Laporan Awal Kecepatan Disolusi Instrinsik
June 4, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Awal Kecepatan Disolusi Instrinsik...
Description
LAPORAN AWAL PRAKTIKUM FARMASI FISIKA KECEPATAN DISOLUSI INTRINSIK
OLEH: KELOMPOK 2 GOLONGAN II Ni Nyoman Della Yanti
(1308505047)
Ni Wayan Puspasari
(1308505048)
Cokorda B. Arys Cahaya Sukawati
(1308505049)
Putu Agus Rama Suteresna
(1308505050)
Ni Putu Rika Satriari
(1308505051)
Ni Komang Ayu Sri Astuti
(1308505052)
JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015 0
KECEPATAN DISOLUSI INSTRINSIK I.TUJUAN Mempelajari pengaruh pH medium disolusi terhadap kecepatan disolusi instrinsiknya sebagai preformulasi untuk bentuk sediaan. II.DASAR TEORI Disolusi atau pelarutan merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut (Shargel et al., 2012). Hubungan yang erat antara laju disolusi intrinsik dan kelarutan, mengukur laju disolusi intrinsik menjadi metode alternatif untuk estimasi kelarutan saat kesetimbangan kelarutan tidak dapat diperoleh secara eksperimental. Laju disolusi intrinsik merupakan laju dimana suatu padatan melarut di dalam suatu pelarut dalam batasan kuantitatif (Voight, 1999). Sebagai contoh, pengukuran tingkat pelarutan intrinsik adalah alat yang ampuh untuk evaluasi perbedaan kelarutan antara polimorf atau larutan-larutan. Kelarutan kesetimbangan bentuk kristal anhidrat tidak dapat ditentukan jika mengkonversi ke hidrat ketika kontak dengan air. Perbedaan kelarutan dari anhidrat dengan bentuk kristal hidrat dapat diperkirakan dengan mempelajari perbedaan tingkat kelarutan intrinsik awal seperti yang terjadi konversi. Karena laju disolusi selalu dipengaruhi oleh intensitas agitasi, luas permukaan, dan konfigurasi kontainer. Penentuan tingkat disolusi intrinsik membutuhkan metode dengan reproducibility yang baik (Qiu et al., 2009). 2.1 Metode Uji Disolusi Metode uji disolusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Metode Keranjang (Basket) Metode keranjang terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang di gerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian didalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 370C ± 0,50C selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Wadah disolusi dianjurkan berbentuk silinder dengan dasar setegah bola, tinggi 160 mm hingga 175 1
mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitasnominal 1000 mL. Pada bagian atas wadah dapt digunakan suatu tutup yang pas untuk mencegah penguapan. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Batas kecepatan yang memungkinkan untuk memilih kecepatan dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4% (Depkes RI, 1995). b.
Metode Dayung Metode dayung terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang berfungsi memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan. Dayung diikat secara vertikal kesuatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang terkendali. Tablet atau kapsul diletakan dalam labu pelarutan yang beralas bulat yang juga berfungsi untuk memperkecil turbulensi dari media pelarutan. Alat ditempatkan dalam suatu bak air yang bersuhu konstan, seperti pada metode basket dipertahankan suhu pada 370C ± 0,50C. Posisi dan kesejajaran dayung ditetapkan dalam Farmakope Indonesia. Metode dayung sangat peka terhadap kemiringan dayung. Pada beberapa produk obat, kesejajaran dayung yang tidak tepat secara drastis dapat mempengaruhi hasil pelarutan. Standar kalibrasi pelarutan yang sama digunakan untuk memeriksa peralatan sebelum uji
2.2
dilaksanakan (Shargel et al., 2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Disolusi
a. pH Larutan Apabila dilakukan pelarutan dalam media berair, obat akan terlarut lebih cepat apabila berada dalam bentuk terionkan karena bentuk terion memiliki kelarutan yang besar di dalam air. Contohnya cairan dalam lambung bersifat asma dengan pH 1-3,5; usus kecil memiliki pH 5,5-7,5. Obat-obat yang bersifat asam lemah memiliki kelarutan yang rendah dan kecepatan disolusi yang rendah di dalam lambung serta kelarutan dan kecepatan disolusi yang tinggi di dalam usus kecil (Pandit, 2007). b. Polimorfisme
2
Bila suatu obat memilki polimorfisme, salah satu pollimorfisme akan memiliki tingkat kestabilan yang lebih besar atau memiliki struktur latik kristal yang lebih kuat. Semua bentuk Kristal lainnya memiliki struktur latik yang lebih lemah sehingga bersifat lebih tidak stabil. Umumnya kristal yang tidak stabil atau kurang stabil memiliki kelarutan dan laju disolusi yang tinggi karena struktur latik kristalnya lebih mudah untuk dipatahkan (Pandit, 2007) c. Suhu Suhu mempengaruhi kelarutan dari suatu obat dan juga mempengaruhi viskositas kinematis dari pelarut. Sehingga dalam uji disolusi, temperature harus dijaga agar tetap konstan (Dressman dan Kramer, 2005) d. Koefisien Difusi Koefisien difusi berhubungan dengan konstanta, dimana hubungannya :
Ki =
Dimana Ki adalah konstanta laju disolusi, D adalah koefisien difusi, dan δhL adalah tebal lapisan difusi. Koefisien difusi ini memiliki hubungan dengan ukuran partikel zat terlarut yang diterangkan oleh persamaan : D=
Dimana T adalah temperatur dalam kelvin; KB adalah konstanta Boltzman 1,381 x 10-23 J/K. Persamaan diatas menggambarkan pula bahwa koefisien difusi dipengaruhi oleh viskositas ( ). Dalam saluran cerna, koefisien difusi dapat menurun karena perubahan viskositas cairan dalam saluran cerna (Dressman dan Kramer, 2005) e. Tegangan Permukaan Disolusi sistem dispersi padat dengan obat hidrofobik dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kelarutan obat dalam pembawa (Alatas dkk, 2006). III.ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat - Timbangan analitik alat-alat gelas 3
- Stopwatch - Alat uji disolusi apparatus 2 - Spektrofotometer UV 3.2 Bahan - Pelet/tablet obat - Lilin kuning murni - Medium disolusi IV.PERHITUNGAN 4.1
Pembuatan HCl 0,1 N Diketahui: V2 = 250 ml BM = 36,46 g/mol BJ = 1,19 g/cm3 C = 37% b/b Ditanya: V HCl = ? Penyelesaian:
V = 84,04 cm3 = 84,04 ml
MHCl 37% b/b = 12,0753 M M2HCl
= N/ek = 0,1 gr ek/L 1 gr ek/mol
4
= 0,1 M M1.V1
=
M2. V2
12,0753 M . V1 = 0,1 M . 250 mL V1
= 25 M. mL 12,0753 = 2,0724 mL = 2,1 mL = 2 mL
4.2
4.3
4.4
Pembutan Larutan Stok Paracetamol 1 mg/mL dalam Aquades: Perhitungan : Parasetamol = 10 mg Aquades = ad 10 ml Pembutan Larutan Stok Paracetamol 1 mg/mL dalam HCl: Perhitungan : Parasetamol = 10 mg HCl = ad 10 ml Pembutan Larutan Stok Paracetamol 1 mg/mL dalam Aquades: Diketahui
: Kadar larutan stok Parasetamol (Cstok)
= 1 mg/ml =1 x 103 µg/ml
Kadar larutan baku Parasetamol (Cbaku)
= 100 µg/ml
Volume larutan baku Parasetamol (Vbaku) = 10 ml Ditanya
: Volume larutan stok Parasetamol yang diambil …?
Penyelesaian : Cstok . Vstok 1000 µg/ml . Vstok Vstok
=
Cbaku . Vbaku
= 100 µg/ml . 10 ml =
1 ml
Jadi, volume larutan stok Parasetamol yang diambil sebanyak 10 ml 4.5
Pembutan Larutan Stok Paracetamol 1 mg/mL dalam HCl: Diketahui
: Kadar larutan stok Parasetamol (Cstok)
= 1 mg/ml =1 x 103 µg/ml 5
Kadar larutan baku Parasetamol (Cbaku)
= 100 µg/ml
Volume larutan baku Parasetamol (Vbaku) = 10 ml Ditanya
: Volume larutan stok Parasetamol yang diambil …?
Penyelesaian : Cstok . Vstok 1000 µg/ml . Vstok Vstok
=
Cbaku . Vbaku
= 100 µg/ml . 10 ml =
1 ml
Jadi, volume larutan stok Parasetamol yang diambil sebanyak 10 m 4.6 4.6.1
Pembutan Larutan Seri Paracetamol Larutan Seri Paracetamol 1 µg/mL: Diketahui: Kadar larutan baku Parasetamol
= 100
Kadar larutan baku siap ukur Parasetamol
= 1 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 mL Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 100 µg/mL. Vbaku Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
1 µg/mL. 10 mL
=
0,1 mL
Jadi, volume larutan baku Parasetamol yang diambil adalah 0,1 mL. 4.6.2
Larutan Seri Paracetamol 2 µg/mL: Diketahui: Kadar larutan baku Parasetamol
= 100
Kadar larutan baku siap ukur Parasetamol
= 2 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 mL Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
6
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 100 µg/mL. Vbaku Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
2 µg/mL. 10 mL
=
0,2 mL
Jadi, volume larutan baku Parasetamol yang diambil adalah 0,2 mL. 4.6.3
Larutan Seri Paracetamol 3 µg/mL: Diketahui: Kadar larutan baku Parasetamol
= 100
Kadar larutan baku siap ukur Parasetamol
= 3 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 mL Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 100 µg/mL. Vbaku Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
3 µg/mL. 10 mL
=
0,3 mL
Jadi, volume larutan baku Parasetamol yang diambil adalah 0,3 mL.
4.6.4
Larutan Seri Paracetamol 4 µg/mL: Diketahui: Kadar larutan baku Parasetamol
= 100
Kadar larutan baku siap ukur Parasetamol
= 4 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 Ml Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 100 µg/mL. Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
4 µg/mL. 10 mL
7
Vbaku
=
0, mL
Jadi, volume larutan baku Parasetamol yang diambil adalah 0,4 mL. 4.6.5
Larutan Seri Paracetamol 5 µg/mL: Diketahui: Kadar larutan baku Parasetamol
= 100
Kadar larutan baku siap ukur Parasetamol
= 5 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 mL Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 100 µg/mL. Vbaku Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
5 µg/mL. 10 mL
=
0, mL
Jadi, volume larutan baku Parasetamol yang diambil adalah 0,5 mL. 4.7 Larutan Seri Paracetamol Siap Ukur 4.7.1 Larutan Seri Paracetamol Siap Ukur 0,01 µg/mL: Diketahui: Kadar larutan seri Parasetamol
=1
Kadar larutan seri siap ukur Parasetamol
= 0,01 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 mL Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 1 µg/mL. Vbaku Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
0,01 µg/mL. 10 mL
=
0,1 mL
Jadi, volume larutan seri Parasetamol yang diambil adalah 0,1 mL. 4.7.2
Larutan Seri Paracetamol Siap Ukur 0,02 µg/mL: Diketahui: 8
Kadar larutan seri Parasetamol
=2
Kadar larutan seri siap ukur Parasetamol
= 0,02 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 mL Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 2 µg/mL. Vbaku Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
0,02 µg/mL. 10 mL
=
0,2 mL
Jadi, volume larutan baku Parasetamol yang diambil adalah 0,2 mL. 4.7.3
Larutan Seri Paracetamol Siap Ukur 0,03 µg/mL: Diketahui: Kadar larutan seri Parasetamol
=3
Kadar larutan seri siap ukur Parasetamol
= 0,03 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 mL Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 3 µg/mL. Vbaku Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
0,03 µg/mL. 10 mL
=
0,3 mL
Jadi, volume larutan baku Parasetamol yang diambil adalah 0,3 mL. 4.7.4
Larutan Seri Paracetamol Siap Ukur 0,04 µg/mL: Diketahui: Kadar larutan seri Parasetamol
=4
Kadar larutan seri siap ukur Parasetamol
= 0,04 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 mL Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
9
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 4 µg/mL. Vbaku Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
0,04 µg/mL. 10 mL
=
0,4 mL
Jadi, volume larutan baku Parasetamol yang diambil adalah 0,4 mL. 4.7.5
Larutan Seri Paracetamol Siap Ukur 0,05 µg/mL: Diketahui: Kadar larutan seri Parasetamol
=5
Kadar larutan seri siap ukur Parasetamol
= 0,05 µg/mL
Volume larutan baku siap ukur Parasetamol = 10 mL Ditanya: Volume larutan baku Parasetamol
=…..?
Penyelesaian: Cbaku .Vbaku 5 µg/mL. Vbaku Vbaku
=
Cukur.Vukur
=
0,05 µg/mL. 10 mL
=
0,5 mL
Jadi, volume larutan baku Parasetamol yang diambil adalah 0,5 Ml . V. DATA PENGAMATAN 5.1 Tabel absorbansi parasetamol dalam HCL Konsentrasi(µg/10ml)
Absorbansi
0,01
0,015
0,02
0,036
0,03
0,040
0,04
0,066
0,05
0,068
10
5.2 Tabel absorbansi parasetamol dalam aquades Konsentrasi (µg/10ml)
Absorbansi
0,01
0,686
0,02
0,694
0,03
0,697
0,04
0,699
0,05
0,701
5.3 kurva kalibrasi parasetamol dalam HCL
Gambar 1. Kurva kalibrasi parasetamol dalam HCL pada panjang gelombang 243
5.4 kurva kalibrasi parasetamol dalam aquades
Gambar 2. Kurva kalibrasi parasetamol dalam aquades pada panjang gelombang 243
11
VI.CARA KERJA 6.1 Pembutan Larutan Stok Paracetamol 1 mg/mL dalam Aquades: Ditimbang 10 mg serbuk parasetamol
Dimasukkan ke dalam beaker glass Dilarutkan dengan aquades dan dituang kedalam labu ukur 10 ml Dimasukkan aquades hingga tanda batas 10 ml dan digojog hingga homogen Dimasukkan kedalam botol vial dan diberi label larutan stok parasetamol 1mg/ml dalam aquades 6.2 Pembutan Larutan Stok Paracetamol 1 mg/mL dalam HCl: Ditimbang 10 mg serbuk parasetamol Dimasukkan ke dalam beaker glass Dilarutkan dengan HCl dan dituang kedalam labu ukur 10 ml Dimasukkan HCl hingga tanda batas 10 ml dan digojog hingga homogen Dimasukkan kedalam botol vial dan diberi label larutan stok parasetamol 1mg/ml dalam HCl 6.3 Pembutan Larutan baku Paracetamol 100 µg/mL dalam aquades: Dipipet 1 mL larutan stok Teofilin dengan konsentrasi 1 mg/mL Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL Dilarutkan dalam aquades dan genapkan volume sampai tanda. Dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label Larutan Baku 6.4Pembutan Larutan baku Paracetamol 100 µg/mL dalam HCl: parasetamol 100 µg/mL Dipipet 1 mL larutan stok Teofilin dengan konsentrasi 1 mg/mL 12
Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL Dilarutkan dalam aquades dan genapkan volume sampai tanda.
6.6.1
Dimasukkan kedalam botol vial dan diberikan label Larutan Baku parasetamol 100 µg/mL 6.5 Pembutan Larutan Seri Paracetamol dalam aquades: Larutan Seri Paracetamol 1 µg/mL, 2 µg/mL, 3 µg/mL, 4 µg/mL, 5 µg/mL dalam aquades: Dipipet 0,1 mL, 0,2 ml, 0,3 ml, 0,4 ml, dan 0,5 larutan baku parasetamol dengan konsentrasi 100 µg/mL Dimasukkan masing-masing kedalam ke dalam labu ukur 10 mL Dilarutkan dalam aquades dan genapkan volume sampai tanda.
Dimasukkan masing-masing larutan kedalam botol vial dan 6.6 6.6.1
diberikan label larutan seridalam parasetamol Pembutan Larutan Seri Paracetamol HCl: 1 µg/mL, 2 µg/mL, Larutan Seri3 Paracetamol 1 µg/mL, 2 dalam µg/mL, 3 µg/mL, 4 µg/mL, 5 µg/mL, 4 µg/mL, 5 µg/mL aquades µg/mL dalam HCl: Dipipet 0,1 mL, 0,2 ml, 0,3 ml, 0,4 ml, dan 0,5 larutan baku parasetamol dengan konsentrasi 100 µg/mL Dimasukkan masing-masing kedalam ke dalam labu ukur 10 mL Dilarutkan dalam HCl dan genapkan volume sampai tanda.
Dimasukkan masing-masing larutan kedalam botol vial dan 6.7 6.7.1
diberikan label larutan seri parasetamol 1 µg/mL, 2 µg/mL, Pembutan Larutan Seri Paracetamol Siap Ukur dalam Aquades: 3 µg/mL, 4 µg/mL, 5 µg/mL dalam HCl Larutan Seri Siap Ukur Paracetamol 0,01 µg/mL, 0,02 µg/mL, 0,03 µg/mL, 0,04 µg/mL, 0,05 µg/mL dalam aquades: Dipipet 0,1 mL, 0,2 ml, 0,3 ml, 0,4 ml, dan 0,5 larutan seri parasetamol dengan konsentrasi 1 µg/mL, 2 µg/mL, 3 µg/mL, 4 µg/mL, 5 µg/mL
13
Dimasukkan masing-masing kedalam ke dalam labu ukur 10 mL Dilarutkan dalam aquades dan genapkan volume sampai tanda.
Dimasukkan masing-masing larutan kedalam botol vial dan 6.8 6.8.1
diberikan labelSeri larutan seri parasetamol 0,01 µg/mL, 0,02 µg/mL, Pembutan Larutan Paracetamol Siap Ukur dalam HCl: Larutan Seri Siap Ukur0,04 Paracetamol µg/mL, µg/mL, 0,03 0,03 µg/mL, µg/mL, 0,050,01 µg/mL dalam0,02 aquades µg/mL, 0,04 µg/mL, 0,05 µg/mL dalam HCl: Dipipet 0,1 mL, 0,2 ml, 0,3 ml, 0,4 ml, dan 0,5 larutan seri parasetamol dengan konsentrasi 1 µg/mL, 2 µg/mL, 3 µg/mL, 4 µg/mL, 5 µg/mL Dimasukkan masing-masing kedalam ke dalam labu ukur 10 mL Dilarutkan dalam HCl dan genapkan volume sampai tanda.
Dimasukkan masing-masing larutan kedalam botol vial dan 6.9
diberikan label larutan seri parasetamol 0,01 µg/mL, 0,02 µg/mL, Kecepatan Disolusi Intrinsik 0,03 µg/mL, 0,04 µg/mL, 0,05 µg/mL dalam HCl Pelet bentuk tablet bahan obat dituangi lilin cair pada satu sisinya, sehingga hanya satu permukaan pelet yang terbuka yang langsung bersinggungan dengan medium disolusi. Tabung percobaan diisi dengan medium disolusi, suhunya diatur dengan thermostat pada 37 ± 0,5oC Pelet diletakkan pada dasar tabung dengan sisi yang terbuka mengarah ke atas Motor pemutar segera dinyalakan dengan kecepatan 100 putaran per menit. Jarak antara permukaan pelet dengan batang pengaduk ± 2 cm Sampel hasil disolusi diambil tiap selang waktu tertentu (menit ke 5, 10, 20, 30, 45 dan 60) Selanjutnya sampel yang diperoleh ditentukan kadarnya secara spektrofotometrik 14
DAFTAR PUSTAKA Alatas, F., S. Nurono, dan S. Asyarie. . 2006. Pengaruh Konsentrasi PEG 4000 Terhadap Laju Disolusi Ketoprofen dalam Sistem Dispersi Padat Ketoprofen-PEG 4000. Majalah Farmasi Indonesia. Vol. 1. Hal. 57-62. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Qiu, Y. et al., 2009. Developing Solid Oral Dosage Forms: Pharmaceutical Theory and Practice. New York: Academic Press. Shargel, L. et al., 2012. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi Kelima. Surabaya: Airlangga University Press. Voigt, 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
15
16
View more...
Comments