Laporan Fisiologi Tumbuhan - Perlakuan Pupuk
May 29, 2018 | Author: Hanif Ahmad Abdul Ghofur | Category: N/A
Short Description
Menjelaskan tentang defisiensi pada tanaman...
Description
PENANAMAN DAN PERLAKUAN PUPUK
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fisiologi Tumbuhan di Program Studi D-4 Teknik Produksi Benih Jurusan Produksi Pertania
Oleh : Muammar Khadafi Sulthon Nurhayatuddin Nurhayatuddin Mamluatul Hasanah Siti Musdalifah Mohammad Abriyanto M. Zulkarnaen Lubis Hanif Ahmad Abdul G.
NIMA41161669 NIMA41161720 NIMA41161720 NIMA41161726 NIMA41161726 NIMA41161731 NIMA41161731 NIMA41161733 NIMA41161750 NIMA41161787 NIMA41161787
PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2017
BABI. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unsur hara merupakan elemen penting untuk menopang pertumbuhan tanaman. Tanpanya, mustahil tanaman dapat tumbuh optimal, bahkan besar kemungkinan tanaman akan mengalami kematian. Bisa dikatakan nutrisi tanaman ini merupakan bahan makanan utama bagi tanaman, dengan unsur-unsur tersebut tanaman mampu mencukupi kebutuhan hidupnya. hidupnya. Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan nutrisi berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Jika unsur-unsur dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya produksinya pun menurun. Kualitas perumbuhan dan perkembangan perkembangan tanamanditentukan oleh asupan nutisi atau unsur hara yang dibutuhkan. Seperti halnya manusia dan hewan, tumbuhan juga memerlukan nutisi yang baik dan tercukupi untuk kelangsungan hidupnya. Nutrisi tanaman atau unsur hara yang diperlukan tanaman terdiri dari dua jenis, yaitu unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro terdiri dari N (nitrogen), P (phospor), K (kalium), Mg (magnesium), Ca (kalsium), dan S (belerang/sulfur). Sedangkan unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman antara lain B (boron), Cu (tembaga), Zn (seng), Fe (besi), Mo (molibdenum), Mn (mangan), Cl (khlor), Na (natrium), Co (cobalt), Si (silicont), dan Ni (nikel). Pada praktikum kali ini, unsur yang akan dianalisa tentang defisiansi unsuh hara makro berupa N, P, dan K pada tanaman cabe kecil atau cabe rawit yang ditanam pada media pasir steril. Metode yang akan dilakukan dengan cara kimia dan menggunakan alat-alat penunjang untuk mengetahui unsur-unsur yang terkandung pada tanaman cabe rawit tersebut.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui gejala defisiensi pada jaringan tanaman. b. Mengetahui fungsi unsur hara makro pada tanaman.
c. Mengetahui proses fisiologis yang melibatkan hara, perkembangan tanaman, dan kandungan unsur hara.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktikum tersebut bagi mahasiswa adalah dapat menambah wawasan mahasiswa tentang gejala-gejala defisiensi unsur hara pada tanaman, dan bagaimana menganaisa gejala-gejala tersebut.
