LAPORAN FARMAKO MENCIT
May 29, 2018 | Author: EleenaAhmad | Category: N/A
Short Description
obat sedatif dan hipnotik...
Description
1. PENDAHULUAN
Respon pasien terhadap reaksi pemberian suatu obat tergantung oleh dua faktor penting yaitu farmakokinetik dan farmakodinamik. Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat dan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. 1. Fase absorbsi: kali pertama obat masuk tubuh, obat diabsorbsi oleh jaringan tubuh. Faktor absorbsi ini akan mempengaruhi jumlah obat yang harus diminum dan kecepatan perjalanan obat di dalam tubuh. 2. Fase distribusi: Fase penyebaran atau distribusi obt di dalam jaringan tubuh. Setelah diabsorbsi, obat terbagi menjadi dua bagian yaitu obat terikat dan obat bebas. Obat terikat mengalami fase distribusi ke sirkulasi sistemik menuju tempat kerja (reseptor) dan depot jaringan sedangkan obat bebas yaitu obat yang melanjutkan proses ke fase metabolisme atau biotransformasi di hepar. 3. Fase biotransformasi: fase metabolisme obat, terjadi proses perubahan struktur kimia obat dalam cairan atau jaringan tubuh dan dikatalis oleh enzim. 4. Fase Ekskresi : Hasil metabolisme yang disebut metabolit diekskresikan melalui ginjal. Kecepatan ekskresi dipengaruhi kecepatan eliminasi atau pengulangan efek obat dalam tubuh. tubuh. Farmakodinamik adalah suatu pengaruh obat dalam tubuh, mengenai efek fisiologis dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya Obat Sedatif-Hipnotik
Obat-obatan yang termasuk pada golongan sedatif, hipnotik, dan ankhiolitik adalah
kelompok
obat
barbiturat
(barbiturates)
dan
benzodiazepin
(benzodiazepines). Contoh obat yang termasuk kelompok barbiturat yang barbiturat yang terkenal antara lain Amytal, Nembutal, Luminal (Phenobarbital), Seconal, dan Tuinal (www.landborgen.net, 2006). Sedangkan yang termasuk pada kelompok benzodiazepin antara lain Valium/Diazepam, Librium, Ativan, Xanax, dan Halcion dan Halcion Meskipun begitu, ada obat lain yang tidak mengandung barbiturat (non
barbiturates) juga termasuk pada kelompok obat sedatif dan hipnotik seperti Doriden, Noludar, Quaalude, Quaalude, dan Placidyl. dan Placidyl. Sharon C. Ekleberry menjelaskan kelompok obat sedatif, hipnotik, dan ankhiolitik diberikan pada orang yang kurang atau sulit tidur, kecemasan, tegang, danmencegah serangan epilepsi. Sedangkan pendapat lain dari CAADA forums (2004) mengatakan bahwa obat tersebut dapat diberikan juga pada pasien yang mengalami
panik (panic
disorders).
Hal
tersebut
dikarenakan
secara
farmakodinamik (pharmacodynamics) obat sedatif, hipnotik, dan ankhiolitik berfungsi menekan sistem saraf pusat sehingga menciptakan hipnotik hipnotik dan koma. Obat ini bekerja pada reseptor gamma-aminobutyricacid reseptor gamma-aminobutyricacid (GABA). Reseptor GABA ini terkait dengan hambatan otak. (www.policescanner.8m.com, 2006). Sehingga obat pada kelompok ini, menurut www.elmhurst.edu (2006), dapat menurunkan rasa letih dan ketegangan emosional. Kondisi tersebut hanya berlaku bila obat yang diberikan dalam dosis yang rendah. Bila obat tersebut di berikan dalam dosis yang tinggi dapat menimbulkan efek anestesi dan kematian dan kondisi ini akan sangat cepat terjadi bila obat tersebut dikonsumsi bersamaan dengan bahan/obat depresan lainnya seperti alkohol, kopi, narkotik, antihistamin, dsb. Secara farmakokinetik (pharmacokinetics), antara obat kelompok barbiturat dengan kelompok benzodiazepin ada perbedaan. Obat barbiturat sangat efektif diabsorbsi melalui pemberian dosis oral sedangkan obat benzodiazepin efektif diabsorbsi bila diberikan dalam bentuk dosis intramuskuler (IM) dan sub lingual seperti Lorazepam. seperti Lorazepam. Semua obat yang diberikan pada pasien memiliki efek samping, begitu juga untuk pemberian obat kelompok barbiturat dan benzodiazepin. Efek samping yang dapat terjadi antara lain ketergantungan obat, koma, gangguan pernafasan, serta kematian. Efek ketergantungan merupakan fokus perhatian karena akan berdampak pada kecanduan atau ketagihan pada obat tersebut. Dari dua kelompok obat ini maka barbiturat memiliki efek ketergantungan yang sangat tinggi. Bila diberikan dalam dosis lama dapat menimbulkan iritabilitas dan kehilangan ingatan. Oleh karena itu, obat kelompok barbiturat sudah barbiturat sudah banyak digantikan oleh kelompok benzodiazepin kelompok benzodiazepin lebih dari 2 (dua) dekade ini.
Penggunaan obat ini juga tidak boleh diberikan bersamaan dengan bahan atau obat lain yang bersifat depresan lainnya seperti alkohol, opiat, atau antihistamin. Hal ini akan meningkatkan resiko depresi pusat perrnafasan dan kematian. Diazepam
Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah s etelah 1 - 2 jam pemberian oral. Waktu paruh bervariasi antara 20 - 50 jam sedang waktu paruh desmetildiazepam bervariasi hingga 100 jam, tergantung usia dan fungsi hati. Indikasi obat diazepam ini adalah untuk pengobatan jangka pendek pada gejala ansietas. Sebagai terapi tambahan untuk meringankan spasme otot rangka karena inflamasi atau trauma; nipertdnisitairotot (kelaTrian motorik serebral, paraplegia). Digunakan juga untuk meringankan gejala-gejala pada penghentian alkohol akut dan premidikasi anestesi. Sedangkan kontra indikasi dari obat diazepam adalah penderita hipersensitif, bayi di bawah 6 bulan, wanita hamil dan menyusui, depress pernapasan, glaucoma sudut sempit, gangguan pulmoner akut, dan keadaaan phobia. Efek samping dari obat diazepam adalah Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan konstipasi, gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan neutropenia. perubahan libido, sakit kepala, amnesia, hipotensi. gangguan visual dan retensi urin, incontinence. 2. Alat dan Bahan
Gambar 1. Sangkar hewan coba (kiri) dan hewan coba mencit (kanan)
-
Hewan coba mencit
-
Sangkar hewan coba dengan ukuran putaran
-
Stopwatch
-
Obat diazepam
-
Sonde
3. CARA KERJA
1. Masing-masing kelompok mendapatkan 3 ekor mencit. 2. Mencit pertama tidak diberi obat karena mencit pertama digunakan untuk observasi konstan
Gambar 2. Hewan coba mencit dalam sa ngkar putar
3. Mencit pertama untuk observasi konstan diletakkan di dalam sangkar penelitian dan diberi 15 menit untuk diukur diukur jumlah putaran yang dibuat dibuat 4. Setelah 15 menit, mencit dikeluarkan dan dimasukkan mencit yang telah diberi Diazepam melalui per-oral dengan sonde. 5. Putaran mencit diukur selama 15 menit 6. Mencit yang telah di beri Diazepam melalui per-oral dikeluarkan dan dimasukkan dengan mencit ke-3 yang telah diberi Diazepam juga tetapi melalui intra-peritoneal
Gambar 3. Pemberian diazepam melalui intra-peritoneal
7. Putaran mencit diukur selama 15 menit dan diobservasi lama mencit untuk mencapai tahap hipnotis
Gambar 4. Hewan coba mencit dalam keadaan hipnosis
8. Mencit ke-3 dikeluarkan dan ditelentangkan untuk memastikan mencit benar-benar mencapai tahap hipnotis. 4. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Waktu yang dibutuhkan ( onset action) diazepam terhadap mencit
Kel.
Oral (menit) Sedatif
Intraperitoneal (menit) Hipnotik
Sedatif
Hipnotik
1
5 menit
-
2 menit
10 menit
2
3 menit 25 detik
-
1 menit 19 detik
10 menit 45 detik
3
4 menit
-
3 menit
16 menit
4
3 menit 45 detik
-
1 menit 24 detik
13 menit 6 detik
5
10 menit
-
4 menit
6
3 menit 42 detik
-
1 menit 29 detik
Rata-rata
4 menit 59 detik
-
1 menit 58 detik
9 menit 46 detik 11 menit 54 detik
Tabel 2. Jumlah putaran mencit dalam waktu 15 menit
Kel.
Kontrol
Oral
Intraperitoneal
1
178
22
1
2
107
7
3
3
118
34
7
4
142
30
1
5
55
20
1
6
119
4
2
Rata-rata
120
20
3
Rata-rata Waktu 140 120 100 80 60 40 20 0 Kontrol
Oral
Intraperitoneal
Gambar 5. Grafik rata-rata jumlah putaran mencit dalam waktu 15 menit
5. DISKUSI HASIL
Pada percobaan ini, digunakan tiga ekor mencit sebagai hewan coba. Mencit pertama digunakan sebagai kontrol (tidak diberikan perlakuan). Mencit kedua dan ketiga diberikan obat diazepam dengan cara pemberian yang berbeda: mencit kedua diberi obat diazepam dengan cara per oral dan mencit ketiga diberi obat diazepam dengan cara intraperitoneal. Diazepam adalah salah satu obat penenang yang dimetabolisme oleh hati. Pemberian diazepam ini bertujuan agar mencit mengalami efek sedatif - hipnotik.
Pada percobaan pertama, mencit kontrol melakukan rata-rata putaran sebanyak 120 selama 15 menit. Pada percobaan kedua, mencit diberikan obat diazepam secara per oral (pemberian obat melalui mulut masuk ke saluran intestinal) menggunakan jarum injeksi dengan ujung tumpul. Hasilnya didapatkan rata – rata – rata rata sebanyak 20 putaran selama 15 menit. Pada percobaan kedua ini, mencit mengalami efek sedatif setelah 4 menit 59 detik setelah pemberian obat. Mencit tampak lebih lemah dan terdiam. Hal ini menunjukkan bahwa obat diazepam tadi telah bekerja. Namun, mencit belum menunjukkan efek hipnotik. Mencit masih memberikan respon ketika mendapat rangsangan berupa sentuhan. Pada percobaan ketiga, mencit diberikan obat diazepam secara intra peritoneal. Hal ini dimaksudkan seperti pemberian obat secara intravena pada manusia, karena pada daerah peritoneal mencit terdapat banyak pembuluh darah vena. Pada rata – rata – rata rata waktu 1 menit 58 detik, mencit mulai lemas (efek sedatif). Setelah lemas, mencit hanya mampu melakukan rata-rata 3 putaran sebelum akhirnya pingsan (memasuki efek hipnotik) setelah 11 menit 54 detik setelah pemberian obat. Pemberian obat secara per oral memerlukan waktu yang lebih lama untuk mula kerja obat. Hal ini dikarenakan obat akan diabsorbsi terlebih dahulu di saluran pencernaan agar bisa menembus membran dan diteruskan ke sirkulasi darah sistemik. Di dalam saluran pencernaan, obat akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya, yang disebut sebagai metabolisme lintas pertama ( first first pass metabolism me tabolism)) sehingga tidak semua dosis obat akan mencapai sirkulasi sistemik. Oleh karena itu, pemberian obat secara per oral dapat menyebabkan lamanya mula kerja obat, penurunan efek obat, dan bioavailabilitas obat menurun. Pada pemberian obat secara intra peritoneal obat tidak mengalami absorbsi di saluran pencernaan cerna. Obat akan langsung masuk ke sirkulasi darah sistemik melalui pembuluh vena dan menuju organ sasaran sehingga onset of action obat tersebut lebih cepat. Karena obat tidak mengalami absorpsi dan metabolisme lintas pertama di hati, dosis obat yang masuk ke dalam pembuluh
darah sampai menimbulkan efek tidak berkurang sehingga dihasilkan efek yang maksimal (bioavailabilitas sebesar 1), tepat, dan cepat. 6. KESIMPULAN
Pemberian obat secara intra peritoneal memberikan efek yang lebih cepat dan maksimal daripada pemberian obat secara per-oral. 7. DAFTAR PUSTAKA
1. Hendria. Asuhan Keperawatan pada Tatalaksana Pemberian Obat Sedatif, Hipnotik dan Ankhiolitik (Sedatives, Hypnotic, and Anxiolytic Drugs).2008. Drugs).2008. pp. 1-3. 2. PT Kimia Farma. Diazepam Tablet. Available from http://www.farmasiku.com/index.php?target=products&product_id=29839 8. JAWABAN PERTANYAAN 1. Sebutkan keuntungan dan kerugian pemberian obat per-oral? Keuntungan: a.
