Laporan DKP1 IKAKOM
June 16, 2019 | Author: Kurnia pralisa | Category: N/A
Short Description
sasasasaqq...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pemicu
Seorang ibu, Ny.W (25 Tahun), datang ke klinik dengan membawa anak ketiganya, An.N yang berusia 9 bulan. Keluhannya adalah demam tinggi yang tidak turun dengan obat turun panas selama 3 hari. Ibu juga mengatakan An.N telah dikerok dengan bawang merah. Selain An.N, Ny.W juga mengajak anak-anaknya yang lain yaitu An.K (6 tahun) dan An.T (5 tahun). Ketiga anaknya tampak kurus dan kumal (termasuk tidak bersih). Ny.W juga membawa KMS An.N yang memperlihatkan kunjungan terakhir ke Posyandu 6 bulan yang lalu. An.N belum pernah mendapat imunisasi sejak lahir karena sering sakit-sakitan dan demam. Ibu pasien adalah mantan penderita TB dan dinyatakan sembuh 1 tahun lalu. Ny.W adalah istri seorang s eorang supir bajaj berusia 35 tahun. Suaminya telah te lah menjadi supir bajaj sejak 10 tahun yang lalu dan bekerja terus menerus sejak jam 4 pagi hingga 3 siang, berpangkal di pasar induk dekat rumahnya. Pada saat ini suaminya mengeluh pergelangan tangannya sering nyeri, baal dan kesemutan, serta sakit kepala timbul pada hampir setiap sore hari. 1.2 Klarifikasi dan Definisi -
1.3 Kata Kunci
a. An.N 9 bulan: 1) Demam tinggi 3 hari 2) Tidak sembuh dengan pengobatan 3) Tidak pernah imunisasi 4) KMS, kunjungan terakhir 6 bulan lalu 5) Sering sakit-sakitan
b. Ny.W 25 tahun 1) Riwayat TB 2) Sembuh 1 tahun lalu c. Tn.W 35 tahun 1) Supir bajaj 10 tahun 2) Kerja 11 jam/hari 3) Nyeri pergelangan tangan, baal dan kesemutan serta sakit kepala d. Ketiga anak kurus dan kumal 1) An.K 6 tahun 2) An.T 5 tahun 1.4 Rumusan Masalah
Apa masalah kesehatan individu dan keluarga tersebut, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan penatalaksanaanya.
1.5 Analisis Masalah Ny.W 25 tahun
Tn.W 35 tahun
An. N 9 bulan
-Riwayat TB
-Demam tinggi (3 hari)
-Supir bajaj 10 tahun
-Sembuh 1 tahun lalu
-Diberikan antipiretik (tidak sembuh)
-kerja 11jam/hari
-3 anak: An.K 6 tahun An.T 5 tahun An.N 9 bulan
-Imunisasi (-) -Penampilan kurus dan kumal (termasuk 2 anak lainnya)
-RPS: Nyeri pergelangan tangan, baal, kesemutan dan sakit kepala (sore hari)
Px Px PP PP Dx Dx
Tx
Konsep Blum dan Mandala of Health
Kedokteran dengan pendekatan keluarga
Tx
1.6 Hipotesis
Masalah kesehatan di keluarga ini dipengaruhi oleh faktor biopsikososial dan sosial ekonomi, serta ditangani dengan kedokteran dan pendekatan keluarga. 1.7 Pertanyaan Diskusi
1.
Apa yang dimaksud dengan IKAKOM?
2.
Apa perbedaan IKAKOM dengan Kedokteran Klinis?
3.
Apa yang dimaksud dengan diagnostik holistik?
4.
Apa yang dimaksud dengan diagnostik okupasi?
5.
Indikator Keluarga Sehat
6.
Apa saja fungsi keluarga?
7.
Kriteria rumah dan lingkungan sehat
8.
Apa faktor yang mempengaruhi diagnosis masalah kesehatan keluarga?
9.
Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap kesehatan keluarga?
10. Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap kesehatan keluarga? 11. Bagaimana pengaruh sosioekonomi terhadap kesehatan keluarga? 12. Bagaimana langkah-langkah pemecahan masalah kesehatan keluarga? 13. Masalah kesehatan setiap individu dalam keluarga tersebut 14. Apa itu KMS? 15. Peran pemerintah dan pelayanan kesehatan di masyarakat 16. Konsep Blum dan Mandala of Health 1.8 Data Tambahan
Mereka tinggal di rumah kontrakan 4x3m. Rumah kontrakan merupakan bagian dari deretan 5 rumah petak dengan ukuran yang sama, yang
sengaja
dibangun
untuk
dikontrakan.
Lima
rumah
tersebut
menggunakan 1 kamar mandi dan 1 WC yang sama di halaman belakang. Halaman belakang merupakan sebidang tanah (10x5m) tak terawat yang becek bila hujan. Terdapat 1 sumur air yang merupakan sumber air minum seluruh keluarga yang kontrak di tempat tersebut, dengan jarak dari septik tank 9m. Beberapa keluarga memelihara ayam dan burung yang diletakkan di
kandang sekitar kontrakan. Beberapa hari sebelum An.N panas, hampir semua unggas tiba-tiba mati dengan sebab yang tidak jelas.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Apa yang dimaksud dengan IKAKOM
Ilmu kedokteran komunitas merupakan suatu bidang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang memperhatikan interaksi antara individu dengan lingkungannya yang berkaitan dengan sehat dan sakit, dengan perhatian khusus pada kesehatan penduduk dalam lingkungan komunitas dimana penduduk itu tinggal. 1 Kedoktertan komunitas (community medicine) berfokus pada kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan diagnosis dini penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard) kesehatan yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada komunitas. Hal tersebut tidak hanya diberlakukan pada anggota yang sakit namun juga pada anggota yang sehat. Tujuan utama kedokteran komunitas adalah mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan anggota-anggota komunitas. Kedokteran komunitas memberikan pelayanan komprehensif dari preventif, promotif, kuratif hingga rehabilitatif. Fokus perhatian kedokteran komunitas adalah masalah kesehatan dan penyakit yang terjadi pada komunitas di mana individu tersebut tinggal, bekerja, atau bersekolah. Implikasinya, kedokteran komunitas memberikan prioritas perhatian kepada penyakit-penyakit yang menunjukkan angka kejadian yang tinggi pada populasi, yang disebut “ public health importance”. Dokter dengan orientasi kedokteran komunitas diharapkan memiliki kemampuan untuk menghitung frekuensi penyakit dan angka kejadian penyakit pada populasi, mendiagnosis masalah penyakit pada populasi (community diagnosis), membandingkan distribusi penyakit pada populasi-populasi, lalu menarik kesimpulan tentang penyebab perbedaan distribusi penyakit pada populasi, dan mengambil langkah-langkah
yang
tepat
untuk
mencegah
memulihkan, dan meningkatkan kesehatan populasi. 2
penyakit,
melindungi,
2.2 Perbedaan IKAKOM dengan Kedokteran Klinis
Kedokteran klinis memusatkan perhatian kepada pelayanan kesehatan individu sakit, yaitu pasien. Kedokteran klinis mempelajari kesehatan dan penyakit pada individu. Kedokteran klinis menggunakan perspektif biomedis dalam memandang kausa penyakit. Kausa penyakit biasanya dilihat dengan model kausasi tunggal dengan menggunakan Teori Kuman (Germ Theory), bahwa kausa penyakit adalah kuman (misalnya, kausa tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis; kausa sifilis adalah Treponema pallidum, dan sebagainya). Di pihak lain, kedokteran komunitas menggunakan perspektif biomedis dan populasi dalam memandang kausa penyakit dan masalah kesehatan. Kedokteran komunitas menggunakan model kausasi majemuk (multikausal) dalam menjelaskan terjadinya penyakit, baik pada individu maupun komunitas. Kejadian penyakit pada individu merupakan akibat tidak hanya dari kausa proksimal atau kausa langsung (seperti agen infeksi, toksin, gen, dan perilaku) tetapi juga kausa distal (faktor lingkungan, sosial, ekonomi, kultural, dan politik). Sebagai contoh, terjadinya kasus tuberkulosis klinis tidak hanya ditentukan oleh infeksi Mycobacterium tuberkulosis tetapi juga sejumlah faktor lain di tingkat individu maupun populasi. 1
Tabel 1. Perbedaan IKAKOM dan Kedokteran Klinis 3 2.3 Diagnosis Holistik 1
Diagnosis
Holistik
:
kegiatan
untuk
mengidentifikasikan
dan
menentukan dasar dan penyebab (disease), luka (injury), serta kegawatan yang diperoleh dari keluhan riwayat penyakit pasien, pemeriksaan penunjang dan penilaian
internal dan eksternal dalam kehidupan pasien dan
keluarganya. Holistik merupakan salah satu konsep yang meliputi dimensi personal, fisik, psikologi, sosial, dan spiritual dalam penanggulangan dan pencegahan
penyakit.
