Laporan Body Scrub

November 23, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Body Scrub...

Description

JURNAL AWAL PRAKTIKUM KOSMETIKA FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN BODY SCRUB CHOCO BODY SCRUBS®

OLEH : KELOMPOK I I NYOMAN ARYA PURNATA MEGANTARA

(1208505017)

KADEK MEGAYANTI

(1408505009)

RAHAYU WIRAYANTI

(1408505047)

IDA BAGUS DHARMA ESA

(1408505055)

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2017 I. TUJUAN

1.1 Mengetahui dan merancang formulasi sediaan Body scrub. 1.2 Mengetahui pengaruh penambahan bahan atau konsentrasi bahan dalam sediaan Body scrub terhadap sifat fisika dan kimia Body scrub 1.3 Mengetahui evaluasi sediaan Body scrub II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Latar Belakang Kulit merupakan bagian tubuh manusia paling luar yang berperan penting, baik ditinjau dari segi kesehatan maupun dari segi keindahan/kecantikan. Peran kulit bagi kecantikan adalah sebagai daya tarik dan penampilan. Tampil cantik segar dengan kulit mulus berseri merupakan dambaan setiap orang terutama kaum wanita, oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk dapat tampil cantik dengan kulit yang mulus. Pemeliharaan kulit memerlukan perhatian yang khusus karena kulit merupakan organ yang sensitif terhadap perlakukan dan rangsangan. Perawatan kulit & tubuh sangat beragam, mulai dari perawatan modern yang menggunakan mesin laser, sampai perawatan tradisional contoh mandi lulur. Perawatan lulur yang konon sudah dikenal sejak jaman nenek moyang kita, atau lebih dikenal juga dengan istilah body scrub merupakan perawatan yang ‘cukup populer’ dikalangan wanita. 2.2 Body scrub Body scrub adalah perawatan tubuh dengan menggunakan lulur. Produk lulur berupa krem yang mengandung butiran-butiran kasar di dalamnya. Bahan alami yang dapat digunakan sebagai bahan lulur antara lain bengkoang, beras giling kasar, belimbing, jeruk nipis, pepaya, bunga-bungaan, daun-daunan, biji coklat,kopi, dan kedelai. Scrub berfungsi mengangkat sel kulit mati di permukaan kulit tubuh yang kasar dan kusam, selain itu juga berfungsi membantu mempercepat pergantian selsel kulit tubuh yang baru, bersih dan sehat. Scrub/peeling atau lulur adalah perawatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggerakan telapak tangan

memutar sambil mengusap permukaan kulit yang sudah diberi produk lulur. Perawatan ini dapat dilanjutkan dengan perawatan body masker. Perawatan ini diakhiri dengan bath terapy dan pengolesan lotion, body cream atau body butter untuk memaksimalkan hasil perawatan. III. MONOGRAFI BAHAN 3.1 Lemak coklat

a. Definisi

: Coklat padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theo Broma Cacao L. yang telah dikupas/ dipanggang (Depkes RI, 1979).

b. Pemerian

: Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa khas lemak agak

c. Kelarutan

rapuh (Depkes RI, 1979).

: Sukar larut dalam etanol (95 %)P, mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P (Depkes RI, 1979).

d. Suhu lebur

: 310C – 340C (Depkes RI, 1979)

e. Stabilitas

: Memanaskan oleum cacao diatas 36°selama preparasi akan mengakibatkan titik memadat menjadi bentuk meta stabil (Depkes RI, 1979)

e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979) 3.2 VCO a. Pemerian

: Cairan jernih tidak berwarna, kuning pucat, bau khas, tidak tengik (Depkes RI, 1979)

b. Kelarutan

: Larut dalam 2 bagian etanol (95%) pada suhu 60 oC, sangat mudah larut dalam kloroform p dan dalam eter p (Depkes RI, 1979)

c. Penggunaan

: Sebagai emolien dan basis salep (Rowe et al., 2009).

d. Stabilitas

: Apabila minyak kelapa terkena paparan udara, minyak akan mudah teroksidasi dan akan mengakibatkan bau tengik.

