Laporan Devi Dengan Metode Parafin

March 20, 2019 | Author: deviwahyuningsih | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

laporan mikroteknik tumbuhan...

Description

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN

DEVI WAHYUNINGSIH 3425131060

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2017

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rakhmat dan hidayah-Nya sehingga laporan praktikum yang berjudul “PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN’ ini dapat terselesaikan. Penyusunan laporan praktikum ini diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Mikroteknik Tumbuhan pada semester ganjil tahun 2016/2017 di Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, jurusan Biologi. Laporan ini disusun dengan mendapatkan bantuan dari pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan do’a. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu dosen dan teman-teman yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, motivasi dan dukungan baik secara lahir maupun batin, dukungan moral dan materialnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kepada ibu Dra. Ratna Dewi W., M.Si. yang telah membantu dalam proses pemberkasan laporan serta praktikum, 2. Kedua orang tua saya yang telah mendukung dan mendampingi selama ini, Penulis memahami sepenuhnya bahwa laporan ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga laporan praktikum ini bermanfaat untuk studi selanjutnya. Jakarta, 06 januari 2017

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................ii DAFTAR ISI ....................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN..................................................................................5 A. B. C. D.

Latar Belakang.......................................................................................5 Identifikasi dan Rumusan Masalah........................................................6 Tujuan....................................................................................................6 Manfaat..................................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................7 BAB III METODOLOGI.................................................................................12 A. Tempat dan Waktu................................................................................12 B. Alat dan Bahan.....................................................................................12 C. Langkah kerja.......................................................................................12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................14 BAB V PENUTUP...........................................................................................17 A. Kesimpulan..........................................................................................17 B. Saran ...................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel, yang mempunyai asal, fungsi serta struktur yang sama dan disebut jaringan. Berdasarkan sifatnya, ada dua macam jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu jaringan muda dan jaringan dewasa. Tumbuhan monokotil melengkapi daur hidupnya hanya dengan pertumbuhan pimer saja, tetapi tumbuhan dikotil batang dan akar dapat mempertebal diri melalui proses yang disebut pertumbuhan sekunder (Sumardi, Pudjoarinto, 2002). Sel tumbuhan mempunyai bentuk, ukuran dan struktur yang bervariasi. Struktur sel rumit, namun demikian semua sel mempunyai persamaan dalam beberapa segi dasar. Jaringan yang menyusun tumbuh-tumbuhan terdiri dari jaringan muda dan dewasa. Jaringan-jaringan ini dapat ditemukan pada bagian akar, batang dan daun tumbuhan. Jaringan ini dapat dilihat dengan membuat suatu preparat penampang dari bagian-bagian tumbuhan (Sugiharto, 1989). Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari tenik pembuatan sediaan secara mikroskopis. Dalam mikroteknik, sediaan yang dibuat berbahan dasar sel. Sel yang digunakan yaitu sel hewan dan sel tumbuham. Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini. banyak metode yang digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan digunakan. sel hewan yang kebanyakan digunakan ungtuk pembuatan sediaan dengan metode smear ataupun embedding dan sering kali pula dengan metode whole mount. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik dalam pembuatan preparat mikroskopis tumbuhan (Arimurti, 2001). Metode

yang

paling

umum digunakan untuk

melihat jaringan dan sel tumbuhan adalah metode parafin dengan bahan utamanya adalah blok parafin (Djukri, 2007). Berdasarkan hal ini, maka dilakukanlah percobaan pembuatan preparat dengan menggunakan metode parafin.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana tahapan pembuatan sayatan dengan metode parafin, Belum adanya pembuatan preparat dengan metode parafin untuk pembuatan

sediaan

irisan

jaringan

tumbuhan bahan batang nangka (Artocarpus sp.) C. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah mengenal tahap-tahap pembuatan, bahan dan untuk

