Laporan Ekskursi Lapangan Geotermal Kam

May 2, 2018 | Author: Erwin Bakker | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ekskursi...

Description

LAPORAN EKSKURSI LAPANGAN GEOTERMAL KAMOJANG

Oleh: Extivonus Kiki Fransiskus 12012060

Makalah ini adalah makalah referat yang bertujuan bertujuan untuk memenuhi tugas laporan ekskursi mata kuliah Eksplorasi dan Evaluasi Panasbumi TA4010

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN P ERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015

KATA PENGANTAR 

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat karuniaNya  penulis dapat menyelesaikan laporan ekskursi kuliah lapangan Kamojang. Kamojang. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Eksplorasi dan Evaluasi Panasbumi TA4011. Selain itu laporan ini disusun berdasarkan keingintahuan penulis akan topik mineral ubahan dan juga  berdasarkan minat serta ketertarikan penulis pada bidang geotermal. Dalam penulisan makalah referat ini  penulis banyak sekali menerima bantuan dari  berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima t erima kasih yang sebesars ebesar besarnya kepada : 1. Tuhan Yesus, atas limpahan kasih dan karunia-Nya, 2. Rekan-rekan seperjuangan Eksplorasi Evaluasi Panasbumi, Opik, Mas boy, Irfan, Arij, dan Tyto. 3. Ir. Budi Sulistijo, MAppSc., Ph.D atas bantuannya dalam memberi pengetahuan selama kuliah maupun di lapangan. Penulis menyadari bahwa laporan ekskursi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga laporan ini bisa disempurnakan. Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang geologi dan eksplorasi panasbumi. Penulis Bandung, 26 April 2015

Extivonus Kiki Fransiskus

KATA PENGANTAR 

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena berkat karuniaNya  penulis dapat menyelesaikan laporan ekskursi kuliah lapangan Kamojang. Kamojang. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Eksplorasi dan Evaluasi Panasbumi TA4011. Selain itu laporan ini disusun berdasarkan keingintahuan penulis akan topik mineral ubahan dan juga  berdasarkan minat serta ketertarikan penulis pada bidang geotermal. Dalam penulisan makalah referat ini  penulis banyak sekali menerima bantuan dari  berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima t erima kasih yang sebesars ebesar besarnya kepada : 1. Tuhan Yesus, atas limpahan kasih dan karunia-Nya, 2. Rekan-rekan seperjuangan Eksplorasi Evaluasi Panasbumi, Opik, Mas boy, Irfan, Arij, dan Tyto. 3. Ir. Budi Sulistijo, MAppSc., Ph.D atas bantuannya dalam memberi pengetahuan selama kuliah maupun di lapangan. Penulis menyadari bahwa laporan ekskursi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga laporan ini bisa disempurnakan. Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang geologi dan eksplorasi panasbumi. Penulis Bandung, 26 April 2015

Extivonus Kiki Fransiskus

DAFTAR ISI

Lembar Judul ........................................... ................................................................. ............................................ ............................................ ............................... ......... Kata Pengantar............................................ ................................................................... ............................................. ............................................ ........................... ..... i Daftar Isi .......................................... ................................................................ ............................................ ............................................. ....................................... ................ ii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Beakang Beakang .......................................... ................................................................. ............................................. ...................................... ................ 1 1.2 Rumusan Masalah Masalah ............................................ .................................................................. ............................................ ............................... ......... 2 1.3 Ruang Lingkup Lingkup Kajian ............................................ .................................................................. ............................................ ........................ .. 2 1.4 Tujuan ........................................... .................................................................. ............................................. ............................................ ........................... ..... 2 1.5 Metode Pengumpulan Pengumpulan Data ............................................. ................................................................... ...................................... ................ 3 1.6 Sistematika Penulisan ......................................... ............................................................... ............................................. ............................ ..... 3 BAB II. GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Daerah Penelitian............................. Penelitian................................................... ............................................ ............................... ......... 4 2.2 Tatanan Tektonik Daerah Penelitian .......................................... ................................................................. ........................... .... 4 2.3 Tatanan Stratigrafi Daerah Penelitian ........................................... .................................................................. ......................... 6 BAB III. LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Panasbumi ............................................ .................................................................. ............................................ ............................... ......... 9 3.2 Fluida Panasbumi Panasbumi ......................................... ............................................................... ............................................ ................................... ............. 14 3.3 Manifestasi Panasbumi di Permukaan .......................................... ................................................................. ......................... 15

