLOGI TEKNIK...
Description
DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................................... i Daftar Isi ..................................................................................... ii BAB 1 Pendahuluan ..................................................................... 1
I.1 Latar Belakang
............................................ .................................................................. ................................ ..........
1
......................................... ................................................................ ............................. ......
1
I.3 Batasan Masalah
............................................ .................................................................. ............................. .......
2
I.4 Waktu dan Letak
........................................... ................................................................. ............................ ......
2
........................................... ................................................................. ................................ ..........
2
I.6 Peneliti Terdahulu
.......................................... ................................................................ ............................. .......
3
BAB II Geomorfologi
.................................................................. 4
I.2 Maksud dan Tujuan
I.5 Alat dan Bahan
2.1. Geomorfologi Regional
........................................... ............................................................. ..................
2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian 2.2.1 Satuan Geomorfologi
.......................................... ................................................ ......
4
.......................................... ............................................................... .....................
5
2.2.1.1 Satuan Bentangalam Pedataran 2.2.1.2 Satuan Bentangalam Bergelombang BAB III Stratigrafi
4
.................................... ....................................
6
.............................. ..............................
6
..................................................................... 8
3.1. Stratigrafi Regional BAB IV Struktur Geologi
........................................... ................................................................ .....................
........................................................... 10
4.1. Struktur Geologi Regional
............................................ ...................................................... ..........
10
.......................................... ............................................. ...
10
......................................... ............................................................... ......................... ...
11
4.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian 4.2.1 Struktur Kekar
8
BAB V Satuan – Satuan Geologi Teknik
.........................................
13
..................................... .....................................
13
........................................... ..................................................... ..........
16
5.1 Singkapan Batuan pada daerah penelitian 5.2 Tanah Pada daerah penelitian
BAB VI Penutup
6.1 Kesimpulan 6.2 Saran
...........................................................................
19
......................................... ............................................................... .................................... ..............
19
............................................ .................................................................. ........................................ ..................
19
Daftar Pustaka ............................................................................. iii
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Geologi teknik merupakan ilmu yang mempelajari perilaku fisik dan mekanik tanah dan atau batuan dalam kaitannya dengan permasalahan fondasi dan bahan bangunan. Tanah dan atau batuan dalam geologi teknik dipandang bukan atas dasar genetiknya, tetapi atas dasar fungsinya sebagai material konstruksi (construction materials) dan material fondasi (fondation materials). Sebagai material konstruksi artinya batuan dan atau tanah digunakan sebagai bahan isian (bahan bangunan), sedangkan sebagai material fondafi artinya batuan dan atau tanah berfungsi sebagai tapak atau lokasi tempat didirikannya bangunan. 2
Luas kampus Unhas adalah ± 2.121.356 m yang mana diperungunakan 2
2
sebagai pembagunan Ruang kuliah (19.139.80 m ), ruang dosen (5.025.96 m ), 2
2
ruang kantor/administrasi (24.123.43 m ), ruang studio (1.117.9 m ), asrama 2
2
2
mahasiswa (80.015 m ), auditorium (6447 m ), lahan perumahan (870.070 m ), 2
2
kebun/lahan percobaan (1.526.123 m ), hutan percobaan (50.500.000 m ), kolam 2
percobaan (676.490 m ) dsb. Kegiatan Geologi Teknik yang dilaksanakan pada sekitar lokasi Kampus Unhas adalah untuk mengetahui jenis-jenis tanah dan atau batuan yang menyusun lokasi kampus serta morfologi yang terbentuk dan struktur geologi yang terdapat pada kampus Unhas. 1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah melakukan studi keteknikan terhadap jenis-jenis tanah dan atau batuan serta penyebarannya pada daerah kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea Makassar Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui jenis-jenis tanah dan batuan yang menyusun daerah penelitian ditinjau dari aspek keteknikan serta morfologi yang terbentuk dan struktur geologi yang terdapat pada lokasi penelitian. 1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan dil akukan dengan membatasi masalah pada : 1. Identifikasi karakteristik jenis-jenis tanah dan batuan b atuan yang terdapat pada daerah penelitian. 2. Identifikasi keadaan geomorfologi serta struktur-struktur geologi yang terjadi pada daerah penelitian
1.4 Waktu dan Letak
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-12 November 2011. Daerah penelitian secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Tamalanrea Provinsi Sulawesi Selatan dan secara geografis terletak pada koordinat 119 - 119
0
29’30”
0
0
0
29’0”
’
BT dan 05 7’30”-05 8 0” LS dengan skala peta 1:5.000
1.5 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dipergunakan selama kegiatan penelitian ini, antara lain :
Peta Topografi bersekala 1 : 5.000
Palu Geologi
GPS (Global Positioning System)
Kompas Geologi Tipe Brunton
Komparator klasifikasi klasifikasi batuan sedimen dan dan beku.