praktikum, teknik

pembuatan

sediaan

irisan

jaringan

alat

tumbuhan batang nangka

(Artocarpus sp.) dengan metode parafin. D. Manfaat Praktikum Manfaat pada praktikum kali ini adalah dapat melatih kreatifitas mahasiswa untuk mampu membuat preparat bagian tumbuhan yang baik dengan menggunakan metode parafin.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Suatu organisme baik tumbuhan maupun hewan adalah suatu unit kehidupan yang lengkap. Jika terorganisasi benar maka organisme mempunyai susunan yang memiliki organ, jaringan dan sel yang fungsi dan hubungannya merupakan ciri khas suatu individu maupun spesies. Dalam bentuk kehidupan yang paling sederhana suatu organisme dapat terdiri dari satu sel. Setiap organisme hidup ataupun hasil pertumbuhannya merupakan suatu sumber yang penting sebagai bahan mikroteknik(Syahrir, 2013). Tingkat kekerasan jaringan tumbuhan pada umumnya ditentukan oleh tingkat pertumbuhannya, yang dalam hal ini berkaitan dengan derajat pengayuan (lignifikasinya). Jaringan tumbuhan berbeda dengan jaringan hewan dalam satu hal penting yaitu bahwa setiap sel tumbuhan terbungkus yang cukup tangguh yang terutama terdiri dari selulosa. Membran tersebut berasal dari sel, sedangkan membran sitoplasma yang asli, yang sesuai dengan membran luar pada sel hewan berada sedikit di sebelah dalam (Damayanti, 2014). Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu atau seni untuk mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk dapat diamati dan dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya untuk melihat jaringan atau organ ini dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci pada dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Suatu spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian ataupun keseluruhan dari struktur yang ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi dengan kaca penutup yang direkatkan di atas spesimen (Alyas, 2010). Banyak cara dalam pembuatan preparat jaringan tumbuhan, diantaranya adalah dengan metode parafin. Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-kebaikan metode ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metode beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mikron, tapi dengan metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode seloidin. Namun metode parafin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila

menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode ini (Alyas, 2010). Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan ataupun pada hewan (Muarib, 2012). Irisan utuh suatu spesimen sangat bermanfaat bagi studi pembelajaran. Dengan adanya preparat utuh maka dapat diamati bagian-bagian jaringan dan jenis sel yang ada dalam satu preparat. Dalam pembuatan preparat utuh diupayakan permanen atau awet agar sewaktu-waktu dapat diamati kembali. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan (Muarib, 2012). Karakteristik tumbuhan yang akan diambil spesimennya juga menentukan waktu pada tahap-tahap pemrosesan. Misalnya waktu yang berlebih pada suatu tahap pengecatan akan mengakibatkan suatu warna menjadi terlalu gelap dan mungkin warna lainnya menjadi kurang atau bahkan hilang. Keberhasilan pembuatan preparat permanen ini tergantung pada lima tahap yang utama yaitu fiksasi, dehidrasi, penjernihan, perembesan dan pengeblokan parafin serta pewarnaan. Larutan fiksatif yang dipilih, perembesan parafin yang bagus dan zat warna yang akan digunakan menentukan keberhasilan preparat irisan (Alyas, 2010). Pada prinsipnya pembuatan preparat

irisan terdiri atas beberapa tahap yaitu koleksi

specimen, fiksasi, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, pengeblokan, pengirisan, penempelan, pewarnaan dan mounting. Prinsip koleksi spesimen adalah kekeringan

dan kerusakan

spesimen

tidak

sebelum difiksasi. Tujuan fiksasi adalah untuk

mengalami mematikan

dengan cepat spesimen yang berupa jaringan dan sel-sel juga utuk mempertahankan struktur

sel dan jaringan sebagaimana aslinya. Udara dalam jaringan

spesimen

harus

dikeluarkan terlebih dahulu kemudian diganti dengan larutan fiksatif (Tianaizta, 2013). Selanjutnya dilakukan dehidrasi yaitu tahap pengeluaran air dari jaringan dengan perendaman alkohol secara bertingkat dan dalam jangka waktu tertentu. Kemudian pengambilan

alkohol dilakukan dengan perendaman dalam xylol secara bertahap dengan jangka waktu tertentu. Proses penggantian larutan penjernih dengan merendam spesimen dalam parafin. Penggantian xylol dalam jaringan oleh parafin berlangsung secara berangsur-angsur. Proses penggantian ini berlangsung di dalam oven sehingga xylol tidak menguap dan parafin tidak membeku. Temperatur oven lebih tinggi sedikit di atas titik cair parafin (Alfiandri, 2013). Selanjutnya dilakukan pengeblokan