Relatif Aman
b. Mudah c.
Ekonomis
d. Praktis Kerugian: a.
Kadar darah sulit diprediksi karena berbagai faktor yang membatasi penyerapan penyerapan
b. Beberapa obat ada yang dihancurkan oleh asam lambung c.
Beberapa obat ada yang mengiritasi saluran pencernaan
1. Sebutkan keuntungan dan kerugian pemberian obat parenteral? Keuntungan: a.
Absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan pemberian per-oral
b. Tingkat penyerapan tergantung pada aliran darah ke jaringan tertentu (I.P. > I.M. > S.C.) c.
Keuntungan spesifik jika injeksi melalu intravenous adalah tidak ada penyerapan penyerapan yang terlibat (terinjeksi lamgsung kedalam darah), tingkat infusi dapat dikontrol, prediksi dosis yang akurat lebih dapat ditentukan.
Kerugian: a.
Sebuah onset of action yang cepat dapat membahayakan dalam kondisi overdosis
b.
Jika diberikan terlalu cepat, jantung dan fungsi pernafasan akan terjadi kolaps
c.
Obat yang tidak larut dalam air atau tidak bisa diurai dalam larutan lemak, tidak bisa diberikan melalui intravena i ntravena
d.
Teknik yang steril dibutuhkan untuk menghindari resiko infeksi
2. Apa yang dimaksud “first pass metabolism”? metabolism”? First pass metabolism adalah proses eliminasi obat yang terjadi pada saat obat diabsorbsi dari usus melalui hepar lewat vena porta
3. Apa gunanya mengetahui T1/2 (waktu paruh) suatu obat? Half life atau waktu paruh adalah parameter farmakokinetik paling sederhana, yang berguna untuk menggambarkan waktu yang dibutuhkan untuk obat mencapai setengah dari dosis maksimal dalam darah
4. Apa yang dimaksud dengan bioavailibilitas obat? Bioavailibiltas obat yaitu fraksi dosis yang tidak mengalami perubahan dari situs atau tempat pemberiannya sampai ke sirkulasi sistemik
5. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat? Ada dua faktor yang mempengaruhi mempengaruhi absorbsi obat: a.
Faktor Fisikokimia Obat -
Berat molekul
-
Derajat ionisasi pada kondisi fisiologis
-
Karakteristik formulasi produk
-
Solut lain dan pembentukan kompleks kompleks
b. Faktor Penderita -
Luas permukaan yang tersedia untuk absorpsi
-
pH lambung dan dan duodenum
-
Waktu pengosongan lambung
-
Jumlah cadangan garam empedu
-
Kolonisasi bakteri saluran pencerna
-
Keadaan dan beratnya penyakit yang mendasar
-
Ada atau tidaknya jalur metabolisme atau enzim yang diperlukan untuk biotransformasi biotransformasi
6. Jelaskan bagaimana obat dapat menimbulkan respon? Obat berikatan dengan dengan reseptor, yaitu suatu molekul seluler seluler yang secara spesifik spesifik dan langsug berikatan dengan ligan (obat, hormon, neurotransmitter) untuk memicu signaling kimia antara dan dalam sel sehingga dapat menimbulkan efek. Agonis + reseptor berikatan membentuk interaksi agonis-reseptor sehingga menmbulkan menmbulkan respon obat.
View more...
Comments