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu metode untuk menentukan unsur hara essensial bagi tumbuhan, dan berapa banyaknya, adalah dengan menganalisa sacara kimia semua unsur yang dikandung oleh tumbuhan sehat dan berapa banyaknya unsur itu. Bila bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan yang baru saja dipanen, dipanaskan pada suhu 70-80ᵒC selama 1 atau 2 hari, maka hampir seluruh airnya menguap, bahan yang tertinggal disebut bahan kering. Komponen utama bahan kering adalah polisakarida dan lignin pada dinding sel, ditambah komponen sitoplasma seperti protein, lipid, asam amino, asam organik, serta unsur tertentu seperti kalium berbentuk ion, yang menjadi bagian tidak penting dari senyawa organik. Dalam suatu hasil penelitian dilaporkan (Salisbury & Ross, 1992) bahwa Oksigen dan Carbon merupakan unsur yang paling besar jumlahnya berdasarkan bobot (masing-masing sekitar 44%), dan diikuti oleh Nitrogen. Selain unsur essensial, tumbuhan juga menyerap dan menimbun berbagai unsur non essensial dari dalam tanah. Ada tiga kriteria utama untuk menentukan essensial atau tidaknya suatu unsur bagi tumbuhan,: pertama; suatu unsur disebut essensial jika tumbuhan tidak mampu menyempurnakan daur hidupnya tanpa unsur tersebut, misalnya membentuk biji yang viable. Kedua; suatu unsur adalah essensial bila unsur tersebut menjadi bagian dari molekul atau kandungan tumbuhannya essensial bagi tumbuhan tersebut. Ketiga; suatu unsur essensial bila unsur tersebut secara langsung berperan dalam tumbuhan, dan bukan menyebabkan unsur lain lebih mudah tersedia, atau melawan efek unsur lain. Berdasarkan kriteria unsur essensial tersebut maka percobaan dalam defisiensi unsur hara dapa dilakukan. (BKPM, 2017) Tanamanan dapat tumbuh dengan sehat dan subur jika tanah sebagai tempat media tumbuhnya dapat menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup. Tanaman mengambil unsur hara dalam bentuk kation dan anion dari larutan air tanah atau langsung dari kompleks koloid liat humus dengan pertukaran ion. Tidak semua unsur hara terdapat dalam bentuk kation atau anion
dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman. Sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman yaitu terikat sebagai senyawa penyusun bahan organik dan pada mineral tanah. Bahan organik merupakan sumber unsur nitrogen, fosfor dan kalium ( Hardjanto, dkk , 1986). Pengalokasian unsur hara tersebut pada tanaman ternyata lebih kompleks. Akar dan pucuk berkompetisi secara efektif terhadap hara, yang bertingkah laku sebagai dua organisme simbiotik dengan produksi hasil fotosintesis oleh pucuk dan pengangkutannya ke atas menentukan kemampuan akar untuk memperoleh hara, suplai hara ke pucuk mengontrol laju fotosintesis dan sebaliknya. Pada akar dari status nutrisi yang berbeda memperlihatkan bahwa konsentrasi ion internal sama pentingnya dengan eksternal dalam menentukan laju pengambilan, konsentrasi dari satu ion dalam akar yang merupakan keadaan penggunaannya oleh tanaman. Jika ion sedang dibutuhkan tajuk setiap kelebihan akan ditransformasikan ke tajuk (Fitter, A. H. dan Hay R. K. M. 1981). Di antara semua unsur hara, biasanya ketiga unsur hara makro yaitu N, P, K yang paling menentukan pertumbuhan tanaman. Menurut Pinus Lingga dan Marsono, unsur-unsur hara tersebut mempunyai peran sebagai berikut : Unsur nitrogen ( N ), berperan memacu pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Fungsi lainnya adalah membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Nitrogen ini diserap oleh tanaman hampir seluruhnya. Nitrogen ini diserap oleh tanaman hampir seluruhnya dalam bentuk nitrat (NO3-) atau garam amonium (NH 4+) ( W. J. Rinsema, 1986 ). Unsur phosphor ( P ), berperan untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain, phosphor berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Di dalam tanah, fosfor sebagian besar berada dalam bentuk kalsium fosfat (Ca (PO4)2) yang sulit larut. Fosfor diserap seluruhnya oleh tanaman dalam bentuk ion H2PO4- atau persenyawaan fosfor organik tertentu. ( W. J. Rinsema, 1986 )
Unsur kalium ( K ), berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium pun berperan dalam pembentukan tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur serta merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K +. Ion-ion K + di dalam air tanah dan ion-ion K + yang diadsorpsi dapat langsung diserap ( W. J. Rinsema, 1986 ). Menurut Fitter, A. H. dan Hay R. K. M. (1981), tanaman yang tumbuh di tanah yang berhara rendah mempunyai ciri-ciri seperti kejenuhan yang rendah, system pengambilan afinitas yang tinggi. Laju pertumbuhan relatif rendah, karena pengambilan maksimum yang dapat dicapai dalam tanah yang tidak subur adalah terbatas, sehingga tanaman menempatkan tingkat kebutuhan kecil pada proses pengambilan tersebut. Peralihan sumber daya yang menguntungkan akar. Dimana kelenturan rasio akar pucuk sebagai respon terhadap stress dan korelasi antara laju pertumbuhan dan bertambahnya rasio akar pucuk. Sistem umpan balik hendaknya bekerja sehingga meningkatkan laju pertumbuhan akar, guna memperbaiki suplai hara dan mengurangi stress, sehingga menggeser sumber daya kembali untuk pertumbuhan pucuk.