atau

embedding, pengeblokan ini menggunakan

kotak atau takir yang dibuat dari kertas kalender. Pada saat pengeblokan specimen diletakkan sesuai posisi yang diinginkan. Setelah itu parafin didinginkan dengan segera. Setelah dingin maka dilakukan pengirisan, pengirisan digunakan alat mikrotom biasanya dengan ukuran 10 mikron sampai 14 mikron. Irisan akan berbentuk seperti pita-pita. Pemindahan irisan menggunakan kuas kecil yang telah dibasahi ujungnya dengan air (Alfiandri, 2013). Penempelan menggunakan perekat haupt kemudian disimpan dalam kotak pengering. Selanjutnya akan dilakukan pewarnaan dan mounting. Dalam proses pewarnaan dilakukan dalam jangka waktu tertentu, jika terlalu lama atau terlalu singkat dapat menyebabkan warna preparat menjadi kurang atau bahkan terlalu gelap. Selanjutnya dilakukan mounting dengan ditetesi balsam kanada sehingga irisan akan tetap awet dengan struktur sel serta jaringan (Alfiandri, 2013). Proses penempelan spesimen ke kaca benda tidak benar-benar melekat sehingga saat pewarnaan spesimen ada yang lepas. Agar spesimen dapat menempel sempurna pada kaca benda dibutuhkan tenggat waktu yang cepat antara peletakkan spesimen pada kaca benda yang telah diberi pelekat Haupt. Setelah benar-benar melekat di kaca benda maka irisan yang berada di kaca benda dipanaskan di atas lampu spiritus untuk lebih memaksimalkan perlekatannya (Alfiandri, 2013). Zat warna yang digunakan tidak hanya satu macam karena tidak semua sel dapat menyerap satu macam zat warna. Pada saat pewarnaan preparat akar inisel dalam jaringan tidak terwarnai. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu yang digunakan untuk pemberian warnanya terlalu singkat sehingga zat warna belum terserap sempurna oleh jaringan. Pewarna yang diberikan pada irisan dalam jangka waktu tertentu, kurang atau lebih waktu yang digunakan menyebabkan warna preparat menjadi kurang atau terlalu gelap. Sedangkan hasil preparat yang tidak utuh dapat disebabkan oleh suhu sekitar ruangan yang kurang mendukung saat dilakukan

pengirisan selain itu masih tersisanya air atau alkohol dalam jaringan juga dapat menyulitkan dalam pengirisan (Alfiandri, 2013). Mikrotom adalah mesin untuk mengiris spesimen biologi menjadi bagian yang sangat tipis untuk pemeriksaan mikroskop. Beberapa mikrotom menggunakan pisau baja dan digunakan untuk mempersiapkan sayatan jaringan hewan atau tumbuhan dalam histologi. Mikrotom tangan merupakan mikrotom dengan bentuk paling sederhana. Alat ini biasa digunakan di laboratorium sekolah untuk membuat sayatan spesimen yang tipis sekali. Alat ini terbuat dari logam berbentuk seperti klos benang yang berongga di tengah. Di dalam rongga terdapat sebuah ulir yang bagian atasnya rata dan bagian bawahnya melekat atau bersatu dengan dasar alat itu. Bila dasar alat itu diputar dari kiri atau ke kanan, maka bidang ulir bagian atas yang rata itu akan bergerak ke atas atau ke bawah dengan interval 20 tiap putaran. Rongga tersebut adalah tempat untuk meletakkan benda yang akan disayat tipis, biasanya dibalut lilin atau gabus (Damayanti, 2014).

BAB III MATERIAL DAN METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum Mikroteknik Tumbuhan dilaksanakan pada bulan November-desember 2016 sampai selesai. Bertempat di ruang Laboratorium Biologi Umum, Universitas Negeri Jakarta. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah silet yang tajam, botol film 10 ml (2 buah), gelas ukur, gelas beker, cawan petri, jam tangan, oven, serbet, pinset, kotak parafin, freezer, gelas objek, tempat untuk pewarnaan/staining jar, botol-botol tempat bahan kimia, mikrotom, meja pemanasan/hot plate Bahan yang

digunakan

dalam

praktikum ini

adalah batang nangka (Artocarpus

sp.), larutan fiksasi seperti FAA, alkohol bertingkat, xylol, parafin, zat warna untuk pewarnaan seperti safranin 1%, Parafin blok, C. Langkah Kerja Menyiapkan sampel tumbuhan berupa batang tua nangka (Artocarpus sp.), kemudian dipotong-potong hinngga menjadi potongan kecil yang berukuran 0,5 cm, selanjutnya dimasukkan dalam botol film. Lalu Difiksasi potongan tumbuhan dengan larutan FAA selama 1 minggu. Dibuang larutan FAA, kemudian diganti dengan alkohol 70% dan larutan safranin selama 1 minggu. Didehidrasi potongan batang nangka dalam larutan alkohol bertingkat, mulai alkohol 85%, 90%, 100% masing-masing selama 1jam. Didehidrasi potongan batang nangka dalam larutan alkohol 100% : xilol (1:1) selama 1jam. Didehidrasi potongan batang nangka dalam laruitan xilol murni selama 1 jam. Diinfilatrasi potongan batang nangka dalam larutan parafin:xilol (9:1) selama 1 jam. Diinfiltrasi batang nangka dengan larutan parafin murni dalam oven dengan suhu 50-60ºC selama 24 jam. Dimasukkan potongan batang nangka kedalam block parafin kemudian dituang parafin cair kedalamnya, disimpan dalam suhu kamar hingga mengeras. Dikeluarkan

block parafin dari dalam kotak kemudian ditempelkan pada holder.

Dipotong cetakan parafin dengan silet yang tajam. Direkatkan pita jaringan di atas gelas objek

yang sebelumnya telah diolesi albumin:aquadest (1:1), dipanaskan lembaran pita jaringan di atas hot plate hingga parafin mencair.

b. Gambar 1. batang nangka yang direndam FAA (a) dan batang nangka yang direndam alkohol + safranin (b)

Gambar 2. batang nangka yang alkohol 85%, 95%, 100%, dan xilol + alkohol 100%

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Metode parafin adalah suatu cara pembuatan sediaan baik itu tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan metode ini ialah irisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda

beku atau metoda seloidin. Kelemahan dari metode ini ialah

jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan

yang besar tidak

dapat dikerjakaan, bila menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada jaringan akan larut dengan menggunakan metode ini. Batang nangka adalah salah satu tumbuhan yang jaringannya dapat digunakan sebagai preparat untuk mengenali struktur dari bagian – bagian tumbuhan. Pada praktikum kali ini digunakan batang nangka. Pertama-tama batang nangka dipotong-potong

hingga

Kemudian difiksasi larutan

FAA,

1minggu.

menjadi

potongan

kecil,

lalu dimasukkan dalam botol film.

potongan tumbuhan dengan larutan FAA selama 1 minggu.

kemudian

Selanjutnya

diganti

didehidrasi

dengan larutan potongan

Dibuang

safranin dan alkohol 70% selama

batang nangka dalam larutan alkohol

bertingkat, mulai alkohol 85%, 90%, 100% masing-masing selama 1 jam dan didehidrasi lagi dalam larutan alkohol:xilol (1:1) selama 1 jam. Didehidrasi potongan batang nangka larutan xilol

murni

selama

2x30

menit. Kemudian batang nangka tersebut diinfilatrasi dalam

larutan parafin:xilol (9:1) selama 24 jam, lalu Diinfilatrasi potongan batang nangka dalam larutan parafin:xilol (9:1) selama 1 jam. diinfiltrasi Diinfiltrasi batang nangka dengan larutan parafin murni dalam oven dengan suhu 50-60ºC selama 24 jam. Hingga sampai proses penanaman parafin ke holder. Namun, pada praktikum ini kami tidak sampai melakukan ke tahap pemotongan yang baik, dikarenakan kemungkinan adanya kesalahan dalam saat tahapan proses perendaman, dan kemungkinan perendaman disetiap tahapan yang terlalu lama sehingga menyebabkan kerasnya potongan batang saat disayat secara manual menggunakan silet yang tajam. Dan blok parafin yang terlalu lama disimpan di dalam freezer sehingga ketika melakukan sayatan parafin bloknya hancur. Seharusnya dalam tahapan yang benear setelah proses pemotongan dengan menggunakan mikrotom, dilakukan proses pewarnaan, dimasukkan kaca objek berisi jaringan tumbuhan dalam staining jar berisi larutan xilol I, direndam selama 1 jam. Dipindahkan kaca objek berisi

jaringan kedalam staining jar berisi xilol II, direndam selama 3 menit. Dimasukkan kaca objek dalam

staining

jar

berisi

alkohol

bertingkat yaitu70%, 80%, 95%, 100% dan 100%

masing-masing selama 3 menit. Dimasukkan kaca objek dalam larutan safranin selama 1 jam. Dimasukkan kembali kaca objek dalam alkohol konsentrasi menurun yaitu 100%, 100%, 95%, 80%, dan 70% masing-masing selama 3 menit. Dimasukkan kaca objek dalam larutan xilol II dan xilol I masing-masing selama 3 menit. Ditutup dengan entelan. Diamati