Dalam
pendekatan
holistik,
dipercayai
bahwa
kesehatan seseorang tidak hanya bergantung pada apa yang sedang terjadi secara fisik pada tubuh seseorang, tetapi juga terkait dengan kondisi psikologi, emosi, sosial, spiritual, dan lingkungan. Pendekatan holistik tidak
hanya
mengobati gejala
tetapi
juga
mencari penyebab dari gejala. Pendekatan holistik untuk pengobatan pasien telah dikemukakan oleh Percival di dalam bukunya pada tahun 1803. Kasus kesehatan dari setiap individu perlu pendekatan secara holistik (menyeluruh). Selain individu sebagai objek kasus, juga terkait dengan aspek fisik (biologis), psikologis, sosial, dan Masalah
kesehatan
individu
kultural
merupakan
serta
lingkungan.
suatu komponen dari sistem
pemeliharaan kesehatan dari individu yang bersangkutan, individu sebagai bagian dari keluarga, dan sebagai bagian dari masyarakat yang meliputi aspek biomedis, psikologis, aspek pengetahuan, sikap dan perilaku, aspek sosial dan lingkungan. Lima aspek dalam diagnostik holistik : 1.
Aspek personal: alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran dan persepsi pasien.
2.
Aspek klinis:
masalah medis, diagnosis kerja berdasarkan gejala dan
tanda. 3.
Aspek
risiko internal : seperti pengaruh genetik, gaya hidup,
kepribadian, usia, gender. 4.
Aspek risiko eksternal
dan psikososial: berasal
dari lingkungan
(keluarga, tempat kerja, tetangga, budaya). 5.
Derajat Fungsional: Kualitas Hidup Pasien. Penilaian dengan skor 1 – 5, berdasarkan disabiltas dari pasien, yaitu :
2.4 Diagnostik Okupasi4,5
Cabang kedokteran komunitas yang memberikan perhatian khusus kepada komunitas pekerja adalah
kedokteran okupasi (occupational
medicine) atau kedokteran kerja. Kedokteran okupasi melakukan intervensi kesehatan yang ditujukan kepada para pekerja dan lingkungan kerjanya, yang bersifat pencegahan primer (health promotion, specific protection), sekunder (early detection and prompt treatment ), dan tersier (disability limitation, rehabilitation, prevention of premature death). Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun
lingkungan kerja. Dengan demikian
penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja: 1.
Penyakit
yang
hanya
disebabkan
oleh
pekerjaan,
misalnya
pneumokoniosis. 2.
Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma bronkogenik.
3.
Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkitis kronik.
4.
Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma. Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat banyak, tergantung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan: a.
Golongan fisik Suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
b.
Golongan kimiawi Bahan
kimiawi yang
terdapat dalam
digunakan dalam proses kerja, maupun yang
lingkungan kerja, dapat
berbentuk debu, uap, gas,
larutan, awan atau kabut. Ada kurang lebih 100.000 bahan kimia yang sudah digunakan dalam proses industri, namun dalam daftar penyakit ILO, baru diidentifikasi 31 bahan kimia sebagai penyebab. c.
Golongan biologis Bakteri, virus, jamur, parasit, dll.
d.
Golongan fisiologis Biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja yang kurang egonomis, tidak sesuai dengan fisiologi dan anatomi manusia.
e.
Golongan psikososial Lingkungan kerja yang mengakibatkan stress seperti beban kerja terlalu berat, pekerjaan yang monoton, dll.
2.5 Indikator Keluarga Sehat 6
Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2.
Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3.
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4.
Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
5.
Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6.
Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
7.
Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8.
Penderita
gangguan
jiwa
mendapatkan
pengobatan
dan
tidak
ditelantarkan 9.
Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat 2.6 Fungsi Keluarga7
Menurut PP No.21 tahun 1994, fungsi keluarga di Indonesia dapat dibedakan menjadi delapan macam: 1.
Fungsi keagamaan Keluarga menjadi wahana untuk menumbuhkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan harapan insan-insan menjadi lebih agamis, penuh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.
Fungsi Budaya Memberikan kepada seluruh anggota keluarga kebebasan untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan.
3.
Fungsi Cinta Kasih Keluarga memberikan landasan pokok terhadap hubungan anak dengan anak, suami dan isteri, orang tua dengan anak-anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wahana utama untuk tumbuhnya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin.
4.
Fungsi Melindungi Keluarga harus bisa menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi seluruh anggotanya.
5.
Fungsi Reproduksi Keluarga merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan.
6.
Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan Peran
keluarga
dalam
mendidik
keturunannya
agar
dapat
menyesuaikan diri dengan alam kehidupannya di masa depan. 7.
Fungsi Ekonomi Peran keluarga sebagai pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
8.
Fungsi Pembinaan Lingkungan Peran keluarga dalam memberikan kemampuan kepada setiap keluarga agar dapat menempatkan diri secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan yang berubah secara dinamis.
2.7 Kriteria Rumah dan Lingkungan Sehat 8
Rumah sehat adalah rumah yang bisa memberikan rasa nyaman kepada seluruh penghuni rumah tersebut lewat suasana rumah yang sehat dan bersih tentunya. Beberapa kriteria rumah sehat adalah sebagai berikut: 1.
Kering Rumah
dikondisikan
dengan
membangun
sistem
bangunan
yang dikonstruksi dengan lingkungan dalam ruangan yang terkontrol. Bisa dilakukan dengan menjaga agar sistem saluran air, saluran pembuangan terjaga dengan baik. Begitu pun masalah perembesan dan kebocoran rumah, hendaknya diatur agar tidak terjadi. 2.
Bersih Sistem bangunan yang dimiliki memungkinkan agar rumah bebas kotoran, debu, asap serta kontaminan lainnya. Rumah yang berada di
dekat jalan raya jelas berbeda penangannya dengan rumah yang ada di kompleks persawahan. 3.
Aman Rumah hendaknya dibangun dengan bentuk, fungsi, dan peralatan yang aman bagi penghuni. Konsep ergonomis di setiap piranti hendaknya juga dipikirkan dengan matang. Sisi keamanan adalah faktor yang penting, demi menghindari terjadinya kecelakaan di dalam maupun di sekitar rumah.
4.
Bebas Kontaminasi Gunakan cat rumah dan produk-produk bangunan yang aman dan tidak mengganggu kesehatan. Jauhi penggunaan formaldehida untuk meminimalisir kontaminasi anggota keluarga.
5.
Memiliki Ventilasi Ventilasi berfungsi untuk memperlancar pertukaran udara segar. Standardnya harus ada di setiap ruangan.
6.
Memiliki penerangan yang cukup Kurangnya
cahaya
yang
masuk
kedalam
rumah
akan
mempermudah bibit penyakit untuk berkembang biak dalam rumah anda. Akan tetapi jangan sampai berlebihan juga karena dapat menyilaukan mata anda dan bisa mengakibatkan kerusakan pada mata anda. Cahaya ini dapat diperoleh dengan cara alami yaitu cahaya matahari dan cahaya buatan yaitu cahaya lampu. Untuk memperoleh cahaya alami yang cukup tentu saja terpengaruh oleh jendela yang ada. Dalam membuat jendela harus memperhitungkan sinar matahari, cahaya matahari dapat langsung masuk ke ruangan, jadi dapat dikatakan kalau jendela adalah jalan masuk cahaya. 7.
Bebas dari hewan pengganggu Penghuni hendaknya menjaga agar setiap sudut rumah bebas dari hewan pengganggu seperti tikus, kecoa, cicak, dll.
8.
Terawat Rumah yang sehat adalah rumah yang setiap elemennya terawat dan terpelihara dengan baik. Para penghuni rumah hendaknya mengatur jadwal khusus untuk saling berbagi tugas melakukan tugas ini demi kepentingan bersama.
Parameter Rumah Sehat
Keadaan Rumah Keluarga W
Komponen rumah (Depkes RI, 2002)
Tidak dijelaskan secara spesifik
Meliputi
:
langit-langit,
dinding,
lantai,
mengenai komponen rumah
jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga dan
ruang
tamu,
ventilasi,
sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan. Sarana sanitasi, meliputi : (Depkes RI,
a. Jarak sumber air (sumur yang
2002)
tidak
a. Sarana air bersih, yang perlu diperhatikan adalah :
minimal 10 meter, pada sumur gali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air, dilengkapi dengan cincin dan bibir sumur. Sarana
pembuangan
kotoran
tidak
mencemari permukaan tanah, air permukaan dan air tanah, jarak jamban > 10 meter dari sumur dan bila membuat lubang jamban jangan
kedalamannya)
dengan septic tank 9 m, padahal jarak seharusnya yaitu minimal 10 m
jarak sumber air dengan sumber pengotoran
b.
diketahui
sampai
dalam
lubang
tersebut
mencapai sumber air. Jamban yang sehat dapat dibuat dengan menggunakan leher angsa atau dilengkapi dengan tutup.
b.
Terdapat
kandang-kandang
unggas di sekitar kontrakan, hal ini akan membuat kondisi tidak nyaman terutama dengan bau yang menyebar dan masuk ke dalam rumah c. Halaman belakang berukuran 10 x 5 tidak terawat dan becek bila hujan
c. Sarana pembuangan air limbah tidak mencemari sumber air dengan jarak > 10 meter. d. Sarana pembuangan sampah terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak mudah bocor dan kedap air, harus ditutup rapat sehingga
tidak
menarik
binatang-binatang
serangga
atau
seperti
tikus,
lainnya
ayam, kucing dan sebagainya. Perilaku penghuni : (Depkes RI, 2002)
seperti
membuka
membuka
jendela
jendela
membersihkan
kamar
ruang
rumah
tidur,
Tidak
dijelaskan
bagaimana
perilaku penghuni rumah
keluarga,
dan
halaman,
membuang tinja bayi dan balita ke jamban, dan membuang sampah pada tempat sampah. Kepadatan Hunian Ruang Tidur
Berdasarkan KepMenkes RI No. 829 tahun 1999
tentang
kesehatan
perumahan
menetapkan bahwa luas ruang tidur minimal 2
8m dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur, kecuali anak dibawah
Untuk jumlah orang untuk luas ruang
tidur
minimal
tidak
memenuhi syarat hunian ruang tidur, terdapat 5 orang, minimal 20m2
luas ruang tidur minimal
untuk keluarga ini.
umur 5 tahun Persyaratan kualitas udara
Tidak diketahui keadaan kualitas fisik udara
Persyaratan Kontaminasi Biologi
No Parameter
Satuan
Kadar maksimal
1
Jamur
CFU/m3
0 CFU/m3
2
Bakteri
CFU/m3
0 CFU/m3
patogen 3
Angka
CFU/m3
View more...
Comments