BAB III. METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum penananaman dan analisis unsur hara N, P, dan K dilaksanakan pada : Hari dan Tanggal
: Senin, 27 Februari dan 8, 15, 22 Mei 2017
Waktu
: 13:00-15:00 WIB
Tempat
: Laboratorium Biosains Politeknik Negeri Jember
3.2 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat
a. Erlenmeyer
i.
Buret
b. Oven
j.
Penyangga buret
c. Mikro pipet
k. Pipet
d. Timbangan analitik
l.
e. Spektrofotometer
m. Alat tulis
f. Vortex
n. Kertas label
g. Rak tabung reaksi
o. Timba
h. Tabung reaksi p. Pot
Komputer
3.2.2 Bahan
Analisa Kandungan (N) Pada
Perlakuan Pupuk
Jaringan Tanaman
a. Pasir
a. 0,25 gr sampel
b. Air
b. 2,5 ml H2SO4
c. Bibit cabai kecil
c. 4 ml H2O2
d. Pupuk – N (PK)
d. ddH2O kurang lebih 50 ml
e. Pupuk – P (NK)
e. standard (NH4)2SO4 (stok
f. Pupuk – K (NP) g. Pupuk +NPK
1000 ppm) f.
2 ml larutan sangga tartrat
g. 2 ml larutan Na-fenat Analisa Kandungan (P) Pada
h. 2 ml larutan NaOCl 5 %
Jaringan Tanaman
i.
Aquadest
a. Sampel 0,5 gr b. HNO3 5 ml
Analisa (K 2O) Pada Jaringan
c. HClO4 0,5 ml
Tanaman
d. ddH2O
a. Larutan STPB (sodium
e. standard KH2PO4 (stok 1000 ppm) f. aquadest
tetraphenylborat) b. Aquadest c. Larutan NaOH 20% d. Larutan HCOH e. Larutan (NH4)2C2O4 (amm. Oxalate monohydrate) 4% f.
Indicator titan yellow 0,04%
g. 2,4 gr KH 2PO4 h. 50 ml (NH4)2C2O4 4%
3.3 Prosedur Kerja Perlakuan pupuk
a. Menyediakan alat dan bahan
menyiram menggunakan air
b. Mengambil pasir secukupnya
bersih
menggunakan wadah timba
g. Setelah bibit berumur 1
sebanyak 4 timba
bulan, melakukan
c. Mencuci pasir hingga air
pengaplikasian 4 perlakuan
berwarna bening untuk
pupuk pada masing-masing
menghilangkan unsur hara
timba
yang berada pada pasir
h. Pemupukan dilakukan
d. Membuang air yang tersisa pada timba
seminggu sekali i.
e. Menyemaikan 2-3 bibit
Mengamati pertumbuhan dan gejala yang timbul pada
pertimba
tanaman selama 1 bulan
f. Merawat bibit hingga berumur satu bulan, seperti Analisa Kandungan P Pada Jaringan Tanaman Destruksi Jaringan (Preparasi Sampel)
a. Menyediakan alat dan bahan
putih dan sekstrak tersisa
b. Menambahkan 0,5 gr sampel
kurang lebih 0,5 ml
pada Erlenmeyer
h. Mengencerkan menggunakan
c. Menambahkan HNO3 d. Menambahkan HClO4
larutan ddH2O i.
e. Memanaskan larutan selama
Destruksi dilakukan pada masing-masing tanaman yang
1 jam dengan suhu 100
memilki perbedaan perlakuan
derajat celcius
pemberian pupuk
f. Memanaskan dengan suhu
j.
Setiap Erlenmeyer diberi
150 derajat hingga uap
label menggunakan huruf
kuning habis
abjad yang mewakili – N, -P, -
g. Memanaskan dengan suhu 200 derajat sampai keluar uap
K, dan +NPK
Pengukuran P2O5 Dengan Spektrofotometer, Standard Baku Menggunakan KH2PO4 (Standard 1000 Ppm) No.
Kode (ppm)
Standard P2O5 Aquadest
Total
1.
Blanko
0
0
1 ml
2.
20
20
980
1 ml
3.
40
40
960
1 ml
4.
60
60
940
1 ml
5.
80
80
920
1 ml
6.
100
100
900
1 ml
7.
200
200
800
1 ml
8.
Sampel
-
-
1 ml
a. Menambahkan 1 ml Amm moliybdovanadate (fresh condition reaksi l dan ll) molybdate dan vanadate b. Menambahkan 8 ml aquadest c. Larutan di vortex d. Mengukur dengan spektrofotometer e. Mencatat nilai absorbansi f. Membuat kurva regresi
Analisa Kandungan N Total Pada Jaringan Tanaman Destruksi N Total Pada Jaringan Tanaman
a. Menyediakan alat dan bahan b. Menimbang 0,25 gr sampel tanaman yang sudah dihaluskan c. Menambah 2,5 H 2SO4 d. Membiarkannya semalam (diperarang) e. Memanaskan secara bertahap (selama 1 jam dengan suhu 100 derajat celcius) f. Setelah dingin ditambahkan 2 ml H2O2 (p.a) g. Memanaskan kurang lebih dengan suhu 200 derajat selama 1 jam h. Setelah dingin ditambahkan 2 ml H 2O2
i.
Memanaskan selama 1 jam dengan suhu 350 derajat sampai keluar uap putih dan jernih (ekstrak jernih)
j.
Mengencerkan dengan ddH 2O kurang lebih 50 ml
k. Hasil destruksi digunakan untuk analisa N total
Pengukuran
N
Total
Dengan
Spektrofotometer,
Standard
Baku
Menggunakan (NH4)2SO4 (Stok 1000 ppm) No.
Standard N
Volume standard
Volume aquadest
Total Volume
1.
Blanko
-
-
1 ml
2.
30 ppm
30 µl
970 µl
1 ml
3.
60 ppm
60 µl
940 µl
1 ml
4.
90 ppm
90 µl
910 µl
1 ml
5.
120 ppm
120 µl
880 µl
1 ml
6.
150 ppm
150 µl
850 µl
1 ml
7.
200 ppm
200 µl
800 µl
1 ml
8.
Sampel
-
1 ml
a. Menambahkan 2 ml larutan sangga tartrat b. Menambahkan 2 ml larutan Na-fenat c. Memfortex dan mendiamkan selama kurang lebih 5 menit d. Menambahkan 2 ml larutan NaOCl 5% e. Larutan dirortex f. Mengukur dengan spektrofotometer λ=636 nm g. Mencatat nilai absorbansi h. Membuat kurva regresinya
Analisa K 2O pada jaringan tanaman menggunakan metode titri metri Standarisasi (BAC) 0,625%
a. Menyediakan alat dan bahan b. Menambahkan 1 ml larutan STPB (sodium tetraphenylborat) ke dalam Erlenmeyer
c. Menambahkan 20 ml aquadest d. Menambahkan 1 ml NaOH 20% e. Menambahkan 2,5 ml HCOH (formalin) f. Menambahkan 1,5 ml (NH4)2C2O4 (amm. Oxalate monohydrate) 4% g. Menambahkan 6 tetes indicator titan yellow 0,04% h. Titrasi dengan larutan BAC sampai dengan titik akhir berwarna merah
Larutan Sodium Tetraphnylborat
a. Menambahkan 2,5 gr KH 2PO4 b. Menambahkan 50 ml (NH 4)2C2O4 4% c. Menambahkan aquadest sampai dengan 250 ml dihomogenkan d. Mengambil 15 ml larutan diatas dan diletakkan ke dalam labu ukur 100 ml e. Menambahkan 12 ml NaOh 20% f. Menambahkan 5 ml HCOH g. Menambahkan 43 ml STPB h. Menambahkan aquadest sampai dengan 100 ml i.
Menghomogenkan dan membiarkan 5-10 menit
j.
Menyaring larutan
k. Mengambil 50 ml filtrate ke dalam Erlenmeyer l.
Menambahkan 6 tetes indicator titan yellow 0.04%
m. Mentitrasi dengan larutan BAC n. Memasukkan dalam rumus
Prosedur Pengukuran
a. Menimbang sampel halus (…gr) 10 ml b. Menambahkan 50 ml (nh4)2c2o4 4% c. Menambahkan 125 ml aquadest d. Mendidihkan selama 30 menit e. Larutan didinginkan f. Larutan disaring
g. Mengambil 15 ml larutan tersebut h. Memasukkannya ke dalam erlenmeyer i.
Menambahkan 2 ml naoh 20%
j.
Menambahkan 5 ml hcoh
k. Menambahkan 4 ml stpb l.
Menepatkan dengan aquadset sampai dengan 100 ml
m. Membiarkan selama 5-10 menit n. Larutan disaring o. Laruutan dibagi menjadi 2 bagian per 50 ml filtrat p. Menambahkan 6 tetes indikator titan yellow 0.04% q. Titrasi denngan larutan standard bac sampai terbentuk endapan putih r. Memasukkan dalam rumus
BAB. IV PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Perlakuan Pupuk Berat Basah
Berat Kering
KA
Unsur Hara
X 100%
3.99
0.837
3.153
-N
315.3
3.53
0.68
2.85
-P
285
10.29
1,855
8.435
-K
843.5
4.20
0.852
3.348
+ NPK
334.8
4.1.2 Analisa Kandungan N Total Pada Jaringan Tanaman Konsentrasi Standart (ppm)
Abs
0
0
30 60 90 120 150
0.146 0.266 0.371 0.467 0.626
Standart Kurva N 1 y = 0.004x + 0.0128 R² = 0.9946
0.5
0 0
Sampel
Abs Sampel
A A2 B B2 C C2 D D2
0.157 0.147 0.393 0.324 0.402 0.367 0.457 0.337
Berat Sampel (Mg) 250 250 250 250 250 250 250 250
50
100
Konsentrasi (ppm Kurva)
36.25 33.75 95.25 78 97.5 88.75 111.25 81.25
150
200
% Kandungan N-Total 0.725 0.675 1.905 1.560 1.950 1.775 2.225 1.625
Rerata %
Tipe
0.700
Defisiensi N
1.733
Defisiensi P
1.863
Desisiensi K
1.925
+NPK
Analisa Kandungan P2O5 Pada Jaringan Tanaman Konsentrasi Standart (ppm)
Abs
0
0
10
0.031
20 40 60 80 100 200
0.081 0.124 0.169 0.179 0.212 0.383
Standart Kurva P 0.45 0.4 0.35 i s 0.3 n a 0.25 b r o0.2 s b 0.15 A 0.1 0.05 0
y = 0.0018x + 0.031 R² = 0.9718 0
Sampel
Abs Sampel
-N -N -P -P -K -K + NPK + NPK
0.048 0.080 0.101 0.080 0.064 0.070 0.101 0.105
50
Berat Sampel (Mg) 500 500 500 500 500
500 500 500
100 150 Konsentrasi
Konsentrasi (Ppm Kurva)
9.444 27.222 38.889 27.222 18.333 21.667 38.889 41.111
200
% Kandungan P2O5 0.189 0.544 0.778 0.544 0.367
0.433 0.778 0.822
250
Rerata %
Tipe
0.367
Defisiensi N
0.661
Defisiensi P
0.400
Defisiensi K
0.800
+NPK
Analisa Kandungan K 2O Pada Jaringan Tanaman
Sampel S1 :
Sampel S2 :
ml BAC = 1,3 ml
ml BAC = 1,3 ml
F = 0,847
F = 0,847
% = F (ml STPB-ml BAC)
% = F (ml STPB-ml BAC)
= 0,847 (4 - 1,3)
= 0,847 (4 – 0,7)
= 0,847 x 2,7
= 0,847 x 3,3
= 2,2869 %
= 2,7951 %
Rata-rata sampel S =
= 2,541%
Sampel T1 :
Sampel T2 :
ml BAC = 1,3 ml
ml BAC = 1,3 ml
F = 0,847
F = 0,847
% = F (ml STPB-ml BAC)
% = F (ml STPB-ml BAC)
= 0,847 (4 – 0,5)
= 0,847 (4 – 0,9)
= 0,847 x 3,5
= 0,847 x 3,1
= 2,9645%
= 2,6257%
Rata-rata sampel T =
= 2,7951 %
Sampel Q1:
Sampel Q2 :
ml BAC = 1,3 ml
ml BAC = 1,3 ml
F = 0,847
F = 0,847
% = F (ml STPB-ml BAC)
% = F (ml STPB-ml BAC)
= 0,847 (4 – 0,22)
= 0,847 (4 – 0,3)
= 0,847 x 3,78 = 3,20166%
= 0,847 x 3,7 = 3,1339%
Rata-rata sampel Q =
= 3,16778 %
Sampel R1 :
Sampel R2 :
ml BAC = 1,3 ml
ml BAC = 1,3 ml
F = 0,847
F = 0,847
% = F (ml STPB-ml BAC)
% = F (ml STPB-ml BAC)
= 0,847 (4 – 0,92)
= 0,847 (4 – 0,8)
= 0,847 x 3,08
= 0,847 x 3,2
= 2,60872%
= 2,7104%
Rata-rata sampel R =
= 2,6592 %
4.2 Pembahasan 4.2.1 Perlakuan pupuk
Praktikum mengenai respon tanaman terhadap defisiensi unsur hara ini menggunakan tanaman cabe kecil atau cabe rawit sebagai objek pengamatan, dan sebagai tempat media tumbuhnya menggunakan media pasir yang miskin akan unsur hara. Media pasir telah dicuci steril mennggunakan air mengalir, sehingga unsur hara yang berada pada pasir menghilang. Pada tanaman cabe ini dibedakan menjadi empat macam perlakuan yaitu, tanaman yang dipupuk NPK, NP(-K), NK(-P), dan PK(-N). Pengamatan pada tanaman cabe ini secara visual, dilakukan satu minggu satu kali, sedangkan penimbangan bobot kering akar dan tajuk dilakukan setelah tanaman cabe berumur satu bulan. Pemberian pupuk dilakukan saat tanaman telah berumur satu bulan menggunakan empat macam perlakuan. Tanaman cabe yang telah berumur satu bulan dikeluarkan dari pot, dibersihkan dari sisa tanah yang menempel pada akar, lalu akar dibilas menggunakan air mengalir. Proses selanjutnya adalah tanaman ditimbang berat basahnya kemudian dioven selama 4 hari dengan suhu 60 derajat untuk mengetahui berat keringnya. Tanaman yang telah dioven kemudian ditimbang dan dimasukkan kedalam rumus untuk mengetahui nilai kadar air pada masing-masing tanaman. Rumusnya yaitu
%KA =
%
Dari perhitungan tersebut dihasilkan Unsur Hara -N -P -K +NPK
KA 315.5 285 843.5 334.8
Tanaman yang telah diketahui kadar airnya akan digunakan untuk menganalisa defisiensi unsur hara pada jaringan tanaman. Tanaman digerus hingga halus kemudian disaring untuk dijadikan ekstrak yang nantinya akan menjadi sampel pada setiap analisa. Pengekstrakan ini dilakukan dengan proses destruksi pada setiap jaringan tanaman.
4.2.2 Analisis kandungan N total pada jaringan tanman
Pengukuran analisa kandungan N total pada jaringan tanaman dilakukan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 636 nm. Proses pertama yang dilakukan adalah membuat larutan standard dengan konsentrasi 0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 200. Proses selanjutnya adalah membuat larutan sampel untuk masing-asing larutan defisiensi. Larutan yang telah siap kemudian divortex terlebih dahulu sebelum diukur nilai absorbansinya. Pengukuran berat sampel dilakukan dua kali untuk mengetahui nilai rerata dari masing-masing sampel dengan berat sampel 250 mg. Dalam penamaan sampel, huruf abjad Q mewakili (-N), R (-P), S (-K), dan T mewakili (+NPK). Hasil dari nilai absorbansi dapat dihitung menggunakan rumus %N = ppm kurva x 100 x
Perhitungan rumus tersebut digunakan untuk menghitung manual, karena telah menggunakan aplikasi maka nilai persentatif dari masing-masing sampel dapat dihitung dengan menambahkan rumus dalam aplikasi tersebut.
Hasil dari pengukuran tersebut adalah : No. 1. 2. 3. 4.
Abjad Q R S T
Unsur Hara -N -P -K +NPK
Rata - Rata 0,700% 1,733% 1,863% 1,925%
Hasil dari rerata sampel tersebut menunjukkan bahwa nilai N total lebih kecil dari nilai sampel lain. Hal ini menandakan dalam tanaman cabe tersebut mengalami defisiensi unsur hara N. sejalan dengan pengertian defisiensi bahwa jika tanaman mengalami kekurangan salah satu unsur hara makro, maka tanaman akan menunjukkan gejala-gejala fisik yang dapat terlihat oleh mata telanjang.
4.2.3 Analisa Kandungan P2O5 Pada Jaringan Tanaman
Pengukuran untuk mengetahui kandungan P2O5 pada jaringan tanaman menggunakan spektrofotmeter dengan panjang gelombang 636 nm. Langkah pertama yaitu membuat standard 0, 20, 40, 60, 80, 100, 200, lalu ditambahkan beberapa larutan seperti yang tertera pada prosedur kerja. Langkah kedua yaitu membuat larutan tuntuk sampel berupa PK (-N), NK (-P), NP (-K), dan +NPK. Larutan standard dan sampel yang telah selesai divortex kemudian diukur menggunakan spektrofotometer. Nilai absorbansi dari setiap larutan akan terlihat, setelah semua larutan diukur dapat dibut kurva regresi untuk mengetahui nilai perbandingan antara larutan standard dengan larutan sampel. Pengukuran berat sampel dilakukan dua kali untuk mengetahui nilai rerata dari masing-masing sampel dengan berat sampel 500 mg. Dalam penamaan sampel, huruf abjad Q mewakili (-N), R (-P), S (-K), dan T mewakili (+NPK). Hasil dari nilai absorbansi dapat dihitung menggunakan rumus : %P2O5 = ppm kurva x 100 x
Perhitungan rumus tersebut digunakan untuk menghitung manual, karena telah menggunakan aplikasi maka nilai persentatif dari masing-masing sampel dapat dihitung dengan menambahkan rumus dalam aplikasi tersebut.
Dari data hasil pengukuran absorbansi, dapat diketahui bahwa nilai absorbansi meningkat seiring bertambah besarnya nilai konsentrasi pada larutan standard. Data yang diperolah pada pengukuran nilai absorbansi sampel didapatkan nilai (-N)=0,367%, (-P)=0,661%, (-K)=0,400%, dan (+NPK)=0,800%. Sebagaimana menurut (W.J.Rinsema. 1986) Unsur phosphor ( P ), berperan untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda, sehingga apabila tanaman mengalami defisiensi unsur P, maka akan terjadi penurunan rangsangan terhadap pertumbuhan akar dan tanaman mengalami pertumbuhan abnormal. Dari hasil data yang diperoleh, nilai rata-rata dari unsur (-P) lebih besar dibandingkan unsur (-N) dan (-K). Hal ini menunjukkan bahwa dalam tanaman cabe tersebut masih tercukupi unsur (-P) meskipun tanaman telah diberi perlakuan (-P). kejadian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti proses penyiraman yang tidak memperhatikan airnya berasal darimana, proses pelakuan pupuk, keadaan lingkungan, dan kesalahan dari praktikan itu sendiri. Hal ini yang dapat menyebabkan nilai kandungan (-P) lebih besar dari nilai (-N) dan (-K).
4.2.4 Analisa Kandungan K 2O Pada Jaringan Tanaman
Pengukuran kandungan K 2O pada jaringan tanaman dilakukan dengan metode tetri metri yaitu titrasi menggunakan larutan standard BAC sampai terbentuk endapan putih pada larutan sampel. Langkah pertama yaitu membuat standarisasi
larutan
BAC
0,625%,
kemudian
membuat
larutan
sodium
tetraphenylborat, dilanjutkan melakukan prosedur pengukuran dengena mentitrasi larutan hingga terbentuk endapan putih. Hasil dari pengukuuran ini akan mendapatkan nilai dari ml larutan BAC yang dihabiskan untuk mentitrasi setiap larutan sampel. Pembuatan larutan sodium tetraphenylborat dlakukan untuk mengetahui nilai larutan STPB menggunakan titrasi dengan larutan BAC. Hasil dari titrasi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus seperti : %K 2O/ml lar STPB (F) = ppm kurva x 100 x
Hasil (F) = 0,847 tersebut akan dimasukkan ke dalam rumus untuk mengetahui nilai persentatif dari kandunngan K 20 pada jaringn tanaman. Proses selanjutnya adalah pengukuran sampel menggunakan titrasi larutan BAC. Sama halnya dengan proses pembuatan larutan STPB, nilai didapatkan dari berapa banyak larutan yang dihabiskan pada saat titrasi berlangsung. Setiap sampel yang dibuat, larutan 100 ml dibagi menjadi dua yaitu 50 ml, s ehingga hasil dari titrasi sampel akan didapatkan nilai reratanya. Dari hasil titrasi tersebut dapat diketahui nilai dari setiap sampel. Sampel yang diahasilkan dimasukkan ke dalam rumus yang nantinya dari hasil tersebut dapat diketahui reratanya. Kadar K 2O = F (ml STPB – ml penambahan BAC) F = 0.847 Hasil dari perhitungan tersebut dapa diketahui reratanya seperti : No.
Abjad
Unsur Hara
Rata - Rata
1.
Q
-N
2,541%
2.
R
-P
2,7951%
3.
S
-K
3,16778%
4.
T
+NPK
2,6592%
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai persentatif dari analisa kandungan K 2O pada jaringan tanaman tidak mengalami defisiensi unsur K. Hal ini dikarenakan nilai (-K)
lebih besar dari nilai (-N), (-P) dan (+NPK).
Beberapa faktor dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara tersebut dan faktor yang paling mempengaruhi adalah kesalahan dari praktikan itu sendiri (human error), sehingga tanaman cabe tidak mengalami defisiensi unsur (-K).
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. perlakuan pupuk dilakukan untuk mengetahui defisiensi pada tanaman cabe dengan memberikan pupuk yang pada masing-masing tanaman dengan mengurangi salah satu unsur hara makro. b. pengukuran menggunakan spektrofotometer digunakan utnuk mengetahui nilai absorbansi dari masing-masing tanaman yang dibuat larutan. Apabila nilai sampel yang diketahui lebih kecil dari sampel lain, maka tanaman tersebut mengalami defisiensi karena menunjukkan kekurangan unsur hara. c. Pengujian menggunakan teknik tetri metri digunakan untuk menganalisa kandungan K pada tanaman mengalami defisiensi atau tidak. Seperti halnya dengan pengujian menggunakan spektrofotometer, nilai yang dihasilkan digunakan untuk mengetahui kandungan unsur hara yang berada pada tanaman.
5.2 Saran
Dalam
praktikum tersebut diharapkan praktikan memperhatikan setiap
langkah prosedur kerja dan memperhatikan pada saat menghitung ataupun mencatat nilai absorbansi dari masing-masing larutan. Hal tersebut sangatlah penting karena nilai yang dihasilkan akan bebeda dan tidak sesuai dengan data yang telah diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen. 2017. BKPM (Buku Kerja Praktek Mahasiswa) Jember: Politeknik Negeri Jember Fitter, A. H. dan Hay R. K. M. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah MadaUniversity Press ; Yogyakarta. Hardjanto, dkk. 1986. Bercocok Tanam. Jakarta: Yasaguna. Rinsema, W. J. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Aksara.
Bhratara Karya
View more...
Comments