Buku catatan lapangan
Kantong tas untuk conto batuan
Kamera digital
Roll meter
Peralatan tulis menulis (pensil tulis, pensil warna, busur, mistar)
Tabel data lapangan
Perlengkapan Perlengkapan pribadi
1.6 Peneliti Terdahulu
Adapun para peneliti terdahulu yang telah melakukan penelitian pada daerah ini adalah :
Rab Sukamto dan Supriatna, 1982, mengadakan pemetaan geologi Lembar
Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai, Sulawesi dengan sekala
1 :
250.000, menghasilkan Peta dan Keterangan Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng Benteng dan Sinjai, Sinjai, Sulawesi sekala sekala 1 : 250.000.
Van Bemmelen (1981), melakukan penelitian Geologi Umum di Indonesia, Indonesia,
termasuk Sulawesi Selatan.
Rab Sukamto (1975), melakukan penelitian Perkembangan Tektonik
Sulawesi dan Sekitarnya yang merupakan sintesis yang berdasarkan tektonik lempeng.
BAB II GEOMORFOLOGI 2.1. Geomorfologi Regional
Secara regional, daerah penelitian terletak pada dataran ujung panjang yang memanjang utara selatan, pesisir barat lengan selatan pulau sulawesi yang sebagian besar terdiri atas daerah rawa dan daerah pasang surut. Dataran ini dialiri oleh sungai Segeri, sungai Lampe, sungai Bone-Bone, sungai Bone Tanjore, sungai Jeneberang dan sungai Takalar yang mengalir memotong dataran tersebut ke bagaian sebelah Baratnya. Di bagian Timur daerah penelitian merupakan daerah pegunungan dengan titik tertinggi adalah gunung Lompobattang, Gunung Baturape, Gunung Langieng, serta Gunung Tondong Karambu. Jajaran titik-titik tertinggi ini merupakan daerah pegunungan Soppeng yang yang tersusun oleh batuan vulkanik (Sukamto 1982). Daerah sebelah barat Gunung Cindako dan sebelah utara Gunung Baturape merupakan daerah berbukit, kasar di bagian Timur dan halus di bagian Barat. Bagian Timur mencapai ketinggian kira-kira 500 meter, sedangkan bagian Barat kurang dari 50 meter dari permukaan laut (dpl), dan hampir merupakan suatu daratan. Bentuk morfologi ini disusun oleh batuan klastika gunung api berumur Miosen. Bukit-bukit memanjang yang tersebar di daerah ini mengarah ke Gunung Cindako dan Gunung Baturappe berupa retasretas basal. Pada beberapa tempat pegunungan ini terdapat topografi kars. 2.2. Geomorfologi Daerah Penelitian
Uraian geomorfologi bertujuan untuk memahami keadaan bentang alam yang ada sekarang serta perkembangannya, dimana pembahasan geomorfologi daerah penelitian meliputi pembagian satuan geomorfologi. Pembahasan tersebut didasarkan pada gejala-gejala geomorfologi yang dapat dijumpai di lapangan, hasil interpretasi pada peta topografi, serta hasil studi literatur dari berbagai sumber yang berhubungan dengan tujuan pemetaan.
2.2.1 Satuan Geomorfologi
Pembentukan bentangalam dari suatu daerah merupakan hasil akhir proses-proses geomorfologi yang bekerja. Proses tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan, baik secara fisik maupun secara kimia pada permukaan bumi. Bentuk bentang alam yang dihasilkan akan bervariasi, yang kemudian dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor tertentu. Pengelompokan bentangalam menjadi satuan-satuan geomorfologi dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan
morfometri
dan morfografi.
Pendekatan morfometri didasarkan pada bentuk yang nampak di lapangan, sehingga
dapat
dibedakan
antara
pedataran,perbukitan
dan
pegunungan.
Sedangkan pendekatan morfografi didasarkan pada unsur-unsur geomorfologi yang
dapat
diukur
secara
kuantitatif
yang
meliputi
tinggi,
luas
dan
kemiringan(van Zuidam, 1985). Klasifikasi satuan bentang alam berdasarkan sudut lereng dan beda
tinggi
(dimodifikasi dari van Zuidam ,1985) Sudut Lereng
Beda Tinggi
(%)
( meter)
Datar atau hampir datar
0 – 2
140
> 1000
Satuan Relief
Pegunungan Pegunungan tersayat tajam/ sangat tajam Pegunungan/ Pegunungan/ sangat curam
Berdasarkan uraian tersebut, dengan memperhatikan gejala geomorfologi yang terdapat di lapangan dan hasil interpretasi peta topografi sekala 1 : 5.000, maka pembagian satuan bentang alam daerah penelitian terdiri atas : 1. Satuan bentang alam pedataran 2. Satuan bentang bentang alam bergelombang
2.2.1.1 Satuan Bentangalam Bentangalam Pedataran
Penamaan satuan ini didasarkan pada keberadaan aspek relief yaitu pedataran dengan presentase sudut lereng 0 - 2 % dan beda tinggi kurang dari 5 meter. Aspek genetik yang mempengaruhi pembentukan umumnya disebabkan oleh hasil tataguna tataguna lahan dan sebagian sebagian kecil dari proses denudasi. denudasi. Penyebaran Penyebaran satuan bentang alam ini menempati sekitar 80 % dari keseluruhan daerah penelitian.
Foto Bentang alam pedatara pada pinggiran danau Unhas
Morfologi datar disebabkan oleh proses alamiah seperti erosi dan pelapukan, terutama oleh hasil aktivitas manusia untuk pembuatan bangunan, jalan dan sarana-sarana lainnya. 2.2.1.2 Satuan Bentangalam Bergelombang
Satuan bentang alam bergelombang menempati sekitar 20 %, penamaan penamaan satuan ini didasarkan pada keberadaan aspek relief yaitu pedataran dengan presentase sudut lereng 3-7% dan beda tinggi sekitar 5-16 meter (bergelombang). Aspek genetik yang mempengaruhi pembentukan satuan bentang alam ini umumnya adalah proses denudasional.
Hasil dari proses-proses denudasional yang berkembang pada daerah ini menunjukkan proses yang relatif lemah berupa proses pelapukan batuan dan rill erotion. Distribusi ketebalan soil secara umum bervariasi dan umumnya berwarna
merah kecoklatan sampai kehitaman.
Foto Bentang alam bergelombang pada Fakultas Kedokteran
litologi yang menyusun satuan bentang alam ini yaitu antara lanau – pasir berlanau merupakan salah satu faktor terbentuknya morfologi bergelombang. Vegetasi relatif jarang karena lebih banyak dimanfaatkan sebagai pembuatan bangunan dan jalan. Struktur geologi yang dijumpai berupa kekar.
BAB III STRATIGRAFI
3.1. Stratigrafi Regional
Kota Makassar secara regional tersusun atas formasi f ormasi Camba (Sukamto dan Supriatna, 1982). Formasi ini tersusun oleh batuan sedimen laut berselingan dengan klastika gunungapi, yang menyamping beralih menjadi dominan batuan gunungapi (Tmcv) yang diterobos oleh batuan terobosan Formasi Baturape Cindako. Tmc Formasi Camba merupakan batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir dan batulempung; bersisipan napal, batugamping, konglomerat dan breksi gunungapi, dan batubara; warna beraneka dari putih, cokelat, merah, kelabu muda sampai kehitaman, umumnya mengeras kuat berlapis-lapis dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufa berbutir halus hingga lapili tufa lempungan berwarna merah mengandung banyakmminrela biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm dan 30 cm; batugamping pasiran mengandung koral dan molluska; batulempung kelabu tua dan napal mengandung fosil foram kecil; sisipan batubara setebal 40 cm ditemukan di Salo Maros. Tmcv, Batuan Gunungapi Formasi Camba merupakan breksi gunungapi, lava, konglomerat dan tufa lapili, bersisipan batuan sedimen laut berupa batupasir tufaan, batupasir gampingan dan batulempung yang mengandung sisa tumbuhan. Bagian bawahnya lebih banyak mengandung breksi gunungapi dan lava yang berkomposisi andesit dan basal; konglomerat juga berkomponen berkomponen andesit dan basal dengan ukuran 3 – 50 cm; tufa berlapis baik, terdiri dari tufa lithik, tufa kristal dan tufa vitrik. Bagian atasnya mengandung ignimbrit bersifat trakit dan tefrit leusit; ignimbrit berstrukutur kekar meniang, berwarna kelabu kecokelatan dan cokelat tua, tefrit leusit berstruktur aliran dengan permukaan berwarna hitam. Tebal satuan ini sekitar 2.500 m dan merupakan fasies gunungapi dari Formasi Camba, lapisannya kebanyakan kebanyakan terlipat lemah, dengan kemiringan kurang dari 20%.
Batuan terobosan terdiri dari: Diorit: terobosan diorit, kebanyakan berupa stok dan sebagian retas atau sil; singkapanya ditemukan di sebelah Timur Maros, menerobos batugamping Formasi Tonasa (Temt); umumnya berwarna kelabu, berstruktur porfiri, dengan fenokris amfibol dan biotit, sebagian berkekar meniang. Basal: terobosan basal berupa retas, sil dan stok, bertekstur porfiri dengan fenokris piroksin kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabu tua, kehitaman dan kehijauan; sebagian dicirikan oleh struktur kekar meniang, beberapa diantaranya mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jene Berang berupa kelompok retas yang mempunyai arah kira-kira radier memusat ke Baturape dan Cindako. Semua terobosan basal menerobos batuan dari Formasi Camba (Tmc). Hal ini menandakan bahwa kemungkinan besar penerobosan basal berlangsung sejak Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir. Endapan Aluvium Rawa dan Pantai (Qac) merupakan endapan sedimen permukaan termuda yang terdiri dari kerikil, pasir, lempung, dan batugamping koral; terbentuk dalam lingkungan sungai, rawa, pantai dan delta.
BAB III STRUKTUR GEOLOGI
5.1. Struktur Geologi Regional
Struktur regional di daerah Makassar dan sekitarnya menurut Sukamto dan Supriatna (1982) meliputi struktur perlipatan dan sesar. Struktur perlipatan tersebut dan sesar. Struktur perlipatan tersebut mempunyai jurus dan kemiringan yang
tidak
teratur
sehingga
sulit
menentukan
jenisnya,
perlipatan
ini
dicirikandengan variasi kemiringan batuan baik batuan berumur Tersier maupun Kwarter sehingga perlipatan tersebut diperkirakan berumur Plistosen. Struktur sesar juga mempunyai kemiringan yang bervariasi yaitu UtaraSelatan, Timur-Barat, Baratdaya-Timur laut dan Baratlaut-Tenggara yang terdapat di sekitar daerah Makassar, dimana jenis sesar ini sulit ditentukan. Proses ini diperkirakan terjadi sejak Miosen yaitu setelah berakhirnya aktivitas vulkanisme. Pada kala Miosen terjadi proses pengendapan yang disertai kegiatan vulkanisme di bagian barat yang berlangsung hingga Kala Pliosen . Berakhirnya kegiatan magmatisme pada Kala Plistosen Atas oleh kegiatan tektonisme menyebabkan menyebabkan pensesaran pensesaran yang melewati pegunungan pegunungan Lompobattang. Lompobattang. Sesar-sesar yang terbentuk pada umumnya merupakan sesar berarah Utara-Selatan yang kemungkinan disebabkan oleh gerakan mendatar ke kanan (dekstral) oleh batuan alas di bawah lembah Walanae. Akhirnya suatu pengangkatan yang terjadi pada Kala Holosen atau mungkin pula pada Sub Holosen menyebabkan terjadinya berbagai undak pantai dan ceruk gelombang seperti yang terdapat dipantai Barat Sulawesi Selatan yang disusul oleh pendangkalan cekungan Tempe. 4.2. Struktur Geologi Daerah Penelitian
Perkembangan dan pola struktur geologi daerah penelitian tidak lepas dari pengaruh struktur geologi regional. Penentuan struktur geologi didasarkan pada bentuk, jenis dan indikasi terhadap elemen elemen struktur geologi yang dijumpai di lapangan.
Berdasarkan bentuk, jenis dan indikasi unsur-unsur struktur geologi yang dijumpai di daerah penelitian, maka dapat diketahui bahwa struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa struktur kekar.
4.2.1 Struktur Kekar
Kekar merupakan rekahan pada batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran (Billing, 1968). Hal-hal yang diidentifikasi dalam pengamatan karakteristik kekar di lapangan meliputi pengukuran strike dip kekar, spasi kekar, isian kekar, bukaan kekar, panjang kekar, blok kekar dan set kekar. Pembahasan dan perbedaan struktur kekar yang berkembang pada daerah penelitian dititik beratkan pada penggolongan berdasarkan bentuknya.
Foto Struktur geologi berupa kekar pada Fakultas Kedokteran
Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya (Hodgson dalam Asikin, 1979), meliputi:
Kekar sistematik yaitu kekar yang umumnya dijumpai dalam bentuk pasangan. Tiap pasangannya ditandai oleh arahnya yang serba sejajar atau hampir sejajar jika dilihat dari kenampakan di atas permukaan.
Kekar tidak sistematik yaitu kekar yang tidak teratur susunannya dan biasanya tidak memotong kekar yang lain dan permukaannya selalu lengkung dan berakhir pada bidang perlapisan. Dengan demikian kekar yang dijumpai pada daerah penelitian adalah
kekar sistematik sistematik pada stasiun 19 dan 20 dan kekar tidak sistematik sistematik pada stasiun stasiun 31. Kekar sistematik dijumpai pada stasiun 19 mempunyai strike dip kekar N 0
0,
337 E / 25 Kekar searah strike dan berlawanan dip, Spasi kekar 30 cm, isian kekar merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 0,5
– 1
cm,
panjang kekar 8 m, terdapat 3 blok kekar dan 5 set kekar, serta pada stasiun 20 0
0
dengan strike kekar N 337 E/ 25 , Spasi kekar 25 cm, isian kekar merupakan hasil dari pelapukan pelapukan batuan batuan induk, bukaan bukaan kekar 0,5 cm, panjang kekar 3 m, terdapat 3 blok kekar dan 3 set kekar Kekar tidak sistematik dijumpai pada stasiun 31 dengan Bukaan kekar 0,5 – 10
cm, blok kekar 4, set kekar 4 set.
BAB V SATUAN – SATUAN GEOLOGI TEKNIK
Berdasarkan hasil dari pengamatan di peroleh data pengamatan yang menyataka keterdapatan singkapan batuan dan penyebaran jenis-jenis tanah pada kampus Unhas Tamalenrea Makassar. Pada daerah pengamatan terdapat satuan geologi teknik yaitu tanah dan batuan, yang mana tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis dan batuan terdapat dua jenis. 5.1 Singkapan Batuan pada daerah penelitian :
1. Batuan phiroklastik yaitu aglomerat dalam bentuk singkapan besar dengan dimensi 16 x 18 m dengan Struktur klastik kasar, ukuran butir 2 -256 mm (bomb dan lapilli), massa dasar berupa tufa. Singkapan ini terdapat di belakang halaman mesjid kampus Unhas.
Foto Singkapan anglomerat
Deskripsi Batuan: Jenis Batuan
: Batuan Piroklastik
Warna
: Abu-abu kehitaman
Struktur
: Masif
Tekstur
: - Ukuran Butir
: 2-64 mm
- Der. Pembundaran
: Angular-Rounded Angular-Rounded
- Der. Pemilahan
: Poorly Sorted
- Relasi
: Inequigranular Inequigranular
Komposisi material: Bomb dan lapili, gelas Nama
: AGLOMERAT
2. Tufa kasar yang tersebar luas di daerah Fakultas Kedokteran, Kantin Jasbo, sebagian kecil di Fakutas MIPA belakang mesjid Ramsis, dan Rektorat. Pada singkpan ini terdapat struktur geologi berupa kekar, panjang kekar dan bukaan kekar beragam pada beberapa singkapan, dan juga memiliki deimensi-dimensi yang beragam tiap singkapannya. Deskripsi singkapan: Jenis Batuan
: Batuan Phyroklastik
Warna
: Abu-abu
Struktur
: Massif
Tekstur
: Klastik - Ukuran Butir
: 2 -1/16 mm
- Der. Pembundaran
: Rounded
- Der. Pemilahan
: Baik
- Kemas
: Tertutup
- Porositas
: Baik
- Permeabilitas
: Baik
Komposisi
:
Nama
: TUFA KASAR
a. Singkapan pada lokasi Fakultas Kedokteran
Singkapan pertama dengan koordinat 119 0
5
8’45.3’’
0
0
29’16.3’’
0
S dan kedudukan singkapan N 320 E/ 30
0
5
0
8’44.5’’
E
–
E
–
0
0
Singkapan kedua dengan koordinat 119
0
29’15.1’’
0
0
0
S dan kedudukan singakapn N 356 E/ 29 ,
singkapan ini berdimensi 4 x 3 m.
Singkapan ketiga dengan koordinat 119 0
5
8’48.6’’
0
0
29’16.5’’
0
0
E
–
0.
S dengan kedudukan N 337 E/ 35 Kekar searah 0
0
strike dan berlawanan dip, strike dip kekar N 337 E / 25 , Spasi kekar 30 cm, isian kekar merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 0,5 – 1 cm, panjang kekar 8 m, terdapat 3 blok kekar dan 5 set kekar, singakapan ini berdimensi 10 x 4 m
Singkapan keempat dengan koordinat 119 0
5
0
8’50.4’’
0
0
29’16.85
0
E
–
0
S dan kedudukan N 320 E/ 30 , Kekar searah 0
strike, strike kekar N 337 , Spasi kekar 25 cm, isian kekar merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 0,5 cm, panjang kekar 3 m, terdapat terdapat 3 blok kekar kekar dan 3 set set kekar dan dimensi singkapan singkapan 7 x 2 m. b. Singkapan pada lokasi kantin Jasbo
Singkapan pada lokasi ini dengan koordinat 119 5
0
8’52.9’’
0
0
0
E –
0
0
E –
0
0
E –
29’19.9’’
S
c. Singkapan pada lokasi Fakultas MIPA
Singkapan pada lokasi ini dengan koordinat 119 5
0
8’52.4’’
0
0
29’12.9’’
0
S dan berkedudukan N 120 E/ 37
d. Singkapan pada lokasi Rektorat
Singkapan pada lokasi ini dengan koordinat 119 5
0
8’59.8’’
0
0
29’20.2’’ 0
S, Strike dip kekar N 260 E / 85 , isian kekar
merupakan hasil dari pelapukan batuan induk, bukaan kekar 1 cm, panjang kekar 2,5 m, terdapat 2blok kekar dan 2 set kekar dan dimensinya 3 x 4 m.
5.2 Tanah Pada daerah penelitian:
Hasil dari pengamatan lapangan dan setelah diklasifikasikan kedalam klasifikasi tanah berdasarkan sistem Unified diperoleh tiga jenis tanah yaitu: a. ML [Lanau tak organik dan pasir sangat halus, serbuk batuan atau pasir halus berlanau atau berlempung]. Tanah jenis ini sangat mendominasi keterdapatannya pada seluruh lokasi pengamatan, dari 38 stasiun pengamatan tanah jenis ini menempati 23 stasiun.
Foto tanah Lanau anorganik pada stasiun 22 (belakang Ramsis Putra)
Deskripsi tanah: Tipe tanah
: Homogen
Kekerasan/kekuatan Kekerasan/kekuatan tanah
: Padat
Warna
: Merah kecoklatan
Plastisitas
: Baik
Nama tanah
: Lanau anorganik
b. OL [Lanau organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah]. Tanah jenis ini hanya menempati 6 titik stasiun pengamatan yaitu sekitar daerah POLTEK, sekitar danau unhas, Fakultas Hukum, Fakultas Kehutanan, dan Fakultas MIPA.
Foto tanah Lanau organik pada stasiun 6 (sekitar danau unhas)
Deskripsi tanah: Tipe tanah
: Homogen
Kekerasan/kekuatan Kekerasan/kekuatan tanah
: lunak/lepas
Warna
: Coklat kehitaman
Plastisitas
: Tinggi
Nama tanah
: Lanau organik
c. SM [Pasir berlanau, campuran pasir-lanau]. Tanah jenis ini hanya terdapat di sekitar Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Belakang Mesjid Ramsis.
Foto tanah Pasir berlanau pada stasiun 28 (sekitar FKM)
Deskripsi tanah: Tipe tanah
: Homogen
Kekerasan/kekuatan Kekerasan/kekuatan tanah
: Sedikit terikat
Warna
: Merah kecoklatan
Gradasi
: Baik
Nama tanah
: Pasir berlanau
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Hasil dari pengamatan lapangan dan setelah diklasifikasikan kedalam klasifikasi tanah berdasarkan sistem Unified diperoleh tiga jenis yaitu ML [lanau tak organik], organik], OL [lanau organik], organik], dan SM [pasir berlanau] berlanau]
Sebagian besar dari daerah penelitian disusun atas tanah anorganik yang menempati 23 titik stasiun dari 38 stasiun.
Terdapat dua jenis singkapan pada daerah penelitian yaitu singkapan aglomerat dan tufa kasar.
Bentang alam pada daerah pengamatan terdiri dari dua yaitu bentang alam pedataran dan bentang alam bergelombang. bergelombang.
Struktur geologi yang dijumpai pada daerah pengamatan berupa kekar yang terdapat pada singkapan satuan tufa kasar.
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada teman-teman mahasiswa harus lebih disiplin dalam melakuakn pengamatan baik dalam penggunaan alat-alat pengaman yang menunjang keselamatan diri. 2. Diharapkan alat-alat yang akan dipergunakan saat melakukan pengamatan harus terlebih dahulu di cek agar alat dapat digunakan sebagaimana mestinya pada saat dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Hirnawan Febri. 1999. Modul Geoteknik. Universitas Padjadjaran. Bandung http://www.scribd.com/doc/29961484/Bu http://www.scribd.com/d oc/29961484/Buku-Pengantar-Kuliah-Ge ku-Pengantar-Kuliah-Geologi-Teknik ologi-Teknik http://weiminhan.wordpress.com/2010/05/1 http://weiminhan.wordpre ss.com/2010/05/17/pemetaan-geolog 7/pemetaan-geologi-teknik-lapangan/ i-teknik-lapangan/ http://sainsgeologi.blogspot.com/
LAMPIRAN
View more...
Comments