Minyak kelapa mungkin terbakar pada suhu tinggi (Rowe et al., 2009) e. Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup baik, terlindungi cahaya, sejuk (Depkes RI, 1979) f. Inkompatibilitas : Minyak kelapa bereaksi dengan oksidator, asam dan basa (Rowe et al., 2009). 3.3 Setil Alkohol a. Bobot molekul : 242,44 g/mol (Rowe et al., 2009). b. Pemerian

: Berupa lilin, berwarna putih, berbentuk serpihan, granul, kubus, bau dan rasa lemah (Rowe et al., 2009).

c. Penggunaan

: Propilenglikol pada konsentrasi 2-5% digunakan sebagai emolien; 2-5% digunakan sebagai agen pengemulsi; digunakan sebagai agen pengeras (Stiffening agent) pada konsentrasi 2-10%; dan sebagai pengabsorpsi air pada konsentrasi 5% (Rowe et al., 2009).

d. Kelarutan

: Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan peningkatan temperatur, praktis tidak larut dalam air. Ketika dilelehkan dapat bercampur dengan lemak, parafin padat atau cair, dan isopropil miristat (Rowe et al., 2009).

e. Suhu lebur

: 49°C (Rowe et al., 2003).

f. Stabilitas

: Setil alkohol stabil dengan asam, alkali, cahaya, serta udara, dan tidak menjadi tengik (Rowe et al., 2009).

g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering (Rowe et al., 2009). h. Inkompatibilitas :

Propilenglikol

tidak

tercampurkan

dengan

agen

pengoksidasi kuat (Rowe et al., 2009). 3.4 Asam Stearat Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam heksadekanoat C16H32O2 (Depkes RI, 1979).

a. Organoleptis

: Zat padat keras mengkilat menunjukan susunan `hablur, putih atau kuning pucat mirip lemak lilin (Depkes RI, 1979).

b. Berat Molekul : 284,47 gram/mol c. Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95 %) P, dalam 2 bagian klorofom P dan dalam 3 bagian eter P (Depkes RI, 1979).

d. Stabilitas

: Asam stearat merupakan material yang stabil, tetapi sering juga ditambahkan antioksidant (Rowe et al., 2009)..

e. Inkompatibilitas : Asam stearat tidak tercampurkan dengan kebanyakan logam hidroksida dan basa, agen pereduksi, dan agen pengoksidasi. Basis ointment yang dibuat dari asam stearat dapat

menunjukkan

pengeringan

atau

penggumpalan

berkaitan dengan reaksi ketika dicampurkan dengan garam zink atau garam kalsium. Asam stearat tidak tercampurkan dengan obat naproxen (Rowe et al., 2009). f. Penggunaan

: Emulsifying agent; solubilizing agent; lubrikan dalam tablet dan kapsul (Rowe et al., 2009).

g. Titik lebur

: 69-70oC (Rowe et al., 2009).

h. Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering (Rowe et al., 2009). 3.5 Metil paraben a. Bobot molekul : 152,15 g/mol (Rowe et al., 2009). b. Pemerian

: Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar (Rowe et al., 2009).

c. Penggunaan

: Metilparaben dengan persentase 0,02 – 0,3% digunakan sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Metilparaben bersama dengan metil paraben digunakan pada berbagai formulasi sediaan farmasetika (Rowe et al., 2009).

d. Kelarutan

: Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter terbakar (Depkes RI, 1995).

e. Suhu lebur

: 125 - 128 °C (Rowe et al., 2009).

f. Stabilitas

: Larutan cair metal paraben pada pH 3–6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120°C selama 20 menit, tanpa terdekomposisi. Larutan pH 3–6 stabil (kurang dari 10% terdekomposisi) sekitar 4 tahun pada temperature ruangan. Sementara larutan pH 8 atau lebih terhidrolisis dengan cepat (10% atau lebih sekitar 60 hari pada temperatur ruangan) (Rowe et al., 2009).

