Laporan Bioinsektisida Diank
August 15, 2018 | Author: Dian Kartika | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Bioinsektisida Diank...
Description
BIOINSEKTISIDA BAKTERI (Bacillus thuringiensis)
Bacillus thuringiensis
(termasuk (termasuk bakteri gram positif)
Oleh: Dian Kartikasari NIM: 093654219
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2011RIAN P
A. Pendahuluan
Bioinsektisida Bacillus thuringiensis Pada masa sekarang, para petani tidak begitu gelisah dengan hama serangga yang menyerang tanaman pertanian mereka. Hal itu disebabkan telah banyak produk hasil teknologi yang banyak beredar untuk membasmi hama serangga yang sering disebut pestisida. Pestisida biologi yang saat ini banyak dipakai adalah jenis insektisida biologi (mikroorganisme pengendali serangga) dan jenis fungisida biologi (mikroorganisme pengendali jamur). Insektisida biologi dapat dibuat dari beberapa macam tumbuhan, hewan, bahkan mikroorganisme. Insektisida yang dibuat dari mikroorganisme umumnya termasuk dalam insektisida hayati karena mikroorganisme tersebut tidak diubah menjadi bahan lain untuk difungsikan sebagai insektisida. Namun dalam tubuh mikroorganisme tersebut terdapat substansi atau bahan aktif yang dapat membunuh hama atau serangga sejenisnya apabila bahan aktif tersebut masuk ke dalam tubuh hama atau serangga. Mikroorganisme yang dapat berfungsi sebagai bioinsektisida yaitu bakteri dan virus. Virus merupakan mikroorganisme yang memberi harapan sebagai pemberantas atau pengendalian hama. Virus hanya bekerja terhadap satu atau beberapa spesies dan tidak merusak organisme lain dalam lingkungannya. Namun kendala dari pengembangan virus adalah harus dikembangkan pada inang yang hidup, yang berarti harus memelihara spesies tersebut. Dari kendala pengembangan virus tersebut menimbulkan banyak insektisida kimia yang diproduksi dan telah beredar di masyarakat. Namun penggunaan insektisida kimia secara terus menerus untuk membasmi hama serangga dapat menyebabkan hama serangga tersebut menjadi kebal (resisten). Tetapi dengan insektisida bakteri yang dibuat secara bioteknologi maka problem resistensi ini dapat diatasi. Selain itu, insektisida bakteri ini tidak berbahaya terhadap lingkungan. Salah satu jenis bakteri
Bioinsektisida / 1
yang digunakan untuk membuat insektisida adalah Bacillus thuringiensis. B.
C.
Klasifikasi Bacillus thuringiensis Kerajaan
: Eubacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
Ordo
: Bacillales
Famili
: Bacillaceae
Genus
: Bacillus
Spesies
: thuringiensis
Cara Kerja
Bacillus thuringiensis Bacillus thuringiensis membentuk spora yang membentuk
kristal protein-toksin.
Kristal
tersebut bersifat toksik terhadap
serangga. B. thuringiensis menghasilkan beberapa jenis toksin, seperti (alfa), (beta), (gamma)-eksotoksin, dan (delta)endotoksin. Tetapi toksin yang berperan penting sebagai insektisida adalah protein -eksotoksin dan -endotoksin. Apabila kristal protein termakan oleh serangga maka kristal tersebut akan larut dalam lingkungan basa pada usus serangga. Pada
serangga target, protein tersebut akan teraktifkan oleh
enzim pencerna protein serangga. Protein yang teraktifkan akan menempel pada protein reseptor yang berada pada permukaan sel
epitel
usus.
Penempelan
tersebut
mengakibatkan
terbentuknya pori atau lubang pada sel sehingga sel mengalami lysis.
Pada
akhirnya serangga akan mengalami gangguan
pencernaan dan mati.
Bioinsektisida / 2
D. Cara pembuatan insektisida bakteri
Bacillus thuringiensis
1. Bakteri Bacillus thuringiensis dikulturkan dalam jumlah besar di tangki fermentor. 2. Hasil fermentasi yang berupa protein kristal insektisida atau yang sering disebut ICP ditampung lalu dicampur dengan bahan yang lengket. 3. Campuran tersebut disemprotkan pada tumbuhan. E. Proses-proses Pengolahan Bakteri
Bacillus thuringiensis
sebagai bioinsektisida 1.
Isolasi
Bacillus thuringiensis Bacillus thuringiensis dapat diisolasi dari tanah,
bagian tumbuhan, kotoran hewan, serangga dan bangkainya dan sumber lain. Salah satu cara isolasi yang cukup efektif adalah dengan seleksi asetat. Beberapa gram sumber isolat disuspensikan ke dalam media pertumbuhan bakteri (misal LB) yang mengandung natrium asetat kemudian dikocok.
Media asetat tersebut menghambat pertumbuhan spora B. thuringiensis menjadi sel vegetatif. Setelah beberapa jam
media tersebut dipanaskan pada suhu 80°C selama beberapa menit.
Pemanasan
ini akan membunuh sel-sel
bakteri atau mikroorganisme yang sedang tumbuh termasuk spora-spora bakteri lain yang tumbuh.
Kemudian
sebagian
kecil dari suspensi yang telah dipanaskan diratakan pada media
padat.
Koloni-koloni
yang
tumbuh
kemudian
dipindahkan ke media sporulasi B. thuringiensis. Koloni yang tumbuh pada media ini dicek keberadaan spora atau protein kristalnya untuk menentukan apakah koloni tersebut termasuk isolat B. thuringiensis. 2.
Penapisan Isolat
yang toksik
Bioinsektisida / 3
Tidak semua isolat B. thuringiensis
beracun
terhadap serangga sehingga perlu dilakukan penapisan daya racun dari isolat-isolat yang telah diisolasi. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk hal ini yaitu pertama dengan pendekatan molekular dan kedua dengan bioasai. Pendekatan
molekular
dilakukan
dengan
PCR
menggunakan primer-primer yang dapat menggandakan bagian-bagian tertentu dari gen-gen penyandi protein kristal (gen cry ). Hasil PCR ini dapat dipakai untuk memprediksi potensi racun dari suatu isolat tanpa terlebih dulu melakukan bioasai terhadap serangga target. Dengan demikian penapisan banyak isolat untuk kandungan gen-gen cry tertentu dapat dilakukan dengan cepat.
Untuk menguji lebih lanjut daya beracun dari suatu isolat maka perlu dilakukan bioasai dengan mengumpankan isolat atau kristal protein dari isolat tersebut kepada serangga target. Dari bioasai ini dapat dibandingkan daya racun antar isolat. Dengan pendekatan seperti ini BB-Biogen telah mengidentifikasi beberapa isolat B. thuringiensis lokal yang mengandung gen cry 1 dan beracun terhadap beberapa serangga. 3.
Perbanyakan Bakteri
B. thuringiensis
Perbanyakan
bakteri B. thuringiensis dalam media
cair dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan sederhana.
Karena
yang diperlukan sebagai bioinsektisida
adalah protein kristalnya, maka diperlukan media yang dapat memicu terbentuknya kristal tersebut. Media yang mengandung tryptose telah diuji cukup efektif untuk memicu sporulasi B. thuringiensis. Dalam 25 hari B. Bioinsektisida / 4
thuringiensis akan bersporulasi dalam media ini dengan
pengocokan pada suhu 30°C.
Perbanyakan
B. thuringiensis
ini dapat pula dilakukan dalam skala yang lebih besar dengan fermentor. 4.
Potensi sebagai bioinsektisida
Untuk
bahan
dasar
bioinsektisida
biasanya
menggunakan sel-sel spora atau protein kristal Bt dalam bentuk kering atau padatan.
Padatan
ini dapat diperoleh
dari hasil fermentasi sel-sel Bt yang telah disaring atau diendapkan dan dikeringkan.
Padatan
spora dan protein
kristal yang diperoleh dapat dicampur dengan bahan-bahan pembawa, pengemulsi, perekat, perata, dan lain-lain dalam formulasi bioinsektisida. F.
Varietas atau
subspesies B. thuringiensis dengan berbagai
strain, isolat dan sebagainya 1. B. thuringiensis subspesies kurstaki
B.
thuringiensis
jenis
ini
digunakan
untuk
mengendalikan berbagai larva Lepidoptera, terutama ulat daun kubis (diamond-back moth :
Plutella
xylostella) pada
kubis, dan lepidoptera lainnya pada sayuran dan kehutanan. 2. B. thuringiensis subspesies morrisoni isolat Sa-10 dan NovoBtt B. thuringiensis subspesies morrisoni
dan
NovoBtt
thuringiensis
dulu
dikenal
subspesies
dengan
isolat Sa-10
sebagai
tenebrionis
atau
Bacillus Bacillus
thuringiensis subspesies san diego. Subspesies ini efektif untuk mengendalikan Coleoptera, baik larva maupun serangga
dewasa,
terutama
kumbang
kolorado
Bioinsektisida / 5
(Leptinotarsa decemlineata) pada tanaman kentang dan Solanaceae lainnya. 3. B. thuringiensis subspesies aizawai
Beberapa isolat dan konjugat B. thuringiensis subspesies aizawai digunakan untuk mengendalikan larva Lepidoptera, termasuk Spodoptera spp., juga yang sudah resisten terhadap subspesies kurstaki. 4. B. thuringiensis subspesies japonensis B.
thuringiensis
subspesies
japonensis
efektif
digunakan untuk mengendalikan kumbang tanah pada lapangan rumput dan tanaman hias. 5.
B. thuringiensis subspesies israelensis B. thuringiensis subspesies israelensis hanya efektif
untuk mengendalikan Diptera, seperti lalat dan nyamuk, di daerah perairan (saluran buangan, dan sebagainya). G. Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_thuringiensis (Diakses tanggal 1 Januari, jam 19.22 WIB) http://www.gerbangpertanian.com/2011/10/insektisidamikrobiologi-insektisida.html (Diakses tanggal 1 Januari 2012, jam 19.25 WIB) http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/30/penggunaanbacillus-thuringiensis-sebagai-biopestisida/ (Diakses tanggal 1 Januari 2012, 19.27 WIB)
Bioinsektisida / 6
Lampiran
:
Gambar
1. Bahan aktif
Bacillus thuringiensis END IDIK
sebagai bioinsektisida yaitu beberapa jenis toksin.
Gambar
2. Mekanisme
patogenitas Bacillus thuringiensis.
Bioinsektisida / 7
Gambar
3. Spora dan
kristal Bacillus thuringiensis morrisoni
strain T08025
Gambar
4. Skema
resistensi Bacillus thuringiensis
Gambar 5. Produk
Bacillus thuringiensis
Bioinsektisida / 8
View more...
Comments