Laporan Gas Co
December 15, 2018 | Author: Dewi N. Khoiriyah | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Gas Co...
Description
i
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGUKURAN GAS CO MENGGUNAKAN CO METER
Dewi N Khoiriyah R0212011
PROGRAM STUDI DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2014
PENGESAHAN
Laporan Praktikum dengan judul: Pengukuran Gas CO Menggunakan CO Meter
Dewi N Khoiriyah, NIM: R0212011, Tahun: 2014
Telah disahkan pada:
Hari..................Tanggal................... Hari..................Tanggal..................................2014 ...............2014
Asisten,
Praktikan,
Ervansyah Wahyu U., SST.
Dewi N Khoiriyah NIM. R0212011
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................... ................................................................. ............................................ ......................
i
HALAMAN PENGESAHAN............................................. ................................................................... ............................. .......
ii
DAFTAR ISI ............................................ .................................................................. ............................................ ................................. ...........
iii
BAB I. PENDAHULUAN ......................................... ............................................................... ..................................... ...............
1
A. Latar Belakang ........................................... .................................................................. ......................................... ..................
1
B. Tujuan ............................................. .................................................................... ............................................. ............................. .......
2
C. Manfaat ........................................... .................................................................. ............................................. ............................. .......
2
BAB II. Landasan Teori .......................................... ................................................................ ........................................ ..................
4
A. Tinjauan Pustaka ............................................ .................................................................. ..................................... ...............
4
B. Perundang-Undangan ............................................. ................................................................... ............................. .......
10
BAB III. HASIL .......................................... ................................................................. ............................................. ............................. .......
11
A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran .........................
11
B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan .......................................... ..................................................... ...........
12
BAB IV. PEMBAHASAN ......................................... ............................................................... ..................................... ...............
13
BAB V. PENUTUP ......................................... ............................................................... ............................................ .......................... ....
15
A. Simpulan ......................................... ............................................................... ............................................. .............................. .......
15
B. Saran ............................................. ................................................................... ............................................ ................................. ...........
16
DAFTAR PUSTAKA ............................................ ................................................................... ......................................... ..................
17
LAMPIRAN
iii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu pruduk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik, kimia maupun psikis terhadap tenaga kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja. Sedangkan dengan banyak industri-industri
yang berkembang
berdampak pada pencemaran lingkungan, salah satunya sat unya pencemaran udara oleh gas. Pencemaran udara dewasa yang semakin memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Pencemaran udara sendiri dibagi dua, yaitu pencemaran udara primer dan pencemaran udara sekunder. Pencemar udara primer ( Primary Air Pollutions), Pollutions), yaitu emisi unsur-unsur pencemar udara langsung ke atmosfer dari sumber-sumber diam maupun bergerak. Pencemar udara primer ini mempunyai waktu paruh di atmosfer yang tinggi t inggi pula. Misalnya HCN, CO, CO 2, NO2, SO2, CFC, Cl 2, NOx, SOx, HC, partikel debu, dan sebagainya. Pencemaran udara banyak disebabkan oleh gas-gas yang dihasilkan oleh proses kegiatan manusia maupun proses alam. Gas merupakan bentuk wujud zat yang tidak mempunyai bangun sendiri, melainkan mengisi ruang tertutup pada suhu dan tekanan normal. Sifatsifat gas diantaranya: tidak terlihat pada konsentrasi rendah, tidak berbau dan tidak berwarna, serta mengisi seluruh ruangan (memiliki massa). Gas-
gas beracun dapat mengganggu kesehatan kita apabila masuk ke dalam tubuh, jalan masuk ke tubuh yaitu melalui inhalasi
( masuk masuk melalui
mulut/tertelan), digesti (diserap darah terus dibawa ke seluruh tubuh), absorbsi (penyerapan) dan injeksi ( suntikan suntikan melalui pembuluh darah). Salah satu jenis gas adalah karbon monoksida monoksida (CO). Gas karbon monoksida
(CO)
merupakan
gas
yang
ditimbulkan
oleh
proses
pembakaran yang tidak sempurna.Gas ini mempunyai sifat tidak berbau dan sering disebut sebagai gas yang mematikan. Karena dalam waktu yang singkat apabila gas tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang maka akan mengganggu sistem pengangkutan oksigen kedalam darah oleh karena hemoglobin yang lebih mudah berikatan dengan senyawa CO daripada
.
Sehingga tubuh kekurangan suplay oksigen yang dalam kadar yang berlebih akan dapat menimbulkan kematian.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Nilai Ambang Batas (NAB) dari gas CO sesuai dengan yang telah ditentukan pada peraturan yang ada. 2. Untuk menganalisa dampak negatif dari kadar gas CO yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) terhadap kesehatan. 3. Untuk mengetahui alat dan cara kerja pengukuran gas di tempat kerja. 4. Untuk menganalisa cara-cara pengendalian yang tepat terhadap gas berbahaya di tempat kerja.
C. Manfaat
1. Bagi Praktikan a. Dapat mengetahui Nilai Ambang Batas dari gas gas CO sesuai dengan yang telah ditentukan pada peraturan yang ada. b. Dapat menganalisa dampak negatif dari kadar gas CO yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) terhadap kesehatan. c. Dapat mengetahui alat dan cara kerja pengukuran gas di tempat kerja. 2
d. Dapat menganalisa cara-cara pengendalian yang tepat terhadap gas berbahaya di tempat kerja. 2. Bagi Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Dapat menambah referensi perpustakaan Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. b. Dapat menciptakan mahasiswa yang terampil dan mampu mengatur kadar gas yang baik di tempat kerja. c. Dapat menjadi sarana bagi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mewujudkan suasana kampus yang nyaman dan kondusif.
3
4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. beras a. Ia terdiri te rdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon dioksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat bersi fat racun, CO memainkan peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon. Karbon monoksida merupakan senyawa yang sangat penting, sehingga banyak metode yang telah dikembangkan untuk produksinya.1 Gas produser dibentuk dari pembakaran karbon di oksigen pada temperatur tinggi ketika terdapat karbon yang berlebih. Dalam sebuah oven, udara dialirkan melalui kokas. CO2 yang pertama kali dihasilkan akan mengalami kesetimbangan dengan karbon panas, menghasilkan CO. Reaksi O2 dengan karbon membentuk CO disebut sebagai kesetimbangan Boudouard. Karbon monoksida diproduksi di alam dari : 1. Sumber-sumber alami yaitu : gunung berapi, kebakaran hutan, sumber endogen berupa penghancuran hemoglobin dalam badan yang menghasilkan CO ± 0,4 ml per jam, yang menyebabkan darah akan mempunyai kadar normal COHh 0,5-0,8%.
2. Sumber CO terbesar dalam alam ini adalah yang berasal dari man made CO sebagai hasil proses tehnologi. Tiap tahun manusia menghasilkan kira-kira 250 juta ton man made CO sebagai hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan organik seperti : minyak bumi, kayu, gas alam maupun gas buatan, bahan peledak, batu bara. Efek toksik dari karbon monoksida disebabkan pengikatannya oleh hemoglobin, dengan membentuk kompleks carboxyhemoglobin. Dalam bentuk baru ini, hemoglobin tidak dapat lagi melakukan fungsinya untuk transportasi oksigen kejaringan-jaringan tubuh. (Hemoglobin dapat mengikat molekul CO sama banyak seperti pada pengikatan oksigen. Kedua gas ini diikat pada gugus yang sama dalam molekul hemoglobin, bereaksi
dengan
besi
dalam
gugus
porphyria).
Dengan cara yang sama, selain pada hemoglobin, CO juga dapat bereaksi dengan
myoglobin,
cytochrome
oxidase
serta
eytochrome
P-450.
Meskipun kecepatan pengikatan CO oleh hemoglobin adalah 1/10 x kecepatan oksigen, kecepatan dissosiasinya adalah 1/2100 x kecepatan oksigen. Oleh karena itu afinitet hemoglobin terhadap CO lebih besar dari pada terhadap oksigen, yaitu 1/10 x 2100 = 210 x afinitet terhadap oksigen. Bila seorang menghirup gas CO ini, maka dengan cepat CO ini pindah dari plasma ke sel-sel darah merah untuk bergabung dengan hemoglobin. Pembentukan COHb yang cepat dan terus menerus ini, menyebabkan Pco plasma tetap rendah, sehingga CO dari alveolus selalu mengalir
dengan
cepat
kedalam
darah
di
paru-paru.
Seperti halnya dengan Hb02, CO Hb ini selalu berada dalam keadaaan dissosiasi HbCO
sebagai +
O2
berikut HbO2
: +
CO
Jika expose dengan CO ini terhenti maka COHb akan diuraikan menjadi Hb02 dan CO kembali dan selanjutnya CO ini akan larut dalam plasma dan dikeluarkan melalui paru-paru. Reaksi toksik yang timbul setelah menghirup CO pada dasarnya disebabkan oleh hypoxia jaringan karena 5
darah tak cukup mengandung 02. Hal ini pertama kali dibuktikan oleh Haldane pada tahun 1895. Jika seekor tikus diberikan 02 dengan tekanan dua atmosfir, maka darah akan mengandung cukup banyak 02 yang larut dalam plasma untuk memenuhi kebutuhan metabolisme sel-sel jaringan. Dalam keadaan ini seluruh hemoglobin dapat berada dalam bentuk COHb tanpa tikus-tikus ini menunjukkan gejala-gejala intoksikasi. Oleh Haldane hal ini disimpulkan bahwa CO sendiri sebenarnya tidak toksik untuk selsel jaringan. CO tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh kecuali jika ada pemafasan aktif. Waktu rata-rata yang diperlukan oleh seorang yang beristirahat untuk mengeluarkan CO sampai kadarnya menjadi ½ konsentrasi semula (half life), adalah 250 menit. Jika sebagai ganti udara dipakai oksigen maka keseimbangan HbO2 + CO HbCO + O2 akan bergeser kekiri, sehingga waktu yang diperlukan untuk membuat kadar COHb menjadi dari semula hanya berlangsung 40 menit. Jika pada 02 ini ditambah CO2 5%, waktu yang dibutuhkan akan berkurang lagi menjadi 13,7 menit. Pemberian CO2 5% ini akan menyebabkan terjadinya hyperventilasi serta penurunan pH darah yang akan mempercepat pembuangan CO ini. Pemberian 02 dengan tekanan 2 atmosfir akan lebih mempercepat lagi eliminasi COHb menjadi hanya 7,6 menit. Perubahan patologik yang terjadi pada intoksikasi akut CO disebabkan oleh hypoxia. Oleh karena itu, beratnya kelainan ditentukan oleh lama serta derajat hypoxia ini. Yang terkena terutama ialah jaringan yaang paling peka terhadap pengurangan 02, seperti : susunan saraf pusat, jantung dan sebagainya. Finck(1966) mempelajari perubahan-perubahan patologik pada 351 kasus kematian yang disebabkan intoksikasi CO. Didapatkan tiga kelainan patologik, yaitu : 1.
Edema/kongesti pada : paru-paru (66 %), otak (25%), jantung ( 2% ), viscera(7%).
2.
Petechiae pada : otak (10%), jantung (33%).
3.