g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995). h. Inkompatibilitas : Aktivitas anti bakteri metal paraben dan paraben lainnya akan menurun jika terdapat surfaktan ninionik, seperti polisorbat 80, yang dapat menghasilkan misel. Walaupun propilenglikol (10%) menunjukkan potensi pada aktivitas antibakteri paraben dalam keberadaan surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara metal paraben dan polisorbat 80. Inkompatibilitas dilaporkan terjadi dengan substansi lain seperti bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium alginat, minyak essensial, sorbitol, dan atropin. Metil paraben juga bereaksi dengan beberapa gula dan gula alkohol. Absorpsi metal paraben oleh plastik. Polietilen dengan berat jenis rendah dan tinggi tidak menyerap metal paraben. Metil paraben kehilangan warnanya dengan keberadaan tembaga dan terhidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat (Rowe et al., 2009). 3.6 Propil paraben

a. Bobot molekul : 180,20 g/mol (Rowe et al., 2009).

b. Pemerian

: Serbuk berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa (Rowe et al., 2009).

c. Penggunaan

: Propilparaben dengan persentase 0,01 – 0,6% digunakan sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Propil paraben bersama dengan metil paraben digunakan pada berbagai formulasi sediaan farmasetika (Rowe et al., 2009).

d. Kelarutan

: Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih (Depkes RI, 1995).

e. Suhu lebur

: 95 - 98 °C (Depkes RI, 1979).

f. Stabilitas

: Larutan propilparaben berair pada pH 3-6 dapat disterilisasi dengan autoklaf tanpa terjadi dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan berair stabil (terdekomposisi kurang dari 10%) untuk penyimpanan pada suhu kamar selama 4 tahun, sementara pada pH di atas 8 dapat cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah penyimpanan selama 60 hari pada suhu kamar) (Rowe et al., 2009).

g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995). h. Inkompatibilitas : Aktivitas antibakteri propil paraben akan menurun jika terdapat surfaktan ninionik yang dapat menghasilkan misel. Walaupun propilenglikol (10%) menunjukkan potensi pada aktivitas antibakteri paraben dalam keberadaan surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara metal paraben dan polisorbat 80. Inkompatibilitas dilaporkan terjadi dengan substansi lain seperti magnesium aluminium silikat, magnesium trisilikat, tembaga oksida, tragakan, dan ultramarin biru hingga mampu mengurangi daya pengawet propilparaben.

Absorpsi

propilparaben

oleh

plastik.

Propilparaben kehilangan warnanya dengan keberadaan tembaga dan terhidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat (Rowe et al., 2009).

3.7 Propilen Glikol a. Pemerian

: Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,

menyerap air pada udara lembab. (Depkes RI,

1995) b. Kelarutan

: Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter, dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. (Depkes RI, 1995)

c. Penggunaan

: humektan. (Depkes RI, 1995)

d. Inkompartibilitas : Inkompatibel dengan pengoksidasi seperti potassium permanganat. (Depkes RI, 1995) e. Stabilitas

: Dalam suhu yang sejuk, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup

Propilen glikol stabil secara kimia ketika

dicampur dengan etanol, gliserin, atau air.

(Depkes RI,

1995) f. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. (Depkes RI, 1995) 3.8 Aqua Destillata

a. Bobot molekul : 18,02 g/mol (Depkes RI, 1995). b. Definisi

: Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat tambahan lain (catatan: Air murni digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan). Bila digunakan untuk sediaan steril, selain untuk sediaan parenteral, air harus memenuhi persyaratan uji sterilitas atau gunakan air murni steril yang dilindungi terhadap kontaminasi mikroba. Tidak boleh menggunakan air murni untuk sediaan parenteral. Untuk keperluan ini digunakan air untuk injeksi, air untuk injeksi bakteriostatik atau air steril untuk injeksi (Depkes RI, 1995).

c. Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau (Depkes RI, 1995).

d. pH

: Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan secara potensiometrik pada larutan yang ditambahkan 0,30 mL larutan kalium klorida P jenuh pada 100 mL zatuji (Depkes RI, 1995).

e. Kemurnian bakteriologi : Memenuhi syarat air minum (Depkes RI, 1995). f. Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995). 3.9 Coklat bubuk (Cocoa powder) Bubuk coklat diperoleh dari biji coklat yang telah dikupas dan dipanggang, yang digiling dan di-press cake, kemudian ditumbuk hingga menjadi bubuk coklat. a. Pemerian

: Bubuk halus, berbau khas coklat, warna coklat sampai kemerahan. (Widayat, 2013)

b. pH

: 7-8,5 (Widayat, 2013)

c. Kandungan lemak:
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF