Laporan Bbdm Modul 6.2 Skenario i
March 20, 2019 | Author: Nabila Adzhana | Category: N/A
Short Description
bbdm...
Description
SKENARIO I GIZI BURUK
Ibu membawa anak laki-lakinya untuk kcontrol karena tampak kurus. Didapatkan berat badan anak sulit naik. Anak makan sehari-hari disuapi ibunya dengan bubur, lauk tahu dan kering tempe, kerupuk, makan 3x sehari 4 sendok kecil. Anak jarang diberi makan daging dan ikan. Ibu mengatakan anak banyak makan sayur dan buah. Anak tidak suka minum susu, lebih suka minum es teh. Saat penimbangan di Posyandu berat bulan lalu 7 kg. Tiga bulan terakhir anak sering sakit seperti demam, batuk, pilek, dan diare. Dari pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak lesu, terdapat iga gambang, baggy pants, muscle wasting, tidak didapatkan adanya edema. I.
II.
III.
Terminologi - Iga gambang disebut juga tulang rusuk yang menonjol. Merupakan salah satu tanda dan gejala dari marasmus pants : di daerah pantat subkutis tidak ada atau sangat sedikit. Merupakan - Baggy pants : tanda marasmus (kekurangan asupan energy dan protein). Didapatkan kulit keriput. - Muscle wasting : atrofi otot di mana terdapat penurunan massa otot (parsial dan komplit). Banyak ditemukan pada pasien yang lama tidak bergerak atau pasien rawat inap di rumah sakit terlalu lama. - Edema : akumulasi cairan di dalam jaringan yang menyebabkan tangan, pergelangan kaki, kelopak mata, dan bagian tubuh lainnya tampak membengkak. Tanda edema terutama pada kasus gizi buruk terutama kwashiorkor pada punggung kaki terutama. Rumusan Masalah 1. Mengapa anak mengalami lesu, iga gambang, baggy pants, muscle wasting? 2. Mengapa berat badan anak sulit naik? 3. Apa hubungan anak lebih suka minum es teh pada kasus? 4. Apakah anak tampak kurus berkaitan dengan jarang makan daging dan ikan dan tidak suka minum susu? 5. Apakah berat anak bulan lalu 7 kg termasuk normal? 6. Mengapa dalam 3 bulan terakhir anak sering sakit? Hipotesis 1. Kemungkinan lesu, baggy pants, muscle wasting karena kurangnya asupan karbohidrat, protein. Merupakan tanda-tanda marasmus. Kwashiokor ada edema, pada marasmus tidak ditemukan adanya edema. Anak sehari-hari disuapi ibu dengan bubur dalam jumlah kurang merupakan faktor resiko adanya hipoglikemia sehingga anak lesu. Kurangnya asupan karbohidrat maka digunakan massa otot untuk makanan cadangan. 2. Berat badan anak tidak naik karena makanan kurang, nutrisi tidak tercukupi sehingga asupan nutrisi dimanfaatkan untuk organ vital terlebih dahulu sebelum muskuloskeletal. 3. Teh mengandung tanin dan poliphenol yang mengganggu penyerapan zat tertentu dalam makanan seperti zat besi. Zat besi dan protein diperlukan untuk imunitas tubuh, menyediakan sumber energi, menghasilkan darah yang kaya oksigen. Gangguan penyerapan zat besi menyebabkan anemia defisiensi besi pada anak dan bermanifestasi klinik lesu. 4. Protein digunakan untuk pertumbuhan dari sel-sel, sehingga defisiensi protein menyebabkan anak tampak kurus. Pada susu terdapat kandungan lemak, protein,
magnesium, phospor, zinc, mineral lain yang esensial bagi pertumbuhan anak pada golden age (1000 hari kehidupan). Bila defisiensi zat-zat tersebut, anak akan mengalami gangguan pertumbuhan. 5. Berat badan anak 7 kg lalu, di skenario tidak dijelaskan usianya. Normalnya, pada umur 1 tahun berat badan bayi mencapai 3x BB saat lahir. Pada usia 2 tahun 4X BB saat lahir. Anak usia 1 tahun 3 bulan normalnya 10,6 kg (menurut WHO). Usia lebih dari 5 tahun, BB minimal untuk laki-laki 21 kg. Gizi buruk bila tampak sangat kurus, terdapat edema. Antropometri = (BB/TB)-PB ditemukan +2 SD
2. TB/U
a. Pendek b. Normal
Bila SSB < -2 SD Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Tinggi
Bila SBB > +2 SD
3. BB/TB
a. Kurus
Bila SSB < -2 SD
b. Normal
Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gemuk
Bila SSB > +2 SD
Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2, kemudian juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri dan dikategorikan seperti yang ditunjuukan pada tabel 3
Tabel 3. Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Interpretasi
Indeks yang digunakan BB/U
TB/U
BB/TB
Normal, dulu kurang gizi
Rendah
Rendah
Normal
Sekarang kurang ++
Rendah
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang +
Rendah
Normal
Rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Sekarang kurang
Normal
Tinggi
Rendah
Sekarang lebih, dulu kurang
Normal
Rendah
Tinggi
Tinggi, normal
Tinggi
Tinggi
Normal
Obese
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sekarang lebih, belum obese
Tinggi
Normal
Tinggi
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) : Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi
: > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Kesimpulan : Terjadinya gizi buruk pada anak bukan saja disebabkan oleh rendahnya intake makanan terhadap kebutuhan makanan anak, tetapi kebanyakan orang tua tidak tahu melakukan penilaian status gizi pada anaknya, sepertinya masyarakat atau keluarga hanya tahu bahwa anak harus diberikan makan seperti halnya orang dewasa harus makan tiap harinya.
5. Diagnosis Banding Gizi Buruk
Tidak ada diagnosis banding untuk marasmus. Bila ditemukan edema, dapat merefleksikan gizi buruk tipe kwashiorkor atau insufisiensi renal atau penyakit jantung. Penyakit
Gejala
Pemeriksaan
Marasmus
Malnutrisi tanpa edema,
Pemeriksaan fisik
BB/TB z-score
View more...
Comments