Hemorrhagi pada : paru-paru (7%), pleura (1%), otak (2%) 6
Pada kasus-kasus fatal yang akut, ditemukan kongesti serta hemorrhagi pada semua organ. Sedang pada kasus-kasus fatal subakut, lesi yang ditimbulkan sebanding dengan lamanya pingsan yang timbul akibat hypoxia. Bokonjic (1963) mengemukakan pada kasus-kasus intoksikasi CO, batas maksimum lamanya pingsan agar tidak meninggalkan cacat neurologik adalah 21 jam untuk penderita dibawah umur 48 tahun dan 11 jam untuk penderita diatas umur 48 tahun. Bila pingsan berlangsung (i) lebih dari 15 jam pada penderita umur diatas 48 tahun atau (ii) lebih dari 64 jam pada penderita umur dibawah 48 tahun, maka akan terjadi kerusakan-rusakan permanen dan irreversible pada susunan saraf pusat dan fungsi mental tidak akan kembali sempuma lagi. Pemeriksaan Histologis memperlihatkan demyelinisasi yang luas pada substansia alba dan nekrosis bilateral di globus pallidus. WH Schulte (16) menyelidiki efek intoksikasi CO pada susunan saraf pusat terhadap 49 orang sehat, berumur antara 25 th ¬ 49 th, yang diexpose dengan 100 ppm CO. Kesimpulan yang didapat adalah CO dapat menyebabkan gangguan fungsi pada pusat-pusat luhur disusunan saraf pusat, terutama pada daerah-daerah diotak yang mengontrol kemampuan cognitive dan psikomotor. Gangguan ini dapat terjadi pada kadar COHb kurang dari 5%. Jantung merupakan organ kedua yang peka terhadap hypoxia. Sebagian kasus menunjukkan tanda-tanda klinis terkenanya myocardium, tetapi sebagian yang lain tidakmemperlihatkan gejala-gejala ini. Kelainan pada EKG ditemukan pada sebagian besar (hampir semua) kasus. Lain-lain. Dapat timbul eritema, edema dan blister/bulla pada kulit. P02 merendah,
terjadi
asidosis
metabolik
Hematokrit
meninggi.
Intoksikasi kronik. Yang dimaksud disini ialah intoksikasi yang terjadi setelah expose berulang-ulang dengan CO yang berkadar rendah atau sedang. Perubahan-perubahan
patofisiologi
yang
terjadi
:
Pembuluh darah. CO mempunyai efek merusak dinding arteri sehingga 7
menyebabkan permeabilitas terhadap macam-macam komponen plasma meningkat. Pemberian cholesterol pada saat ini akan menyebabkan penimbunan lemak pada pembuluh darah. Astrup (2) menemukan kadar COHb yang tinggi pada perokok-perokok berat, terutama pada perokok yang
menderita
arteriosclerosis
perifer.
Ginjal GFR bertambah sampai ± 50%. Ini mungkin disebabkan oleh bertambahnya
permeabilitas
vaskuler.
Darah.- Akibat hypoxia yang kronik, terjadi aklimatisasi. Eritrosit bertambah jumlahnya (polisitemia). Afinitet CO terhadap myoglobin lebih besar daripada terhadap hemoglobin. Ini dapat mengganggu fungsi transport 02 dari myoglobin, serta dapat memperberat ischemia myocardium. Gejala-gejala yang timbul adalah gejala-gejala yang disebabkan oleh hypoxia. Gejala-gejala ini sebanding dengan kadar COHb dalam darah. Beratnya gejala ditentukan pula oleh kebutuhan jaringan akan 02. Nadi baru terpengaruh jika kadar COHb telah mencapai 50%. Gejalagejala lain yang tidak khas adalah kelainan pada kulit, banyak berkeringat, pembesaran hepar, tendens bleeding suhu badan meningkat, lekositosis, serta albuminuria dan glycosuria.8 Diagnostik ditegakkan dengan :(i) ditemukannya kadar COHb yang meninggi dalam darah. Carboxyhemoglobin berwarna merah terang (bright red) yang akan terlihat pada kuku-kuku jari, mukosa, dan kulit, (ii) ditemukannya tanda-tanda klinis seperti yang tersebut diatas. Prinsip pada pengobatan intoksikasi CO ialah mengembalikan keadaan agar supply 02 untuk sel-sel jaringan kembali menjadi normal dan cukup, seperti semula. Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Yang penting adalah memindahkan penderita kedalam ruangan dengan udara segar. 2. Jika
terjadi
penghentian
pernafasan buatan secepatnya. 8
pernafasan,
maka
dilakukan
3. Tindakan berikut adalah pemberian oksigen, yang dilakukan dengan alat-alat yang dapat mencegah terhisapnya kembali CO kedalam badan. Pemberian ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : Oksigen diberikan bersama-sama dengan 5 7% CO2 . Dengan kombinasi ini kadar COHb dapat diturunkan lebih cepat. Dalam konsentrasi ini CO2 tidak menimbulkan efek yang membahayakan Pada intoksikasi CO berat. Yang disertai dengan hilangnya
kesadaran,
pengobatan
terbaik
adalah
denganpemberian oksigen yang bertekanan dua atmosfir. Penggunaan oksigen bertekanan tinggi ini dengan cepat. akan mengganti CO dalam molekul Hb. Selain itu oksigen ini akan larut dalam plasma dalam jumlah banyak dan dapat dengan segera memberikan efeknya pada sel-sel jaringan. Oksigen ini akan menyebabkan keseimbangan reaksi : HbO2 + CO HbCO + O2 bergeser kekiri. CO akan terlepas dan larut kedalam plasma dan selanjutnya dikeluarkan melalui pernafasan. Dengan memperpendek keadaan hypoxia, kita akan dapat membatasi
semaximal
mungkin
kerusakan
jaringan.
Penambahan tekanan oksigen lebih dari dua atmosfir akan menimbulkan
risiko
mempercepat
terjadinya
intoksikasi
oksigen. Untuk pemberian hyperbaric oxygen therapy dipakai cara yang dilakukan oleh Ogawa yaitu : diberikan tiga kali; tiap kali diberikan oksigen murni dengan tekanan dua atmosfir selama kira-kira satu jam, satu kali sehari. Pengobatan dengan hyperbaric oxygenation ini, yang mulai dikembangkan oleh Smith Sharp, pada tahun 1960, kini merupakan therapy of choice untuk pengobatan intoksikasi CO berat. Cara ini dapat menghilangkan CO dari darah dan jaringan dengan cepat tanpa tergantung pada mekanisme transport hemoglobin. 9
4. Selain ini hendaknya juga dilakukan usaha yang bersifat supportif yaitu : Penderita diusahakan agar selalu panas dengan menggunakan selimut dan sebagainya. Agar sama sekali tidak melakukan gerakan/aktifitas fisik, supaya ke butuhan oksigen oleh jaringan jadi seminimal mungkin. 5. Transfusi darah juga dapat membantu. Tetapi cara ini sekarang banyak disanggah oleh karena darah baru ini, yang relatif sedikit, dalam waktu singkat akan dipenuhi oleh CO yang berada di jaringan-jaringan. 6. Tindakan tambahan lain yang pernah dianjurkan adalah : hypothermi yaitu dengan mendinginkan seluruh badan, maka kebutuhan sel-sel jaringan akan oksigen menurun, sehingga sequellae neurologis yang timbul dapat dikurangi seminimal mungkin. 7. Juga dapat digunakan succinic acid, untuk menstimulir pernafasan.
B. Perundang-undangan
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pasal 3 ayat1 (g) ”Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara, dan getaran.” getaran.” 2. SE Menaker No. SE-02/MEN/1978 tentang NAB Bahan Kimia di Tempat Kerja. 3. SE Menaker No. SE-01/MEN/1997 tentang NAB Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja. 4. Kepmenaker No. Kep-187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja. 5. Permenakertrans No. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Kimia di Lingkungan Kerja 10
11
BAB III HASIL A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran 1.
Gambar Alat Gambar
Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
2.
Display Sensor CO Power Hold Esc Set Alarm Rec. Enter
Cara Kerja
a.
Instal Batu Baterai
b.
Tekan Tombol Power
c. Seluruh instrumen aktif ditandai munculnya segmen digital pada display. d. Pada display akan muncul angka yang menunjukkan kadar CO dan juga suhu pada waktu pengukuran. e. Tekan tombol Rec kemudian tunggu hingga waktu pengukuran selesai tekan Rec lalu diperoleh hasil kadar maksimal dan minimal CO pada daerah pengukuran. f.
Untuk mematikan tekan tombol power hingga berbunyi dan alat akan turn off dengan dengan sendirinya.
3.
Prosedur Pengukuran
a.
Tentukan area yang akan dilakukan pengukuran.
b.
Buatlah tabel hasil pengukuran.
c.
Pasang baterai pada alat.
d.
Hidupkan alat dengan cara menekan tombol power pada alat hingga
berbunyi
dan
muncul
angka
pada
display
yang
menunjukkan kadar gas CO dan juga suhu pada tempat pengukuran. e.
Setelah muncul angka, catat suhu pada tempat pengukuran, kemudian tekan tombol Rec tunggu sampai waktu pengukuran selesai kemudian tekan tombol Rec lagi.
f.
Setelah itu diperoleh hasil kadar gas CO baik maksimal maupun minimal pada tempat pengukuran.
g.
Catat hasil yang diperoleh pada tabel hasil pengukuran.
h.
Matikan alat dengan cara menekan tombol power hingga berbunyi dan alat akan turn off dengan dengan sendirinya.
B. Hasil Pengukuran
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada : Hari
: Kamis
Tanggal
: 17 April 2014
Tempat
: Halte
Waktu
: 09.40 WIB
Diperoleh hasil sebagai berikut : Suhu No.
1.
Waktu
09.40
Kadar CO
Tempat Pengukuran Max
Min
Max
Min
Halte
32.4 ˚C
12 ppm
3 ppm
32.5 ˚C
12
13
BAB IV PEMBAHASAN
A. Perbandingan dengan NAB (Nilai Ambang Batas)
Kadar NAB normal gas karbon monoksida yang diperbolehkan sesuai isi atau NAB menurut Permenakertrans No. Per.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia adalah 29 mg/m 3. Sedangkan dalam pengukuran yang telah saya laksanakan di Halte diperoleh kadar CO sebesar 3 – 3 – 12 12 ppm atau setara dengan 3 – 3 – 13 13 mg/m 3. Sehingga kadar CO di Halte tersebut masih dalam ambang batas batas aman atau di bawah NAB. Gas karbon monoksida ini merupakan salah satu gas yang berbahaya. Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, beracun dan berbahaya. Berat 96,5% dari berat air dan tidak larut lar ut dalam air. Menyebabkan kematian karena tidak memiliki tanda-tanda bahaya.
B. Gejala Keracunan
1. 100 ppm
: dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, kelelahan.
250 ppm
: kehilangan kesadaran.
1000 ppm
: kematian cepat.
2. Pada penderita jantung dapat beresiko tinggi keracunan CO dapat meyebabkan jantung tidak dapat beradaptasi cepat saat kekurangan O 2. 3. Reaksi CO dengan Hb dalam darah dapat menyebabkan afinitas CO terhadap Hb 200 kali lebih besar dari O 2 dan pengaruh CO ditentukan oleh konsentrasi COHb. 4. Menghirup udara mengandung CO rendah (5-6 ppm) termasuk 7 ppm dalam jangka waktu lama dengan gejala: a. Sakit kepala, pening, berkunang-kunang. b. Lemah dan ngilu persendian. c. Mual dan muntah-muntah. d. Sesak nafas, terutama pada waktu olah raga.
C. Patofisiologis (Cara Masuk ke Tubuh)
Karbon monoksida (CO) adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak mengiritasi, mudah terbakar dan sangat beracuin. Gas Karbon monoksida merupakan bahan yang umum ditemui di industri. Gas ini merupakan hasil pembakaran tidak sempurna dari kendaraan bermotor, alat pemanas, peralatan yang menggunakan bahan api berasaskan karbon dan nyala api (seperti tungku kayu), asap dari kereta api, pembakaran gas, asap tembakau. Namun sumber yang paling umum berupa residu pembakaran mesin. Banyak pembakaran yang menggunakan bahan bakar seperti alat pemanas dengan menggunakan minyak tanah, gas, kayu dan arang yaitu kompor, pemanas air, alat pembuangan hasil pembakaran dan lain-lain yang dapat menghasilkan karbon monoksida. Pembuangan asap mobil mengandung 9% karbon monoksida. Pada daerah yang macet tingkat bahayanya cukup tinggi terhadap kasus keracunan. Karbon monoksida tidak mengiritasi tetapi sangat berbahaya (beracun) maka gas CO dijuluki sebagai “silent
killer”
(pembunuh
14
diam-diam). diam-diam).
15
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
1. Karbon monoksida adalah salah satu gas yang berbahaya yang mana gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, beracun dan berbahaya hasil dari pembakaran yang tidak sempurna. 2. Cara mengukur kadar CO suatu tempat/ruangan adalah menggunakan CO Meter, caranya sebagai berikut: a. Mempersiapkan alat, cek kondisi baterai, dan kondisi alat dalam keadaan baik. b. Menyalakan alat dengan menekan tombol “Power” c. Menunggu sampai lima menit pada ruangan atau tempat tertentu. d. Menekan hold untuk melihat hasil pengukuran. e. Mencatat hasil pengukuran. 3. Kadar CO pada Kantin Pak Wepe adalah 5 ppm. Dibandingkan dengan Permenakertrans No. Per. 13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia, bahwa kadar CO di Kantin Pak Wepe masih aman untuk paparan yang normal atau berada di bawah NAB yang telah ditetapkan Permenakertrans tersebut. 4. Cara pengendalian terhadap keracunan gas CO adalah sebagai berikut: a. Pencegahan 1) Sumber Bergerak. a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik. b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala. c) Memasang filter pada knalpot. 2) Sumber Tidak Bergerak a) Memasang scruber pada cerobong asap.
b) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala. c) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah. 3) Manusia Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (10000 µg/Nm 3 udara dengan rata-rata waaktu pengukuran 24 jam) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya: a) Menggunakan APD seperti masker gas. b) Menutup/menghindari
tempat-tempat
yang
diduga
mengandung CO seperti sumur tua, goa, dll. b. Penanggulangan 1) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang seperti menggunakan exhaust-fan. 2) Bila terjadi korban keracunan maka lakukan: a) Berikan pengobatan atau pernafasan buatan. b) Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
B. Saran
1. Mahasiswa hendaknya melakukan praktikum dengan teliti, cermat dan serius. 2. Untuk mengurangi pemaparan yang melebihi ambang batas sebaiknya digunakan alat pelindung diri. 3. Sebaiknya alat-alat yang digunakan untuk pengukuran harus dalam kondisi baik. 4. Sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan dan perawatan terhadap mesinmesin
16
17
DAFTAR PUSTAKA
http://phicumbritz.blogspot.com/2010/12/makalah-intoksikasi-co.html (24 April 2014 ) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Lingkungan Lingkungan Kerja Purba, Prasianto. 2012. Makalah Kesehatan Lingkungan tentang Pencemaran Udara Akibat Partikel . http://prasianto.blogspot.com/2012/12/MakalahKesehatan-Lingkungan-tentang-Pencemaran-Udara.html (16 April 2014). Tim Penyusun, 2014. Buku Pedoman Praktikum Semester IV. Surakarta: Program D.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja UNS. Suma’mur, 2009. Higene 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Sagung Seto.
View more...
Comments