Laporan Evaluasi Tablet
December 14, 2017 | Author: NuRy YanThie | Category: N/A
Short Description
farmasi...
Description
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI S-1 FARMASI
LAPORAN PRAKTIKUM TABLET GRANULASI BASAH,GRANULASI KERING DAN METODE CETAK LANGSUNG
PENYUSUN Nindyas arkadia (10012027) Nuryanti (10012030) Yanyan supriyadi ( M jhanuar (
BOGOR 2013
EVALUASI ANTACID TABLET,DEXTROMETHORPHAN TABLET DAN TETRACYCLINE CAPSUL
I. TUJUAN Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan tablet yang meliputi : keseragaman bobot,kekerasan,dan kerapuhan tablet atau capsul. II. DASAR TEORI A. Pengertian tablet Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok ( FI III, 1979). Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (FI IV, 1994). Tablet dibuat terutama dengan cara kompresi. Sejumlah tertentu dari tablet dibuat dengan mencetak. Tablet yang dibuat secara kompresi menggunakan mesin yang mampu menekan bahan bentuk serbuk atau granul dengan menggunakan berbagai bentuk punch dan die. Alat kompresi tablet merupakan alat berat dari berbagai kapasitas dipilih sesuai dengan dasar dari jenis tablet yang akan dibuat serta produksi rata-rata yang diinginkan. Tablet yang dicetak dibuat dengan tangan atau dengan alat mesin tangan, dengan cara menekan bahan tablet ke dalam cetakan, kemudian bahan tablet yang telah terbentuk dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan sampai kering. Beberapa parameter uji sediaan tablet diantaranya adalah uji keseragaman bobot, uji kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu hancur. Berikut ini ulasan dari beberapa uji tersebut di atas. 1.
Keseragaman Bobot
1
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing – masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Bobot rata-rata
Penyimpangan Bobot rata-rata (%) A
B
25 mg atau kurang
15 %
30 %
26 mg – 150 mg
10 %
20 %
151 mg – 300 mg
7.5 %
15 %
> 300 mg
5%
10 %
Sedangkan uji keseragaman bobot untuk capsul dapat dilakukan dengan penimbangan 20 capsul sekaligus dan ditimbang lagi satu per satu isi tiap capsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong dari 20 capsul tersebut . lalu 2
dihitung bobot isi capsul dan bobot rata-rata tiap isi capsul . perbedaan bobot isi tiap capsul terhadap bobot rata-rata tiap isi capsul tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 capsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom B. Perbedaan bobot isi capsul (%) Bobot rata-rata
A
B
120 mg
10
20
120 mg atau lebih
7,5
15
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%. 2.
Uji Kekerasan
3
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan. Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellable adalah 10-20 kg/cm2. 3.
Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
4
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% . Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet. Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan.
4.
Uji Disolusi Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit. Uji kesesuaian
5
alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket. 5.
Waktu Hancur Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen no.10 mesh. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak > 15 menit. Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula dan salut
6
nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera hancur dalam medium basa. Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna. III.
ALAT DAN BAHAN A. Alat 1. Neraca analitik 2. Hardness tester 3. Friabiliator 4. Desintegrator B. Bahan 1. Antacid tablet 2. Dextromethorpan Hbr tablet 3. Tetracycline capsul
IV.
CARA KERJA 1. Keseragaman bobot. a. Diambil
sebanyak
20
tablet
antacid
tablet,dextromethorphan tablet dan tetracycline capsul. b. Ditimbang dan di catat nilai rata-ratanya. c. Kemudian
masing-masing
persatu,bobot dicatat.
7
obat
di
timbang
satu
d. Evaluasi data yang tercatat dengan acuan persyaratan seperti yang tertera di dalam Farmakope Indonesia. 2. Kekerasan tablet. a. Diambil masing-masing sebanyak 10 tablet antacide dan dextromethorpan. b. Pergunakan alat pengukur kekerasan tablet tersebut dengan menempatkan tablet satu per satu pada bagian ujung alat,kemudian putar alat tersebut hingga tablet pecah. c. Skala yang di tunjukkan sewaktu tablet tersebut pecah dicatat. 3. Kerapuhan tablet. a. Ditimbang sebanyak 10 tablet antacide,dextrometorphan dan politusin secara bergantian dan bobot masing- masing obat di catat. b. Dimasukkan ke 3 obat tadi secara bergantian ke dalam alat pengukur kerapuhan tablet. c. Putar alat friabilitas tersebut selama 10menit secara konstan. d. Setelah proses pemutaran selesai di timbang kembali masing-masing obat dan di catat bobotnya. e. Dihitung susut kerapuhan tablet tersebut. f. Kerapuhan tablet 300mg
Kolom A 5%
= + 0,698 , - 0,632
Kolom B 10%
= + 0,732, - 0,599
b. DMP tablet Bobot rata-rata = 0,1g 9
100mg = 26mg-150mg
Kolom A 10%
= + 0,11, - 0,09
Kolom B 20%
= + 0,12, - 0,08
c. Capsul tetracycline Bobot rata-rata = 0,31g 310mg > 120mg
Kolom A 75%
= + 0,333 , - 0,287
Kolom B 15%
= + 0,356 , - 0,264
d. Tabel penyimpangan bobot
Tablet
Bobot
Penyimpangan bobot rata-rata (mg)
ratatablet
rata A
(mg)
Antaci
B
Penyimpang
Batas
Batas
Penyimpanga
an
atas
bawah
n
Batas atas
Batas
bawah
665mg
±
698mg
632mg
±
732mg
599m
100mg
±
110mg
90mg
±
120mg
80m
d DMP
Hasil yang diperoleh : penyimpangan Tablet
A
B
Antacid
-/ 20
-/20
Dextromethorpan
-/20
-/20
Keterangan : lihat data dan evaluasi data
10
Capsul
Penyimpangan bobot rata-rata (mg)
Bobot ratarata (mg)
A (±7,5%)
B (±15%)
Penyimpanga
Batas
Batas
Penyimpanga
Batas
Batas
n
atas
bawah
n
atas
bawa h
310 mg
±
333
287
±
356
264
HasHasil yang diperoleh : Penyimpangan Capsul Tetracycline HCL
A
B
3/20
3/20
Keterangan : lihat data dan evaluasi data
3. Kekerasan tablet Normal = 8-12 Kekerasan Tablet
Antacid
Dextromethorpan HBR
1
11
7
2
10
8
11
3
10,5
8
4
11
7,5
5
12
8
6
11,8
8
7
13
7,5
8
12
7,5
9
13
7,5
10
12
7,5
∑
11,63
7,65
4. Ketebalan tablet Ketebalan Tablet
Antacid
Dextromethorpan HBR
1
3,75
2,2
2
3,65
2,4
3
3,75
2,4
4
3,75
2,4
5
3,70
2,55
6
3,70
2,4
7
3,70
2,4
8
3,75
2,4
9
3,70
2,4
10
3,75
2,4
5. Kerapuhan tablet a. Antacid tablet Bobot sebelum uji
= 6,650g
Bobot setelah uji
= 6,4g
%susut pengeringan
=
12
x 100% = 3,76%
b. Dextromethorpan tablet Bobot sebelum uji
= 1,3g
Bobot setelah uji
= 1,1g
% susut pengeringan =
VI.
x 100% = 15,38%
EVALUASI DATA 1. Keseragaman bobot Dari hasil pengamatan untuk uji keseragaman bobot tablet antacid dan dextromethorpan tidak ada yang mengalami penyimpangan untuk syarat yang telah ditetapkan pada kolom A dan kolom B. Sedangkan dalam uji keseragaman bobot tetracycline capsul mengalami penyimpangan dari syarat yang telah ditentukan , pada kolom A terdapat lebih dari 2 capsul yang bobotnya mengalami penyimpangan yaitu > 333mg terdapat pada capsul nomor 3,19 dan 20 yang memiliki bobot 400mg. Dan pada kolom B juga terdapat lebih dari 2 capsul yang mengalami penyimpangan bobot > 356mg terdapat pada capsul nomor 3,19,dan 20 dengan bobot sebesar 400mg. Hal ini kemungkinan terjadi karena neraca yang dipergunakan kurang akurat ataupun kesalahan dalam cara penimbangannya. Keseragaman bobot penting dilakukan untuk mengetahui kualitas capsul yang diproduksi dan untuk mencegah terjadinya kelebihan dosis dalam tiap capsulnya. 2. Kekerasan tablet Untuk tablet antacide kekerasan masih berada pada range yang telah ditentukan yaitu 8-12,sedangkan untuk dextromethorpan berada di bawah standart dengan nilai rata-rata yaitu 7,65. Hal ini kemungkinan terjadi karena tablet dextromethorpan yang
13
digunakan untuk evaluasi sudah kadaluarsa sehingga tablet berubah menjadi rapuh,sebenarnya antacid yang dipergunakan juga sudah kadaluarsa namun kekerasan yang di tunjukkan tablet tersebut masih memenuhi persyaratan. 3. Kerapuhan tablet Bobot susut kerapuhan tablet sesuai persyaratan yang telah ditentukan adalah < 1%. Namun pada evaluasi ini untuk tablet antacid % susut kerapuhan sebesar 3,76% dan untuk tablet dextromethorpan sebesar 15,38%. Hal ini terjadi karena ke 2 produk tersebut baik antacid maupun dextromtehorpan sudah kadaluarsa sehingga tingkat kerapuhannya lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ansel C Howard 2008 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Jakarta UI Press
2. Depkes RI 1979 Farmakope Indonesia Edisi III Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta
3. Depkes RI 1995 Farmakope Indonesia Edisi IV Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta
14
View more...
Comments