BAB IV. PEMBAHASAN 4.1 Analisis Berdasarkan Litologi ............................................................................... 19 4.2 Analisis Manifestasi Panasbumi` .......................................................................... 21 BAB V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 31 Daftar Pustaka .................................................................................................................... 32

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan zaman kebutuhan masyarakat akan energi akan semakin meningkat. Taraf hidup yang meningkat diiringi dengan pertumbuhan penduduk mengakibatkan setiap tahunnya

pemerintah menggelontorkan triliyunan APBN guna

subsidi energi. Hal ini tidak diimbangi dengan pemasukan negara baik dari sektor migas dan pertambangan, terutama pada sektor migas sebagai komponen energi dominan Indonesia. Posisi geologi Indonesia inilah membuat Indonesia mendapat sebutan  Ring of  Fire  akibat letak gunung apinya yang membentang sepanjang jalur pegunungan Sirkum Pasifik. Kondisi ini menjadi keuntungan tersendiri untuk Indonesia. Aktivitas magmatik yang tinggi juga menghasilkan zona mineralisasi di beberapa wilayah. Selain itu potensi sumber daya panas bumi yang besar dan didukung oleh kondisi iklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi, menjadikan potensi panas bumi Indonesia cukup tinggi untuk dilakukan  pengembangan.

Gambar 1.1 Peta sebaran gunung api di Indonesia (USGS, 2001)

Salah satu lapangan panasbumi potensial dan merupakan yang pertama di Indonesia adalah lapangan Kamojang. Produksi uap yang dihasilkan oleh Pertamina

Geothermal Energy Kamojang sekitar 1100 ton/jam yang dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik sebesar 140 Mwe. Pemboran sumur panasbumi pada area Kamojang  pertama kali dilakukan pada tahun 1975 oleh pemerintah Selandia Baru, dan sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh PT.Pertamina Geothermal Energy Kamojang secara komersial sebagai penghasil energi uap. Jumlah cadangan diperkirakan dapat dimanfaatkan selama 25 tahun sejak tahun 1975, namun hingga saat ini pada tahun 2015 energi panasbumi di area Kamojang masih menyisakan sumber panas dan dapat dimanfaatkan sebagai penghasil energi panasbumi Potensi panas bumi Indonesia yang besar harus didukung oleh upaya eksplorasi yang berkelanjutan. Dari upaya eksplorasi tersebut naninya dapat tercita lapangan-lapangan  panasbumi baru yang potensial dan ekonomis untuk dikembangkan. Salah satu metode  paling sederhana adalah dengan analisis geokimia dan pemetaan manifestasi panasbumi. Analisis geokimia yang digunakan dapat berupa geokimia air, geokimia gas, maupun geokimia soil. Analisis dan pemetaan manifestasi juga penting untuk mengetahui sebaran manifestasi panas bumi dan informasi yang terkandung dalam manifestasi tersebut untuk  pencarian reservoir panas bumi.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, muncul  persoalan yaitu, 1. Apakah karakteristik geokimia dari lapangan panas bumi Kamojang? 2. Bagaimana aplikasi geokimia dan pemetaan daerah manifestasi lapangan panas  bumi Kamojang?

3.1 Ruang Lingkup Kajian

Kajian yang akan dibahas untuk menjawab rumusan masalah pada makalah ini melingkupi penjelasan mengenai geologi regional daerah Kamojang, prinsip kerja geokimia fluida, prosedur pengukuran dan pengolahan data, dan karakteristik lapangan  panas bumi Kamojang.

4.1 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini antara lain :

2. Memahami aplikasi geokimia dan pemetaan daerah manifestasi lapangan  panas bumi Kamojang?

5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun makalah ini adalah metode studi literatur, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai sumber tertulis. Selain itu penulis juga menggunakan data-data yang diperoleh melalui observasi dan akuisisi data di lapangan.

6.1 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terbagi menjadi lima bab dengan pembahasan seperti berikut : BAB I

Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup kajian, tujuan, metode pengumpulan data, dan sistematika pembahasan.

BAB II

Bab ini memaparkan fisiografi daerah penelitian, tatanan tektonik daerah  penelitian, dan tatanan stratigrafi daerah penelitian

BAB II

Bab ini menjelaskantentang sistem panasbumi, fluida panasbumi, dan manifestasi panasbumi di permukaan

BAB IV

Bab ini merupakan analisis dan pembahasan terhadap data- data dan hasil  penelitian.

BAB V

Bab ini berisi kesimpulan terhadap hasil penelitian.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

2.1 Fisiografi Daerah Penelitian Lokasi daerah penelitian terletak pada daerah Lapangan Panasbumi Kamojang di Desa Laksana dan sekitarnya yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis, lapangan Kamojang terletak pada  posisi 1070 37,5’00” sampai 107 0 48’00” BT dan 70 5,5’00” sampai 70 16,5’00” LS. Lapangan  panasbumi Kamojang berada dalam wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lapangan ini  berjarak 17 km Baratlaut Garut atau pm 42 km Tenggara Bandung, dan berada pada ketinggian 1640 - 1750 m diatas permukaan laut.

Gambar 2.1 Lokasi Ekskursi dan Penelitian (https://www.google.co.id/maps )

2.2 Tatanan Tektonik Daerah Penelitian Berdasarkan zona fisiografi oleh Van Bemmelen, 1949 maka Jawa ba rat terbagi menjadi 4 fisiografi yaitu, Zona Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan. Daerah penelitian masuk kedalam zona fisiografi Zona Bandung bagian selatan yang dicirikan dengan adanya barisan gunungapi berumur Kuarter. Kamojang sendiri terletak pada 4

kelompok Garut (Garut section), dan merupakan bagian dari barisan gunungapi pemisah Garut dan dataran tinggi Bandung.

Gambar 2.2 Peta fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949, op.cit Martodjojo, 2003)

Pola struktur pada yang terdapat di Pulau Jawa menurut Pulunggono dan Martodjojo tahun 1994, terdiri dari tiga pola kelurusan yaitu Pola Meratus, Pola Sunda, dan Pola Jawa. Daerah  penelitian berdasarkan polaumum yang terlihat memperlihatkan Pola Jawa yang memiliki pola yang berarah relatif Barat-Timur yang berumur Oligosen Akhir-Miosen Awal. Berdasarkan peta geologi Kamojang, serta tambahan peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa Barat oleh Alzwar dkk., 1992, sesar yang umum dijumpai pada daerah ini adalah sesar normal dan sesar geser. Sesar normal utama merupakan bagian unsur pembentukan depresi (Zona Bandung). Sesar yang berkembang saat Kuarter umumnya sebagai pengontrol tumbuhnya gunungapi muda, terutama sistem yang berarah ba rat daya- timurlaut yang memotong  bagian tengah dari daerah penelitian dan ditempati jajaran gunungapi, antara Kendang-PangkalanGuntur-Mandalawangi. Aktivitas tektonik pada daerah penelitian pada Zaman Tersier dipengaruhi oleh penujaman Lempeng Samudra Hindia ke bawah Lempeng Asia. Penujaman ini terbentuk pada Oligosen Akhir- Miosen Awal/Tengah dan menghasilkan kegiatan gunungapi yang tersusun atas andesit. 5

2.3 Tatanan Stratigrafi Daerah Penelitian Daerah penelitian termasuk ke dalam area panasbumu Kamojang yang secara fisiografis  berada pada kelompok Garut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yang terdiri dari endapan volkanik berumur Kuarter. Secara regional, tatanan stratigrafi daerah penelitian mengacu pad a peta geologi daerah Garut oleh Alzwar, dkk. Tahun 1992. Daerah yang menjadi tempat ekskursi berada  pada Satuan Gunungapi Kuarter Tua. Satuan Gunungapi Kuarter Tua Satuan ini terdiri dari produk gunungapi berumur Kuarter yang berasal dari beberapa sumber erupsi, yaitu Gunung Waringin-Bedil-Malabar Tua (Qwb), Guntur-Pangkalan-Kendang (Qko, Qgpk), Sangianjung (Qsu), Mandalawangi-Mandalagiri (Qmm), Malabar-Tilu (Qmt), Kancana-Huyung-Tilu (Qkl, Qhl,Qtl), Kracak-Puncakgede (Qkp), dan beberapa produk sekunder yang tak teruraikan berasal dari sumber erupsi gunungapi tua (Qopu). Produk gunungapi Kuarter tua terdiri dari produk primer berupa lava andesit (andesit piroksen, andesit hornblende) sampai  basalt, breksi tuff (dengan fragmen batuapung), tuff (tuff Kristal halus-kasar dasitan), dan produk sekunder berupa breksi lahar ( yang mengandung batu apung dan lava andesit sampai basalt).

Gambar 2.3 Korelasi satuan peta lembar Garut (Alzwar, dkk., 1992)

6

Keterangan

Daerah Penelitian

Gambar 2.3 Peta Geologi lembar Garut dan Pameumpuek (Alzwar, dkk., 1992)

7

8

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Panasbumi Penelitian tentang panas bumi di Indonesia telah dimulai sejak 150 tahun lalu oleh Junghun  pada 1854, pada penelitiannya terutama pada daerah vulkanik aktif. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Badan Survey Geologi Belanda sekitar tahun 1900 meliputi daerah di Jawa, Maluku, dan Sumatera. Penelitian berlanjut pasca kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu pada tahun 1960 dengan memetakan daerah dengan manifestasi sepanjang Jawa dan Bali dan bagian Indonesia lainnya. Total lapangan prospek panas bumi yang ditemukan mencapai 200 titik,

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Panasbumi Penelitian tentang panas bumi di Indonesia telah dimulai sejak 150 tahun lalu oleh Junghun  pada 1854, pada penelitiannya terutama pada daerah vulkanik aktif. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Badan Survey Geologi Belanda sekitar tahun 1900 meliputi daerah di Jawa, Maluku, dan Sumatera. Penelitian berlanjut pasca kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu pada tahun 1960 dengan memetakan daerah dengan manifestasi sepanjang Jawa dan Bali dan bagian Indonesia lainnya. Total lapangan prospek panas bumi yang ditemukan mencapai 200 titik, Hampir seluruh dari prospek panas bumi Indonesia berasosiasi dengan manifestasi  permukaan yang berasal dari vulkanik kuarter aktif. Seluruh gunung api kuarter muda dapat  berasosiasi dengan magma yang membeku atau intrusi, yang menjadi sumber panas dari vulkanik aktif. Sistem panas bumi (hidotermal, ada hubungan dengan fluida) di Indonesia menurut Hochstein, 2000 terbagi menjadi 6 tipe sistem, yaitu:

1. Vapor -Dominated System   ( Sistem Panas Bumi Dominasi Uap)

Lapangan panas bumi yang memiliki sistem ini antara lain Kamojang dan Darajat. Reservoir lapangan Kamojang mencakup area seluas ± 14 km2 dengan daerah resestivitas rendah seluas 21 km2. Pemboran lapangan panas bumi ini pada tahun 1974 mencapai kedalaman 615 m, temperature maksimal saat itu adalah 239ºC, tekanan reservoir 35 bar, dengan kandungan uap berkisar 25 - 120 t/h. Lapangan Kamojang tertutupi oleh lapisan tebal yang jenuh oleh uap terkondensasi dan mengandung mineral lempung. Prospek panas bumi dengan sistem dominasi uap yang kedua adalah Darajat. Karakteristik panas bumi pada prospek ini memiliki kemiripan dengan lapangan Kamojang. Lapangan Darajat memiliki cakupan daerah reservoir seluas 9

14 km2  dengan temperature berkisar antara 243 º - 241º C dengan produksi uap kering rata-rata sebesar 81  –  88 t/h. Intepretasi terkait sistem panad bumi di Darajat menunjukkan zona low-velocity tersebut menunjukkan daerah alterasi propilitik dengan cakupan wilayah 22 km2. Total heat loss dari semua manifestasi sekitar 100MW.

Struktur-struknya hampir sama dengan Kamojang namun

morfologi daerah Darajat lebih curam dengan akses lapangan yang sulit.

2.

Vol cani c- Geotherm al System

Lapangan panas bumi yang memiliki sistem ini adalah lapangan Dieng-Sikidang. Prospek DiengSikidang tegolong cukup penuh resiko dengan adanya sejarah erupsi freatik dari daerah tersebut. Eksplorasi dilakukakan antara tahun 1970 hingga 1972 di kawasan gunung api kompleks Dieng yang melibatkan USGS, VSI, dan ITB dengan sokongan dana dari USAID. Dari hasil pemboran sumur  produksi yang dimulai tahun 1980-an pada areal 5 km2 dari kawah Sikidang, diketahui bahwa sumur merupakan dominasi-air pada bagian bawahnya, dengan brine terlarut (TDS antara 5-10 g/kg), kandungan boron yang tinggi ( lebih dari 10% TDS), dan perbedaan rasio Cl/B. Maksimum temperatur adalah 275º - 325ºC pada kedalaman
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF