Laporan Final Masterplan Agropolitan Kaur 2007
December 10, 2017 | Author: planer_man | Category: N/A
Short Description
Laporan Final Masterplan Agropolitan kabupaten kaur (2007)...
Description
MASTER PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KECAM ATAN KAUR SELATAN DAN KECAM ATAN MAJE
KABUPATEN KAUR
KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KAUR DENGAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU TAHUN 2007
TIM PENYUSUN
No
Nama
Keahlian
1 2 3 4
Prof.Dr.Ir.Alnopri,M.S. Ir.Kanang S Hindarto,Dipl Si,M.Sc. M. Mustopa Romdhon,SP.M.Si. Khairul Amri, ST., MT
Agronomi Pemetaan Sosial Ekonomi Pertanian Teknik Sipil
Keterangan Ketua Anggota Anggota Anggota
ii
KATA PENGANTAR Program pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu alternatif pembangunan yang berorientasi kewilayahan yang diharapkan akan mengatasi kesenjangan antar sektor ekonomi maupun antar wilayah. Program ini akan mendukung revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan. Program pengembangan
kawasan
agropolitan
merupakan
program
pembangunan
berbasiskan pengembangan kawasan. Pembangunan kawasan agropolitan secara simultan dan harmonis dilaksanakan tahap demi tahap. Salah satu tahapan adalah penyusunan master plan agropolitan. Penyusunan Master Plan Agropolitan Kabupaten Kaur tahun 2007 merupakan langkah awal yang ditempuh pemerintah Kabupaten
Kaur
dalam
program
pembangunan
agropolitan.
Kawasan
pengembangan agropolitan Kabupaten Kaur adalah kawasan Kaur Selatan dan Maje. Laporan Akhir master plan ini memuat potret kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje, skenario pengembangan kawasan, strategi pengembangan kawasan, dan rencana aksi pembangunan kawasan. Dokumen master plan ini akan dijadikan dokumen acuan untuk mengimplementasikan pembangunan kawasan agropolitan tersebut. Ucapan terima kasih disampaikan kepada pemerintah Kabupaten Kaur, atas kepercayaan kepada kami untuk menyusun master plan ini. Kegiatan penyusunan Master Plan ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan kontribusi dari instansi terkait Pemerintah Kabupaten Kaur yang telah banyak memberikan masukan. Mudah-mudahan dokumen ini dapat dijadikan acuan dalam proses perencanaan selanjutnya.
Bintuhan, Agustus 2007 Kepala BAPPEDA,
Dr. Ir. Bandi Hermawan, M.Sc.
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR --------------------------------------------------------------------
iii
DAFTAR ISI
----------------------------------------------------------------------------
iv
DAFTAR TABEL -------------------------------------------------------------------------
v
DAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------------
vi
BAB 1. PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------
1
1.1 Latar Belakang ----------------------------------------------------------
1
1.2 Tujuan dan Tujuan------------------------------------------------------
3
1.3. Luaran Kegiatan --------------------------------------------------------
3
1.3 Metode Pelaksanaan---------------------------------------------------
3
1.4 Tahapan Penyusunan Master Plan Agropolitan -----------------
5
1.5 Sistematika Laporan ---------------------------------------------------
6
BAB 2. KONSEPSI AGROPOLITAN ----------------------------------------------
8
2.1 Pengertian Agropolitan ------------------------------------------------
8
2.2 Kawasan Agropolitan --------------------------------------------------
9
2.3 Tujuan dan Sasaran Agropolitan -----------------------------------
10
2.4 Tipologi Agropolitan. ---------------------------------------------------
11
BAB 3. PROFIL KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE ---------------------------------------------------------------------------
13
3.1 Potensi Kawasan--------------------------------------------------------
13
3.2 Kajian Potensi Kawasan ----------------------------------------------
23
3.3 Kedudukan Kawasan --------------------------------------------------
24
3.4 Komoditi Unggulan -----------------------------------------------------
27
3.5 Tipologi Kawasan -------------------------------------------------------
28
BAB IV. SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE ---------------------------------------------
29
4.1
Rencana Alokasi Ruang -------------------------------------------
29
4.2
Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis ----------------
37
4.3
Kelembagaan Agropolitan Pasca Fasilitas Pemerintah ----
46
BAB V. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE ---------------------------------------------
49
5.1
Kawasan Penghasil Bahan Baku ---------------------------------
49
5.2
Kawasan Sentra Produksi Olahan--------------------------------
52
5.3
Kawasan Kota Kecil/Agropolis-------------------------------------
58
5.4
Kawasan Kota Sedang/Outlet -------------------------------------
60
iv
BAB VI. RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE -----------------------
61
6.1 Komoditas Kelapa Dalam --------------------------------------------
61
6.2 Integrasi Kelapa Dalam - Ternak Sapi -----------------------------
63
6.3 Komoditas Perikanan Tangkap --------------------------------------
64
BAB VII. PENUTUP ---------------------------------------------------------------------
66
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Kaur -----------------------
13
Tabel 2. Jumlah Penduduk 10 tahun Keatas --------------------------------------
14
Tabel 3. Jumlah KUD dan Perusahaan Dagang di Kabupaten Kaur --------
14
Tabel 4. Data Kelompok Tani di Kabupaten Kaur --------------------------------
15
Tabel 5. Daftar Nama Koperasi Nelayan di Kabupaten Kaur------------------
15
Tabel 6. Daftar Kelompok Nelayan di Kabupaten Kaur -------------------------
16
Tabel 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kaur --------------
17
Tabel 8. Klasifikasi Penduduk di Kabupaten Kaur -------------------------------
18
Tabel 9. Pemanfaatan Lahan di Kabupaten Kaur --------------------------------
18
Tabel 10. Luas Perkebunan Rakyat di Kabupaten Kaur ------------------------
19
Tabel 11. Produksi dan Peralatan Tangkap Ikan di Kabupaten Kaur -------
20
Tabel 12. Tempat Pendaratan Ikan di Kabupaten Kaur ------------------------
21
Tabel 13. Produksi Daging Ternak di Kabupaten Kaur -------------------------
23
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahapan Penyusunan Master Plan Agropolitan Kaur -----------
5
Gambar 2. Peta lokasi kawasan agropolitan Kabupaten Kaur --------------
26
Gambar 3. Peta administrasi Kecamatan Kaur Selatan dan Maje ----------
30
Gambar 4 Peta Tipologi Kawasan Agropolitan ----------------------------------
33
Gambar 5. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan ----------
36
Gambar 6 Skema Pengembangan SDM Kawasan Agropolitan-------------
38
Gambar 7. Peta Rencana Pengembangan Perikanan Tangkap -------------
39
Gambar 8 Peta Rencana Pengembangan Integrasi Kelapa Dalam---------
40
Ternak Sapi Gambar 9 Skema Pengembangan Kelembagaan Petani---------------------
41
Gambar 10. Pengembangan Sumber Permodalan -----------------------------
42
Gambar 11 Pengembangan Sumber Permodalan -----------------------------
43
Gambar 12 Pohon Industri Pengembangan Kelapa Dalam ------------------
45
Gambar 13. Pengembangan Sistem Pemasaran -------------------------------
46
Gambar 14a Kelembagaan Agropolitan Pasca Fasilitasi Pemerintah ------
47
Gambar 14b Kelembagaan Agropolitan Pasca Fasilitasi Pemerintah ------
48
Gambar 15 Model Integrasi Kelapa Dalam – Ternak Sapi ------------------
50
Gambar 16 Sistem Rantai Dingin Perikanan Tangkap ------------------------
52
Gambar 17 Keterkaitan Antar Kluster Perikanan Tangkap--------------------
58
vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan pertanian
pedesaan
melalui
(agro-base development)
aktivitas
perlu terus
pendekatan
ditingkatkan,
berbasiskan
karena
dapat
memperkokoh pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Kawasan pedesaan harus dikembangkan sebagai suatu kesatuan pengembangan wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antar desa-kota (urban-rural linkages) yang mempunyai hubungan timbal balik saling menguntungkan. Kawasan pedesaan yang mempunyai produk unggulan ditumbuhkembangkan menjadi kawasan agribisnis dalam suatu kesisteman dan menyeluruh. Kemudian image desa sebagai pemasok produk primer pertanian (belum diolah) harus didorong menjadi desa yang mampu menghasilkan bahan olahan atau industri hasil pertanian, sehingga desa dapat menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi baru. Pembangunan
pertanian
Indonesia
selama
ini
baru
terfokus
pada
pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam dalam bentuk pembangunan budidaya pertanian.
Berdasarkan sistem pembangunan tersebut, maka masyarakat yang
terlibat dalam budidaya pertanian hanya memproduksi produk segar yang memiliki nilai ekonomi sangat rendah. Nilai ekonomi yang lebih tinggi dari produksi pertanian justru dinikmati pelaku bisnis di luar budidaya pertanian, yakni pelaku pengolahan hasil dan pelaku pemasaran. Siatem pembangunan pertanian yang demikian jelas tidak akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian. Paradigma baru pembangunan pertanian di Indonesia adalah pada ruang lingkup kegiatan budidaya (on-farm), pengolahan hasil, pemasaran, dan jasa-jasa pendukung lainnya (off-farm). Oleh karena itu, paradigma pembangunan pertanian harus berorientasi pada pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Sistem dan usaha agribisnis ditingkatkan menjadi strategi menterpadukan (mensinergikan) pengembangan strategi agribisnis dengan pendekatan wilayah. Dengan sistim ini diharapkan kemajuan yang tidak hanya bersifat sektoral tetapi juga inter sektoral dan antar wilayah, sehingga tercipta keseimbangan pembangunan antara wilayah khususnya pedesaan yang merupakan basis pertanian dengan wilayah perkotaan.
1
Basis
pembangunan adalah
pembangunan pedesaan.
Pembangunan
pedesaan pada daerah-daerah pemasok produksi pertanian melalui pengembangan Daerah Pusat Pertumbuhan (DPP) perlu dimantapkan, agar memiliki ketahanan yang lebih kuat. Untuk mempercepat pembangunan pedesaan, maka diperlukan komitmen dan tanggung jawab moral pembangunan dari segenap aparatur pemerintah, masyarakat, dan swasta. Komitmen tersebut akan mengakibatkan pembangunan pedesaan menjadi efektif, efisien, terintegrasi, dan sinkron dengan pembangunan sektor lainnya dan berwawasan lingkungan. Salah satu program keterpaduan tersebut adalah pengembangan kawasan agropolitan. Agropolitan dapat
diartikan sebagai upaya pengembangan kawasan
pertanian yang tumbuh dan berkembang akibat berjalannya sistem dan usaha agribisnis. Agropolitan merupakan salah satu alternatif pembangunan pedesaan dalam
mendukung
Revitalisasi
Pertanian,
Perikanan,
dan
Kehutanan.
Pengembangan kawasan agropolitan merupakan program terpadu pembangunan wilayah
berbasis
pertanian
dengan
pendekatan
wilayah.
Pelaksananan
pengembangan kawasan agropolitan tersebut, melibatkan peran serta masyarakat di pedesaan dan pemerintah berperan sebagai fasilitator. Pembangunan
kawasan
agropolitan
secara
simultan
dan
harmonis
dilaksanakan tahap demi tahap. Tahap awal dimulai dengan sosialisasi program di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan kawasan pengembangan. Tahap kedua, pemilihan dan penetapan lokasi oleh pemerintah kabupaten dan provinsi. Tahap ketiga, penyusunan master plan agropolitan oleh pemerintah kabupaten. Tahap keempat, pelaksanaan pembangunan kawasan agropolitan oleh departemen dan instansi terkait. Tahap kelima, monitoring dan evaluasi oleh tim Pokja Agropolitan Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Tahap akhir adalah pengembangan pasca 3 (tiga) tahun fasilitasi pemerintah menuju agropolitan mandiri, pengelolaan kawasan oleh masyarakat tani difasilitasi pemerintah kabupaten. Kabupaten Kaur merupakan salah satu kabupaten pengembangan kawasan agroploitan di provinsi Bengkulu. Lokasi pengembangan agropolitas adalah kawasan Kaur Selatan dan Maje, dengan komoditas unggulan perikanan tangkap, kelapa dan sapi. Tahapan program pengembangan agropolitan kabupaten Kaur telah memasuki tahap ketiga, yakni penyusunan master plan pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje..
2
1.2. Maksud Dan Tujuan Kegiatan penyusunan master plan pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje mempunyai tujuan antara lain adalah: 1. Memberikan gambaran suatu perencanaan program dan kegiatan secara terpadu pada kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje . 2. Memberikan acuan kegiatan secara periodik, baik berupa jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang 3. Menggambarkan sinergisme program antar sektor dan sub-sektor terkait dalam upaya mencapai sasaran pengembangan kawasan
agropolitan Kaur Selatan
dan Maje. 1.3. Luaran Kegiatan Berdasarkan ketiga tujuan tersebut, maka luaran yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut: 1. Tersusunnya profil kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje . 2. Tersedianya skenario pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje. 3. Tersedianya strategi pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje . 4. Tersedianya peta rencana pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje. 5. Tersusunnya program dan kegiatan yang sinergis antar sektor pada kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje. 1.4. Metode Pelaksanaan Penentuan kawasan agropolitan Kabupaten Kaur ditentukan berdasarkan telaah terhadap dokumen-dokumen Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Pemerintah Kabupaten Kaur.
Kawasan yang dipilih adalah yang telah memiliki basis
pengembangan yang kuat, seperti sejarah budidaya komoditas yang akan diunggulkan, aspek sumberdaya manusia yang sudah berorientasi agribisnis, basis industri pengolahan hasil pertanian, dan infrastruktur dasar (jalan, jaringan listrik, telekomunikasi dan air bersih). Penentuan komoditi unggulan pada kawasan agropolitan Kabupaten Kaur ditentukan berdasarkan kajian profil kawasan agropolitan Provinsi Bengkulu tahun 2006
dan
arah
kebijakan
pengembagan komoditi
pada
kawasan
terpilih.
Berdasarkan hasil sosialisasi dengan pihak-pihak terkait di Kabupaten Kaur yang
3
difasilitasi oleh BAPPEDA Kabupaten Kaur, pada hari Sabtu tanggal 9 Desember 2006 yang dihadiri oleh Kepala Dinas pertanian, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, Kepala Bappeda, Kepala Bidang Bina Marga Dinas PU, Kabid Usahatani Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Koperasi dan UKM, Kepala BIdang dan PMD Dinas Sosial diperoleh kesepakatan bahwa lokasi pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Kaur adalah Kecamatan Kaur Selatan – Maje dengan komoditi unggulan perkebunan kelapa, ternak sapi , dan perikanan
tangkap.
Komoditi
unggulan
yang
dipilih
adalah
yang
mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mengusahakannya, serta mendapat dukungan kuat dari Pemerintah Kabupaten untuk pengembangannya. Survei identifikasi potensi kawasan agropolitan terpilih dilakukan melalui telaah data sekunder dan pengumpulan data primer. Data sekunder berasal dari dokumen-dokumen perencanaan kawasan pengembangan, antara lain seperti: Profil Kawasan Agropolitan Provinsi Bengkulu Tahun 2006, Kaur Dalam Angka 2005, Laporan Tahunan Kecamatan Maje dan Kaur Selatan, Dokumen RTRW Kabupaten Kaur, Profil Kabupaten Kaur dan Program Tahunan instansi terkait.. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan survei lapangan (untuk data fisik) dan melalui wawancara (untuk data sosial dan ekonomi). Data primer dan sekunder dianalisis secara deskriftif untuk mengetahui potensi di kawasan agropolitan terpilih dan digambarkan dalam profil kawasan agropolitan. Hasil analisis data selanjutnya diinterpretasikan untuk menentukan skenario dan strategi pengembangan kawasan agropolitan. Skenario merupakan alternatif model-model pengembangan, sedangkan strategi adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengimplementasikan skenario yang telah dibuat. Strategi pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Kaur selanjutnya disajikan dalam bentuk peta pengembangan kawasan agropolitan. Penyusunan peta pengembangan tersebut didasarkan atas peta-peta dasar kawasan terpilih, peta administrasi wilayah Kecamatan Maje dan Kecamatan Kaur Selatan. Interpretasi peta-peta dasar menghasilkan peta tipologi kawasan yang didasarkan atas tingkat kesesuaian lahan di kawasan agropolitan. Berdasarkan profil kawasan, skenario, dan strategi pengembangan kawasan, maka ditampilkan matrik rencana aksi pengembangan kawasan.. Matrik tersebut berisi kebijakan, program dan kegiatan pengembangan pada kawasan agropolitan terpilih.
4
1.5.TAHAPAN PENYUSUNAN MASTER PLAN AGROPOLITAN Tahapan penyusunan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje Kabupaten Kaur dimulai dengan menampilkan potret kawasan, penentuan tipologi kawasan, kajian pengembangan kawasan, skenario dan strategi pengembangan kawasan, dan kebijakan pengembangan kawasan.
Secara lengkap tahapan
penyusunan master plan agropolitan kawasan Kaur Selatan dan Maje Kabupaten Kaur disajikan pada Gambar 1.
Potret Kawasan Kajian Potensi Kawasan Kajian Kajian Setting Setting Kawasan Kawasan Terhadap Kawasan Lain
Skenario Pengembangan Kawasan Agropolitan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan
Kawasan Agropolitan
Kajian Tipologi Kawasan Agropolitan
Kajian Pengembangan Kawasan Agropolitan
Rencana Aksi : Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengembangan Kawasan Agropolitan
Sosialisasi Master Plan Agropolitan
Gambar 1. Tahapan Penyusunan Master Plan Agropolitan Kabupaten Kaur
5
1.6
Sistematika Laporan Sistematika Laporan Master Plan Kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan
Maje Kabupaten Kaur adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Luaran Kegiatan 1.4 Metode Pelaksanaan 1.5 Tahapan Penyusunan Master Plan Agropolitan 1.6 Sistematika Laporan BAB II.KONSEPSI AGROPOLITAN 2.1 Pengertian Agropolitan 2.2 Kawasan Agropolitan 2.3 Tujuan dan Sasaran Agropolitan 2.4 Tipologi Agropolitan. BAB III.PROFIL KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE 3.1 Potensi Kawasan 3.2 Kajian Potensi Kawasan 3.3 Kedudukan Kawasan 3.4 Komoditi Unggulan 3.5 Tipologi Kawasan BAB IV. SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE 4.4 Rencana Alokasi Ruang 4.1.1. Peta administrasi 4.1.2 Peta tipologi kawasan 4.1.3 Peta pengembangan kawasan 4.5 Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis 4.6 Kelembagaan Agropolitan Pasca Fasilitas Pemerintah BAB V. STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE 5.1 Kawasan Penghasil Bahan Baku 5.1.1 Kawasan penghasil ikan 5.1.2 Kawasan penghasil kelapa dalam dan sapi 5.2 Kawasan Sentra Produksi Olahan
6
5.2.1 Kawasan sentra olahan ikan 5.2.2 Kawasan sentra olahan kelapa 5.2.3 Kawasan olahan sapi 5.3 Kawasan Kota Kecil/Agropolis 5.4 Kawasan Kota Sedang/Outlet BAB VI. RENCANA AKSI 6.1 Agribisnis Hulu 6.2 Agribisnis Budidaya 6.3 Agribisnis Hilir 6.4 Jasa Pendukung Agribisnis BAB VII. PENUTUP
7
BAB 2 KONSEPSI AGROPOLITAN 2.1. PENGERTIAN AGROPOLITAN Program agropolitan merupakan pengembangan dan optimalisasi dari hasilhasil pembangunan pada kawasan andalan, kawasan sentra produksi, kawasan pengembangan ekonomi terpadu serta mengoptimalkan program-program yang sudah ada sebelumnya. Program yang sudah ada sebelumnya adalah program bimas, kimbun, kunak, PPK, PIR, kemitraan petani dan pengusaha agribisnis, kemitraan
peternak/nelayan
dengan
pengusaha
industri
makanan/eksportir,
pengembangan prasarana dan sarana penunjang pertumbuhan ekonomi, sera program-program antar departemen lainnya. Program dan kegiatan -kegiatan yang sudah pernah ada dapat dijadikan cikal bakal pengembangan kawasan agropolitan. Agropolitan terdiri dari dua kata, yakni agro dan kata politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota, sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Dalam penyusunan master plan kabupaten Kaur ini, yang dimaksud dengan agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Kota pertanian dapat merupakan Kota Menengah atau Kota Kecil atau Kota Kecamatan atau Kota Pedesaan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan pembangunan pedesaan dan desa desa hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi, yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi juga pembangunan sektor secara luas seperti usaha pertanian (on farm dan off farm), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan lain-lain. Agropolitan dapat diartikan sebagai model pendekatan pengembangan kawasan berbasis pertanian, berorientasi pada pembangunan agribisnis yang berkelanjutan. Agropolitan dilaksanakan dengan mengintegrasikan secara simultan dan harmonis seluruh aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan kawasan agropolitan. Pelaksanaannya bersifat multisektoral dari masing-masing departemen dan instansi terkait. Simultan berarti seluruh aspek yang terkait dengan
8
pengembangan kawasan agropolitan harus dikembangkan sekaligus. Harmonis berarti seluruh aspek yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan harus berjalan secara berimbang dan tidak ada satu aspekpun yang tertinggal. Aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan adalah aspek pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan permodalan, pengembangan infrastruktur, pengembangan usaha tani (agribisnis). Sistem agribisnis adalah pembangunan pertanian yang dilakukan secara terpadu, tidak saja dalam usaha budidaya (on farm) tetapi juga meliputi pembangunan agribisnis hulu (penyediaan sarana pertanian), agribisnis hilir (prosessing dan pemasaran hasil pertanian) dan jasa jasa pendukungnya. Inti dari sistem agribisnis adalah usaha agribisnis yang dilakukan oleh masyarakat terutama petani dan pengusaha (swasta, BUMD dan BUMN) baik pengusaha pelaku penyedia agroinput, pengolahan hasil, pemasaran maupun penyedia jasa. Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka sistem agribisnis merupakan suatu usaha komersial di bidang pertanian. Sebagai suatu usaha komersial maka sistem agribisnis haruslah bersifat dinamis, berimbang, berkelanjutan dan berorientasi pada permintaan pasar (demand-driven agribusiness). Sebagai suatu usaha pertanian, maka sistem agribisnis juga harus memperhatikan kondisi bio-fisik, sosial ekonomi masyarakat dan kondisi lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar usaha yang dibangun bisa lebih efisien dan memperoleh laba yang lebih tinggi. Sistem agribisnis menggambarkan sinergi yang kuat antara usaha budidaya pertanian (on-farm) dengan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa penunjang. Atau dengan kata lain sistem agribisnis merupakan kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi dan teknologi; subsistem usaha tani, yaitu kegiatan produksi pertanian primer
tanaman
dan
hewan;
subsistem
agribisnis
pengolahan,
subsistem
pemasaran; dan subsistem penunjang, yaitu dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif bagi pengembangan agribisnis.
2.2.
KAWASAN AGROPOLITAN Kawasan agropolitan terdiri dari kota pertanian dan desa-desa sentra
produksi pertanian yang ada di sekitarnya, dengan batasan yang tidak ditentukan oleh batasan administrasi, melainkan lebih ditentukan oleh skala ekonomi kawasan yang ada. Kawasan agropolitan merupakan bagian dari kawasan yang berada dalam
9
pemasok hasil pertanian (sentra produksi pertanian) yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat. Kawasan agropolitan tersebut akan memiliki sarana dan prasarana seperti layaknya di perkotaan. Sarana dan prasarana tersebut dibedakan menjadi dua bagian. Pertama adalah sarana dan prasarana ekonomi antara lain berupa pasar dan lembaga keuangan. Ke dua adalah sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi seperti perkantoran, lembaga penyuluhan pertanian dan ahli teknologi, lembaga petani, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, prasarana transportasi (seperti jalan dan terminal), prasarana telekomunikasi, listrik dan air bersih. Suatu kawasan yang sudah berkembang menjadi kawasan agropolitan memiliki ciri antara lain adalah sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh pendapatan dari kegiatan pertanian (agribisnis) dan sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk didalamnya industri pengolahan produk pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian, perdagangan agribisnis hulu, agrowisata dan jasa pelayanan. Ciri kawasan agropolitan berikutnya adalah terjadinya hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland sekitar kawasan agropolitan bersifat interdependensi (timbal balik) yang harmonis dan saling membutuhkan. Kawasan pertanian mengembangkan usaha budidaya (on-farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off-farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan agribisnis. Fasilitas tersebut berupa penyediaan sarana pertanian, modal, teknologi, informasi, pengolahan hasil, dan pemasaran hasil produk pertanian. Ciri akhir kawasan agropolitan adalah ditandai dengan kehidupan masyarakat di kawasan mirip dengan suasana kota, karena keadaan sarana di kawasan agropolitan tersebut tidak jauh berbeda dengan suasana kota.
2.3.
TUJUAN DAN SASARAN AGROPOLITAN Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah. Peningkatan keterkaitan desa dan kota akan mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis yang berdaya saing berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Dengan berkembangnya sistem dan usaha agribisinis, maka kawasan agroploitan akan membangun kegiatan budidaya (on-farm) dan luar
10
budidaya (off-farm), yaitu usaha agribisnis hulu, agribisnis hilir, dan jasa penunjangnya. Hasil pembangunan tersebut diharapkan dapat: mengurangi kesenjangan kesejahteraan antar wilayah, mengurangi kesenjangan antara desa-kota, mengurangi kesenjangan pendapatan antar masyarakat, mengurangi kemiskinan, mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif dari kawasan perdesaan, dan meningkatkan pendapatan asli daerah. Untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan aropolitan tersebut, maka di bagi ke dalam program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Tujuan jangka kesejahteraan
panjang
agropolitan
masyarakat
melalui
adalah meningkatkan percepatan
pendapatan
pengembangan
wilayah
dan dan
peningkatan keterkaitan desa-kota dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.
Tujuan
jangka
menengah
agropolitan
adalah
menumbuh-
kembangkan kelembagaan usaha ekonomi petani yang efektif, efisien dan berdaya saing. Menumbuhkembangkan sarana dan prasarana umum dan sosial yang mendukung kelancaran usaha ekonomi masyarakat. Menciptakan usaha ekonomi yang mampu mndorongpertumbuhan dan perkembangan usaha masyarakat di kawasan agropolitan. Tujuan jangka pendek agropolitan adalah mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial antar wilayah sertakesenjangan antar desa-kota, mengurangi kemisikinan dan mencegah terjadinya urbanisasi tenaga produktif, serta meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Sasaran pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk mengembangkan kawasan pertanian potensial menjadi kawasan agropolitan. Sasaran tersebut akan dicapai melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat pelaku agribisnis, penguatan kelembagaan
petani,
pengembangan
kelembagaan
sistem
agribisnis,
pengembangan kelembagaan penyuluhan, pengembangan iklim usaha yang kondusif, meningkatkan sarana dan prasarana produksi, dan meningkatkan sarana dan prasarana kesejahteraan sosial.
2.4.
TIPOLOGI KAWASAN AGROPOLITAN Pengembangan kawasan agropolitan pada prinsipnya tetap berbasiskan
dunia pertanian. Berdasarkan basis dunia pertanian tersebut, maka terdapat beberapa tipologi kawasan agropolitan, yakni berbasiskan :
11
1. Tanaman pangan (padi dan palawija) 2. Tanaman hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman bunga hias) 3. Tanaman perkebunan perkebunan semusim)
(tanaman
perkebunan
tahunan
dan
tanaman
4. Budidaya perternakan (ternak potong dan unggas) 5. Perternakan susu (ruminansia) 6. Perikanan tangkap (laut dan danau) 7. Perikanan budidaya (ikan air tawar) 8. Hutan konservasi (pemanfaatan hutan konservasi sebagai hutan wisata), dan 9. Agrowisata (pemanfaatan aspek panorama keindahan alam berbasiskan pertanian). Di Provinsi Bengkulu, ada beberapa kawasan agropolitan yang telah berjalan dengan basis pertanian yang berbeda.
Kawasan agropolitan yang berbasiskan
hortikultura diterapkan di Kabupaten Rejang Lebong, yakni cabe dan tomat, juga berbasiskan ternak susu sebagai komoditi harapan, Kabupaten Bengkulu Utara berbasiskan tanaman salak dan budidaya ikan tawar. Kabupaten Bengkulu Selatan berbasiskan tanaman
jagung
dan peternakan sapi.
Kabupaten
Kepahiang
berbasiskan tanaman pangan jagung dan tanaman perkebunan kakao.
12
BAB 3 PROFIL KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE 3.1. POTENSI KAWASAN 3.1.1
Sarana dan Prasarana
31.1.1 Sarana Pendidikan Bidang pembangunan,
pendidikan sehingga
merupakan diperlukan
faktor
penentu
sarana pendidikan
utama untuk
kemajuan
mengimbangi
pertambahan penduduk yang dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai sarana pendidikan yang terdapat di Kabupaten Kaur dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Sarana Pendidikan Kabupaten Kaur tahun 2005 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kecamatan
Jumlah TK 3 1 4 2 1 1 1 1 5 3 22
Nasal Maje Kaur Selatan Tetap Kaur Tengah Kinal Semidang Gumai Muara Sahung Luas Tanjung Kemuning Lungkang Kule Kaur Utara Padang Guci Hulu Padang Guci Hilir Kelam Tengah Jumlah
SD 15 16 13 9 7 8 7 6 7 11 5 9 10 5 8 136
SMP 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 22
SMA 1 5 1 1 1 1 1 1 12
Sumber : Kaur Dalam Angka, 2005
Pendidikan
sangat
menentukan
cepat
atau
lambatnya
kemajuan
pembangunan di suatu kawasan termasuk pada pengembangan kawasan agropolitan. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje disajikan pada Tabel 2.
13
Tabel 2. Jumlah Penduduk 10 Tahun Keatas Berdasarkan Pendidikan Kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje No 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Tidak/Belum pernah Sekolah Tidak/belum Tamat SD Tamat SD SMP SMA Diploma Sarjana/DIV/S2/S3 Jumlah
Jumlah 2,647 20,851 32,438 16,253 10,113 940 465 83,707
Persentase (%) 3.16 24.91 38.75 19.42 12.08 1.12 0.56 100
Sumber : Potret Empat Tahun Kabupaten Kaur, 2007
3.1.1.2 Sarana Perekonomian Sarana perekonomian di kabupaten Kaur yang sangat berperan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan agropolitan adalah koperasi unit desa (KUD) dan perusahaan dagang. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah KUD dan perusahaan dagang di Kabupaten Kaur, dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Jumlah KUD dan Perusahaan Dagang Kabupaten Kaur Tahun 2005 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kecamatan Nasal Maje Kaur Selatan Tetap Kaur Tengah Kinal Semidang Gumai Muara Sahung Luas Tanjung Kemuning Lungkang Kule Kaur Utara Padang Guci Hulu Padang Guci Hilir Kelam Tengah Jumlah
Perusahaan Dagang 1 4 32 2 1 2 3 1 7 6 4 63
KUD 1 1 2 1 1 1 7
Sumber : Kaur Dalam Angka, 2005
14
Sebaran organisasi petani berupa kelompok tani berdasarkan kecamatan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Data Kelompok Tani kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kecamatan
Nasal Maje Kaur Selatan Tetap Kaur Tengah Kinal Semidang Gumai Muara Sahung Luas Tanjung Kemuning Lungkang Kule Kaur Utara Padang Guci Hulu Padang Guci Hilir Kelam Tengah Jumlah
Jumlah
29 30 40 21 25 25 31 13 13 23 14 12 7 13 15 312
Jumlah Anggota (orang) 735 718 1023 499 545 675 774 373 406 484 343 316 207 272 381 7751
Jenis Kelompok
Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa Kelompok Dewasa
Sumber : Laporan BIPP Dinas Pertanian Kaur 2006
Untuk mendukung pengembangan perikanan tangkap di kawasan agropolitan telah terdapat koperasi dan nelayan serta satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu PT.Kaur Perdana. Sarana ekonomi ini melayani berbagai kebutuhan khususnya pengadaan sarana produksi dan pemasaran hasil tangkapan serta sumber pendanaan usaha. Kabupaten Kaur memiliki beberapa kelompok usaha bersama dalam bentuk koperasi nelayan (Tabel 5).. Tabel 5. Daftar Nama Koperasi Nelayan Di Kabupaten Kaur No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Karunia Sukamaju Mina Utam Karya Bakti Swasta Usaha Bersama Tani Nelayan Maju Jaya Dermaga Merpas
Alamat Desa Pasar Lama kec.kaur selatan Desa Pasar Lama kec.kaur selatan Desa Bandar Kec.Kaur Selatan Pasar Lama kec.kaur selatan Desa Mentiring Kaur Tengah Desa Linau Kec.Maje Desa Merpas Kec.Muara Nasal
Sumber : DKP Kabupaten Kaur,2005
Kelompok tani nelayan telah terbentuk sebanyak 34 kelompok nelayan dengan jumlah anggota yang cukup banyak. Daftar kelompok tani nelayan di Kabupaten Kaur dapat dilihat pada Tabel 6.
15
Tabel 6. Daftar Kelompok Nelayan di Kabupaten Kaur Tahun 2005. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Kelompok
Alamat
Sepakat Suka Maju Keramat Dagang Pajar Timur Mekar Sari Wai Jung Indah Mitra Bersama Pantai Selatan Mina Lestari Karang Asih Sinar Menyingsing Andesmen Air Puting Air Durian Harapan Maju Kemuning Raya Karya Bakti Usaha Muda Tunas Harapan Batu Jung Sinar Harapan KK Usaha Bersama Luas Jaya Cahaya Maju Sinar Pagi Mutiara Senja Guyuran Dua Putri Raga Suci KMP. 7 (Serasi) Bangkit Jaya Garuda Hitam Harapan Maju
Sekunyit Pasar Lama Pasar Lama Gedung Sako Linau Way Hawang Jembatan Dua Merpas Sekunyit Suka Merindu Tj. Pandan Mentiring Pd. Baru Nusuk Cahaya Batin Tj. Kemuning Tj. Iman Tj. Aur Tj. Bulan Way Hawang Benteng Harapan Suka Banjar Muara Tetap Pd. Baru Cahaya Batin Sk. Merindu Sk. Merindu Sk. Merindu Sk. Merindu Sk. Merindu Sk. Merindu Sulau Wangi Sekunyit Benteng Harapan
Sumber ; Laporan TPD PEMP Kabupaten.Kaur, 2005
3.1.1.3 Kondisi Aksesibilitas Sarana telekomunikasi, dan Listrik telah terdapat di Kabupaten Kaur akan dapat mempercepat aksesibilitas kawasan terhadap kawasan luarnya walaupun persebarannya belum merata di setiap kecamatan.
Kecamatan Kaur Selatan
merupakan kecamatan yang telah mempunyai sarana telekomunikasi, dan listrik. Kawasan
agropolitan
terletak
pada
poros
jalan
lintas
barat
Sumatera,
menghubungkan Provinsi Bengkulu dengan Provinsi Lampung dalam kondisi yang baik. Kemudahan aksesibiltas ini akan memberikan multiplier efek terhadap pertumbuhan kawasan agropolitan (kelancaran arus input dan produk).
16
3.1.2 Potensi Sumberdaya Manusia Jumlah penduduk kabupaten Kaur pada tahun 2005 dan sebarannya berdasarkan kecamatan disajikan pada Tabel 7. 3.1.2.Kependudukan Jumlah penduduk di Kabupaten Kaur sebanyak 107.521 jiwa yang terdiri dari laki-laki 56.094 jiwa (52,17%) dan perempuan 51.427 jiwa (47,83%)
Jumlah
penduduk di Kabupaten Kaur adalah sebanyak 107.521 jiwa dengan tingkat kepadatan mencapai 42 jiwa/km2. Tabel 7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kaur Dirinci Tiap Kecamatan Tahun 2005. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kecamatan Kaur Selatan Kaur Utara Kinal Luas Maje Muara Sahung Etap Nasal Padang Guci Hilir Padang Guci Hulu Kaur Tengah Kelam Tengah Lungkang Kule Semidang Gumai Tanjung Kemuning Kabupaten Kaur
Luas (km2) 98,64 61,15 192,22 128,49 382,01 292,17 98,97 599,37 131,92 360,97 25,80 40,64 28,85 45,06 79,75 2556
Penduduk (jiwa) 10965 6717 5030 4892 13472 5819 5614 14412 3952 5136 4290 7091 4600 5280 10251 102.399
Kepadatan jiwa/ km2 111 110 26 38 35 20 57 24 30 15 166 174 159 117 129 40.06
Sumber RUTR, Kabupaten Kaur, 2005; Kaur Dalam Angka,2005
17
Klasifikasi penduduk berdasarkan usia disajikan pada Tabel 8 Tabel 8. Klasifikasi Penduduk Kabupaten Kaur Berdasarkan Golongan Usia Tahun 2005 Kelompok umur 0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 - 64 65+ Jumlah
Laki-laki 4.960 6.216 7.053 6.821 4.302 4.343 3.526 3.515 3.226 2.526 2.333 1.689 1.635 2.021 54.166
Perempuan 3.243 6.814 6.236 5.381 3.773 3.558 4.014 3.859 3.301 2.496 1.767 1.695 1.591 1.940 49.668
Jumlah 8.203 13.030 13.289 12.202 8.705 7.901 7.540 7.374 6.527 5.022 4.100 3.384 3.226 3.961 103.834
Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka, 2005
3.1.3 Potensi Perkebunan , Perikanan dan Peternakan a. Tanaman Perkebunan Potensi Kabupaten Kaur yang berkaitan dengan program pengembangan kawasan agropolitan disajikan pada Tabel 9. Pemanfaatan lahan di Kawasan Kabupaten Kaur sampai dengan tahun 2004 didominasi oleh jenis penggunaan lahan untuk hutan negara yang mencapai 89.173 hektar atau sekitar 34,89% dari seluruh luas lahan yang ada. Penggunaan lahan untuk tambak hanya memanfaatkan lahan sebesar 6 ha atau 0,00% dari luas keseluruhan. Tabel 9.Pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur Tahun 2004 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penggunaan lahan Pekarangan/lahan untuk bangunan sekitarnya Tegalan/kebun Ladang/huma Padang rumput Tambak Kolam/tebat/empang Rawa-rawa Lahan yang sementara tidak diusahakan Hutan rakyat Perkebunan negara/swasta Hutan negara Lainnya Total luas
&
halaman
Luas (ha) 4.090
% 1,60
7.898 4.049 3.010 6 62 75 33.094 39.305 27.835 89.173 46.603 255.600
3,09 1,58 1,18 0,00 0,02 0,03 12,95 15,53 10,89 34,89 18,23 100
Sumber: RUTR Kabupaten Kaur, 2005
18
Potensi perkebunan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Kaur merupakan komoditi ekspor dan penghasil devisa nomigas. Komoditas tersebut antara lain kopi, karet, kelapa sawit, kelapa, kakao , cengkeh dan lada. Untuk kelompok tanaman perkebunan pada Tabel 10 dapat dilihat untuk komoditas kelapa merupakan komoditi unggulan di kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje. Pengembangan subsektor perkebunan di masa yang akan datang adalah mengembangkan tanaman kelapa diikuti tanaman lainnya yang juga dikembangkan secara simultan seperti karet dan kelapa sawit. Data untuk komoditi perkebunan, Kabupaten Kaur luas areal tanaman perkebunan perinciannya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Luas Perkebunan Rakyat di Kabupaten Kaur Tahun 2005 No
Kecamatan
Kopi 1 Nasal 4303 2 Maje 3565 3 Kaur Selatan 55 4 tetap 1033 5 Kaur Tengah 370 6 Kinal 1060 7 Semidang Gumai 100 8 Muara Sahung 1051 9 Luas 5386 10 Tanjung Kemuning 379 11 Lungkang Kule 1045 12 Kaur Utara 1658 13 Padang Guci Hulu 1148 14 Padang Guci Hilir 1132 15 Kelam Tengah 97 Sumber : Kaur Dalam Angka tahun 2005
b.
Karet 34 29 3 183 25 101 386 105 246 194 33
Kelapa 309 23 583 51 114,5 187,5 25 9 14 173 93 927 53,5 21 157
K.Sawit 34 29 3 185 25 101 105 386 246 194 33
Cengkeh 104 106 28 26 13 87 63 46 6
Lada 610 1206 97 97 286 448 44 2750 86 124 30 21
Perikanan Tangkap Perikanan di Kabupaten Kaur mempunyai jenis usaha perikanan tangkap dan
budiaya air tawar. Budidaya perikanan air tawar yang dikembangkan berupa jenis usaha budidaya seperti kolam, perairan umum, dan sawah. Sementara perikanan tangkap di kawasan agropolitan menjadi komoditi unggulan. Namun peralatan tangkap yang digunakan nelayan Kabupaten Kaur masih didominasi alat tangkap bersifat tradisional seperti perahu tanpa motor. Faktor ini menyebabkan daya jelajah wilayah tangkap (fishing ground) pendek sehingga produksi perikanan tangkap belum optimal. Di kawasan agropolitan telah pula tersedia Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang mendukung kelancaran aksesibilitas pemasaran perikanan. Pada Tabel
19
11 dan Tabel 12 dapat dilihat infrastruktur dan produksi dan peralatan perikanan tangkap di Kabupaten Kaur pada Tahun 2005. Tabel 11. Produksi dan Peralatan Tangkap Ikan di Kabupaten Kaur Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Kecamatan Nasal Maje Kaur Selatan Tetap Kaur Tengah Kinal Semidang Gumai Muara Sahung Luas Tanjung Kemuning Lungkang Kule Kaur Utara Padang Guci Hulu Padang Guci Hilir Kelam Tengah
Produksi (Ton) 297,45 245,29 447,28 240,13 248,2 213,74 -
Perahu/kapal tangkap (unit) 86 153 196 77 33 35 -
Sumber : Kaur Dalam Angka Tahun 2005
Ketersediaan infrastruktur perikanan yang terdapat di Kabupaten Kaur khususnya kawasan agropolitan sangat mendukung pertumbuhan sektor perikanan tangkap di Kabupaten Kaur khususnya dan Provinsi Bengkulu pada umumnya. Meskipoun saat ini, kegiatan pendaratan ikan dilakukan di pelabuhan Linau, Merpas, Pasar Lama dan Sekunyit yang kondisinya kurang memadai untuk berlabuhnya kapal. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) saat ini berjumlah 9 buah TPI yang tersebar di 6 kecamatan yakni :
20
Tabel . 12 Tempat Pendaratan Ikan (TPI) di Kabupaten Kaur No
Kecamatan
1
Nasal
2
Maje
3
Kaur Selatan
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
tetap Kaur Tengah Kinal Semidang Gumai Muara Sahung Luas Tanjung Kemuning Lungkang Kule Kaur Utara Padang Guci Hulu Padang Guci Hilir Kelam Tengah
Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Dermaga Pelang Karya Pantai Keramat Maje Jaya Mina Usaha Sukamaju Keramat Dagang Mentiring Sulau -
Desa/Kelurahan Merpas Merpas Linau Linau Sekunyit Pasar Lama Pasar Lama Mentiring Sulau -
Sumber : Kaur Dalam Angka Tahun 2005
TPI yang ada belum memiliki bangunan yang memadai seperti outlet, ruang administrasi dan pergudangan. Untuk itu, peningkatan kualitas sarana dan prasarana TPI merupakan salah satu kebutuhan yang harus dilengkapi. Pabrik Es Untuk mendukung sektor perikanan tangkap diperlukan pabrik es yang berfungsi untuk menyediakan es sebagai komponen yang diperlukan dalam pendinginan ikan. Pendinginan sangat diperlukan agar hasil tangkapan tidak cepat membusuk. Kabupaten Kaur saat ini telah memiliki satu unit pabrik es dengan kapasitas 60 ton/hari. Cold Storage Cold storage adalah perlengkapan yang digunakan untuk menyimpan ikan hasil tangkapan yang telah dibekukan. Jenis cold storage yang ada pada nelayan di Kabupaten Kaur saat ini hanya sebatas cool box, yakni kotak berinsulasi dengan kapasitas yang kecil. Untuk kapasitas besar, maka diperlukan cold storage berukuran besar yang dilengkapi chill room, sementara untuk tujuan pamer ikan segar diperlukan peralatan portable show case. Pembekuan ikan dilakukan menggunakan blast freezer untuk menghasilkan produk ikan beku, sementara untuk mempertahankan kualitas ikan di laut, kapal hendaknya dilengkapi dengan peralatan
21
Refrigerated Sea Water (RSW). Untuk transportasinya diperlukan refrigerated truck yang akan membawa hasil perikanan dari Kabupaten Kaur ke Jakarta. Saat ini kesemua sarana tersebut belum tersedia di Kabupaten Kaur. Diharapkan, melalui dana APBN peralatan tersebut dapat disediakan dalam rangka memperkuat sistem rantai dingin perikanan Kabupaten Kaur. Sarana Air Bersih Sarana air bersih yang telah tersedia adalah reservoir air bersih. Kondisinya berada dalam keadaan baik dan siap untuk dimanfaatkan. Namun demikian, peralatan pendukung untuk pengangkutan air tersebut belum tersedia seperti pompa air dan sumber listrik SPDN dan SPBBN Solar Packed Dealer Nelayan dan Stasiun Pompa Bahan Bakar Nelayan belum tersedia. Diharapkan pada tahun 2007 satu unit SPDN akan tersedia di Kabupaten Kaur. Peralatan Pengolahan Ikan Peralatan pengolahan ikan yang tersedia baru berbentuk peralatan pengolah tradisional. Belum terssedia peralatan pengolah tepat guna seperti meat bone separator, hammer mill, screw press, vacum sealer, fillet machine, deep frying, dan lainlain yang diperlukan dalam proses pembuatan fillet, nugget, bakso, tepung ikan, abon ikan, kerupuk ikan dan pengallengan belum tersedia.Untuk mempercepat proses alih teknologi diperlukan pelatihan, magang kerja dan bantuan alat untuk kelompok masyarakat pesisir Kabupaten Kaur. c. Peternakan Peternakan di Kabupaten Kaur terbagi atas ternak besar mencakup sapi, kerbau, kambing dan domba,sedangkan ternak unggas terdiri dari ayam dan itik. Ternak sapi menjadi komoditi unggulan di kawasan agropolitan Maje dan Kaur Selatan.Produksi daging ternak sapi cukup besar sebagai sumbe protein hewani di Kabupaten Kaur. Tabel 13 menunjukkan produksi daging ternak di Kabupaten Kaur tahun 2005.
22
Tabel 13. Produksi Daging Ternak di Kabupaten Kaur Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Ternak Sapi Kerbau Kambing Domba Ayam Buras Ayam Ras Pedaging Ayam Ras Petelur Itik
Produksi (Ton) 57.888 25.3 75 563 547.376 119.032 12.245
Sumber : Kaur Dalam Angka Tahun 2005
Pengelolaan peternakan sapi ini dalam kawasan agropolitan diharapkan dapat mendukung program pemerintah dalam menerapkan budaya ternak sapi yang baik. Budaya masyarakat setempat masih mengembalakan ternak secara liar sehingga banyak ternak ang berkeliaran di jalan dan pemukiman masyarakat. Pengelolaan pengembalaan ternak akan terintegrasi dengan perkebunan . 3.1.4 Potensi Pariwisata Kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Kaur Selatan mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata. Peluang pengembangan objek wisata berupa wisata bahari. Wisata bahari yang potensial antara lain adalah kawasan pantai. Kawasan pantai berbasiskan perikanan tangkap dapat dijadikan objek wisata, dengan karakteristik Pusat Jajan Serba Ikan (PUJASERI). Potensi wisata bahari tersebut dapat dikembangkan secara terintegrasi dengan potensi wisata agro di kecamatan lain seperti perkebunan kelapa di Kecamatan Kaur Selatan.
3.2. KAJIAN POTENSI KAWASAN Sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan dalam kawasan agropolitan, maka Kawasan Kaur Selatan dan Maje memiliki keunggulan dibandingkan kawasan kecamatan-kecamatan lain. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut: Memiliki jumlah petani, nelayan dan pedagang paling banyak, sehingga dapat menunjang kegiatan agribisnis di dalam kawasan agropolitan.
Memiliki prasarana yang memadai seperti koperasi, kelompok tani dan prasarana pendidikan hingga ke jenjang SLTA.
Prasarana seperti ini
dibutuhkan untuk mendukung permodalan dan mempersiapkan sumberdaya manusia berkualitas untuk pengembangan kawasan agropolitan di Kabupaten Kaur.
23
Terletak di jalan lintas Bengkulu – Manna - Kaur – Liwa - Lampung sehingga memudahkan dalam mobilitas barang dan jasa.
Produktivitas tanaman perkebunan kelapa, relatif tinggi. Luas areal sebesar 2.721 ha dengan produksi total kelapa di kawasan agropilitan pada tahun 2005 mencapai 6499,56 ton. Produksi perikanan tangkap mencapai 1692,69 ton serta produksi daging ternak sapi mencapai 57.888 ton.
Budaya perkebunan dan perikanan tangkap pada kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Majesudah cukup baik.
Sebaran komoditas sub-sektor
perkebunan dan perikanan sudah cukup luas dan produksi total cukup tinggi.
Mata pencaharian pada kawasan agropolitan Maje dan Kaur Selatan didominasi oleh pertanian, khususnya petani dan nelayan Program pengembangan agropolitan merupakan program pembangunan
yang berbasis kawasan, bukan berbasis sektoral. Hal ini dilakukan agar diperoleh suatu model pembangunan kawasan yang berbasis agribisnis secara berkelanjutan. Tujuan akhir program agropolitan adalah terbentuknya kawasan agropolitan mandiri yang dikelola oleh masyarakat tani. Oleh sebab itu, perlu disusun program dan kegiatan yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat dan pelaku agribisnis.
3.3.
KEDUDUKAN KAWASAN
3.3.1. Luas Wilayah dan Letak Geografis Kabupaten Kaur merupakan salah satu daerah di wilayah Provinsi Bengkulu, dengan ibukota Bintuhan. Jarak antara ibukota kabupaten dengan ibukota Provinsi Bengkulu adalah 201 km dengan waktu tempuh selama 5 jam. Luas Kabupaten Kaur adalah 2556 km2 yang terdiri dari lima belas kecamatan definitif, 153 desa dan 3 kelurahan. Kabupaten Kaur terletak antara 10304’8,76”- 103046’50,12” Bujur Timur dan 040 15’8,21”- 04055’27,77” Lintang Selatan Kondisi geografis Kabupaten Kaur sebagian besar merupakan dataran yang berada pada ketinggian 100 – 500 M. Kabupaten Kaur mempunyai batas wilayah sebagai berikut: 1.
Sebelah utara dengan Kecamatan Kedurang Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan
2.
Sebelah selatan dengan Kabupaten
Lampung
Barat
Provinsi
Lampung
24
3.
Sebelah timur dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan
4.
Sebelah barat dengan Samudera Hindia
3.3.2.Wilayah Administrasi Wilayah agropolitan secara harfiah tidak dibatasi oleh batas administrasi seperti desa, kecamatan atau kabupaten karena laju pertumbuhan tanaman sepenuhnya ditentukan oleh batasan-batasan alam yang ada.
Oleh sebab itu,
batasan wilayah agropolitan ditentukan oleh tingkat kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditi pertanian tertentu.
Namun di sisi lain nama wilayah
administrasi seperti desa dan kecamatan tetap diperlukan untuk memudahkan pelaksanaan manajemen agropolitan, sehingga nama wilayah administrasi tetap digunakan dalam manajemen agropolitan. Berdasarkan keputusan Bupati Kaur Nomor ….. tahun 2007, maka wilayah administrasi agropolitan Kabupaten Kaur adalah Kecamatan Kaur Selatan dan kecamatan Maje. Batas administrasi kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje adalah: 1.
Sebelah utara dengan Kecamatan Tetap
2.
Sebelah selatan dengan Kecamatan Nasal (Air Nasal)
3.
Sebelah barat dengan Samudera Indonesia
4.
Sebelah Timur dengan Propinsi Sumatera Selatan
Kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje terletak di jalan lintas barat Sumatera yaitu Kota Bengkulu – Tais (Seluma) – Manna (Bengkulu Selatan) – Bintuhan (Kau)r- Liwa (Lampung Barat – Kota Bandar Lampung sehingga lokasinya sangat strategis dalam usaha agribisnis (Gambar 2).
Keberadaan jalan negara
tersebut akan mempermudah transportasi barang dan jasa dari dan menuju kawasan agropolitan.
25
Gambar 2. Peta lokasi kawasan agropolitan Kabupaten Kaur (Kecamatan Kaur Selatan dan Kecamatan Maje)
26
3.4. KOMODITI UNGGULAN Fungsi kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Berdasarkan potensi yang dimiliki sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, maka fungsi kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje adalah sebagai berikut: 1. Pusat perkebunan dengan komoditi unggulan Kelapa dalam, sapi dan perikanan tangkap. 2. Sentra produksi pertanian dengan jangkauan pelayanan lokal dan regional. 3. Pusat pelayanan lokal bagi penduduk kawasan, sehingga perlu peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas dan utilitas. 4. Pusat koleksi hasil pertanian untuk dipasarkan dalam skala lokal dan regional. 5. Dengan potensi pariwisata yang ada di pantai serta di dukung oleh kondisi hamparan perkebunan kelapa maka kawasan agropolitan sangat berpotensi sebagai salah satu tujuan wisata terutama wisata agro dan bahari. Berdasarkan Profil kawasan agropolitan Provinsi Bengkulu Kabupaten Kaur dan Kabupaten Mukomuko
tahun 2006 maka dengan mengacu hasil analisis
menggunakan metode perhitungan location quitient (LQ) dan mengacu pada hasil rapat dan pembahasan tingkat provinsi serta kondisi aksesibilitas wilayah pengembangan, maka ditetapkan sebagai komoditi unggulan pada kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje adalah kelapa, perikanan tangkap dan sapi. Ketetapan tersebut sejalan dengan aspirasi yang berkembang dalam koordinasi antara Tim Penyusun Master Plan Agropolitan kawasan Maje dan Kaur Selatan dengan Pemerintah Kabupaten Kaur pada hari Senin, tanggal 18 Juni 2007. Pengembangan kawasan agropolitan membutuhkan dua sampai tiga komoditi unggulan agar terjadi sinergisme dalam usaha tani. Hasil koordinasi Tim Penyusun Master Plan Agropolitan dengan Pemerintah Kabupaten Kaur pada tanggal 18 Juni 2007
menunjukkan bahwa kebijakan pengembangan komoditi unggulan pada
kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje adalah tanaman kelapa, Sapi, dan perikanan tangkap.
3.5. TIPOLOGI KAWASAN Ciri kawasan agropolitan adalah bersinerginya komponen-komponen kawasan dalam suatu sistem. Oleh sebab itu, sistem tersebut terdiri dari beberapa subsistem seperti subsistem sumberdaya pertanian dan komoditi unggulan, subsistem sarana dan prasarana agribisnis, dan subsistem kelestarian lingkungan. Ketiga subsistem tersebut perlu ditampilkan terlebih dahulu meskipun pada pembahasan selanjutnya akan terfokus pada subsistem yang menjadi unggulan kawasan agropolitan. Dari sembilan tipologi kawasan yang telah diuraikan pada Sub-bab 2.4, maka ada empat tipologi yang terdapat di dalam kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje, yakni : 1. Tipologi perkebunan, berbasiskan tanaman kelapa dalam difokuskan pada wilayah Kaur Selatan antara desa Sekunyit – Pengumbaian – Bandar Jaya dan lokasi-lokasi yang berpotensi untuk pengembangan tanaman kelapa. 2. Tipologi peternakan, berbasiskan hewan sapi yang digembalakan pada padang rumput di bawah naungan pohon kelapa 3. Tipologi perikanan tangkap, difokuskan pada wilayah Maje antara desa Way Hawang - Linau sampai Bandar dan Pasar Lama 4. Tipologi agrowisata dan wisata bahari
BAB 4 SKENARIO PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE 4.1.
RENCANA ALOKASI RUANG
4.1.1. Peta Administrasi Kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje Kabupaten Kaur terletak pada dua wilayah administrasi, yakni Kecamatan Maje dan Kecamatan Kaur Selatan. Kecamatan Maje memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat besar dengan dukungan infrastruktur yang memadai. Letak wilayah ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Kaur Selatan serta Kota Bintuhan sebagai ibukota Kabupaten Kaur. Wilayah Kecamatan Kaur Selatan memiliki potensi perkebunan kelapa dalam pada satu hamparan yang luas. Disamping itu Kota Bintuhan Kecamatan Kaur Selatan merupakan lokasi ibukota kabupaten yang memiliki potensi peternakan yang besar yaitu ternak sapi. Wilayah administrasi desa-desa di Kecamatan Kaur Selatan dan Kecamatan Maje terletak melintang dari Utara ke Selatan yakni dari perbatasan dengan Kecamatan Tetap ke arah Kecamatan Nasal dalam Kabupaten Kaur serta berbatasan dengan hutan lindung dan Propinsi Lampung. Kedua kecamatan terletak membujur ke arah timur yang merupakan perbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan serta membujur ke arah barat yang berbatasan dengan Samudera Indonesia. Bentangan wilayah tersebut menyebabkan sebagian besar wilayah desa di kawasan agropolitan dilewati oleh jalan lintas barat Sumatera, yakni antara Kota Bengkulu – Bandar Lampung.
29
Gambar 3. Peta administrasi Kecamatan Kaur Selatan dan Kecamatan Maje
30
Permukiman penduduk kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje terkonsentrasi di sepanjang jalan lintas sumatera yang menghubungkan Propinsi Bengkulu dan Propinsi Lampung dan lokasi permukiman hampir tersebar di sepanjang jalan lintas Sumatera tersebut.
Pola penyebaran penduduk ini
memberikan dampak positif dalam pengembangan kawasan agropolitan karena Kawasan permukiman di sepanjang jalan lintas barat Sumatera dapat berperan sebagai sentra pengolah hasil dan sekaligus outlet pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat yang bermukim di kawasan produksi bahan baku. Interaksi yang demikian jelas terlihat dari aktivitas penawaran jasa dan perdagangan barang berbasis produk-produk pertanian yang terdapat di sepanjang jalan lintas sumatera . Berdasarkan fenomena di atas maka rencana alokasi ruang untuk aktivitas agribisnis khususnya perkebunan kelapa dalam, ternak sapi dan perikanan tangkap di kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje dapat dibuat sebagai berikut:
Kawasan yang terletak di sebelah barat jalan lintas Sumatera Bengkulu – Lampung diarahkan sebagai kawasan produksi bahan baku perikanan tangkap dan perkebunan kelapa dalam serta ternak sapi.
Kawasan permukiman yang terletak di sepanjang jalan lintas barat Sumatera diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan penawaran jasa, baik di sektor sekunder (pasca panen dan pengolahan hasil) maupun sektor tersier (pemasaran).
Fungsi kedua kawasan di atas masih harus didukung oleh kawasan-kawasan sejenis yang berada di luar kawasan agropolitan, atau yang disebut kawasan hinterland. Areal yang berada di sekitar wilayah Kecamatan Kaur Selatan dan Maje diarahkan sebagai kawasan hinterland untuk produksi bahan baku.
Kota Bintuhan dapat diarahkan sebagai kawasan kota outlet yang mendukung perdagangan dan penawaran jasa.
4.1.2. Peta Tipologi Kawasan Peta tipologi kawasan (Gambar 4) dibuat untuk menggambarkan potensi pengelolaan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje secara terintegrasi. Empat tipologi kawasan dominan yang terdapat di kawasan agropolitan adalah kawasan perkebunan rakyat terutama kelapa dalam, perikanan tangkap (Pelabuhan Linau dan
31
Pelabuhan Bintuhan), hutan belukar dan hutan lebat.
Keempat tipologi tersebut
dapat dikelola secara terpadu dengan paket wisata sehingga memberikan dampak positif secara lestari dan tanpa merusak lingkungan. Pemanfaatan setiap tipologi kawasan harus memperhatikan aspek daya dukung lingkungan. Berdasarkan tipologi yang ada di kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje. maka pengembangan kawasan tersebut diarahkan sebagai berikut: 1. Lahan
pada
kawasan
pantai
membentang
antara
desa
Sekunyit,
Pengumbaian, Bandar Raya (Kaur Selatan) sampai Air Long (Maje) diarahkan untuk pengembangan komoditas kelapa dalam. 2. Gawangan antara pohon kelapa dalam pada kawasan perkebunan rakyat dapat dijadikan sebagai padangan hijauan untuk ternak sapi 3. Kawasan budidaya kelapa dalam dan ternak sapi dapat dijadikan kawasan agrowisata 4. Potensi laut pada kawasan Kaur Selatan dan Maje dijadikan sebagai zone tangkap ikan 5. Kawasan pantai antara Pelabuhan Pasar Lama sampai dengan Pantai Way Hawang dijadikan sebagai kawasan wisata bahari
32
Gambar 4. Peta tipologi kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje
33
4.1.3. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan Bagian terpenting dari rencana alokasi ruang adalah visualisasi rencana pengembangan kawasan agropolitan dalam satuan-satuan sehingga memudahkan pengambil kebijakan dalam melakukan implementasi di kemudian hari. Gambar 5 menunjukkan peta arah pengembangan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje Kabupaten
Kaur.
Komponen-komponen
yang
termasuk
dalam
rencana
pengembangan tersebut adalah sentra produksi bahan baku, sentra produksi bahan olahan, kota kecil (agropolis) yang berfungsi sebagai sentra ekonomi regional, dan kota sedang yang berfungsi sebagai sentra pemasaran (outlet). Rencana pengembangan kawasan agropolitan dibuat berdasarkan tiga komoditi unggulan sebagai basis pembangunan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kaur , yakni Perikanan tangkap, ternak sapi, dan kelapa dalam. Rencana pengembangan kawasan berbasis agribisnis kelapa dalam dan sapi adalah sebagai berikut: 1. Lahan budidaya kelapa dalam pada hamparan Sekunyit, Pengumbaian, Bandar Raya, sampai desa Air Long diarahkan sebagai sentra produksi bahan baku kelapa dalam. Bahan baku yang dihasilkan akan mengalir menuju sentra produksi olahan 2. Desa Binjai pada kawasan hinterland dijadikan sebagai sentra produksi olahan kelapa dalam dalam bentuk minyak kelapa. 3. Desa Pengumbaian diarahkan untuk dijadikan sentra produk olahan kelapa dalam selain minyak kelapa dan sentra pengolahan produk sapi. 4. Desa Sekunyit diarahkan sebagai desa agropolis yang berfungsi sebagai pusat pusat ekonomi regional di kawasan agropolitan. Kawasan ini diharapkan sebagai pusat transaksi antara pemilik industri
pada desa
Pengumbaian dengan pedagang dari dalam dan luar kawasan agropolitan. Rencana pengembangan kawasan agropolitan berbasis perikanan tangkap adalah sebagai berikut : 1. Zone laut antara Sekunyit, Pasar Lama, Linau sampai Tanjung Baru dijadikan sebagai lahan tangkap nelayan 2. Muara Sambat diarahkan untuk dijadikan sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), yang merupakan tempat mendarat nelayan pada kawasan agropolitan dan juga dijadikan sebagai kawasan untuk menjual produk serba
34
ikan dalam bentuk makanan, yakni dalam bentuk Pusat Jajan Serba Ikan (PUJASERI). 3. Daerah Linau dijadikan sebagai pelabuhan samudera untuk transaksi produk ikan ke luar kawasan agropolitan terutama untuk ekspor dan juga sebagai daerah untuk menyediakan bahan hulu untuk perikanan tangkap.
35
Pujaseri Olahan Kelapa
Gambar 5. Peta rencana pengembangan sarana dan prasarana di kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje
36
4.2. PENGEMBANGAN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS 4.2.1. Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengembangan kualitas sumberdaya manusia (SDM) petani di kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje sepenuhnya menjadi tanggung jawab Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP) Kabupaten Kaur. Tahapan pertama yang harus dilakukan oleh BIPP adalah menyiapkan tenaga penyuluh profesional, dalam arti memiliki keahlian dan keterampilan khusus dalam pengembangan tanaman kelapa dalam , ternak sapi dan perikanan tangkap.
Tenaga-tenaga penyuluh tersebut dapat diperoleh melalui
peningkatan kualifikasi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang ada dalam wilayah kerja BIPP. Selanjutnya, bersama-sama dengan kelompok-kelompok tani, Gabungan Kelompok Tani (Gapokan) BIPP , kelompok nelayan membentuk dan mengelola sarana pembelajaran bagi petani di lapangan yang disebut Inkubator Teknologi (untuk masalah teknologi budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran) dan Klinik Konsultasi Agribisnis (untuk masalah manajemen dan pemasaran).
Keberadaan Inkubator Teknologi dan
Klinik Konsultasi Agribisnis dapat juga dimanfaatkan sebagai unit pembelajaran bagi petani-petani, dan nelayan sejenis di luar kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje.
37
BIPP
BIPP
PENYULUH PROFESIONAL
KELOMPOK TANI
INKUBATOR TEKNOLOGI
KELOMPOK NELAYAN
KLINIK KONSULTASI AGRIBISNIS
MANAJEMEN LEMBAGA
TEKNOLOGI BUDIDAYA
PEMASARAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN
Gambar 6. Skema Pengembangan Sumberdaya Manusia di Kawasan Agropolitan Kaur Selatan dan Maje (Konsep BIPP-Plus)
38
4.2.2.Pengembangan Kelembagaan Petani dan Nelayan Petani dan nelayan di kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani dan nelayan diarahkan untuk membentuk suatu wadah bersama, misalnya Jaringan Petani Kaur Selatan Dan Maje (JP-KSM). Wadah ini berfungsi menghimpun semua kelompok tani di kawasan agropolitan dan melakukan pembinaan terhadap para anggota kelompok tani. Pengembangan kelembagaan petani dan nelayan dimulai dengan penataan petani dan kelompok tani. Potensi kelompok tani di kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje cukup besar, yakni berjumlah 109 kelompok tani tanaman pertanian maupun perkebunan. Sedangkan koperasi nelayan berjumlah 7 buah. Selanjutnya Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) tersebut membentuk jaringan sehingga dapat menguasai teknologi budidaya, penanganan pasca panen dan pemasaran (Gambar 8). PETANI & NELAYAN
PETANI & NELAYAN KELOMPOK TANI -NELAYAN
PETANI & NELAYAN
KELOMPOK TANI -NELAYAN
PETANI & NELAYAN
KELOMPOK TANI -NELAYAN
JPN-KSM (JARINGAN PETANI-NELAYAN KAUR SELATAN DAN MAJE
B I P P
P5R (PERSATUAN PENELITIAN PERKEBUNANPERIKANAN-PETERNAKAN RAKYAT
UNIT PERKEBUNAN
TEKNOLOGI BUDIDAYA
UNIT PERIKANAN
PEMASARAN
B I P P
UNIT PETERNAKAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN
Gambar 7. Skema Pengembangan Kelembagaan Petani - Nelayan di Kawasan Agropolitan Kaur Selatan Dan Maje
39
4.2.3. Pengembangan Sistem Pemodalan
Model pengembangan sumber permodalan dalam kawasan agropolitan dapat dibedakan atas 2 model yaitu model konsolidasi lahan dan usaha independen. Model konsolidasi lahan menghendaki para petani dengan luasan lahan kecil bergabung sehingga menjadi suatu hamparan lahan yang luas sehingga secara agroteknis efisien untuk penanaman kelapa dalam dan pengembalaan ternak sekaligus. Penggabungan lahan para petani ini kita sebut sebagai konsolidasi lahan yang bisa dilakukan oleh asosiasi petani, pabrikan, perusahaan atau lainnya. Dengan model yang demikian semua pihak (bank, perusahaan/pabrikan dan petani) menjadi
mudah proses
administrasinya. Bank sebagai pemberi kredit tidak lagi berhubungan dengan petanipetani dengan luasan lahan kecil tetapi langsung dengan konsolidator, demikian pula dengan pabrik/perusahaan.
Setelah konsolidator memberikan sewa lahan ke petani
untuk menggunakan lahan tersebut bagi penanaman kelapa dalam dan pengembalaan sapi petani akan memberikan lahan kepada konsolidator. Untuk menjaga keefektifan sistem ini, siapapun yang menjadi konsolidator harus mampu menyediakan modal/sewa (dana diperoleh dari kredit bank atau pihak lain). Skema pengembangan sumber permodalan disajikan pada Gambar 9. PERUSAHAAN BANK
ASOSIASI PETANI
BELI
BAHAN BAKU
PERUSAHAAN
KREDIT
KONSOLIDATOR
PABRIKAN SEWA
PETANI
LAHAN
PETANI
PETANI
Gambar 8. Pengembangan Sumber-Sumber Permodalan Model pengembangan usaha independen menghendaki kondisi perusahaan bersama dengan pabrikan otonom yang hanya menyetorkan biaya pengelolaan. Model ini pabrikan sebagai badan yang independen bergabung dengan Pemda/nvestor dan Petani membuat sebuah perusahaan. Pabrikan memberikan biaya pengolahan sebagai
40
saham, Pemda menjadikan pajak, retribusi dan lain-lain (termasuk fresh money) sebagai saham dalam perusahaan tersebut, bila Investor maka akan menyetor modal segar (fresh money) sebagai saham dan petani memberikan lahan/bahan baku sebagai saham dalam perusahan tersebut. Kemudian perusahaan melakukan aktifitas on-farm, angkutan dan aktivitas pemasaran. Skenario tersebuti disajikan pada Gambar 10.
PERUSAHAAN (PABRIKAN)
PEMDA (INVESTOR)
PETANI
Lahan (bahan baku)
Biaya pengolahan
pajak/retribusi
PERUSAHAAN /INDUSTRI MAKANAN
ON-FARM
ANGKUTAN
PEMASARAN
Gambar 9. Pengembangan Sumber-Sumber Permodalan 4.2.4.
Pengembangan Sistem Usahatani Terpadu
Model pengembangan sistem usahatani terpadu berbasis jagung di kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje disajikan pada Gambar 11. Kelapa Dalam yang dihasilkan dari kawasan agropolitan nantinya tidak hanya dijual dalam bentuk segar (produk primer), melainkan harus diolah terlebih dahulu menjadi produk-produk setengah jadi dan jadi. Produk-produk setengah jadi dapat berupa bahan baku untuk minyak oreng dan kopra untuk pakan ternak.
Sementara produk-produk jadi dapat
berupa minyak goreng, nata de coco, Virgin Coconut Oil (VCO) dan beranekaragam makanan. Pengolahan kelapa dalam juga akan menghasilkan limbah berupa daun, tempurung, dan pelepah dan lainnya.
Limbah tersebut dapat diolah menjadi pakan
ternak, sedangkan limbah dari ternak sapi tersebut dapat dicampur dengan limbah ampas kelapa menjadi kompos.
Dengan demikian, sistem usahatani terpadu di
kawasan agropolitan tidak akan menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan.
41
Daun Asinan
Pucuk Daun
Lumpia
Bingkai lemari Janur Keranjang sampah Sapu lidi Sarang ketupat Tatakan Tempat buah
kopra
Bonggol /Kelapa muda
Manggar Kelapa Kipas Sandal Tas tangan topi
Pelepah Kering
K E L A P A
Buah Kelapa
Air kelapa
Jenewer/gin/lambaneg Ragi Tuba kelapa
Minuman segar Cuka kelapa Kecap kelapa Pengganti dekstrosa Nata de coco
Buko segar Kue kelapa Manisan serutan kelapa Salad ekalpa
Daging buah Daging kelapa parut Kulit ari daging kelapa
tempurung Sabut kelapa
Batang Kelapa
Akar
Perabot dan bahan bangunan Bahan obat-obatan Bahan pewarna Boost beer
Ampas rendah lemak Kelapa parut kering Krim santan Lemak Margarine Permen Susu iris Santan kelapa Susu kelapa Tepung santan
Kue kelapa Minyak semi murni
Kelapa muda Kelapa tua
Bungkil kelapa Makanan ternak Minyak dapat dimakan Minyak tidak dapat dimakan Palet kopra
Genteng Kayu balok Kayu gelondongan Papan kayu Tempat buah
Batako pres Gantunan bunga Gumpalan benang kat Insulator Isi jok kursi Karpet Keset Patung kecil Filter air Pewarna batik Sikat
Arang Asbak Celengan Hiasan dinding Ikat pinggang Karbon aktif Kancing &asesoris Kotak perhiasan Obat nyamuk Penggaruk Filter Sendok Tas tangan Tepung batok kelapa Vas bunga
Es krim Minyak goreng Bahan kimia Cat Gliserin Krim rambut Minyak mentah Minyak rambut Sabun cuci Sabun mandi shampoo
Sari susu kelapa Susu bubuk Minyak murni Kosmetik
Bahan pembersih Bahan pemurni Bahan penyerap katalisator
Gambar 9. Pohon Industri Kelapa Dalam di Kawasan Agropolitan Kabupaten Kaur
42
4.2.5. Pengembangan Sistem Pemasaran Pemasaran merupakan ujung tombak dari kegiatan produksi, karena penilaian terakhir akan diberikan oleh pembeli atau konsumen. Tujuan pemasaran adalah memuaskan konsumen dan bukan memuaskan produsen. Skenario pengembangan pemasaran disajikan pada Gambar 12. PASAR LOKAL
PETANI/ NELAYAN
PENGUMPUL
PEDAGANG DAERAH
K O N S U M E N
PENGOLAH P E N G E M B A N G A N
PASAR LUAR
K O N S U M E N
PUJASERI/ TOSERBI
KOPERASI OUTLET PRODUK
SUPER MARKET
PABRIKAN
Gambar 12. Pengembangan Sistem Pemasaran Kawasan Agropolitan Kaur Selatan Dan Maje.
4.3 KELEMBAGAAN AGROPOLITAN PASCA FASILITASI PEMERINTAH Program pengembangan kawasan agropolitan sesuai dengan tujuan akhirnya adalah menjadi kawasan mandiri dan pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat tani difasilitasi pemerintah. Fasilitasi pemerintah hanya 3 (tiga) tahun, selanjutnya untuk jangka menengah dan panjang diserahkan kepada pemerintah kabupaten. Peranan pemerintah Kabupaten Kaur pasca fasilitasi pemerintah adalah membentuk suatu badan pengelola kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje. Badan pengelola tersebut mempunyai fungsi untuk mengimplementasikan program dan kegiatan jangka menengah dan panjang pada kawasan tersebut. Oleh karena itu
- 43 -
sebaiknya badan tersebut dapat bertanggung jawab langsung kepada Bupati Kabupaten Kaur dan diketahui oleh lembaga DPRD Kabupaten Kaur. Hal tersebut perlu dilakukan berkenaan dengan pendanaan untuk pengembangan kawasan agropolitan melalui Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kaur. Badan pengelola kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje tersebut merupakan model pengelolaan yang spesifik dan keberadaannya secara resmi berdasarkan Surat Keputusan Bupati atau kalau memungkinkan disahkan melalui peraturan daerah (Perda) Kabupaten Kaur. Apabila badan pengelola tersebut dapat diwujudkan, maka pembanguna kawasan agropolitan secara sinergis, simultan, dan harmoni akan dapat dicapai. Contoh kelembagaan agropolitan yang dapat dibentuk setelah kegiatan fasilitasi pemerintah berakhir dapat dilihat pada Gambar 13 berikut.
BUPATI
TIM PENGENDALI: KETUA DPRD KEPALA-KEPALA BADAN/DINAS/KANTOR
TIM AHLI UNSUR PERGURUAN TINGGI INSTANSI PENELITIAN EKS-POKJA AGROPOLITAN
MANAJER PROFESIONAL
BIDANG PRODUKSI
BIDANG PEMASARAN
BIDANG KEUANGAN DAN JASA
Gambar 13a. Kelembagaan agropolitan pasca fasilitasi pemerintah: model swasta
BUPATI
TIM PENGENDALI: KETUA DPRD KEPALA-KEPALA BADAN/DINAS/KANTOR
TIM AHLI UNSUR PERGURUAN TINGGI INSTANSI PENELITIAN EKS-POKJA AGROPOLITAN
DIREKTUR BUMD
MANAJER PRODUKSI
MANAJER PEMASARAN
MANAJER KEUANGAN DAN JASA
Gambar 13b. Kelembagaan agropolitan pasca fasilitasi pemerintah: model BUMD
- 44 -
BAB 5 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN 5.1
Kawasan Penghasil Bahan Baku Strategi pengembangan untuk kawasan penghasil bahan baku merupakan
aktivitas untuk menghasilkan produk primer pada kawasan Agropolitan Kaur Selatan Dan Maje. Fasilitas yang diperlukan untuk aktivitas tersebut adalah berupa pengadaan sarana produksi pertanian (saprotan), gudang, jalan produksi, kios saprotan, dan kios agribisnis. Industri pendukung utama keberhasilan kawasan penghasil bahan baku adalah industri perbenihan/pembibitan, industri penghasil saprotan, industri agrokimia, dan industri agrootomotif (peralatan dan mesin pertanian), serta irigasi pengairan. Kawasan penghasil bahan baku untuk komoditas kelapa dalam dan sapi adalah kawasan mulai dari perbatasan dengan Kecamatan Tetap sampai ke perbatasan Kecamatan Maje. Kawasan penghasil bahan baku untuk perikanan tangkap adalah kawasan pesisir dan laut Kecamatan Maje serta sepanjang pantai dan pesisir Kabupaten Kaur. 5.1.1.
Komoditas Kelapa Dalam Strategi pengembangan penghasil bahan baku komoditas kelapa dalam adalah
dengan mempertahankan produktivitas pohon kelapa dalam yang ada dan kegiatan rejuvinasi berupa peremajaan terhadap pohon kelapa yang tidak produktif lagi. Kegiatan rejuvinasi memerlukan bibit kelapa dalam bermutu. Langkah awal dalam pengadaan bibit bermutu adalah dengan memilih atau seleksi terhadap pohon kelapa untuk dijadikan pohon induk. Penyiapan lahan untuk penanaman adalah dengan memanfaatkan gawangan antar pohon kelapa dengan membuat lubang tanam untuk peremajaan. Tanaman kelapa yang sudah ditanam dipelihara terhadap ancaman organisme pengganggu tanaman (OPT). Pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan secara optimal, sehingga akan mendapatkan pertumbuhan kelapa dalam yang optimal. Pemanenan merupakan tahap awal yang sangat penting daeri serangkaian penanganan pascapanen kelapa dalam. Untuk mendapatkan hasil optimal, maka panen
- 45 -
harus dilakukan tepat waktu. Pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) dilakukan terutama untuk memelihara pohon kelapa, yakni merawat batang, dan pelepah daun. 5.1.2.
Komoditas Ternak Sapi Ternak
sapi pada kawasan agropolitan diikelola dengan pola padang
pengembalaan system range dengan mamanfaatkan tegakan pohon kelapa dalam. Mengingat lahan yang terdapat di bawaha tegakan pohon kelapa dalam tersedia cukup luas dengan jumlah pakan yang cukup serta belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Saat ini luas lahan di bawah tegakan pohon kelapa dalam merupakan kawasan yang datar. Kawasan ini nantinya akan diperuntukkan bagi kawasan prasarana seperti pembangunan kantor rumah jaga, gudang, kandang ternak, instalasi air dan taman. Penanaman jenis-jenis tanaman pohon dan sekaligus sebagai pagar sekeliling range, untuk selanjutnya diperuntukkan sebagai pakan ternak yang digembalakan. Sarana dan prasarana dibutuhkan dalam mendukung system pengembalaan ternak sapi yang teintegrasi dengan komoditas kelapa dalam tersebut adalah: Sarana dan prasarana pengamanan ternak, seperti pagar keliling, dan kandang ternak. Pagar yang dibuat dapat merupakan kombinasi antara kawat (berduri) dan hijauan pakan ternak dari jenis pohon-pohonan sehingga berfungsi pula sebagai tiang pagar, sarana produksi, seperi ternak bakalan, pakan dan obat-obatan, serta prasarana pendukung, meliputi jaringan listrik dan instalasi air. 5.1.3.
5.2 5.2.1.
Komoditas Perikanan Tangkap
Kawasan Sentra Produksi Olahan Kelapa dalam Strategi pengembangan kawasan sentra produksi olahan adalah melakukan
industri pengolahan komoditas pertanian dari produk primer menjadi komoditas olahan, baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (finished product). Sesuai dengan skenario pengembangan komoditi, maka untuk komoditas kelapa dalam diarahkan untuk menghasilkan produk akhir, dan komoditas kelapa dalam untuk produk antara. Berdasarkan skenario tersebut, maka strategi pengembangan diarahkan pada aktivitas industri makanan. Fasilitas yang diperlukan pada kawasan sentra produksi olahan adalah gudang, peralatan prosesing pascapanen, mesin pengolahan, unit jaminan mutu, pengepakan, dan sarana tranportasi.
- 46 -
Kawasan sentra produksi olahan untuk komoditas kelapa dalam adalah desa Pengumbaian dengan produk akhir berupa kopra, nata de coco, minyak kelapa, dan VCO. Serta pemanfaatan bagian lainnya dari kelapa dalam seperti tempurung untuk bahan bakar, pohon kelapa sebagai kayu bangunan, dan pelepah untuk pakan ternak dan sapu lidi. Pohon kelapa dapat dikembangkan menjadi berbagai jenis produk industri yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Pohon industri kelapa menunjukkan bahwa komoditi ini dapat dikembangkan menjadi 140 jenis produk hilir, mulai dari akar. Batang, buah, pelepah, manggar, pucuk daun,dan daun kelapa. Secara rinci produk jadi dari tiap-tiap bagian pohon kelapa dipaparkan berikut ini: Akar,Pangkal Batang, Dan Batang Pohon Kelapa Akar pohon kelapa dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan, bahan pewarna, bahan celup dan lain-lain.
Pangkal pohon kelapa dapat digunakan untuk
berbagai produk asesoris ruangan dan meubel.Batang pohon kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku perabot rumah tangga dan bahan bangunan. Buah Kelapa Buah kelapa dapat dimanfaatkan meliputi air kelapa, kelapa muda, kelapa tua, tempurung kelapa, dan sabut kelapa antara lain Air kelapa dapat dijadikan bahan baku produk minuman air kelapa dingin/minuman segar, cuka kelapa, kecap kelapa, pengganti dekstrosa, dan nata de coco. Kelapa muda dapat dijadikan bahan baku produk buah segar daging buah kelapa, kue kelapa, manisan serutan kelapa dan salad kelapa. Kelapa tua dapat dijadikan bahan baku kopra, kelapa parut, dan kulit ari daging buah. Kopra dapat diolah menjadi minyak kelapa yang dapat dimakan, bungkil kelapa diolah menjadi bahan baku pakan ternak dan pakan ikan. Minyak yang dapat dimakan dijadikan bahan baku industri minyak goreng,es krim, serta industri kimia seperti bahan kimia , cat, gliserin, krim rambut, minyak mentah, minyak rambut, sabun cuci,sabun mandi dan shampoo. Bungkil kopra dapat dijadikan bahan baku dalam industri pakan ternak, pakan ikan dan lain-lain. Daging buah kelapa parut menghasilkan produk seperti: Ampas kelapa berlemak rendah, sebagai bahan baku sari susu kelapa untuk susu bubuk, dan minyak murni untuk bahan kosmetik 1. Kelapa parut kering untuk bahan baku industri biskuit,kue kelapa kering, dan macaroni kering
- 47 -
2. Krim santan 3. Bahan lemak 4. Bahan baku industri permen 5. Bahan baku industri margarin 6. Bahan baku industri susu iris 7. Bahan baku susu kelapa 8. Bahan baku tepung kelapa 9. Bahan baku santan kelapa untuk bubuk susu dan susu kocok 10. Kulit ari daging kelapa dapat dijadikan bahan baku kue kelapa dan minyak semi murni yang rendah kalori Tempurung kelapa Dapat dijadikan bahan baku pembuatan arang, karbon aktif, tepung batok kelapa dan berbagai industri rumah tangga seperti pembuatan asbak, celengan, hiasan dinding, ikat pinggang, kancing dan asesoris, kotak perhiasan, penggaruk, filter,sendok,tas tangan, dan vas bunga. Tepung tempurung kelapa terutama untuk bahan baku obat nyamuk dan berbagai proses filtrasi dan penjernihan air,minyak, dan lain-lain.karbon akiof dapat dijadikan bahan pembersih,bahan pemurni,bahan penyerap dan katalisator di berbagai industri. Sabut kelapa Dapat diolah menjadi cocofibre,cocodust dan aul Serabut kelapa (mattress fibre atau coifibre) yang dihasilkan dari pengolahan sabut kelapa dapat digunakan sebagai : 1. Bahan peredam dan penahan panas pada industri pesawat terbang 2. Bahan pengisi jok atau bantalan kursi pada industri mobil mewah 3. Bahan geotekstil untuk perbaikan tanah pada bendungan,saluran air, dan lainlain 4. Bahan cocosheet sebagai pengganti busa pada industri spring bed 5. Bahan untuk membuat tali/tambang,sapu, sikat keset,patung kecil,filter air,dan bahan pewarna batik dan sebagai industri rumah tangga.sabut kelapa juga telah digunakan sebaga benang (coir yarn), tikar (coir mattings),keset (coit mats),tambang (coir rope), karpet (rugs dancarpets) coco sheet atau rubberized coir,pintalan (coir twine), twist fibre,bristle fibred dan mattress fiber. Serat serabut kelapa memiliki keunggulan dibandingkan dengan produk substitusinya terutama serat sintetis yaitu 1. Memiliki daya serap air yang sangat tinggi 2. Memiliki sifat material yang ramah lingkungan
- 48 -
3. Memiliki daya serap panas yang sangat tinggi 4. Proses penggolahannya tidak mencemari lingkungan 5. Menggunakan mesin penggolah yang relatif sederhana, dan 6. Memiliki potensi pasar yang sangat besar, baik di pasar domestik maupun di pasar ekspor. Serbuk Sabut Kelapa (cocodust) Merupakan salah satu produk hasil olahan sabut kelapa memiliki beberapa kegunaan terutama untuk media tanaman komersial. Serbuk sabut kelapa di Indonesia mulai digunakan untuk media tanam jamur, hortikultura,dan media tanaman hidroponik, yang bernilai ekonomis tinggi didukung oleh sifat materialnya yang mampu menyerap air dalam jumlah besar,memiliki struktur material yang memudahkan sirkulasi udara sehinga pernapasan akar tanaman lebih baik. Cocopeat untuk media pertumbuhan tanaman adalah cocodust yang telah mengalami proses treatment (pengolahan sabut kelapa dari sisa ayakan). Cocopeat memiliki daya serap terhadap air yang sangat tinggi dan daya simpan nya juga sangat tinggi. Cocopeat umumnya dijual dalam bentuk compressed blocks dengan spesifikasi per block 45 x 45 x 25 cm ,bobot per blok 25 kg (dengan toleransi 10%) dan kandugan air di bawah 30%,bebas biji-bijian dan rumput liar serta tidak mengadung bahan kimia tambahan. Cocomix untuk media pertumbuhan tanaman dan pupuk. Merupakan serbuk sabut kelapa yang telah diperkaya dengan mineral yang dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman seperti N,P,K,Ca,Mg,Zn,S,Mn,Fe,Bo,Cu, dan Mo. Cocomix disediakan dalam empat jenis komposisi yaitu media persemaian, pertumbuhan tanaman muda, pertumbuhan tanaman dalam pot, serta media hidroponik dan pengembangbiakan tanaman (propagation).keempat komposisi cocomix : 1. Cocomix untuk media perkecambahan telah diperkaya dengan komposisi mineral yang dibutuhkan bibit sampai siap untuk dipindahkan 2. Cocomix untuk media tanaman muda telah diperkaya dengan bahan nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan dikontrol setiap enam minggu untuk tambahan pupuknya untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik. 3. Cocomix untuk media tanaman pot telah diperkaya dilakukan kontrol dan penambahan unsur hara setiap tiga bulan untuk menjaga kesehatan dan memperoleh pertumbuhan tanaman yang baik 4. Khusus untuk media tanaman hidroponik dan pengembangbiakan tanaman sayur-sayuran Cocomix dapat dibuat dengan campuran paddy dust atau sekam padi.
- 49 -
Aul Sabut Kelapa Merupakan produk sampingan yang dihasilkan dalam proses pengolahan sabut kelapa yakni sekitar 14% dari bahan baku yang diolah. Aul tersebut dapat digunakan sebagai media tanam anggrek yang relatif murah dibandingkan dengan media tanam lainnya. Proses pembuatan media tanam anggrek tersebut yakni dengan mencampur antara aul dengan serbuk sabut kelapa,kemudian dipadatkan dengan hydraulic press sehingga membentuk papan partisi untuk media tanaman anggrek. Pelepah kering daun kelapa Dapat digunakan untuk bahan baku industri rumah tangga seperti kipas, sandal, tas tangan, dan topi Manggar kelapa Dapat dijadikan asinan,bonggol kelapa muda/ubod in brine serta lumpia Pucuk daun kelapa Daun kelapa dapat dijadikan bingkai lemari,hiasan janur, keranjang sampah, keranjang buah, sapu lidi, sarang ketupat, tatakan, tempat buah, dan lain-lain 5.2.2.
Ternak Sapi Daging sapi yang diiperdagangkan selain dalam bentuk segar seperti daging as ,
tunjang/kikil, jeroan yang dikonsumsi langsung oleh masyarakat, maka perlu pula dikembangkan produk olahan daging sapi sehingga memiliki nilai tambah. Pengolahan ini juga bertujuan untuk menyediakan produk daging secara kontinuer bagi konsumen di pasar. Bentuk-bentuk pengolahan dagin pembekuan daging sapi untuk menghasilkan produk ikan beku. Pengolahan daging menjadi beef, sosis, nugget, bakso, abon, daging asap, dan pengalengan belum tersedia. Bahan baku dari bagian tubuh sapi lainnya juga dapat dikembangkan pengolahan selain daging menjadi produk makana ringan seperti kerupuk kulit, keripik jeroan, serta makanan ringan lainnya. Kulit, tanduk dan lainnya dapat dikembangkan menjadi kerajinan tangan seperti tas, pelana kuda, jok mobil/motor, sandal, separtu, jaket, dan lain-lain untuk kulit sapi sedangkan tanduk dapat dijadikan kerajinan tangan berupa sarung senjata, gagang senjata, pipa rokok dan lain-lain bernilai seni dan nilai jual tinggi. 5.2.3.
Perikanan Tangkap Selain di perdagangkan dalam bentuk segar ikan hasil tangkapan akan memiliki
nilai jual tinggi dilakukan pengolahan lanjut. Pengolahan ini juga bertujuan untuk
- 50 -
menyediakan produk ikan secara terus menerus. Bentuk-bentuk pengolahan ikan antara lain pembekuan ikan dilakukan menggunakan blast freezer untuk menghasilkan produk ikan beku. Pengolahan ikan menjadi fillet, nugget, bakso, tepung ikan, abon ikan, kerupuk ikan dan pengalengan belum tersedia. Pengolahan limbah ikan seperti kepala ikan kecil, sisik dan duri yang banyak di sentra – sentra produksi ikan dan pasar yang belum termanfaatkan. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan, dicuci bersih dengan air garam , dijemur di bawah terik matahari maupun dengan pengasapan, selanjutnya di giling menjadi tepung ikan.
5.3
Kawasan Kota Kecil/Agropolis Strategi pengembangan kawasan kota kecil/agropolis mempunyai tujuan untuk
memperlancar aktivitas pemasaran. Sub-sistem pemasaran merupakan upaya-upaya untuk memperlancar pemasaran komoditas kelapa dalam, sapi dan perikanan tangkap baik berupa produk antara maupun produk akhir. Dalam pengembangan sistem agribisnis, maka komponen-komponen pemasaran yaitu Marketing Mix (bauran pemasaran) serta Segmentation, Targeting dan Positioning (STP) meliputi:
Penetapan harga
kegiatan distribusi,
promosi,
informasi pasar,
intelijen pasar,
kebijakan, dan
struktur pasar.
Kawasan Kota kecil/agropolis untuk kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje adalah Desa Sekunyit dan Desa Linau yang berperan sebagai distributor pemasaran. Kedua desa tersebut dipilih sebagai agropolis karena:
Terletak pada jalan lintas barat Sumatera Bengkulu – Lampung.
Dengan
demikian, kota ini dapat menjalankan fungsinya sebagai sentra distributor pemasaran produk-produk agropolitan (perikanan tangkap, daging sapi, dan kelapa dalam), baik ke arah Bengkulu maupun ke arah Lampung. Dengan posisi yang terletak di jalur lintas Sumatera serta memiliki akses yang baik, maka Kota Bintuhan lebih cepat berkembang dibandingkan desa-desa lain.
- 51 -
Desa Sekunyit memiliki akses yang lebih baik ke sentra produksi kelapa dalam, sapi dan Desa Linau memiliki akses pelabuhan samudera untuk distribusi ikan hasil tangkapan.
Sementara Pasar Pekan Sawang , Pasar Pekan Linau. dan Pasar Pekan Kedataran perlu diupayakan peningkatannya menjadi pasar lokal yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat kawasan, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan alat-alat pertanian, alat-alat penangkapan ikan dan saprotan. Dengan demikian, Desa-desa tersebut diarahkan menjadi sentra pemasaran agribisnis hulu seperti bibit, sarana produksi (pupuk dan obat-obatan), serta alat dan mesin pertanian (Alsintan) dan perikanan tangkap.
5.4
Kawasan Kota Sedang/Outlet Kawasan kota sedang/outlet merupakan suatu kawasan dengan kegiatan untuk
menyediakan jasa-jasa pendukung bagi semua kegiatan agropolitan mulai dari agribisnis hulu, agribisnis budidaya, agribisnis hilir, sampai dengan pemasaran dan jasa seperti : koperasi, bank, permodalan dan lain-lain. Dalam pengembangan kawasan agropolitan kota sedang/outlet berperan sebagai:
tempat perkreditan dan asuransi,
perbankan,
penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan pelatihan, dan
sistem infromasi dan dukungan kebijakan pemerintah (makro ekonomi, tata ruang, dan mikro ekonomi). Kawasan kota sedang/outlet untuk kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje
adalah Kota Bintuhan.
- 52 -
BAB 6
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KAUR SELATAN DAN MAJE 6.1 KOMODITAS KELAPA DALAM No 1
Sasaran Peningkatan Produksi
2
3
Program Perluasan dan Peremajaan
Pembangunan Infrasruktur
Peningkatan nilai tambah (added value)
Pengolahan hasil
Pengembangan infrastruktur
- 53 -
Kegiatan 1. pengembangan perbenihan 2. rejuvenilisasi 3. penanaman peremajaan 4. penanaman perluasan 1. Peningkatan jalan ke sentra produksi pengumbaian – Bandar jaya 7 km 2. pembangunan jembatan nippon 3. pembangunan jalan produksi penghubung desa pengumbaian – desa selasih 3 km 1. pengembangan indstri kopra (lantai,mesin pengering) 2. pengembangan industri minyak kelapa 1.
pengembangan kilang minyak kelapa
Penanggung Jawab DISUTBUN
PEKERJAAN UMUM (PU)
DSPERINDAG
DISPERINDAG
No
4
Sasaran
Peningkatan Kualitas SDM
Peningkatan pemasaran
Program
Kegiatan
Produk samping
1. pengembangan industri nata de coco 2. pengembangan industri sabut dan serabut kelapa 3. pengembangan industri hidro karbon dan hidrokarbon aktif 4. pengembangan kerjaninan rumah tangga 5. pengembanan kayu untuk pertukangan 1. studi banding ke sentra produksi berbasis kelapa 2. pelatihan pengolahan produksi kelapa
Pendidikan dan pelatihan
Pengembangan kelemagaan pemasaran
Pembangunan infratsruktur
BAPPEDA
DISPERINDAG
1. kajian kemitraan pemasaran produk olahan kelapa 2. penguatan kelembagaan koprasi/UKM
DINAS KOPERASI
1.
BAPPEDA
2. 3.
4.
- 54 -
Penanggung Jawab DISPERINDAG
Pembangunan jarinan internaet pembangunan klinik agribisnis pembangunan pusat pasar kerajinan kelapa pembangunan system informasi dan data base pasar
DINAS KOPERASI
BIPP/DISTANA K DISPEINDAG
BAPPEDA
6.2 INTEGRASI KELAPA DALAM – TERNAK SAPI No 1
Sasaran Peningkatan produksi
2
Program Penambahan populasi ternak Pembangunan infrastuktur
Kegiatan 1. 2. 1.
2.
3.
3
Peningkatan nilai tambah (added value)
Pemanfaatan produk samping
4. 1. 2.
Pembangunan infrastruktur
1. 2.
4
Peningkatan kualitas SDM
Pendidikan dan pelatihan
1. 2.
5
Pemasaran
Pembangunan Infrastruktur
3.
- 55 -
pengadaan bibit sapi unggul – lokal inseminasi buatan (IB) pemagaran padang pengembalaan di bawah tegakan kelapa pembuatan kandang ternak dan fasilitas penunjang Paket teknologi pengolahan limbah Kolam minum ternak pembangunan pengolah kompos pemanfaatan limbah (kompos, biogas, pupuk kandang) pembangunan pos kesehatan hewan pembangunan Rumah Potong Hewan (RPH) sosialisasi Perda penanganan ternak pelatihan penyuluh ternak pembangunan pasar khusus ternak
Penanggung Jawab DISTANAK
DISTANAK
Distanak Distanak DISTANAK
DISTANAK
Bagian Hukum Setda BIPP PU
6.3 PERIKANAN TANGKAP No
Sasaran
Program
1
Peningkatan Produksi
Pengamanan sumber daya laut
2
Peningkatan Nilai Tambah (Added Value)
Membangun industri pengolahan ikan dan kawasan industri perikanan laut
3
Teknologi pengolahan hasil usaha
4
Peningkatan Kualitas SDM
5
Peningkatan Pemasaran dan Jasa
Kegiatan 1. Pembangunan green belt 2. Konservasi terumbu karang 1. Menyusun road map industri 2. Penyusunan site plan 3. Saranadan prasarana 4. Sarana alat angkut 5. Peralatan pengolahan aneka produk ikan 1. Home Industri perikanan 2. Pengeringan, pengasinan, pengasapan ikan,kerupuk dan terasi ikan
Pendidikan dan Pelatihan
1. Pelatihan teknik penangkapan ikan 2. Pelatihan pengelolaan sumberdaya laut 3. Pelatihan pengolahan hasil 4. Pelatihan manajemen usaha 5. Pendirian UKM Pokdakam Pembangunan 1. Promosi potensi infrastruktur pemasaran ikan melalui Web site 2. Penataan Tempat Pelelangan Ikan 3. Optimalisasi pabrik es Pengembangan wisata bahari
- 56 -
1. Identifikasi potensi wisata 2. Pembangunan titik titik rest area 3. Pembangunan kioskios pujaseri
Penanggung Jawab DKP/PU
DKP
Disperindag
DKP
Bagian Umum Setda DKP DKP
Pariwisata PU PU
BAB 7
PENUTUP
Penyusunan Master Plan kawasan agropolitan merupakan tahapan ketiga dalam program agropolitan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kaur. Pada tahapan selanjutnya, yakni pembangunan kawasan agropolitan, pelaksanaannya harus sudah menggunakan dokumen master plan sebagai dokumen perencanaan. Oleh sebab itu, ke depan master plan ini harus dijadikan acuan dalam tahapan pengembangan kawasan agropolitan. Penyusunan program implementasi atau rencana detil pengembangan selanjutnya harus secara sinergis dan harmonis dilakukan oleh departemen dan instansi terkait. Kawasan agropolitan Kaur Selatan Dan Maje merupakan kawasan agropolitan di tingkat Kabupaten Kaur. Pada kawasan agropolitan tersebut tipologi pengembangan yang utama adalah berbasiskan tanaman perkebunan kelapa dalam dan peternakan sapi serta perikanan tangkap, disamping didukung oleh tipologi agrowisata (wisata bahari). Kawasan tersebut diharapkan segera berkembang menjadi kawasan agropolitan mandiri yang dikelola oleh masyarakat tani-nelayan dan difasilitasi oleh pemerintah Kabupaten Kaur. Dokumen Master Plan Agropolitan masih memuat rencana-rencana umum dalam pembangunan kawasan agropolitan. Oleh sebab itu, dokumen ini perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan Dokumen Rencana Detil pembangunan kawasan agropolitan. Dalam Dokumen Rencana Detil nantinya, program dan kegiatan yang ada dalam dokumen Master Plan ini harus dibuat lebih rinci dengan mencantumkan lokasi kegiatan, satuan, biaya dan sumber biaya yang dibutuhkan. Semoga
Master
Plan
ini
dapat
dijadikan acuan
pembangunan kawasan agropolitan Kaur Selatan dan Maje.
- 57 -
untuk
kesempurnaan
View more...
Comments