penampakan

jaringan tumbuhan umbi bawang dayak di bawah mikroskop. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan sediaan irisan tumbuhan ini memang cukup rumit, yaitu dengan proses dehidrasi yang berulang-ulang kali karena kandungan air dalam sel tumbuhan relatif banyak. Namun tahapan-tahapan tersebut memiliki fungsi-fungsi tertentu, diseksi merupakan pengambilan jaringan pada organ. Fiksasi berfungsi untuk membuang segala sesuatu yang tidak dikehendaki terbawa pada proses selanjutnya misalnya debu dan untuk memperpanjang umur sel yang digunakan. Clearing berfungsi untuk menarik dehidran dari dalam jaringan, agar nantinya dapat digantikan oleh molekul parafin. Infiltrasi merupakan usaha menyusupkan media penanaman (embedding media) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan dehidran, dan bahan penjernih (clearing agent). Embedding atau penanaman merupakan proses memasukkan atau menanam jaringan ke dalam blok-blok parafin, fungsi parafin dalam

proses

blocking

ini

adalah

untuk

menunjang

jaringan pada waktu pemotongan dengan mikrotom. Section adalah proses penyayatan mencakup berbagai cara yang akan menghasilkan sayatan tipis jaringan agar nantinya jaringan mudah diamati di bawah mikroskop. Deparafinasi merupakan proses pertama dalam pewarnaan, yaitu proses menghilangkan parafin yang terdapat di dalam Staining bertujuan

agar

dapat

mempertajam

atau

mempelajari berbagai

jaringan. elemen

jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop Pada praktikum kali ini digunakan beberapa larutan yang memiliki fungsi masingmasing.

Alkohol

bertingkat

yang

digunakan

berfungsi

sebagai

larutan dehidrasi,

alkohol:xilol berfungsi sebagai larutan dealkoholisasi, safranin 1% berfungsi sebagai larutan perekat.

pewarna,

sedangkan

gliserin:albumin

yang

ditambah aquades berfungsi sebagai

BAB V PENUTUP A. kesimpulan Metode

parafin

adalah

suatu

cara

pembuatan

sediaan

baik

itu tumbuhan

ataupun hewan dengan menggunakan parafin. Tidak didapatkan hasil pada praktikum ini, dikarenakan kemungkinan adanya kesalahan dalam saat tahapan proses perendaman, dan kemungkinan perendaman disetiap tahapan yang terlalu lama sehingga menyebabkan kerasnya potongan batang saat disayat secara manual menggunakan silet yang tajam. Dan blok parafin yang terlalu lama disimpan di dalam freezer sehingga ketika melakukan sayatan parafin bloknya hancur. B. saran Sebaiknya pelaksanaan tahap selanjutnya dilaksanakan secepat mungkin setelah pemotongan agar preparat tetap utuh dan tidak rusak. Serta alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum ini harus lebih diperhatikan. Misalnya saja, alat untuk pemotongan tidak bisa digunakan sehingga sulit untuk mendapatkan pita yang baik yang nantinya akan di lanjutkan ketahap selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA Alfiandri, F., 2013. Mikroteknik Tumbuhan. http://mukegile08.wordpress.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 19.00 WITA, Makassar Arimurti, 2001. Laporan Praktikum Mikroteknik. Fakultas Pertanian, UGM, Yogyakarta. Alyas,

A.,

2010. Praktikum

Pembuatan

Preparat

Menggunakan

Metode

Parafin.http://asli.tumblr.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 20.00 WITA, Makassar. Damayanti, L., 2014. Mikroteknik Parafin. http://lindabios.wordpress.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 19.30 WITA, Makassar. Djukri,

2007.

Pembekalan

Berwirausaha

Dalam

Pembuatan

Preparat

Awetan

http://kuliahbiologi.wordpress.com/category/mikroteknik. Diakses tanggal 4 JANUARI 2017,. Muarib, M., 2012. Laporan Praktikum Batang. http://muaribmunif.blogspot.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 20.15 WITA, Makassar Syahrir, N.A., 2013. Laporan Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. http://arafah.sribd.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 19.30 WITA, Makassar. Sumardi, I. dan Pudjoarinto, A., 2004. Struktur Perkembangan Tumbuhan.

Universitas

Hasanuddin. Makassar. Sugiharto,

1989. Mikroteknik.

Direktorat Institut

Departemen

Pendidikan

dan

Kebudayaan

Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Pertanian Bogor. Bogor.

Tianaizta, A., 2013. Preparat Tumbuhan. http://Tiabiologika.blogspot.com, diakses pada tanggal 4 JANUARI 2017, pukul 20.25 WITA, Makassar.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF